1.modul RDE-03 Final
1.modul RDE-03 Final
MODUL
RDE - 03: PENGENALAN DAN
PEMBACAAN PETA
2005
MyDoc/Pusbin-KPK/Draft1
Modul RDE-03 : Pengenalan dan Pembacaan Peta Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Pengenalan dan Pembacaan Peta merupakan suatu modul yang ditulis berupa
uraian, penjelasan atau prinsip-prinsip umum tentang simbol-simbol gambar
pelaksanaan dan gambar teknis jalan pada proyek jalan dan jembatan yang
pada umumnya dilakukan pada ruas-ruas jalan Nasional, Propinsi, maupun
Kabupaten / Kota.
Ada beberapa persyaratan gambar yang diketengahkan dalam modul ini yaitu
fungsi gambar, jenis gambar, penyajian gambar, kodefikasi gambar, legenda,
kelengkapan gambar, gambar teknik jalan dan desain serta sistematika gambar
beserta contoh-contohnya. Dengan memahami hal tersebut di atas diharapkan
juru ukur dapat memahami secara teknis hal-hal yang secara riil diperlukan
dalam membaca gambar pelaksanaan dan design pekerjaan jalan agar
diperoleh hasil yang tepat, dalam pengertian tidak ada hal yang tidak terekam
atau terlewatkan dalam penyusunan gambar pelaksanaan maupun gambar
terlaksana yang akan diserahkan serta pengaruhnya terhadap penghitungan
anggaran biaya konstruksi maupun tagihan pembayaran pelaksanaan sesuai
kontrak yang dilaksanakan.
LEMBAR TUJUAN
NOMOR : RDE – 03
TUJUAN PELATIHAN :
DAFTAR ISI
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 RDE – 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK, dan UU Jalan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Ceramah Pembelajaran
Waktu = 10 menit
Waktu = 15 menit
3. Ceramah Bab II
Simbol – simbol kartografi
Mengikuti penjelasan instruktur
Umum OHT
dengan tekun dan aktif
Tipe – tipe simbol Mencatat hal-hal yang perlu
Variabel grafik Mengajukan pertanyaan bila
Dimensi perlu
Warna
Tekstur
Simbol – simbol dan
Penggambaran
Peta – peta topografi
Penggambaran dan informasi lokasi
Waktu = 20 menit
Waktu = 15 menit
6. Penutup
Review materi dan Mengikuti penjelasan instruktur
Diskusi umum dengan tekun dan aktif
Mencatat hal-hal yang perlu
Waktu = 10 menit Mengajukan pertanyaan bila
perlu OHT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Menurut J.S. Keates dalam bukunya : Cartographic Design and Production, kartografi
telah didefinisikan sebagai ‘… seni, pengetahuan, dan teknologi pembuatan peta ...
menyangkut semua tahapan evaluasi, penghimpunan, perancangan, dan penyusunan
naskah yang dibutuhkan untuk menghasilkan peta baru atau perubahan dokumen peta
dari semua bentuk data dasar. Hal ini mencakup pula semua tahapan dalam
reproduksi peta.
Banyak buku tentang kartografi cenderung berisikan uraian yang menjelaskan praktek-
praktek sekarang ini dengan cara-cara deskriptif. Hal ini akan membawa kurang
jelasnya perbedaan antara prinsip-prinsip dan aplikasi serta kecenderungan untuk
mempertimbangkan bahan pembelajaran dari sudut pandangan tipe-tipe peta khusus.
Sasaran penulisan buku ini ialah untuk mengusahakan pemahaman secara sistimatik
dan memberikan analisis yang dapat dijadikan dasar studi lebih Ianjut. Buku ini ditulis
bagi mereka yang berkeinginan mempelajari kartografi, baik karena mereka berminat
menjadi ahli kartografi (atau memperluas pengetahuan kartografinya), atau karena
kartografi mempunyai hubungan iangsung dengan kegiatan mereka di lapangan.
Tiga aspek utama kartografi adalah (hal-hal yang bersifat) metrik, grafik dan teknik.
Karena peta-peta terutama menyangkut lokasi, maka penggambaran mengenai semua
atau sebagal permukaan bumi yang sistimatik dan berskala diperlukan sebagal dasar
bagi setiap peta. Hal ini hanya dapat dicapai dengan pengukuran dan perhitungan.
Mengingat aspek ini telah dianalisa secara menyeluruh, dan lagi pula banyak buku-
buku telah ditulis khusus untuk itu, make aspek metrik tak dibicarakan dalam buku ini.
Sebuah peta adalah gambaran grafik, dan informasi disampaikan melalui simbol-
simbol grafik yang dapat dipahami oleh pemakainya.
Penggunaan peta adalah proses komunikasi visual. Karena visual maka ia merupakan
proses persepsi, sebab ia tergantung pada kombinasi aktivitas indera lihat dan reaksi
yang timbul dalam otak. Walaupun kartografi terutama bersangkutan dengan
penciptaan rangsangan, hat itu jelas harus dilakukan sejauh mungkin atas dasar-dasar
apa yang diketahui tentang reseptor dan respon. Hal ini mencakup pengertian batas-
batas daya penglihatan dalam hubungannya dengan tipe-tipe gambaran visual yang
Suatu gambaran visual adalah pola yang terbentuk pada retina mata, terdiri dari unsur-
unsur yang tercipta oleh refleksi atau pengiriman cahaya dari objek dalam medan
visual. Dalam hal dengan peta, dan hampir semua gambar grafik, medan visual ini
berupa bidang permukaan dua dimensi. Unsur-unsur visual dalam sebuah gambaran
grafik dapat berbeda dalam empat macam : dalam hal lokasinya dalam medan visual,
dalam hal bentuk, dalam hal dua dimensi, dan dalam hal warna. Karena gambaran
grafik bersifat statis, maka dimensi keempat, yaitu waktu, tidak tercakup.
Dalam sebuah gambaran grafik, unsur-unsur disusun dalam bentuk simbol-simbol
grafik dalam pola tersendiri; yaitu pada pola titik, pola garis, atau pola wilayah. Kom-
ponen-komponen ini bervariasi menurut faktor-faktor yang telah disebutkan di atas,
tetapi variasinya tidak sama betul untuk ketiga tipe tersebut. Secara teoritis, sebuah ti-
tik tidak mempunyai dimensi atau bentuk tetapi hanya lokasi; sebuah garis
membentang ke satu arah dan mempunyai bentuk; dan suatu area (wilayah)
membentang dalam dua dimensi dan mempunyai bentuk maupun dimensi. Dalam
kenyataan, agar dapat dikenali lewat indera, tiap komponen gambaran grafik harus
dapat dilihat dan harus mempunyai dimensi minimal tertentu dan karenanya juga
bentuk. Semua unsur-unsur tersebut dapat bervariasi dalam warna, tetapi
hubungannya dengan beberapa sifat warna adalah kompleks. Maka sebelum membuat
rancangan simbol peta, perlu memahami prinsip-prinsip penglihatan dan persepsi, agar
dengan demikian diketahui informasi apa yang dapat digunakan sebagai petunjuk
dalam menciptakan simbol-simbol peta.
Aturan dasar agar dapat terbaca dengan jelas, yang merupakan sasaran utama dalam
rancangan simbol, ialah bahwa simbol-simbol harus dapat dikenali dengan mudah atau
jelas artinya dimana pun simbol tersebut berada. Tetapi agar kondisi itu lebih
memuaskan lagi, bergantung pada soal pengaturan kontras, perlu untuk memahami
bahwa dua simbol (yang sama) dalam keadaan serupa betul, dan dalam banyak hal
adakalanya dua simbol (yang berbeda) menunjukkan kemiripan dan hanya sedikit
berbeda. Oleh sebab itu, pengungkapan hubungan yang demikian itu tidak semata-
mata memerlukan kontras tetapi juga kontinyuitas.
a. Identifikasi
Agar dapat menanggapi suatu simbol peta, maka pemakai yang memahami
gambar peta harus dapat mengidentifikasi tiap simbol dengan mudah. Hal ini
sebagian tergantung pada kemampuan membedakan simbol tersebut dari simbol-
simbol lain, dan sebagian lagi pada kemampuan mengingat karakteristiknya.
Dalam hal ini suatu simbol yang sangat kompleks kurang mudah diingat, dan
karenanya orang dapat mengidentifikasi dengan cepat bila dibanding dengan
sebuah simbol yang sederhana.
b. Perbedaan (Diskriminasi)
Kemampuan untuk membedakan antara gambar-gambar tergantung pada
persepsi mengenai kontras dan hubungan. Sebagaimana hal perlunya untuk
melihat bahwa dua buah gambar adalah berbeda, maka harus dimungkinkan pula
untuk melihat gambar-gambar lain yang sama keadaannya. Perbedaan-perbedaan
persepsi dalam ukuran dan warna dipengaruhi oleh posisi relatif. Bilamana simbol-
simbol itu sating berdekatan maka ada suatu penekanan kekontrasan di antara
mereka; hal ini dikenal sebagai kontras simultan atau peningkatan kontras.
Misalnya, apabila dua buah garis hanya memiliki sedikit perbedaan dalam ukuran,
maka perbedaan ini lebih mudah dilihat apabila garis-garis tersebut berdekatan
dibanding dengan apabila garis-garis tersebut berjauhan. Ketentuan yang sama
berlaku untuk variasi dalam kesan warna dan kesan bayangan. Hal ini sering
menyebabkan timbulnya masalah dalam pembandingan serangkaian simbol-
simbol titik, seperti yang digunakan untuk menyatakan isi atau dimensi lainnya.
Walaupun dalam penjelasan simbol-simbol, di mana semua variasi simbol adalah
berdekatan dan ukuran yang berbeda sedikit dapat dilihat, dua buah simbol yang
mirip menggambarkan jumlah yang sedikit berbeda dapat terletak secara terpisah
jauh dalam peta. Dalam keadaan yang demikian itu akan sulit menentukan apakah
mereka itu sama atau berbeda. Karenanya aturan yang dipakai ialah bahwa
perbedaan harus cukup untuk dapat dipakai pada semua situasi peta dan tidak
hanya bagi simbol-simbol yang bersama-sama berkelompok. Satu-satunya cara
pasti untuk menguji kelayakan ukuran dan bentuk simbol adalah dengan
memakainya dalam suah situasi peta dan tidak hanya dalam suatu spesifikasi.
Ukuran simbol juga mempengaruhi perbedaan persepsi dalam
warna. Suatu wilayah yang sangat kecil dengan warna tertentu akan
kelihatan kurang jenuh dibanding dengan suatu wilayah yang luas,
sehingga mungkin tampak mempunyai kesan warna yang berbeda.
Sehubungan dengan itu, warna-warna harus ditetapkan dalam
kaitannya dengan keadaan daerah yang sebenarnya seperti yang
terpusat dalam peta., dan tidak hanya dalam kaitannya dengan
kotak-kotak simetris yang digunakan dalam spesifikasi saja.
Harus pula dicatat bahwa dalam banyak keadaan perbedaan dapat
ditingkatkan dengan perubahan-perubahan yang relatif kecil dalam
rancangan warna. Apabila suatu simbol yang khusus ternyata tidak
memuaskan, maka dalam banyak hal keadaannya dapat diperbaiki
dengan sedikit modifikasi pada kejenuhan dan ketercahayaannya.
Agar pengalaman dalam hal ini dapat dimanfaatkan, sangatlah pen-
ting ahli kartografi menelaah banyak rancangan peta dan
menganalisis warna-warna tidak hanya dalam istilah-istilah deskriptif
yang bersifat umum saja, tetapi seksama mungkin dengan
menggunakan peristilahan yang sistematik.
c. Pengenalan
Dalam praktek, pemakai peta tidak hanya mengidentifikasi dan membedakan
simbol-simbol secara sederhana. Keterbiasaan dengan sekelompok simbol akan
tercapai manakala pemakai peta dapat mengenali simbol-simbol itu. Pengenalan
mengandung arti penempatan simbol (atau arti yang terkait dengan simbol itu)
dalam suatu kelompok yang dikenali, atau menyepadankan dengan suatu
gambaran sama yang diingat, dan hal ini tergantung pada pengetahuan ataupun
pengenalan sebelumnya. Hal yang demikian diperoleh lewat pengamalan, dan
tergantung pada pemakai, tidak pada stimulusnya. Maka, meskipun praktek dalam
pembacaan peta mengarahkan orang pada pengenalan simbol-simbol dan dengan
demilk.ian dapat mengembangkan suatu kecenderungan untuk memilih simbol
yang lebih dikenalnya, namun pengenalan bukanlah satu kelengkapan bentuk gra-
fis itu sendiri.
BAB 2
SIMBOL-SIMBOL KARTOGRAFI
2.1 UMUM
Simbol-simbol dalam peta terdiri dari titik-titik. garisgaris, atau wilayah yang berdiri
sendiri. Kesemuanya mempunyai ukuran, bentuk dan warna. Sebagai tambahan infor-
masi yang terkandung simbol-simbol secara individual, simbol-simbol juga menyajikan
informasi yang bersifat kolektif, mengingat bahwa mempelajari simbol-simbol yang ter-
dapat pada satu wilayah peta akan dapat membawa orang pada pemahaman
mengenai bentuk, posisi relatif, distribusi, dan struktur. Lokasinya pada peta ditentukan
oleh posisinya di muka bumi atau hubungannya dengan hal tersebut; dan unsur ini,
meskipun kadang-kadang dimodifikasi, tidak dapat diubah. Maka rancangan simbol-
simbol harus memperhitungkan kemungkinan penjajarannya dan pemisahannya,
sebab hal ini akan mempengaruhi kenampakan aktualnya pada suatu titik tertentu.
Oleh sebab itu, perancangan simbol-simbol melalui dua tahapan. Kemungkinan grafik
yang membedakan satu simbol dengan lainnya harus telah diusahakan dan dimodifika-
si secara sistematik dengan mengingat hubungan-hubungan antara simbol-simbol
yang ada, dan variasi grafik ini harus dipakai dalam kaitannya dengan informasi yang
disajikan.
Semua simbol dapat diklasifikasikan menurut pola titik-titik, garis-garis, atau wilayah.
Batasan ini tidak mutlak retapi bersifat nisbi mengingat skala dan karakteristik ciri-ciri
yang digambarkan. Pada peta yang berskala besar sebuah gedung dapat ditunjukkan
dengan sebuah garis sesuai dengan ukuran-ukuran denah yang benar, yaitu "kerangka
denah" sebenarnya pada permukaan tanah. Ini merupakan simbol garis untuk
membedakan suatu wilayah, yaitu memisahkan satu permukaan bumi dari lainnya.
Informasi yang sama dapat diberikan dengan cara mewarnai permukaan wilayah di
mana gedung terletak tanpa memakai garis batas kelilingnya. Ini akan merupakan
penggunaan simbol wilayah di mana suatu perwujudan ciri pada peta dibedakan
dengan suatu perubahan kenampakan permukaan. Pada skala kecil, di mana ukuran
denah bangunan gedung, bila skalanya diperkecil, hanya akan menjadi lebih kecil dari
simbol yang terkecil yang dapat digambarkan pada skala peta tersebut, gedung itu
mungkin akan digambarkan dengan sebuah simbol titik. Ini berarti tidak lagi
Simbol-simbol grafik dapat bervariasi dalam bentuk, dimensi, dan warnanya. Istilah
bentuk menunjukkan semua kemungkinan adanya variasi dalam bentuk, dan berlaku
untuk simbol-simbol titik dan simbol-simbol garis, yang mencakup pula simbol-simbol
garis yang digunakan untuk membatasi wilayah. Dengan simbol wilayah, bentuk,
sejauh menyangkut ukuran dua dimensi, adalah merupakan fungsi lokasi suatu
kenampakan. Dimensi-dimensi itu menunjukkan semua variasi ukuran; termasuk
ukuran-ukuran simbol titik dan ukuran atau lebar simbol-simbol garis. Istilah itu hanya
relevan bagi simbol-simbol wilayah terdiri dari pota-pola simbol titik dan garis yang
digunakan secara kolektif.
2.4 BENTUK
Bentuk dipakai dalam berbagai rupa dan struktur. Untuk simbol-simbol titik bentuk
dasarnya dapat teratur atau tidak beraturan. Bujur sangkar atau lingkaran merupakan
bentuk yang teratur; sedangkan simbol untuk sebuah pohon yang berdaun gugur
mungkin berupa bentuk yang tidak teratur. Kedua tipe dapat bersifat mewakili, dalam
arti bahwa dengan cara yang sangat disederhanakan dapat menggambarkan beberapa
unsur bentuk aktual atau kenampakan dari perwujudan ciri permukaan bumi. Oleh
sebab itu variasi dalam bentuk dapat dikaitkan dengan aspek-aspek yang berbeda dari
karakteristik perwujudan permukaan bumi, yang secara umurn dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Sebuah sumur atau lubang air seringkali digambarkan dengan sebuah lingkaran
kecil, bentuk ini dipakai juga untuk sebuah lubang yang bentuknya cenderung
menyerupai sebagian lingkaran.
b. Profil
Dimensi lain yang paling nyata mengenai perwujudan ciri individual muka bumi
ialah ketinggiannya. Perwujudan ciri-ciri yang tampak di suatu bentang alam
karena bentangnya secara vertikal dapat digambarkan atas dasar aspek ini.
Misalnya, pepohonan dapat digambarkan dengan simbol-simbol dimana garis
vertikal menggambarkan tinggi suatu kenampakan yang berdiri. Apabila seluruh
profil memiliki bentuk yang tegas, seperti sebuah menara tinggi, maka simbol dapat
menggambarkan kenampakan- profil struktur yang disederhanakan.
c. Fungsi
Bentuk simbol dapat pula dihubungkan dengan suatu aspek yang amat berlainan,
yaitu fungsinya. Istilah ini dipakai secara meluas untuk menyatakan tujuan,
penggunaan atau peristiwa yang memberikan alasan dasar untuk mencantumkan
informasinya dalam peta. Abstraksi semacam itu adalah karakteristik bagi sesuatu
yang tidak ada atau begitu kecil kenampakannya di muka bumi. Misalnya, peng-
gunaan dua palu bersilangan untuk pertambangan, dua pedang bersilangan untuk
suatu medan perang, sebuah tabung reaksi untuk pabrik kimia, sebuah salib untuk
gereja. Dalam beberapa hal simbol-simbol tersebut menggambarkan simbolisasi
bentuk pada perwujudannya yang ekstrim, karena bentuk simbol individual tidak
lagi berdasarkan sesuatu aspek kenampakan fisiknya, tetapi berdasarkan konsep-
konsep yang artinya dapat diidentifikasi.
Oleh sebab itu, dalam banyak hal variasi dalam bentuk simbol garis perlu
dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kontinyuitas kenampakan yang
digambarkan. Kontinyuitas ini dapat berkaitan dengan karakteristik kenampakan
yang sebenarnya ada, dengan hasil-hasil pengukuran yang digambarkan, serta
abstraksi yang digambarkan. Misalnya, garis biru yang kontinyu biasanya
digunakan untuk meng gambarkan sungai. Apabila hal itu masih tetap dipakai un-
tuk perairan yang mengalir, maka akan selalu ada perbedaan penggambaran
dalam bentang alam antara tanah dar perairan, dan yang selalu menjadi rintangan
bagi gerakan manusia. Apabila air mengalir tidak terus menerus sepanjang waktu,
seperti yang terjadi pada sungai musiman. maka fenomena dapat digambarkan
secara baik dengan garis biru yang terpotong-potong.
Apabila garis batas suatu wilayah merupakan kenampakan yang kontinyu dalam
bentang alam dan ada secara konsisten sepanjang garis tertentu, seperti misalnya
sebuah pagar di sekeliling hutan, maka layak untuk menggambarkannya dengan
simbol garis yang kontinyu. Namun apabila batas wilayah merupakan suatu zona
transisi, seperti yang biasa dijumpai pada wilayah hutan alami, atau rawa-rawa,
maka penggambaran yang lebih konsisten ialah dengan garis yang tidak kontinyu.
Apabila garis-garis dipakai untuk menggambarkan nilai nilai, maka tata urutan
pengukuran harus dipertimbangkan. Garis tinggi (kontur) yang merupakan hasil
survai selengkapnya (biasanya digambar secara fotogrametrik sebagai suatu garis
yang memiliki ketinggian tetap) adalah sebuah garis dari ukuran yang kontinyu, dan
dapat diidentifikasi sebagai sebuah garis yang kontinyu.
Garis kontur yang diinterpolasi berasal dari hasil sejumlah kecil pengukuran.
Walaupun ditunjukkan sebagai sebuah garis yang menunjukkan ketinggian
tertentu, dasar informasinya adalah pada tata urutan yang lebih rendah dibanding
garis yang diukur tersebut. Maka tata urutan yang lebih rendah dapat dikenali
dengan menunjukkannya sebagai sebuah garis yang tidak kontinyu. Sebuah garis
kontur yang tergambar dalam sketsa adalah merupakan perkiraan pada tata urutan
yang lebih rendah lagi.
2.5 DIMENSI
Dalam tahapan ini menjadi lebih jelas bahwa dimensi sebuah simbol, dalam
hubungannya dengan dimensi-dimensi fisik sebuah kenampakan, hanya mempunyai
hubungan yang tepat pada skala-skala yang memungkinkan bentangan denah yang
benar sesuatu kenampakan dapat ditunjukkan. Dalam semua kasus lainnya dimensi
simbol berhubungan dengan karakteristik kenampakan lainnya.
a. Simbol titik-titik
Besarnya simbol titik dapat berkisar mulai dari yang terkecil (minimum) yang
dibutuhkan untuk menunjukkan letak sebuah titik, sampai pada sebuah simbol
yang dengan sengaja dibesarkan untuk menggambarkan sebuah nilai atau ukuran.
Apabila tujuannya hanya untuk menggambarkan lokasi, maka besarnya simbol
akan tergantung pada dua faktor : besar minimal sehingga ia nampak jelas, dan
besar yang dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat arti pertingnya datam formasi
b. Simbol-simbol garis
Besarnya simbol garis adalah pada ukurannya, atau lebar garis. Dalam simbol
garis ganda, seperti garis rangkap untuk jalan, besarnya mencakup lebar kedua
garis dan jarak antaranya.
c. Simbol-simbol wilayah
Variasi dalam dimensi tidak berlaku untuk simbol-simbol wilayah, sebab luasnya
dipengaruhi oleh lokasi. Penggunaan titik berulang dan simbol-simbol garis
merupakan hal khusus, yang akan dikemukakan kemudian.
2.6 WARNA
a. Simbol-simbol titik
Variasi dalam warna pada simbol-simbol titik secara esensial bergantung pada
variasi sifat warna. Kekontrasan antara warna-warni merupakan unsur dominan.
Pemilihan warna untuk suatu kategori simbol titik tertentu dipengaruhi oleh ukuran
simbol, kategori utamanya, pentingnya arti simbol, serta asosiasi warna. Misalnya,
simbol-simbol titik kecil harus ditunjukkan dengan warna yang kuat, yaitu warna
yang memberikan kontras nyata terhadap warna putih, agar simbol-simbol tersebut
nampak jelas.
b. Simbol-simbol garis
Simbol garis tunggal juga tergantung terutama pada variasi warna, dan dalam hal
ini bertalian erat dengan simbol-simbol titik. Untuk alasan yang sama, warna harus
dipilih yang cukup kontras dengan warna lainnya. Karena batasan dalam
perbedaan yang dapat terlihat jelas ini alasan-alasan itu akan ditelaah dalam
bagian uraian di belakang), maka warna yang dipakai untuk mencetak peta ber-
warna dipilih terutama atas dasar persyaratan simbol-simbol titik dan garis.
Beberapa variasi dalam ketercahayaan dan kejenuhan dimungkinkan, yaitu dengan
mengubah garis berwarna yang kontinyu menjadi rangkaian titik-titik atau garis
coretan halus. Hal ini biasanya dipakai bila dikehendaki untuk menurunkan
perhatian pada simbol garis dengan membuatnya kurang menyolok secara visual.
c. Simbol-simbol wilayah
Semua variasi dalam kenampakan permukaan wilayah dapat dilukiskan sebagai
variasi dalam warna. Secara mendasar variasi dapat dibagi menjadi dua kelompok:
karakteristik permukaan yang berasal dari warna, ketercahayaan, dan kejenuhan;
dan karakteristik permukaan yang berasal dari pengulangan titik dan simbol-simbol
garis.
Wilayah dapat dibedakan dengan menggunakan warna-warna, baik pada tingkat
kejenuhan penuh atau penurunan tingkat kejenuhan. Penggunaan variasi yang
paling umum dalam warna untuk wilayah ialah dengan kejenuhan, sebab secara
teknis paling lebih mudah dicapai. Sementara itu, karena warna pada peta
berwarna itu biasanya dipilih bertalian dengan gambar garis, maka akan terlalu
kuat, yaitu terlalu jenuh untuk penggunaan meluas pada wilayah yang besar. Bila
digunakan tanpa penurunan tingkat kejenuhan, maka akan begitu menyolok
warnanya hingga akan mempengaruhi gambaran visual peta.
Suatu warna yang tak jenuh, seperti yang digunakan dalam peta, terdiri dari
sebuah kesan warna, yaitu berupa kombinasi titik-titik atau garis-garis berwarna
dan suatu proporsi warna kertas putih. Dengan mengubah kombinasi panjang
gelombang cahaya yang dipantulkan oleh wilayah peta sebagai suatu keseluruhan,
maka kenampakan yang terjadi adalah warna yang lebih lemah atau tidak jenuh. Ini
juga berarti bahwa sejumlah kesan warna dari sesuatu warna apapun dapat dibuat,
dan dapat dikaitkan dengan aneka macam kelompok kenampakan atau nilai yang
berbeda-beda dari kenampakan yang sama. Perlu dicatat pula bahwa jumlah
perbedaan yang dapat terlihat dalam tingkat kejenuhan, yaitu jumlah efektif kesan
warna yang dapat dihasilkan untuk satu macam warna, tergantung pada warna
khusus.
luas dalam setiap tipe peta yang sebaiknya ditelaah terlebih dahulu. Di samping itu,
ada banyak sekali unsur-unsur lain yang dapat digambarkan dalam peta. Peta dapat
dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu : peta topografi untuk tujuan khusus, peta
subyek khusus tentang lingkungan fisik (alam), dan peta subyek tentang lingkungan
manusia.
Walaupun petugas survei (surveyor) dapat memandang tipe informasi planimetrik ini
sebagai "tidak bersimbol", ditinjau dari sudut pandangan kartografis semua unsur da-
lam gambar grafik adalah simbol, oleh karenanya apa yang sebenarnya dinyatakan
dengan tipe gambar garis itu harus dimengerti. Meskipun denah skala besar dari
sebuah wilayah perkotaan nampak eksak dan jelas, denah yang berfungsi dengan cara
demikian itu hanya berlaku untuk seseorang yang telah mengenal secara baik
lingkungan wilayah perkotaan yang bersangkutan. Denah itu, mungkin tidak akan
dimengerti sama sekali bagi orang yang belum mengenalnya. Karena simbol-simbol
grafik digunakan untuk persyaratan informasi yang sangat terbatas. Contoh yang
serupa, sebuah hutan ditentukan di sepanjang garis di mana wilayah yang bercirikan
dengan adanya pohon-pohon berubah menjadi wilayah yang ditandai dengan tidak
adanya pepohonan. Ini merupakan juga suatu "bagan" dan bagian dari informasi
planimetrik. Tetapi karena tidak ada cara yang jelas bagi pemakai peta untuk dapat
menyimpulkan adanya wilayah hutan, maka pada peta skala besar pun perlu
digambarkan beberapa karakteristik wilayah hutan agar orang dapat
mengidentifikasikannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memuat serangkaian simbol-
simbol yang memiliki karakteristik itu, seperti gambar pohon yang untuk menunjukkan
bahwa wilayah yang dilingkungi adalah mempunyai karakteristik dengan pohon-pohon
itu.
Dengan mengecilkan skala, hubungan planimetrik dengan informasi lainnya menjadi
semakin kompleks. Karena dengan demikian perlu untuk menghilangkan beberapa
kenampakan, atau rincian kecil dalam bentuk-bentuk planimetrik dan juga untuk
menyederhanakan posisinya dengan generalisasi. Maka menjadi sangat penting untuk
mengidentifikasi dan mengklasifikasi kenampakan-kenampakan individual yang telah
diabstraksikan dan dilambangkan dari keadaan keseluruhannya. Oleh sebab itu,
sebuah jalan mungkir tidak ditunjukkan menurut posisi planimetrik yang benar pada
bagian-bagian tepinya; ia akan dilambangkan sebagai salah satu kelompok obyek
yang dikenal sebagai "jalan”, dan beberapa karakteristik lainnya yang mungkin
ditunjukkan. Simbol ini setalu mencakup faktor-faktor yang secara visual tidak
merupakan bagian identitasnya pada tiap titik, seperti klasifikasi jalurnya.
terdapat secara nyata di permukaan bumi, baik dalam bentuk yang dapat dilihat atau
pun yang berwujud nyata, seperti misalnya gejala iklim. Maka hal yang demikian itu
menjadikan bagian materi pokok bagi peta-peta subyek khusus yang memusatkan
pada sajian mengenai lingkungan fisik.
Pencantuman tiap unsur dalam sebuah peta memprakirakan bahwa terdapat cukup
informasi untuk kemungkinan pencantumannya. Dalam peta topografi alasan dasar ini
dapat diterima, sebab fungsi pengadaan survei adalah untuk memberikan informasi
sampai derajat keseksamaan yang diperlukan. Meskipun demikian, sebuah peta
berskala kecil diperoleh dari peta yang berskala lebih besar dan generalisasi secara
progresif akan mengubah posisi planimetrik dalam hubungannya dengan skala. Dalam
batas skala maka tujuan dasarnya adalah untuk menggambarkan kenampakan-
kenampakan menurut posisinya yang benar.
Untuk beberapa peta yang mempunyai subyek khusus, asumsi yang sama dapat
dibuat. Dalam peta geologi misalnya, batas berbagai formasi batuan telah akan
dilakukan survai di lapangan, dan informasi yang dicatat dalam hubungan dengan
kenampakan topografis yang ditunjukkan pada peta lainnya. Kondisi yang sama tak
harus berlaku untuk semua jenis peta yang mempunyai subyek khusus. Banyak
diantaranya dibuat dari data yang tidak diperoleh untuk tujuan pembuatan peta, dan
data semacam itu dapat mengandung kekurangan serius ditinjau dari sudut pandangan
kartografis. Walaupun benar bahwa peta dapat dibuat hampir untuk semua subyek,
namun benar pula bahwa hal itu berlaku hanya apabila informasi yang sesuai
diperoleh.
BAB III
RANCANGAN PETA
3.1 UMUM
Rancangan peta adalah sesuatu yang bertalian dengan penyajian grafis mengenai
informasi yang terkandung dalam peta. Fungsi rancangan tersebut adalah untuk
mengkomunikasikan informasi secara efektif kepada pemakai peta; oleh karenanya,
rancangan itu harus mempertimbangkan semua kondisi yang mempengaruhi proses
rancangan, yaitu tuntutan pemakai, perkiraan tingkat pemahaman, keadaan
pemakaian, kerumitan informasi, kemungkinan-kemungkinan teknis serta pembiayaan,
dan lain sebagainya. Dalam hal ini rancangan merupakan titik tempat semua faktor
dipertemukan bersama-sama sehingga ia merupakan bagian kritis bagi kegiatan ahli
kartografi. Rancangan bukan semata-mata merupakan suatu kegiatan yang
menjembatani antara penghimpunan atau pengumpulan data dan pelaksanaan teknis
pembuatan peta.
Rancangan meliputi dua tahap kegiatan. Tahap pertama menyangkut berbagai
pertimbangan umum yang mempengaruhi kenampakan peta dan cara penggambaran
isi peta. Tahap kedua meliputi penentuan-penentuan terinci mengenai simbol-simbol
tunggal yang menggambarkan informasi secara grafik. Meskipun ada beberapa
interaksi di antara kedua tahapan tersebut, namun secara umum dimungkinkan untuk
melihatnya secara terpisah.
pula sejauh mana hal itu dapat diwujudkan secara grafik. Kegiatan awal untuk peta-
peta semacam itu harus mencakup pertimbangan, baik yang bertalian dengan isi
maupun cara-cara yang mungkin untuk menggambarkannya. Ini merupakan tugas ahli
kartografi mengenai isi. Apabila pihak pemakai menghendaki enam buah kategori
penggunaan tanah, maka ketentuan-ketentuan secara teknik grafik untuk itu harus
dibuat secara jelas.
Pada tempat kedua, banyak peta dibuat untuk menggambarkan tujuan-tujuan yang
bersifat ilmiah, dan hal ini dapat diklasifikasikan sebagai peta-peta subjek khusus.
Peta-peta ini dapat bervariasi mulai dari yang memuat data yang sangat khusus hingga
yang berupa peta-peta sederhana untuk atlas sekolah dasar. Dalam hal-hal tertentu, isi
dan tujuan peta akan ditentukan oleh penyusunan peta, baik yang benar-benar telah
mengenal kartografi maupun yang belum. Meskipun tanggung jawab isi terletak pada
penyusunan peta, kejelasan serta kenampakan grafik dalam peta menjadi tanggung
jawab para ahli kartografi. Karena keterkaitan antara skala, isi, dan simbol-simbol,
tidaklah dapat dipakai anggapan bahwa rancangan dapat dipikirkan secara terpisah
dari isinya, dan bila perlu isi dapat dimodifikasi disesuaikan dengan penggambarannya.
Situasi semacam ini benar-benar dapat terjadi dalam gambar-gambar peta hitam putih
berskala kecil, di mana kemungkinan penggambaran grafik hanya terbatas serta isi
informasi peta dengan mudah menjadi berkelebihan.
Peta-peta subyek khusus yang diproduksi oleh ahli-ahli kartografi secara langsung,
yang dalam hal demikian mereka bertindak sebagai pembuat dan sekaligus
perancang. Cara-cara semacam itu adalah yang paling mudah, sebab sejak semula
ahli kartografi telah memiliki konsep skala serta batasan-batasan isi peta, sehingga
pengumpulan dan evaluasi data dapat sekaligus mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan serta keterbatasan-keterbatasan. Dalam situasi ini yang penting, ahli
kartografi tidak terperangkap untuk sampai pada suatu rancangan yang memuaskan,
namun secara esensial informasinya salah, yang dapat terjadi apabila ia tidak cukup
memahami bahan yang disajikan. Produk peta yang baik dan jelas hanya terancang
secara baik sejauh kebenaran informasi yang disajikan. Beberapa peta yang secara
teknis diproduksi dengan baik, ternyata setelah diteliti mungkin memiliki cacat dalam
hal isinya.
Akhirnya, situasi kartografis dapat menyangkut penciptaan sebuah peta atau seri peta
untuk seorang pelanggan yang tidak memiliki pengetahuan kartografi, sebagaimana
banyaknya peta dibuat untuk memenuhi pesanan. Dalam hal ini fungsi pertama ahli
kartografi ialah mengusahakan terpenuhinya tuntutan pemakai sejelas mungkin dalam
hubungannya dengan tingkat biaya yang bersangkutan. Hal ini sangat tergantung
dalam hubungannya dengan rincian khusus yang terdapat dalam bagian-bagian peta
yang berlainan; dan akhirnya memperhalusnya dengan penyesuaian-penyesuaian
kecil. Dalam beberapa kasus, penyesuaian tak akan menghasilkan jawaban yang
memuaskan, sebab dasar dugaannya salah, dan hal ini biasanya timbul disebabkan
skala peta tersebut sejak semula salah. Meskipun sekali sebuah hipotesis telah
dibentuk, dalam kebanyakan kasus sangat sulit untuk mengetahui bahwa dugaan itu
merupakan sumber malapetaka. Apabila suatu rancangan terbukti sulit, maka upaya
harus dibuat dengan mempertanyakan pada kerangka dasar dari seluruh struktur peta.
b. Bentuk-bentuk Dasar
Reaksi pertama dari setiap pemakai peta adalah mengidentifikasi keadaan fisik
wilayah yang tercakup dalam peta untuk menentukan “di mana ia terdapat”. Bagi
pemakai peta yang telah berpengalaman, ia akan memanfaatkan semua petunjuk
yang diberikan oleh tata susunan daratan dan perairan, relief, tempat-tempat
pemukiman, dan menyesuaikan pemikirannya dengan skala. Bagi pemakai peta
yang tak berpengalaman tak akan mudah menyesuaikan diri dengan skala, dan
mungkin tak memahami arti penting berbagai petunjuk yang tersajikan. Aspek
orientasi ini bergantung sebagian besar pada pengenalan bentuk-bentuk
kenampakan topografi utama. Hal ini dapat dicapai secara mudah dengan
membuat perbedaan visual yang jelas antara daratan dan perairan, sebab hal ini
merupakan perbedaan utama yang terdapat dalam bentang alam. Manakala
dimungkinkan, perbedaan ini harus dinyatakan dengan suatu perbedaan warna
permukaan dan bukan hanya pola garisnya saja. Sehubungan dengan itu, warna
permukaan menunjukkan setiap perbedaan wilayah yang ditimbulkan oleh
penggunaan warna pada setiap bentuk yang ada di seluruh permukaan. Ini
mencakup pula variasi warna abu-abu maupun variasi lainnya dalam warna,
ketercahayaan, dan kejenuhan.
Untuk wilayah kecil dengan berskala besar mungkin dapat terjadi bahwa
pembagian secara garis besar itu tidak akan terdapat dalam peta. Dalam kasus
semacam itu tak akan terdapat dalam peta. Dalam kasus semacam itu kontras
utama lain pada bentang alam perlu diberi penekanan; misalnya, dalam sebuah
kawasan pembangunan, yaitu dengan pembedaan antara wilayah yang dibangun
dan yang berupa tanah kosong. Pengenalan bentuk paling mudah ditentukan
dengan cara pemisahan permukaan secara visual dalam wilayah-wilayah yang
berbeda. Pembedaan ini tidak perlu disertai kekontrasan yang kuat; dalam banyak
hal dengan sedikit pengubahan warna permukaan sudah mencukupi, sebab mata
dengan sangat efisien dapat menangkap perbedaan-perbedaan itu. Penambahan
suatu kesan warna yang amat pucat untuk suatu perairan terbuka umumnya sudah
mencukupi untuk menghasilkan gambaran garis besar permukaan daratan.
Apabila wilayah itu cukup kecil dan memiliki bentuk yang rumit, maka penampilan
garis-garis halus untuk mempertajam tepi akan meningkatkan kejelasannya.
Misalnya, bila informasi utama terdiri dari pola-pola garis seperti garis isotermis,
maka latar belakangnya harus dirancang demikian rupa sehingga bagian-bagian
garis besar topografis digambarkan dengan variasi warna dan kesan-kesan warna.
Sebaliknya, bila gambar yang dominan terdiri atas serangkaian wilayah-wilayah
berwarna, maka relief permukaan tanah harus ditunjukkan dengan pola-pola garis,
seperti garis-garis kontur.
f. Penyebaran Tumpang-Tindih
Sebagai kelanjutan hal tersebut di atas, suatu situasi yang sulit akan timbul apabila
lebih dari unsur isi peta itu membutuhkan sejumlah kelas yang tersebar pada
wilayah dan digambarkan dengan perubahan dalam warna, ketercahayaan, atau
kejenuhan. Apabila sub kelompok tersebut digambarkan dengan variasi dalam
warna misalnya, maka dua macam penyebaran akan tampak bertentangan, dan
warna-warna yang jelas akan berubah. Ini akan terjadi misalnya, kalau terdapat
beberapa kategori vegetasi atau penggunaan tanah, dan juga kesan-kesan warna
hipsometrik akan dipakai untuk seluruh permukaan. Dalam situasi yang demikian,
maka perlu dipakai cara yang memanfaatkan kekontrasan antara kesan warna dan
tekstur. Jika satu penyebaran digambarkan dengan variasi dalam warna, yang
mungkin dinyatakan sebagai beberapa kesan warna dalam satu warna atau lebih,
maka penyebaran lainnya harus ditunjukkan dengan variasi dalam tekstur, yaitu
menggunakan pola-pola titik dan garis secara memadai dengan berbagai latar
belakang warna intensitas yang berbeda, sehingga dengan demikian kesan yang
membingungkan dapat dihindarkan.
g. Penekanan
Penggunaan kontras dalam warna harus dihubungkan dengan kenampakan-
kenampakan visual yang dominan dan cukup penting. Dalam hal ini, warna-warna
paling menonjol harus digunakan secara hemat agar tetap menarik. Misalnya, bila
warna merah dipakai berlebihan, maka nilai penekanannya akan berkurang. Hal ini
sangat penting untuk menjamin agar unsur-unsur dominan yang kecil dalam
keluasan wilayah yaitu hanya memberikan kenampakan gambar yang kecil pada
mata tampak dalam warna yang betul-betul jenuh, sehingga akan dapat
memberikan kenampakan yang cukup kontras terhadap kenampakan-kenampakan
lainnya. Warna merah, jingga, dan ungu adalah warna-warna yang bermanfaat
untuk penekanan, terutama bila kenampakan-kenampakan terdapat ukuran kecil,
tetapi hanya akan menjadi efektif pada warna latar belakang yang relatif muda dan
tidak jenuh. Kontras-kontras utama secara visual perlu dipakai untuk hal-hal yang
tidak serupa, dan bukan untuk sub-sub kelompok dalam hal yang sama.
Sepanjang pengembangan perancangan, harus disertai pertimbangan seksama
mengenai perbedaan-perbedaan yang dapat terlihat dan pengaruh satu simbol
terhadap lainnya. Sebelum rancangan akhirnya ditetapkan bagi suatu spesifikasi, ia
harus diuji terhadap kemungkinan kombinasi serta pengaturan-pengaturan
susunan simbol. Pembentukan seperangkat simbol-simbol grafik individual,
khususnya bila setiap warna wilayah ditangani secara terpisah sebagai unit yang
simetris seperti dalam penjelasan mengenai simbol-simbol, jarang dapat dilakukan
dengan mengantisipasi pengaruh simbol-simbol itu dalam peta. Meskipun warna
kuning pucat mungkin dapat terlihat bila ia diperkecil sampai beberapa milimiter
persegi dengan berbagai garis-garis berwarna terletak di atasnya. Imajinasi ahli
3.5 KETINGGIAN
Ketinggian suatu titik tertentu, menunjukkan kenyataan bahwa ia dapat diukur, dapat
dipandang sebagai atribut titik tersebut, yang dinyatakan dalam bentuk angka. Karena
informasi angka pada peta merupakan salah satu perluasan bentuk simbol grafik,
tampil dengan mengambil ruang di sekitarnya, maka ia hanya diperuntukkan bagi
sejumlah terbatas titik-titik penting yang benar-benar telah terseleksi. Pada setiap
skala, seleksi mengenai informasi ketinggian ini merupakan bagian penting dari peta
topografi. Perlu diingat bahwa meskipun titik-titik tinggi, seperti puncak-puncak gunung,
merupakan suatu pilihan yang jelas, mungkin sama perlunya untuk mencakup
informasi lokasi-lokasi lain, seperti jalan sempit yang melintas pegunungan,
pemukiman, dan bagian-bagian rendah (depresi). Informasi mengenai ketinggian
absolut sangat penting dalam tiga tipe utama peta, yaitu : peta pelayaran, peta
penerbangan, dan peta-peta perekayasaan yang berskala besar. Dalam peta-peta
tersebut, informasi mengenai ketinggian dan kedalaman merupakan bagian isi peta
yang bersifat sangat menentukan, dan oleh sebab itu memegang peranan yang lebih
penting dalam penggambaran relief.
a. Kontur
Di samping ketinggian-ketinggian tempat tertentu tersebut, ketinggian permukaan
daratan lainnya digambarkan menurut klasifikasi, yaitu dengan membaginya ke
dalam suatu seri wilayah yang ditentukan berdasarkan tingkat-tingkat
ketinggiannya. Garis-garis pembagi kelas-kelas wilayah itu disebut “kontur”, yaitu
garis-garis yang mempunyai ketinggian sama dalam kaitannya dengan garis dasar
peta. Meskipun garis kontur apabila selengkapnya diukur adalah merupakan suatu
garis yang mempunyai nilai tetap, fungsinya bersifat kolektif; artinya garis-garis
kontur tersebut merupakan alat untuk menggambarkan ketinggian setiap titik pada
peta yang terdapat dalam batas-batas kelas tertentu.
sama, kalau tidak, tidaklah mungkin menghubungkan ukuran pada skala horisontal
dengan ukuran pada ska0000la vertikal. Oleh sebab itu, seleksi interval vertikal
merupakan suatu penetapan dasar dalam menggambarkan ketinggian. Ini
dipengaruhi oleh sifat medan, skala peta, tuntutan kegunaan peta, dan kesulitan
memperoleh informasi.
Bagaimana pun interval kontur, wilayah-wilayah yang memiliki perubahan
ketinggian secara cepat akan memiliki garis-garis kontur yang lebih banyak dalam
jarak tertentu daripada daerah-daerah yang mengalami perubahan ketinggian
secara lambat. Makin besar perbedaan lereng, makin sulit untuk menentukan
interval vertikal secara memuaskan. Suatu interval kontur yang besar mungkin
diperlukan bagi wilayah-wilayah yang mempunyai lereng-lereng curam, di mana
garis-garis kontur relatif masih akan saling berdekatan. Interval besar yang
digunakan untuk wilayah-wilayah yang landai ataupun tak berlereng akan
menghasilkan garis-garis kontur yang saling terpisah jauh yang sulit untuk
menghubungkannya secara visual, dan hanya memiliki suatu kaitan yang tidak
tetap dengan variasi bentuk nyata yang ada di lapangan.
Secara teoritik agaknya diseyogyakan, paling tidak untuk peta topografi yang
berskala besar, untuk menggunakan interval kontur sekecil mungkin agar dapat
memberikan informasi ketinggian secara maksimal. Interval kontur yang kecil
benar-benar diperlukan bagi peta perekayasaan yang digunakan untuk menghitung
isi, dan hal ini biasa terjadi. Dalam berbagai situasi lainnya, intensitas informasi
kontur dibatasi oleh tuntutan penggunaan peta yang nyata, pembiayaan serta
sulitnya memperoleh informasi, dan pengaruh garis-garis kontur atas informasi
peta lainnya.
Kebanyakan penggunaan peta lebih bertalian dengan ketinggian relatif dibanding
dengan ketinggian absolutnya. Perbedaan ketinggian relatif menentukan lereng,
bentuk-bentuk permukaan secara terinci, arah aliran air, dan sebagainya. Pada
peta topografi berskala besar, tipe yang biasa digunakan untuk orientasi (yaitu
yang dipakai di lapangan), suatu interval kontur 10 meter berarti bahwa tiap titik
pada permukaan tanah dapat ditemukan dalam jarak 5 meter, atau separo dari
interval kontur. Dengan kata lain, bila garis-garis kontur yang bersebelahan dengan
suatu titik menunjukkan 30 dan 40 meter, maka tiap titik di antara garis-garis kontur
tersebut dapat ditandai dengan ketinggian sekitar 35 meter; dan ini tidak dapat
memiliki kesalahan lebih dari 5 meter. Hanya pada titik-titik khusus saja yang
agaknya memerlukan informasi yang lebih terinci dari ini. Pada skala-skala yang
lebih kecil, garis kontur digunakan terutama untuk memperoleh pengetahuan
tentang bentuk permukaan wilayah, sehingga ketentuan mengenai ketinggian
absolut menjadi kurang penting, sebab ia bukan merupakan aspek penggunaan
peta biasa. Oleh sebab itu, intensitas pembuatan kontur, yang biasanya
menghabiskan sebagian besar pembiayaan survai, harus ditetapkan dalam
kaitannya dengan kebutuhan minimal, dan bukan dengan kebutuhan maksimalnya.
c. Interval-interval Tambahan
Karena ketetapan mengenai interval vertikal merupakan suatu hasil kompromi,
maka pada situasi-situasi khusus ia harus dimodifikasi ataupun ditambah sampai
beberapa tingkat. Beberapa alternatif pemecahannya ialah dengan menggunakan
interval-interval berbeda untuk wilayah-wilayah topografi yang berlainan, yaitu
dengan menggunakan interval kontur yang tak sama. Cara terakhir hanya dipakai
dalam hubungannya dengan kesan-kesan warna pada skala kecil, yang nanti akan
dikemukakan pada topik tersendiri.
Informasi tambahan dapat berupa dalam dua macam bentuk; kontur-kontur
tambahan (yang sebenarnya yang merupakan kontur-kontur) yang diukur dengan
derajat keseksamaan yang sama sebagai kontur standar. Dengan demikian,
kontur-kontur itu merupakan informasi pada tingkat yang sama. Garis-garis bentuk
(form lines) dapat digambar dari hasil pengamatan di lapangan atau dari hasil
interpelasi yang didasarkan pada kontur standar. Kontur-kontur ini memiliki tingkat
ketepatan yang lebih rendah, oleh karenanya secara visual harus dibedakan dari
kontur-kontur standar. Penggunaan interval vertikal yang berbeda-beda untuk
daerah-daerah yang berlainan biasanya dijumpai pada peta-peta topografi yang
berskala besar dan sedang, yang pemakaiannya mencakup seluruh wilayah
negara atau pun daerah-daerah yang luas. Karena peta-peta semacam itu terdiri
dari seri lembar-lembar yang terpisah, maka dimungkinkan untuk membaginya
menjadi kelompok-kelompok yang bertalian dengan karakteristik topografi utama
wilayah; misalnya, seperti yang telah dibuat dalam seri peta topografi daerah
Perancis.
d. Gambar Kontur
Masalah penggambaran grafik harus mempertimbangkan kualitas informasi yang
dijadikan dasar garis-garis kontur, sifat informasi, perlu pemakai peta untuk
mengenali ketinggian tempat secara individual, serta pengaruh pola kontur pada
simbol-simbol lainnya.
Untuk pembicaraan dalam urutan sebaliknya, pengaruh pola kontur pada simbol-
simbol sangat bervariasi pada berbagai wilayah topografi. Di satu pihak, apabila
hanya terdapat sedikit garis kontur, adanya garis-garis halus yang tak teratur
mungkin sulit untuk dibedakan, sebab adanya simbol-simbol informasi lainnya. Di
lain pihak, garis-garis kontur yang mengelompok rapat akan sangat berpengaruh
pada keseluruhan warna peta, dan mungkin mempersulit pada keseluruhan warna
peta, dan mungkin mempersulit untuk mencakup simbol-simbol lainnya secara
jelas. Akibat-akibat grafik dari hal itu ialah pada daerah dengan relief rendah
khususnya yang berkarakteristik dengan banyak lereng kecil, mungkin memerlukan
kontur tambahan untuk membantu pengenalan polanya. Pada daerah yang
memiliki lereng-lereng curam, perlu untuk menggunakan garis-garis kontur yang
halus guna memperkecil pengaruh yang timbul. Walaupun garis kontur yang lebih
tebal akan menjadikan garis-garis kontur secara individual nampak jelas dalam
peta, namun hal itu akan menimbulkan kesulitan grafik mengingat kontur-kontur
tersebut saling berdekatan.
Meskipun garis-garis kontur sering digunakan secara kolektif untuk memperoleh
kesan umum mengenai bentuk-bentuk permukaan tanah, namun harus tetap dapat
mengidentifikasikan ketinggian-ketinggian daerah secara nyata. Karena secara
grafik tidak mungkin untuk mencakup informasi ini sebagai bagian dari simbol
garis, maka harus ditambah dengan menyelipkan angka-angka kontur. Bagaimana
hal ini dikerjakan akan tergantung pada frekuensi dan arahnya.
menjadi makin tinggi di bagian yang terlebih jauh dari pengamat. Apabila angka-
angka kontur terletak di bagian bawahnya, maka daerah permukaan tanah itu
menjadi menurun. Akibatnya metode ini seringkali dipakai dalam peta-peta yang
sering digunakan untuk di lapangan. Untuk peta-peta berskala kecil, yang biasanya
tidak memiliki orientasi (arah) namun terbaca dalam standar arah baca, ada
kelaziman untuk menjajarkan angka-angka kontur sedekat mungkin dengan arah
baca tanpa mengingat arah lereng.
Frekuensi penomoran kontur harus dipertimbangkan, baik secara mendatar
maupun vertikal. Suatu kontur yang tersendiri mungkin harus terus ditelusuri
hingga dijumpai angka petunjuknya. Dalam pola-pola kontur yang tertutup, sekali
suatu angka tertentu telah terbaca, maka relatif akan mudah untuk menghitung,
baik ke atas maupun ke bawah, hingga mencapai tingkat yang diinginkan pada
suatu lereng tertentu. Untuk daerah semacam itu, pembacaan garis-garis kontur
dibantu dengan menyertakan angka-angka mendatar untuk setiap wilayah lereng
hingga setiap kontur dapat ditentukan secara tepat dengan membacanya dari
angka yang terdekat, dan pada kontur-kontur yang menimbulkan kesulitan
interpretasi selalu diberi angka-angka. Hal ini biasanya menjadi sangat penting
pada perubahan-perubahan dalam lereng serta pada lereng yang terputus-putus.
Pembacaan ketinggian tempat juga dibantu dengan adanya kontur indeks. Dari
namanya menunjukkan bahwa indeks-indeks kontur tersebut membantu membeda-
bedakan kontur-kontur lainnya. Kontur indeks digambarkan dalam garis-garis yang
lebih tebal; oleh sebab itu, lebih mudah untuk membedakan dan menghitungnya.
Dalam praktek biasanya disertakan angka-angka kontur untuk kontur-kontur indeks
pada suatu daerah lereng, dan menambahkan juga angka-angka kontur lain
sampai tingkat tertentu sesuai dengan kebutuhan pemakai peta; seperti yang dapat
diperkirakan sebelumnya oleh ahli kartografi. Kontur indeks juga membantu untuk
menguatkan visualisasi dalam penggambaran kontur. Dengan menampilkan
informasi pada dua tingkat visual, akan membuat lebih mudah membedakan
bentuk-bentuk utama dari yang terinci.
f. Informasi Kontur
Dalam banyak hal juga penting bagi pemakai peta untuk mengetahui ketepatan
informasi kontur suatu peta, yang akan mempengaruhi dalam pemanfaatannya. Hal
ini ditegaskan dengan pernyataan mengenai sifat informasi kontur di pinggir kota.
Perbedaan utama terdapat di antara kontur-kontur yang telah dihasilkan melalui
penelitian, baik dengan ukur tanah maupun dengan pengukuran fotogrametri, seta
kontur-kontur hasil interpelasi dari observasi sejumlah ketinggian tempat-tempat
tertentu. Apabila kedua-duanya tergambar pada peta yang sama, maka akan lebih
baik jika perbedaan itu dinyatakan secara grafik dengan simbol.
20 Index 20
10 Standard 10
5 Tambahan 5
Bentuk-bentuk dan angka-angka kontur
Karena diperlukan adanya dua kontur agar dapat mengetahui ketinggian suatu titik
yang tidak terletak pada garis kontur, maka masalah timbul pada kontur-kontur
yang akhir, yaitu yang melingkungi suatu daerah. Tanpa informasi lain, tidak
mungkin untuk menentukan secara pasti, apakah daerah yang tertutup tersebut
lebih tinggi atau lebih rendah dibanding dengan yang terdapat pada nilai kontur.
Hal ini biasanya dicontohkan dengan bukti-bukti kecil atau depresi. Hal ini dapat
diatasi dengan menambah angka ketinggian tempat yang ada di dalam lingkungan
kontur, yang dapat diperbandingkan dengan nilai kontur; atau dengan merubah
bentuk kontur. Biasanya hal ini dilakukan dengan cara menambah tanda garis-garis
pendek pada sisi yang lebih rendah dibanding dengan kontur.
Kontur-kontur tertutup
BAB IV
SKALA, LEGENDA, DAN SITE PLAN
4.2 LEGENDA
Pada Gambar
Titik-Titik Ukur Pada Peta
Ukur
Titik tetap dari jaring segitiga, P =
Primair, S = Sekundari, T = Tertair,
Q = Quartair. T17 digambar hitam
dan digambar merah.
Titik perantaraan tetap baru, dibuat
dengan cara ke muka atau cara ke
belakang dari batu atau dari beton.
T.p. 19 digambar hitam dan
digambar merah.
Idem tidak tetap baru, dari kayu
atau dari bambu.
Titik polygon dari batu atau beton
warna merah.
Idem dari besi (pipa atau besi
masief) warna biru.
Idem dari kayu atau bambu (bersifat
sementara) warna hitam.
Pada Gambar
Garis-Garis Ukur Pada Peta
Ukur
Garis ukur (garis konstruksi) lebih
tipis dari garis polygon.
Garis perpanjangan (p) lebih pendek
dan tipis dari garis ukur.
Garis tegak lurus, (t) lebih pendek
dari garis perpanjangan
Garis perpanjangan (p) ; setengah
panah merah sedapat mungkin di
sudut yang lancip.
Garis tegak lurus, dikira-kira atau
disikukan dengan buku (portepel).
(tidak diberi tanda)
Garis tegak lurus dengan prisma
atau siku-siku besar dari kayu
(pakai tanda siku) dengan merah.
Garis tegak lurus dibuat dengan
teropong (theodolisi) (tanda siku
berganda) dengan merah.
Garis tegak lurus (t) garis
perpanjangan (P).
Perpanjangan dari suatu garis
ukur (polygon) diberi tanda
panah merah.
Batas atau pagar lurus
berpotongan dengan garis ukur
diberi tanda merah setengah
oval.
Pada Gambar
Angka-Angka Ukur Pada Peta
Ukur
Angka ukur biasa ditulis pada
Gambar Ukur di tempat pengukuran
(terrain) dengan potlot (H3) dan di
Angka-angka ukur pada peta tidak ditulis (juga tidak dengan potlot)
kantor atau di rumah, hari itu juga
harus ditinta (pada gambar hitam) di
153,90
atas, di bawah atau di sebelahnya
angka potlot tadi sehingga angka
potlot dan tinta dua-dua dapat
terang dibaca. Dalam peta angka-
angka ukur tidak ditulis.
129,40 Angka ukur yang diukur dua kali
129,40 harus ditulis dua kali pula.
Idem tetapi yang kedua kalinya
129,40 (c) diukur oleh orang lain. Diberi tanda
(c) merah di belakangnya.
Angka akhir dari suatu garis ukur
atau polygon diukur dengan pita
207,15
ukur (tidak begitu teliti), dicoret dua
hitam di bawahnya.
Idem, diukur dengan pegas ukur
271,14 (teliti), dicoret dua merah di
bawahnya.
Pada Gambar
Angka-Angka Ukur Pada Peta
Ukur
Angka jarak dari suatu titik utama,
Angka-angka ukur pada peta tidak ditulis (juga tidak dengan potlot)
dicoret satu di bawahnya dengan
hitam atau merah, tergantung dari
87,31 alat ukur yang dipergunakan.
Dengan pita ukur dicoret hitam, dan
dengan pegas ukur dicoret merah di
bawahnya.
Sesuatu angka ukur yang diukur
kembali oleh orang lain (veri ficatie)
12,70 ditulis merah, coret satu atau dua
82,30 merah atau hitam di bawahnya
89,40 sama halnya seperti di atas,
tergantung dari alat ukur yang
dipergunakan.
Angka ukur dari garis miring
(hyoptenusa) atau diagonal atau
<26,31> garis kontrol yang mengukur dan
merah kalau diukur oleh orang lain
kembali.
Jarak dari batas pekarangan
(15,21) (perceel) diberi dari dan ke mana
diukur.
(-) Idem kalau tidak dapat diukur.
Kalau sudut miringnya lebih besar
dari T0 lebih baik tentukan jarak itu
secara trigonometris (kalau tidak
dapat jarak horizontal itu diukur
dengan cara dipotong-potong).
Pada Gambar
Angka-Angka Ukur Pada Peta
Ukur
Mengukur dengan rambu (afstand
meter baak) dalam keadaan luar
biasa tempo-tempo suatu jarak dari
ukuran detail diukur dengan cara
potis dengan rambu (baak). Ini
hanya dikerjakan kalau jarak yang
dikehendaki tidak begitu teliti, dan
sedapat mungkin jangan dilakukan.
Kalau terpaksa, maka ukurlah jarak
itu paling sedikit 4 kali dengan
rambu, sudut miring diukur pulang
balik, dan ditulis biru. Sudut
(horizontal) dari polygon ditulis
dengan merah. Kalau mengukurnya
mempergunakan formulir untuk
sudut-sudut dan jarak-jarak optis,
pengukuran (angka ukur) tidak perlu
digambar lagi pada gambar ukur,
cukup ditulis dalam formulir saja.
Pada Gambar
BATAS PEKARANGAN (Perceel) Pada Peta
Ukur
Batas pekarangan harus diukur
jaraknya, dan diberi tanda yaitu
untuk :
Pagar bambu = p.b.
Pagar papan = p.p.
Pagar kawat = p.k.
Pagar duri tiang kayu atau bambu =
k.d.k.
Pada Gambar
BATAS PEKARANGAN (Perceel) Pada Peta
Ukur
Pagar duri tiang besi = k.d.b.
Pagar duri tiang tembok atau beton
= k.d.t.
Gulungan atau pematang = g.l.
Batas dibuat batu kali yang disusun
rapat. Dibuat biasanya kalau dua
pekarangan berlainan tingginya.
Batas pekarangan tidak berpagar.
Batas dari : Kampung (hijau),
Kawedanan (ungu), Karesidenan
(jingga), Propinsi (merah muda).
Pada Gambar TEMBOK PEKARANGAN
Pada Peta
Ukur (Perceel)
Pinggir jalan, selokan, tangga dan
lain-lain yang terbuat dari batu
(plesteran) tanda menunjukkan
sebelah mana yang ditembok.
Tembok pada skala 1:250 atau lebih
kecil (1:250, 1:200, 1:100, 1:50).
Tebal tembok ditulis di dalamnya,
diarsir dengan merah miring-miring
450 antara. Pada gambar ukur
digambar lebih besar dari
semestinya (tidak menurut skala).
Pada peta digambar menurut skala.
Pada Gambar
TUGU (PILAR) DAN JEMBATAN Pada Peta
Ukur
Tugu besar dari (0,40 m) digambar
dan diarsir dengan merah.
Tugu kecil dari batu (0,40 m)
digambar dan diarsir atau
seluruhnya dengan merah.
Tugu batu alam (dipahat), besar
dan kecil, digambar dengan merah.
Besi batas besar ( 0,0 m) digambar
dengan biru.
Besi batas kecil (0,0 m) digambar
dengan biru.
Piket, pancang tembok atau patok
besar, digambar dan diarsir dengan
[B.M. 235] hitam (0,10 m).nomor piket ditulis [B.M. 235]
dengan hitam.
Idem, kecil (0,10 m) digambar
[F.T. 54] [F.T. 54]
dengan hitam.
Piket Hektometer, dan Kilometer
dari D.K.A. atau P.U. (salah satu
sudut harus menghadap ke as jalan
(kereta api).
Piket tanda pengkolan dari D.K.A.
Pada gambar diukur : Digambar
hitam, dan semua tulisan yang
tertulis pada papan piket itu ditulis di
sebelahnya.
Pada peta : Tulisan ini tidak dibuat.
Pada Gambar
TUGU (PILAR) DAN JEMBATAN Pada Peta
Ukur
Jembatan batu, diarsir dengan
merah, atau digambar seluruhnya
dengan merah.
Jembatan kayu, digambar hitam.
Jembatan bambu, digambar hitam.
Jembatan besi, digambar hitam
dengan diagonal biru.
Pengkolan untuk memuat dan
membongkar barang-barang D.K.A.
atau pelabuhan dari batu atau
beton, digambar hitam dengan
diagonal merah.
Idem dari kayu, digambar hitam
dengan diagonal hitam.
Idem dari besi, digambar hitam
dengan diagonal biru.
Pada Gambar
RUMAH-RUMAHAN Pada Peta
Ukur
Rumah batu atau beton (gedung).
Gambar Ukur : Pinggir garis merah
tipis (vermiljoen) dan arsir rangkap
(miring + 450) lebar + 2 mm dengan
potlot H/3.
Peta : Pinggir garis merah tipis
(vermiljoen) dan dicat merah muda
(carmyn) tipis sekali. Atap : dari
beton = (B).
Pada Gambar
RUMAH-RUMAHAN Pada Peta
Ukur
Rumah kayu lantai batu (ubin atau
beton). Atap Genteng = (G).
Gambar Ukur : Pinggir dengan tinta
hitam tipis dan arsiran dengan potlot
seperti di atas.
Peta : Pinggir merah (vermiljoen)
seperti di atas dan dicat tipis
dengan kuning muda.
Rumah kayu lantai tanah atau
rumah panggung. Atap dari ijuk = (I)
Gambar Ukur : Pinggir dengan tinta
hitam tipis, dan arsiran dengan
potlot seperti di atas.
Peta : Pinggir merah (vermiljoen)
seperti di atas dan dicat tipis
dengan kuning muda.
Rumah bambu lantai batu (ubin
atau beton). Atap seng (zeng) = (Z).
Rumah bambu lantai tanah atau
rumah panggung. Atap dari alang-
alang, atap, aren = (A).
Pada Gambar
RUMAH-RUMAHAN Pada Peta
Ukur
Rumah seng (zeng) lantai batu
(ubin atau beton). Pinggir garis
merah (vermiljoen) tipis. Dengan
arsiran horizontal antara + 2 mm
dan vertikal +4 mm dengan biru
(cobald). Atap dari Sirap = (S).
Rumah seng lantai tanah rumah
pangung. Pinggir garis hitam tipis
dan arsiran seperti di atas Atap
seng (zeng) = (Z).
Perhatian :
Kalau rumah terlalu besar untuk diarsir bolehlah arsiran-arsiran tersebut di atas
gambar hanya + 2 cm, keliling rumah. Panjang keliling rumah harus diukur
sungguhpun panjangnya itu dapat dihitung dari garis-garis perpanjangan atau
garis-garis tegak lurus. Demikian pula rumah tersebut tidak dapat dianggap siku
(900), jadi tiap-tiap sudut rumah harus dapat digambar dari garis-garis ukur
(garis konstruksi). Kalau sudut rumah terlihat nyata dengan mata tidak siku
diberi tanda titik siku dengan merah, yaitu :
Pada Gambar
JALAN Pada Peta
Ukur
Jalan besar diperkeras dan diaspal.
Nama jalan ditulis hitam dan
dikurung dengan tanda, kalau nama
itu diambil dari papan nama di
pinggir jalan.
Jalan besar diperkeras tidak diaspal.
Jalan tidak diperkeras dan tidak
diaspal
Kalau jalan berpinggir batu (trottoir,
tangga batu atau kaki lima dari
gedung) diberi tanda dengan merah-
merah membelakangi ke tengah
jalan. Pinggir jalan digambar seperti
di atas dengan merah.
Jalan setapak (Voedpad).
Jalan Kereta Api (D.K.A.) atau tram
(lebih tebal dari garis polygon).
Sungguhpun yang diukur rail kereta
api, tetapi yang digambar hanya
asnya saja. Polygon (garis ukur)
sedapat mungkin sejajar dengan rail
D.K.A.
Batas tanah yang dipergunakan
oleh Jawatan Pemerintah untuk
kepentingan umum (D.K.A., Irigasi,
Listrik dan lain-lain)
(onteigeuninggrens).
As dari jalan kawat arus tinggi
(hhogspanningskabel).
Danau (Situ)
Contoh-contoh mengukur
a. Umum
Supaya terkoordinasi dan terintegrasi secara efisien dan efektif semua
komponen-komponen sarana dan prasarana yang menjadi bagian dari
pekerjaan persiapan proyek untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, bangunan-bangunan sementara proyek dengan
nienggunakan sumber daya secara optimal, perlu dibuat konsep site
plan atau tata letak lapangan.
Di dalam menyiapkan suatu site plan harus berpijak dan mengacu pada :
1. Volume dari pekerjaan-pekerjaan yang dominan seperti dalam :
pekerjaan galian
pekerjaan timbunan
pekerjaan grouting
pekerjaan beton
b. Survei lapangan
1. Sumber air kerja
o disediakan atau tidak
o membuat sumur
o menggunakan air sungai
o menggunakan PAM
o jarak sumber air kerja
2. Listrik
o menggunakan fasilitas PLN
o mengusahakan sendiri (genset)
3. Tenaga Kerja
o didapat dari daerah sekitar job site
o mendatangkan dari luar
o akomodasi yang diperlukan
o perlu ijin khusus / tidak
o perlu biaya khusus untuk jalan / tidak
4. Keadaan cuaca di site
o terang / kadang-kadang hujan / hujan terus menerus
o diperlukan data curah hrijan dari Radar; Meteorologi dan Geofisika
setempat
5. Data penyelidik tanah (sondir, boring loc isb)
o Jika tidak disertakan dalam dokumen tender, perlu ditanyakan ke
konsultan
o Perlu diketahui jenis tanah yang akan digali yang terlihat dari luar
(batu,
o tanah keras, dsb)
o Data air tanah (elevasi dan sifat air tanah)
6. Quarry Borrow Area
o disediakan atau mencari sendiri
o jika disediakan, apakah sudah memenuhi persyaratan teknis
(dilakukan test)
o ada berapa quarry / borrow area
o lokasi quarry (gunung / sungai / tanah datar / belukar) - jarak site
o jenis batuan / pasir / tanah timbun
o jalan menuju quarry / borrow area (ada, membuat baru, perlu
diperbaiki, perlu diperlebar, perlu membuat jembatan sementara,
perlu memperbaiki yang sudah ada) dan lain-lain
o apakah perlu ada biaya pembebasan tanah
c. Daftar Simak
Untuk memastikan site plan (Rencana Tata Letak Lapangan) telah
tersusun dengan tepat, lengkap dan efektif serta efisien dalam rangka
pelaksanaan proyek, dapat dibuat daftar simak (check list) rencana tata
letak lapangan seperti contoh berikut : Daftar Simak rencana tata
lapangan untuk pelaksanaan konstruksi.
RANGKUMAN
3. Untuk bisa memahami arti suatu peta, perlu diketahui prinsip-prinsip dasar
ilmu kartografi: seni, pengetahuan, dan teknologi pembuatan peta ...
menyangkut semua tahapan evaluasi, penghimpunan, perancangan, dan
penyusunan naskah yang dibutuhkan untuk menghasilkan peta baru atau
perubahan dokumen peta dari semua bentuk data dasar.
DAFTAR PUSTAKA