Anda di halaman 1dari 29

Industri Sabun

Indah Gusti Fauzi, Indri Novita Sari, Miranda Putri Dwi


Gultom, Rendi Ananda*

Mahasiswa Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Padang,


Indonesia

*Email: indahfauzi8@gmail.com

Abstrak. Sabun merupakan suatu hasil produk industri yang


digunakan sebagai pembersih dan pencuci kotoran pada tubuh
manusia dan lainnya. Industri sabun memiliki 2 macam industri
yaitu industri detergen dan industri sabun. Tujuan penulisan paper
ini untuk mengetahui bagaimana sejarah sabun, macam-macam
industri sabun, bahan dasar pembuatan sabun, sifat dan
karakteristik sabun, bagaimana proses produksi sabun, pengelolaan
limbah industri sabun dan industri sabun yang telah lama
berkembang di Indonesia, dengan metode review dan deskriptif
kualitatif. Di zaman sekarang ini perkembangan industri sabun
sangatlah luas dan bersaing dengan satu sama lain untuk
menciptakan produk yang berkualitas, ini dikarenakan canggihnya
teknologi. Industri-industri sabun diantaranya ialah PT P&G, PT
Unilever, PT KAO Indonesia, PT Megasurya Mas PT Total
Chemindo Loka, dan PT Adimulia Sarimas Indonesia.
Kata Kunci: Sabun, Industri, Pembersih, Kotoran, Limbah

I. Pendahuluan
Industri[1-2] kimia[3-7] merupakan sebuah industri yang mengembangkan
berbagai proses, baik pada sistem dan produk[8] yang dihasilkan agar memiliki
mutu yang berkualitas dengan tujuan untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat dan juga untuk mengharapkan keuntungan secara finansial. Pada
industri kimia sendiri juga menggunakan bahan-bahan kimia yang berguna untuk
menunjang dan menjaga kualitas[9] produk industri tersebut.
Di Indonesia terdapat berbagai macam industri dengan berbagai macam
aktivitas[10] perindustriannya. Indonesia bukanlah termasuk negara perindustrian di
dunia namun di Indonesia terdapat berbagai macam industri yang bergerak di
bidangnya, dimulai dari industri rumahan sampai industri besar. Industri di
Indonesia terdapat di berbagai macam daerah dan kota-kota besar. Adapun kota
besar yang bergerak di industri sabun[11] seperti kerjasama Indonesia dengan
negara lain seperti PT Kao Indonesia, dimana produk yang dihasilkan yaitu sabun
dan detergen. Selain itu juga terdapat PT P&G, PT Unilever dan lain-lain yang
juga ikut memproduksi sabun di Indonesia.

1.1 Sejarah Sabun


Sabun merupakan senyawa kimia[12] yang salah satunya yang sudah lama
ditemukan. Tahun 2500 sebelum masehi, sabun kalium [13] telah ditemukan oleh
masyarakat Sumeria yang dimanfaatkan sebagai pembersih wol. Sabun berasal
dari campuran minyak dengan kalium karbonat yang terdapat pada abu kayu.
Bangsa mesir pun telah menuliskan tentang sabun yang berkaitan dengan ilmu
kedokteran. Sabun dikenal dengan soap pada Bahasa Inggris yang Bahasa
Latinnya sapo yang telah digunakan pertama kali tahun 77 Masehi oleh Plinny.
Sabun dibuat dengan tallow atau lemak[14-15] hewan dicampurkan dengan abu dari
pembakaran kayu beech yang bisa dimanfaatkan untuk mewarnakan rambut.
Sabun sebagai pencuci dan pembersih dengan menggunakan air [16-19]. Sabun yang
memiliki tekstur keras disebut sabun batang[20]. Sabun cair[21-22] telah digunakan
meluas pada saat itu terutama sarana penunjang publik.
Banyak sabun merupakan campuran garam[23] natrium[24-26] ataupun
kalium berasal asam[28-29] lemak yang dapat diturunkan dari lemak ataupun
[27]

minyak[30-32] bereaksikan dengan alkali[33] dimana suhu[34] yang digunakan yaitu


80°C hingga 100°C. Proses ini disebut dengan saponifikasi. Lemak yang
terhidrolisis oleh basa[35-36] menperoleh gliserol dan sabun mentah. Secara
tradisional, alkali yang dipakai adalah kalium yang berasal dari pembakaran
tumbuhan[37-39] atau dari arang kayu. Sabun transparan[40-42] atau “Pears
transparant soap” dinamai di Inggris pada tahun 1789. Pada abad 18, sabun telah
mengalami peningkatan yang kuat khususnya di Marseilles. Sabun adalah produk
murah sejak talah berkembangnya proses Le Blanc dalam membuat alkali yang
merupakan bahan baku sabun di abad ke-19. Nama sapo berdasarkan legenda
Romawi kuno pada tahun 2800 SM yakni asalnya Gunung Sapo, dimana pada
acara keagamaan ada binatang yang dikorbankan. Lemak dari binatang dicampur
dengan abu kayu dapat memperoleh sabun. Pada saat hujan, abu kayu dan sisa-
sisa lemak mengalir ke sungai dimana sungai itu terletak di bawah Gunung Sapo
yaitu Sungai Tiber. Bila masyarakat mencuci pakaian di aliran sungai tersebut
akan mendapatkan air sungai yang berbusa dan berubah pakaian menjadi lebih
bersih. Maka saat itu, awal sabun dikenal. Produk minyak kelapa [43] murni (Virgin
Coconut Oil atau VCO) di bidang kosmetik telah mengalami perkembangan di
negara yang penghasil buah kelapa. Di antaranya sampo, krim antiseptik, losion,
sabun termasuk sabun transparan, minyak bayi, dan lainnya. Sabun transparan
ialah suatu produk sabun yang telah banyak digunakan.

1.2 Macam-Macam Industri Sabun


1.2.1 Industri Detergen
Detergen merupakan produk yang berbeda dengan sabun lainnya. Pada
sabun akan terbentuknya senyawa[44-45] yang sukar larut dalam ion-ion[46-47] air
sadah dikarenakan adanya gumpalan atau endapan dan busa[48] menjadi berkurang
yang dihasilkan serta cleaning action. Sedangkan detergen dapat direaksikan
dengan ion air sadah dimana menghasilkan produk yang larut atau dapat
terdispersi berbentuk koloid didalam air. Empat bagian dari detergen yaitu yaitu
kationik, anionik, amfoter, dan nonionik. Cara kerja[49] detergen sendiri dimana
menghilangkan pengotor dengan proses pembasahan, pengemulsian,
pendispersian, dan pelarutan oleh cleaning agent. Didalam air detergen memiliki
molekul[50-52] yang disebut dengan micelles. Dimana pada bagian hidrokarbon pada
molekul detergen bercampur dengan micelles disebut hidrofobik (tidak suka air),
sedangkan pada bagian polarnya yaitu hidrofilik (suka air) yang berada di luar
micelles.
Didalam pembuatan detergen terdapat bahan-bahan penyusunnya, yaitu:
 Surfaktan
Surfaktan merupakan bahan dimana rambatan permukaan suatu cairan
meningkat. Sifat dari bahan zat[53] ini berguna untuk menurunkan pada tegangan
permukaan sebuah cairan.
 Suids regulator
Suids regulator merupakan zat yang ditambahkan agar surfaktan bekerja
lebih efektif pada alat mesin pencuci.
 Builders
Merupakan kompleks[54-55] fosfat contohnya natrium tripolifosfat yang
umum diperlukan sebagai pencegah menempelnya noda[56] atau kotoran[57] pada
serat kain. Kemudian polifosfat dicampurkan surfaktan menghasilkan peningkatan
efektivitas pada proses pencucian dan pembersihan kotoran serta untuk
mengurangi[58] biaya keseluruhan.
 Aditif
Zat aditif[59] yang ditambahkan yaitu contohnya fluorescent yang dapat
menjadikan serat kain yang lebih terang karena dapat mengubah sinar ultraviolet
menjadi cahaya tampak.

1.2.2 Industri Sabun


Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dengan minyak
hewani atau lemak nabati[60]. Sabun dapat berbentuk wujud cair, padat, dan lunak
sebagap pembersih. Berdasarkan Dewan Standarisasi Nasional dimana sabun
merupakan produk yang dimanfaatkan dalam tujuan untuk mengemulsi dan
mencuci, terdiri dari asam lemak[61-62] dengan rantai karbon[63] C12-C18 dan
sodium atau potassium.
Molekul pada sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus
ion. Bagian hidrokarbon dari molekul bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat
non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Rantai
hidrokarbon menyebabkan sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah
benar-benar larut dalam air. Tetapi mudah tersuspensi dalam air karena
membentuk misel (micelles), yaitu segerombol (50 - 150) molekul yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap ke
air.
Sabun diproduksi[64-65] dan diklasifikasikan menjadi beberapa grade mutu.
Grade A diproduksi oleh bahan baku[66] minyak atau lemak yang terbaik dan
mengandung sedikit atau tidak mengandung alkali bebas[67-68]. Grade B diperoleh
dari bahan baku minyak atau lemak dengan kualitas yang lebih rendah dan
mengandung sedikit alkali, tetapi kandungan[69] alkali tersebut tidak menyebabkan
iritasi pada kulit[70-72]. Grade C mengandung alkali bebas yang relatif tinggi berasal
dari bahan baku lemak atau minyak yang berwarna gelap.
1) Sifat Sabun
Sifat-sifat sabun dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Garam alkali dari asam lemak bersuhu tinggi terhidrolisis [73] parsial oleh air
yang dapat membuat larutan menjadi bersifat basa dalam air. Contohnya:
CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + OH-
2. Larutan sabun akan menghasilkan buih bila diaduk, tetapi tidak bisa pada air
sadah. Garam-garam alkali akan mengendap dalam air akan menghasilkan
buih dari sabun. Contohnya:
CH3(CH2)16COONa + CaSO4 → Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2
3. Memiliki sifat pembersih.
4. Proses penghilangan kotoran
 Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan
permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air meresap lebih cepat ke
permukaan kain.
 Molekul dalam sabun yang bersifat hidrofobik dimana molekul pada
kotoran dikelilingi dan diikat. Proses tersebut dinamakan emulsifikasi
yang mana terbentuknya emulsi diantara molekul sabun dengan dan
molekul kotoran.
 Pada molekul dalam sabun yang bersifat hidrofobik berada di air dimana
molekul pada kotoran akan keluar saat pembilasan dan kain berubah jadi
bersih[74].

2) Karakteristik sabun
Sesuai perkembangan zaman, sabun memiliki karakteristik[75-77] dari
berbagai bentuk sabun yaitu:
1. Sabun cair, yang terbuat dari minyak kelapa dan minyak lainnya,
menggunakan alkali KOH, berbentuk cair yang tidak mengental pada suhu
kamar.
2. Sabun lunak, terbuat dari minyak kelapa dan minyak lainnya yang bersifat
tidak jenuh, menggunakan alkali KOH, berbentuk pasta dan dicampurkan
air akan larut.
3. Sabun keras, terbuat dari lemak netral padat dari minyak yeng telah keras,
dengan proses hidrogenasi, menggunakan alkali NaOH[78-79] serta sukar
larut dalam air.

3) Kegunaan Sabun
Sabun mempunyai kemampuan untuk mengemulsi berupa kotoran
berminyak yang mana dapat dibuang dengan cara pembilasan.

4) Sifat Fisik dan Kimia Bahan Pembuat Sabun


1. Asam Lemak
Di dalam lemak ataupun minyak terdapat kandungan trigliserida dan asam
lemak dimanfaatkan dalam proses membuat sabun. Asam lemak memiliki
terdisosiasi sebagian dalam air yang merupakan asam lemah. Sedangkan
trigliserida ialah komponen utama dalam minyak dan lemak yang berkombinasi
berbagai jenis asam lemak dimana berikatan pada gugus gliserol dinamakan asam
lemak bebas.
Asam lemak memiliki rantai hidrokarbon dan gugus hidroksil yang
berikatan dengan gugus karboksil. Secara umum, asam lemak berfasa cair [80] atau
padat dengan suhu[81] 27°C. Panjangnya rantai karbon[82] akan mudah beku dan
sukar larut. Asam lemak bisa direaksikan pada senyawa lain akan terbentuknya
persenyawaan lipida.
Tabel.1 Persentase Komposisi Kimia dari Minyak dan Lemak yang
Umumnya Digunakan dalam Sabun
Asam Palm Palm
Coconut Oil Tallow
Lemak Kernel Oil Staerin
Asam
5-9 3-5 - -
kaprilat
Asam
6-10 3-7 - -
Kaprat
Asam
44-52 40-52 0,1-0,4 0,2
Laurat
Asam
13-19 14-18 1,2-1,3 2-8
Miristat
Asam
8-11 7-9 52-58 24-37
Palmitat
Asam
1-3 1-3 4,8-5,3 14-19
Stearat
Asam Oleat 5-8 11-19 27-32 40-45
Asam
2 2 6,6 – 82 3-4
Linoleat
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Senyawa alkali adalah garam-garam alkali terlarut dari logam[83-84] alkali.
Alkali dimanfaatkan untuk zat kimia yang tergolong basa dan akan bereaksi serta
menetralisir asam. Alkali yang sering dimanfaatkan yaitu NaOH atau KOH.
NaOH sering dimanfaatkan pada proses membuat sabun padat menghasilkan sifat
yang sukar larut di air. NaOH dapat larut di air dan mimiliki sifat basa kuat [85].
NaOH memiliki sifat fisika[86] dan kimia sebagai berikut:
Tabel.2 Sifat-sifat Fisika dan Kimia NaOH
Karakteristik Nilai
Warna Putih
Masa molar 39,9971 gr/mol
Densitas dan fase 2,1 gr/cm3, padat dan cair
Butiran, serpihan, pelet, butiran
Bentuk
ataupun larutan jenuh 50%
Titik leleh 318OC atau 591OK
Titik didih 1360OK
3. Air
Air merupakan zat kimia yang miliki rumus molekul H 2O. Suatu molekul
air terdiri dari dua atom hidrogen[87] dimana berikatan secara kovalen dengan satu
atom oksigen. Air memiliki tidak berasa, berwarna ataupun berbau [88] pada
kondisi[89] standar dimana tekanan dan suhunya yaitu 100 kPa (1 bar) dan 273,15
K (0 °C).
4. Zat Aditif
Zat aditif yang paling umum ditambahkan dalam proses pembuatan sabun
adalah pewangi, pewarna[90-91], dan garam (NaCl)[92-95]. Pewangi ialah suatu zat
bahan bila dicampurkan pada produk sabun seperti sabun wajah [96] dan sabun
badan[97] yang bertujuan untuk menutupi bau yang tidak enak. Jumlah umum yang
diperlukan sekitar 0,05% hingga 2% untuk campuran sabun. Pewarna digunakan
untuk membuat produk agar lebih menarik. NaCl merupakan sebagai kunci dalam
proses membuat sabun dimana bila digunakan dengan banyak akan menghasilkan
tekstur sabun yang keras dan NaCl berbentuk padatan atau air garam (brine)
digunakan sebagai memisahkan gliserin[98] dalam sabun. Gliserin tidak mengalami
pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus murni[99] dari kalsium, besi, dan magnesium supaya
mendapatkan sabun yang memiliki kualitas bagus.
5. Gliserin Monostearat (GMS)
Gliserin adalah campuran dari asam stearat[100-102] dengan gliserol dimana
menghasilkan zat digunakan sebagai bahan pengemulsi alami. Selain digunakan
sebagai bahan aditif dalam makanan, gliserin juga dimanfaatkan pada produk
kosmetik dan sabun. Gliserin yang digunakan memperoleh emulsi yang stabil
dengan tidak meninggalkan bekas licin.
6. Surfaktan
Bahan ini mampu untuk mengangkat kotoran. Sabun menghasilkan busa
berasal dari bahan surfaktan. Bahan surfaktan yang umum dipakai adalah Emal 20
C, Emal TD, Texhapon, dan sebagainya.

5) Kualitas Sabun yang Diinginkan


Hal pertama yang diperhatikan sebelum proses pembuatan[103] sabun
adalah menentukan atau memutuskan kualitas dari sabun yang dibuat. Dengan
mencampurkan minyak atau lemak dapat menghasilkan suatu sabun yang
berkualitas. Parameter mutu diperhatikan ialah tampilan fisik atau umum,
pembusaan yang baik dan stabil, kelarutan yang baik, tahan terhadap ketengikan,
daya membersihkan tinggi, baik dalam air lunak, berbuih, dan stabilitas baik
(warna). Perbedaan minyak dan lemak memperoleh kualitas sabun berbeda dapat
menunjukkan pada tabel 3.
Tabel.3 Sifat Sabun yang Dibuat dari Minyak dan Lemak yang
Berbeda
Warna
Lemak Pengaruh
dan Konsistensi Daya Sifat
No dan pada
Hasil Sabun Membusa Mmebersih
Minyak Kulit
Sabun
Cepat,
Palm tetapi
Putih ke Sangat Sangat
1 Kernel busa tidak Sedikit
kuning Keras Bagus
Oil tahan
lama
Cepat,
tetapi
Coconut Putih ke Sangat Sangat
2 busa tidak Sedikit
Oil kuning Keras Bagus
tahan
lama
Lambat,
Palm Kuning Cukup Tidak
3 tapi tahan Cukup
Stearin Pucat keras Ada
lama
Kekunin Lambat,
Cukup Tidak
4 Tallow g ke tapi tahan Cukup
Keras Ada
kuningan lama
Minyah Kekunin Cepat ,
Agak Tidak
5 kacang g ke agak Cukup
Lembut Ada
tanah kuningan berbusa
6) Metode - Metode Pembuatan Sabun
Untuk mendapatkan sabun berkualitas dapat menggunakan dua metode[104-
107]
, yaitu:
a. Metode Batch
Pada metode batch, lemak atau minyak terlebih dahulu dipanaskan dengan
sebuah alkali (NaOH atau KOH) berlebih pada sebuah ketel. Bila penyabunan
selesai, ditambahkan garam-garam agar dapat mengendapkan sabun. Pada lapisan
air yang terkandung gliserol, garam, dan kelebihan alkali dipisahkan dan pada
proses penyulingan[108] akan memperoleh gliserol. Endapan sabun gubal
dicampur[109] dengan garam, gliserol, dan gliserol lalu dimurnikan menggunakan
air dan diendapkan berkali-kali dengan garam. Pada proses akhir endapan
melakukan perebusan menggunakan air agar menghasilkan campuran halus yang
berupa lapisan homogen[110] dan mengapung. Sabun tersebut bisa dijual tanpa
adanya pengolahan lanjut. Seperti pasir atau batu apung sebagai bahan pengisi
dapat ditambahkan sebagai pembuatan sabun gosok. Dengan beberapa perlakuan
dibutuhkan pada sabun gubal agar dapat menjadi sabun mandi, sabun obat, sabun
bubuk[111], sabun cuci[112], sabun apung (dilarutkan di udara), sabun wangi, dan
sabun cair.
b. Metode Kontinu
Metode ini adalah metode yang banyak dilakukan pada zaman modern ini,
lemak atau minyak terhidrolisis oleh air pada suhu dan tekanan tinggi dengan
dibantu oleh katalis[113] seperti sabun seng[114]. Minyak atau lemak dimasukkan
dengan secara kontinu dari ujung reaktor besar salah satunya. Gliserol dan asam
lemak yang telah terbentuk kemudian mengeluarkannya dari ujung yang
berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan
dengan alkali untuk menjadi sabun.

7) Pembuatan Sabun dalam Industri


a. Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses[115] saponifikasi[116-117] trigliserida dengan suatu alkali, kedua
reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi ini dapat mengkatalisis [118]
dengan sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun
mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan
pada kecepatan reaksi.
Sabun murni (60-63 % TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray
dryer untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap
untuk diproses menjadi produk akhir.
Gambar.1 Reaksi Saponifikasi

b. Pengeringan Sabun
Mengurangi kandungan air pada sabun dari 30% hingga 35% pada sabun
murni menjadi 8% hingga 18% pada sabun butiran (seperti pasir) atau lempengan
dengan menggunakan vakum spray dryer. Semua jenis vakum spray dryer dapat
digunakan sebagai proses membuat sabun dari sistem tunggal [119] hingga
multisistem. Pada vakum spray dryer sistem tunggal melibatkan pemompaan
sabun murni dengan melewati pipa[120] heat exchanger dimana uap yang mengalir
di bagian luar pipa bila sabun dipanaskan. Jika telah dikeringkan [121] dan
didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum, sabun dipindahkan dengan
bantuan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang akan mengubah bentuk
sabun menjadi lonjong panjang atau butiran.
c. Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan
terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut
mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian
pada tahap ini, kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi
kembali hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh
suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian
dikeringkan dendengan vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran
yang siap untuk diolah menjadi sabun batangan.
d. Penyempurnaan Sabun
Pada proses pembuatan sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer (analgamator).
Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata
pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan-potongan terpisah yang dicetak
melalui proses penekanan menjadi sabun batangan. Proses pembungkusan,
pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.

8) Uji Karakteristik Mutu Sabun


Sabun yang tersebar di pasaran bila mendapatkan kualitas yang baik sesuai
ditetapkan Dewan Standarisasi Nasional (DSN). Syarat mutu[122] dibuat agar dapat
menggunakan produk yang memiliki mutu yang baik dan tidak dirugikan. Sifat-
sifat mutu yang paling penting pada sabun adalah total asam lemak, asam lemak
bebas[123-128], dan alkali bebas. Syarat mutu sabun mandi padat menurut SNI [129] 06-
3532-1994 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel.4 Syarat Mutu Sabun
No Uraian Sabun Padat Sabun Cair
1 Asam lemak bebas (%) <2,5 <2,5
2 Alkali bebas (%)
Dihitung sebagai NaOH Maks 0,1 Maks 0,1
Dihitung sebagai KOH Maks 0,4 Maks 0,4
3 Kadar air (%) Maks 15 Maks 15

1.3 Nilai Ekonomi Industri Sabun


Kegunaan sabun pada industri yaitu bahan pembersih [130], surfaktan khusus
untuk anti kuman[131] di rumah sakit, pengemulsi pada kosmestik, flowing dan
wetting agent untuk bahan kimia pertanian, dan digunakan pada proses
pengolahan karet. Fungsi umum sabun dan detergen yaitu sebagai penghilang
minyak. Sabun sangat tinggi keuntungan bagi masyarakat [132], namun memiliki
kerugian yaitu menghasilkan limbah yang berdampak[133] pada lingkungan.

1.4 Pencemaran dan Pengelolaan Limbah Industri Sabun


Limbah[134] domesik mengandung sabun dan detergen dimana menjadi
sumber bahan pencemar organik[135]. Sabun menghasilkan kekuatan pengemulsian
dan menurunkan tegangan permukaan air. Industri sabun menghasilkan limbah
berupa minyak lemak, soap gliserin, NaCl[136], dan H2O. Untuk mengurangi
pencemaran lingkungan, dilakukan pemisahan soap gliserin dari campuran limbah
tersebut. Soap gliserin dibuat menjadi triasetin (glyceryl triacetate) dengan
menggunakan proses asetilasi memerlukan variabel suhu, kecepatan, dan
waktu[137] pengadukan. Pembuatan triasetin digunakan untuk mengurangi
pencemaran[138] lingkungan, menambah wawasan, serta digunakan dalam industri
kosmetik, obat-obatan[139], fiksasi dalam sabun, dan lainnya.

1.5 Industri sabun di Indonesia


1. PT P&G

Gambar.2 PT P&G[140]
P&G adalah perusahaan internasional didirikan pada tahun 1873.
Pendirinya yaitu William Procter dan James Gamble. Perusahaan ini diawali
dengan produk kecil-kecilan seperti sabun dan lilin kemudian berkembang sesuai
dengan misi dan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan produk dan layanan
berkualitas.
P&G di Indonesia diawali oleh PT Richardson Merrel Indonesia (MRI)
pada tahun 1970 melalui brand Vicks yang kemudian diakusisi oleh P&G pada
tahun 1979. Kehadiran MRI di Indonesia digantikan dengan berdirinya PT Procter
& Gamble Indonesia di tahun 1989 dan kemudian menjadi PT Procter & Gamble
Home Products Indonesia pada tahun 1997 hingga saat ini.
Produk PT P&G memiliki kualitas yang bagus dan terpercaya di dunia.
Produk yang dihasilkannya yaitu Head & Shoulder, Pantene, dan Rejoice.
2. Unilever
Unilever merupakan perusahaan multinasional didirikan pada 2 September
1929 di Britania Raya sebagai hasil penggabungan dari produsen margarin
asal Belanda, Margarine Unie dan produsen sabun asal Inggris, Lever Brothers.
Unilever merupakan perusahaan internasional dimana menghasilkan produk-
produk berkualitas. Unilever adalah produsen barang rumah tangga terbesar ketiga
di dunia, jika didasarkan pada besarnya pendapatan pada tahun 2012, di
belakang P&G dan Nestlé.

Gambar.3 PT Unilever [141]

Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever


Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT
Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1990, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia Tbk.
Unilver terbagi menjadi empat divisi yaitu Perawatan Rumah Tangga,
Minuman dan Es Krim, Perawatan Tubuh, dan Makanan. PT Produk Unilever
Indonesia di bidang industri sabun ialah Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk,
Clear, Rinso, Molto, Sunlight, dan lain-lain.
3. PT KAO Indonesia

Gambar.4 PT Kao Indonesia[142]


Kao ialah perusahaan manufaktur perlengkapan sabun yang didirikan pada
tahun 1887 oleh Tomiro Nagase. Nihon Yuki Company ialah nama perusahaan
pada tahun 1940 lalu diubah ke Kao Soap Company, dan ditetapkan menjadi Kao
Corporation di tahun 1985.
Kao Corporation hadir di Indonesia pada 18 Januari 1985 dengan
menjadikan bangsa yang bersih adalah bangsa yang sejahtera dan cara hidup yang
sehat adalah cerminan sebuah tingkat kehidupan yang lebih baik. Pada
tahun 1985, Kao Corporation bekerja sama dengan PT Dino Indonesia Industrial
Ltd yang telah memproduksi bubuk deterjen Dino sejak tahun 1969. Gabungan
dua perusahaan ini tetap bernama PT Dino Indonesia Industrial Ltd dengan
perbandingan saham 50%/50%. Bersama PT Rodamas, Kao Corporation terus
berusaha memasyarakatkan cara hidup yang lebih bersih, lebih cantik dan lebih
sehat. Pada tahun 1990, dibentuklah PT Dinokao Indonesia yang memasarkan
produk-produk PT Dino Indonesia Industrial Ltd, dan diawal tahun 1997, PT Dino
Indonesia Industrial Ltd, bergabung dengan PT Dinokao Indonesia menjadi PT
Kao Indonesia, meskipun telah mengakuisisinya 100% saham dibawah
kepemilikan PT Rodamas. Dimana saat ini ada 6 produk Kao Corporation yang
berada di Indonesia yaitu: Biore, Men's Biore, Laurier, Attack, Merries dan
Magiclean.
4. PT Megasurya Mas

Gambar.5 PT Megasurya Mas[143]

PT Megasurya Mas dibangun di dekat Pelabuhan Surabaya pada tahun


1993. Itu didirikan disaat permintaan meningkat di pasar berada di Jawa Timu dan
Indonesia Timur. Perusahaan PT Megasurya Mas memposisikan diri sebagai salah
satu pemimpin Minyak Kelapa Sawit dan turunannya dimana memiliki lima
bidang yaitu penyulingan & fraksinasi minyak sawit, margarin dan pemendekan,
pembuatan lilin sawit, gliserin dan sabun.
Keberhasilan PT Megasurya Mas telah diamankan melalui keahlian dan
pengalaman karyawan kami, serta kepercayaan dan kerja sama yang dibangun
dengan mitra bisnis yang memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan PT
Megasurya Mas menghasilkan produk berupa perawatan kulit yaitu sabun mandi
Harmony.
5. PT Total Chemindo Loka

Gambar.6 PT Total Chemindo Loka[144]


PT Total Chemindo Loka ialah sebuah perusahaan yang mempunyai
operasi produksi di Malaysia, Singapore, dan Indonesia. PT Total Chemindo Loka
berdomisili di Indonesia, bertanggung jawab memproduksi dan mendistribusikan
dua merek detergen pencuci baju yaitu Bukrim dan Total.
BuKrim adalah produk pertama yang diluncurkan ke pasar di Jakarta pada
tahun 2004. Tahun selanjutnya meluncurkan produk barunya upaya untuk merebut
pangsa pasar yang lebih luas. Menyadari kebutuhan untuk memperluas kapasitas
produksi, BuKrim mengambil keputusan mengakuisisi PT Total Chemindo Loka,
produsen dari produk serupa di bawah merek detergen TOTAL pada bulan Juli
2005.
TOTAL ialah produk detergen cuci baju terbaik di Indonesia pada tahun
1985. Dalam perjalanannya, TOTAL banyak mengalami goncangan. Di tahun
2005, TOTAL diambil alih oleh manajemen baru dari PT Total Chemindo Loka.
Manajemen baru tersebut berhasil membuat TOTAL menjadi lebih sukses, baik
dalam menambah kapasitas output dan memperbesar porsi pasar merek ini. Hari
ini, TOTAL adalah merek favorit untuk mencuci baju yang peduli kebutuhan
konsumennya, yang datang baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dilengkapi dengan kekuatan logistik yang kompeten, aliansi strategi
dengan pengecer, dan jaringan distribusi yang luas, produk Total tersedia luas di
seluruh daerah di Indonesia. Sampai saat ini, PT Total Chemindo Loka
mengoperasikan 3 pabrik pengolahan yang memproduksi hingga 10.000 ton
output sebulan.
6. PT Adimulia Sarimas Indonesia

Gambar.7 Produk PT Adimulia Sarimas Indonesia[145-146]


Adimulia Sarimas Industri (Sarimas) adalah perusahaan pembuatan sabun
dengan pabrik kami berlokasi di Medan, Indonesia. Didirikan pada tahun 2002,
perusahaan sejenis dari Grup Adimulia yang mempunyai bisnis inti di Perkebunan
kelapa sawit dan Pabrik sejak tahun 1970. Bisnis inti yaitu pembuatan Sabun
Mandi berdasarkan kategori yaitu Fruity Soaps, Beauty Sabun dan Sabun Obat.
Bahan baku pembuatan sabun adalah 100% berdasarkan minyak nabati (tanpa
minyak hewani) yaitu minyak kelapa sawit dan minyak kelapa.
Fasilitas produksi terletak di 30.000 meter persegi di kawasan industri,
sekitar 30 menit dari kota Medan dan memiliki laboratorium sendiri untuk
memastikan kualitas sabun jadi kami memenuhi standar kami.
PT Adimulia Sarimas memiliki dua produk sabun yaitu JOI Beauty Soaps
dan SONOMA Fruity Soaps telah mendapatkan persetujuan kualitas dari
Departemen Kesehatan Indonesia. Kedua produk ini saat ini diterima dengan baik
di pasar lokal dan berkat mitra distribusi dan sudah didistribusikan menyebar di
seluruh tempat di Indonesia.
Produk sabun berhasil mengekspor ke pasar luar negeri di Kepulauan
Pasifik, Asia, dan Afrika pada tahun 2004. Karena itulah perusahaan tersebut
memiliki peluang berkembang ke seluruh dunia.

II. Metode penelitian


Pada paper ini metode yang dilakukan ialah review dan metode deskriptif
kualitatif. Dimana sumber data yang didapat dari studi kepustakaan. Pada metode
ini, pengumpulan data sesuai pada data artikel yang dapat diperoleh dari data
penelitian ataupun literatur yaitu buku jurnal dan media online lainnya.

III. Pembahasan
Dari data yang diperoleh Industri sabun ialah industri yang bergerak dalam
pengolahan dan pembuatan yang mana menghasilkan produk sabun. Produk sabun
sangat diminati oleh masyarakat Indonesia dimana sabun ialah sebuah kebutuhan
pokok masyarakat yang memiliki fungsi yaitu mencuci dan membersihkan
kotoran baik itu tubuh manusia[147-148] maupun barang-barang.
Sejarah sabun diketahui pada tahun 2800 SM dimana warga melakukan
pembakaran pada tumbuhan atau kayu yang menghasilkan kalium dan lemak-
lemak hewan seperti kambing di buang ke sungai, maka kalium dan lemak
tersebut bereaksi didalam air sehingga menghasilkan busa yang dapat menghilang
kotoran pada kain atau pakaian. Maka saat itulah sabun dikenal dengan Sapo
dimana tempat terjadinya penemuan sabun dan sabun dibuat dengan alkali dengan
lemak nabati lainnya yang menghasilkan sabun pembersih pada kulit.
Industri sabun dibagi menjadi 2 macam, yaitu industri detergen dan
industri sabun. Dimana kedua jenis tersebut berbeda terletak pada air sadah. Pada
detergen akan larut dalam air sadah yang menghasilkan produk yang larut atau
terdispersi dalam bentuk koloid di air. Sedangkan sabun tidak dapat larut dalam
air sadah sehingga menghasilkan gumpalan atau endapan serta hasil busanya
berkurang. Cara kerja detergen untuk dapat menghilangkan kotoran dengan
melalui proses pembasahan, pengemulsian, pendispersian, dan pelarutan oleh
cleaning agent.
Bahan-bahan penyusun detergen yaitu surfaktan, suids regulator, builders,
dan zat aditif. Surfaktan ialah suatu bahan yang berfungsi menurunkan permukaan
suaru cairan. Pada bahan ini ada proses pencucian yaitu membasahi dan
permukaan kotoran yang dicucikan dengan larutan detergen, memindahkan
kotoran dari permukaan objek, dan memilihara kotoran pada larutan stabil.
Klasifikasi surfaktan yaitu hidrofobik dengan rantai karbon 8 sampai 18 dengan
rantai lurus maupun bercabang namun ada juga benzene C12H25 mengganti atom
karbon dan hidrofilik yang berupa anionik contoh senyawanya linear alkilbenzene
sulfonate (LAS), kationik contohnya C5H5N+, dan nonionic yaitu fatty alkohol[149].
Bahan selanjutnya suids regulator dimana zat yang berfungsi mmbuat
surfaktan berkerja lebih efektif. Builders ialah kompleks fosfat seperti tripolifosfat
yang berfungsi pencegah noda dan bila bereaksi dengan surfaktan akan
memudahkan kerja dalam proses pencucian dan pembersihan kotoran. Zat aditif
yang ditambahkan misalnya fluorescent yang membuat serat kain lebih bercahaya
dikarenakan mempunyai daya mengubah sinar ultraviolet menjadi cahaya tampak.
Industri sabun menghasilkan berbagai macam sabun yaitu sabun cair,
sabun lunak, dan sabun keras. Macam sabun tersebut yang dihasilkan berdasarkan
perbedaan komposisi sabun tersebut dimana sabun cair menggunakan minyak dan
alkali KOH dengan yang berbentuk cairan kental pada suhu kamar, sabun lunak
menggunakan minyak yang tak jenuh dan alkali KOH yang dapat larut dalam air,
sedangkan sabun keras menggunakan lemak netral dari minyak yang telah keras
dan alkali NaOH yang menghasilkan produk sukar larut dalam air.
Bahan-bahan sabun yang digunakan dalam industri sabun yaitu asam
lemak, alkali NaOH dan KOH, air, zat aditif dan gliserin. Asam lemak tersusun
dari dua, ialah gugus hidroksil rantai hidrokarbon dimana berikatan dengan gugus
karboksil. Asam lemak berfasa cair atau padat pada suhu 27 OC dan semakin
panjang rantai karbon akan mudah membeku dan sulit larut. Asam lemak
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan ikatan rangkap yaitu asam lemak jenuh
yang tidak mempunyai ikatan rangkap dan asam lemak tidak jenuh mempunyai
satu ikatan rangkap atau lebih. Asam lemak tidak jenuh yang memiliki satu ikatan
rangkap dinamakan Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) dan asam lemak tidak
jenuh yang memiliki dua atau lebih ikatan rangkap dinamakan Poly Unsaturated
Fatty Acid (PUFA).
Asam lemak menghasilkan sifat sabun yang berbeda sesuai asam
lemaknya yaitu asam laurat dan asam miristat menghasilkan sifat sabun mengeras,
membersihkan, busa, lembut, asam palmitat menghasilkan mengeraskan,
membersihkan, dan lembut, asam stearat menghasilkan mengeraskan, busa yang
stabil, dan melembabkan, asam linoleate dan asam oleat menghasilkan sifat
melembabkan, dan asam ricinoleat menghasilkan sifat melembabkan, busa stabil,
dan lembut.
Alkali yang sangat sering dipakai yaitu NaOH dan KOH, tetapi untuk
membuat sabun yang menghasilkan keras menggunakan NaOH. Dimana NaOH
memiliki sifat tidak larut dalam air, sangat basa, keras, rapuh, dan bila dibiarkan
diudara akan menyerap karbondioksida dan melembabkan. Berat molekul yaitu
39,9971 gr/mol, titik leleh 318OC dan titik didih 1360OK. Menggunakan alkali
terlalu banyak akan menyebabkan iritasi pada kulit disebabkan alkali bebas tida
dapat berikatan dengan trigliserida atau asam lemak, sedangkan terlalu sedikit
akan mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran disebabkan mengandung
asam lemak bebas tinggi.
Air ialah pelarut yang dapat melarutkan zat kimia. Air memiliki rumus
molekul H2O dan sifat yaitu tidak berwarna, tidau berbau dan tidak ada rasa,
tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0 OC). Zat aditif yaitu zat tambahan
untuk sabun seperti pewangi sebagai menutupi bau yang tidak enak, pewarna
membuat produk lebih menarik, dan air garam yaitu NaCl sebagai pemisahan
sabun dengan gliserin dimana gliserin tidak mengendap dalam brine dan NaCl
haruslah bebas dari besi, mangnesium, dan kalsium agar mendapatkan sabun yang
berkualitas. Gliserin Monostearat ialah zat pengemulsi yang berasal dari asam
stearate dan gliserol dimana menggunakan bahan ini untuk sabun sebagai untuk
menghasilkan emulsi yang baik tanpa ada bekas berminyak dan licin. Surfaktan
yang biasa digunakan Emal TD, Emal 20 C, Texhapon dan lainnya berfungsi
sebagai untuk mengikat dan mengangkat kotoran.
Sifat-sifat sabun dalam industri sabun yaitu sabun merupakan garam alkali
yeng dari lemak dengan suhu tinggi dihidrolisis parsial oleh air ini menyebabkan
larutan sabun bersifat basa dalam air, larutan sabun diaduk dalam air akan
menghasilkan buih, sedangkan pada air sadah tidak ada, sabun mempunyai sifat
membersih dikarena adanya proses kimia [138-140] koloid, sabun mempunyai rantai
hidrogen CH3(CH2)16 yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) sedangkan
COONa+ bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air, dan proses penghilang
kotorannya yaitu sabun menghasilkan buih yang dapat menurunkan tegangan
permukaan air, sifat hidrofobik mengikat kotoran dan saat pembilasan kotoran
tersebut keluar atau lepas.
Kemampuan sabun dalam pengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat
dibuang dengan pembilasan. Ini sebabkan karena memiliki sifat yaitu rantau
hidrokarbon yang bersifat non polar dapat larut dalam non polar seperti tetesan
minyak dan ujung anion yang tertarik air sehingga terjadi tolak menolak antara
tetes sabun dan minyak.
Metode pembuatan sabun dalam industri sabun ada dua, yaitu metode
batch dan metode kontinu. Dimana metode batch minyak atau lemak dipanaskan
dengan alkali yang menghasilkan ada endapan sehingga lapisan air dikeluarkan
yang mengandung gliserol, kemudian gliserol di peroleh dari dari penyulingan
lalu garam, alkali dan gliserol dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan
garam berkali-kali sehingga menghasilkan endapan. Endapan tersebut dipanaskan
dengan air sehingga didapatkanlah produk sabun. Sedangkan metode kontinu
yaitu lemak atau minyak dihidrolisis dengan suhu dan tekanan tinggi dengan
bantuan katalis lalu asam-asam dan gliserol terbentuk dikeluarkan dan dinetralkan
dengan alkali sehingga menghasilkan produk sabun.
Pembuatan sabun dalam industri sabun yaitu saponifikasi lemak netral,
pengeringan[150] sabun, netralisasi asam lemak, dan penyempurnaan sabun. Pada
proses saponifikasi lemak netral, proses saponifikasi trigliserida dengan alkali
tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis sendiri pada
kondisi tertentu yang mana dalam pembentukan sabun akan mempengaruhi proses
emulsi kedua reaktan dalam mempercepat reaksi. Terpenting dari sistem ini ialah
memasukan kuantitas komponen reaksi ke reactor autoclave dengan mengatur
suhu dan tekanan. Suhu campuran diturunkan di mixer pendingin lalu dipompa ke
separator statis agar dapat memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan
alkali yang dipakai. Lalu dicuci dengan alkali pencuci dengan tujuan memisahkan
gliserin dari sabun. Sabun murni dinetralkan dan di vakum spray dryer agar
mendapatkan sabun dalam bentuk butiran yang siap untuk diproses.
Pengeringan sabun pada sabun mengunakan vakum spray dryer dimana
kandungan air harus dikurangi dari 30 persen sampai 35 persen menjadi 8 persen
sampai 18 persen pada buiran sabun, bila sabun telah dikeringkan didinginkan lalu
dipindahkan dengan alat pengerik hingga jatuh di plodder untuk mengubah sabun
ke bentuk lonjong atau butiran. Vakum spray dryer memiliki jenis dari system
tunggal hingga multi system.
Pada proses netralisasi asam lemak dimana reaksi antara asam dengan
alkali berlangsung lebih cepat dimana sistem operasinya meliputi pemompaan
reaktan dengan terlebih dahulu pemanasan ke turbodisperser yang mana interaksi
reaktan akan membentuk sabun murni, lalu reaksi pada tahap ini dialirkan ke
mixer dimana disirkulasi kembali sampai netralisasi selesai. Proses netralisasi ini
ditentukan dengan pengukuran pontensial elektrik alkalinitas. Selanjutnya sabun
di vakum spray dryer untuk mendapatkan hasil sabun berupa butiran yang siap
diolah. Pada proses pembuatan sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam mixer (analgamator).
Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata
pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak
melalui proses penekanan menjadi sabun batangan. Proses pembungkusan,
pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
Pada proses penyempurnaan sabun, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, pewangi, dan bahan aditif lainnya dimasukan ke mixer agar menjadi
homogen, kemudian tahap pemotongan, pembukusan, pengemasan dan
penyusunan sabun.
Cara pembuatan sabun di industri sabun ialah saponifikasi lemak netral,
pengeringan sabun, penetralan asam lemak, dan penyempurnaan sabun.
Saponifikasi lemak netral ialah cara pembuatan sabun dimana sesuai dengan
metodenya. Pengeringan sabun dengan vakum spray dyer dimana bertujuan untuk
mengurangi kandungan air dalam sabun tersebut. Penetralan asam lemak dimana
mereaksikan asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
yang lebih cepat daripada trigliserida dengan alkali. Penyempurnaan sabun yaitu
menambahkan zat aditif seperti pewarna, pewangi, dan lainnya.
Industri sabun haruslah memiliki syarat mutu sabun. Syarat mutunya yaitu
asam lemak pada sabun padat dan cair harus memiliki kurang dari 2,5% bila lebih
tinggi dari nilai[151] tersebut akan mengurangi fungsi pembersih., alkali bebas
NaOH dan KOH dalam sabun padat dan sabun cair yaitu maksimal 0,1% dan
maksimal 0,4%, kadar alkali KOH tidak lebih dari nilai ditentukan dikarenakan
sabun akan memiliki sifat yang keras dan menyebabkan iritasi pada kulit.
kandungan air maksimal 15% ini akan menghasilkan sabun yang cukup keras
sehingga lebih efisien[152], dan derajat keasaamannya memiliki pH 9 hingga 10,8,
bila sabun memiliki pH tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri
propionibacterium dan kulit akan menjadi kering sedangkan pH rendah akan
menyebabkan kulit iritasi.
Nilai ekonomi industri sabun sangatlah menguntung bagi kalangan
pengguna dimana sabun dan detergen berfungsi sebagai produk pembersih dan
pencuci dalam rumah tangga. Kegunaan industri yaitu bahan pembersih, surfaktan
anti kuman di rumah sakit, dan sebagai pengemulsi pada komestil, serta wetting
dan flowing di bidang pertanian.
Limbah industri sabun sangatlah merugikan yaitu mengakibatkan
pencemaran organik dan lingkungan. Dimana sabun menghasilkan pengemulsian
yang kuat dan menurunkan tegangan permukaan air. Limbah sabun menghasilkan
salah satunya yaitu soap gliserin dan dilakukan pengelolaan terhadap soap gliserin
itu. Soap gliserin dipisahkan di limbah sabun dan memproduksinya dengan proses
asetilasi dengan memerlukan variabel suhu, kecepatan, dan waktu pengadukan.
Hasil proses asetilasi tersebut ialah dari soap gliserin menjadi triastin dimana
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, menambah
wawasan Ilmi Pengetahuan dan Teknologi serta dapat digunakan sebagai bahan
dalam industri kosmetik, obat-obatan, fiksasi sabun, dan lainnya.
Industri sabun yang paling dikenal ialah PT P&G dan PT Unilever yang
mana kedua perusahaan besar dan internasional ialah perusahaan yang
menghasilkan salah satu produknya yaitu sabun. P&G merpakan perusahaan
multinasional dimana menghasilkan produk-roduk yang dibuuhkan masnyarakat.
P&G didirikan pertama kali pada tahun 1873 yang mana pendirinya yaitu William
Procter dan James Gamble. P&G didirikan di Indonesia pada tahun 1970.
Awalnya perusahaan didirikan ini diawali produk kecil yaitu lilin dan sabun,
seiringnya waktu perusahaan tersebut berkembang dan menghasilkan produk yaitu
pantene, rejoice, headshoulder, dan masih banyak lainnya.
PT Unilever ialah perusahaan multinasional yangdi dirikan di britania raya
pada tanggal 2 september 1929. Unilever sendiri merupakan perusahaan barang
rumah tangga terbesar ketiga di dunia berdasarkan pendapatan di tahun 2012. PT
unilever di Indonesia didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 sebagai Lever
Zeepfabrieken N.V lalu diubah namanya enjadi PT Lever Brothers Indonesia pada
22 Juli 1980, dan ditetapkan jadi PT Unilever Indonesia Tbk pada tanggal 30 Juni
1990. Perusaahan tersebut memiliki empat divisi yaitu Minuman dan Es Krim,
Perawatan Rumah Tangga, Makanan, dan Perawatan Tubuh. Produk di bidang
Industri sabun yaitu Lux, Lifebuoy, Pepsodent, Dove, Sunsilk, Rinso, Clear,
Molto, Sunlight, dan lain-lain.
PT Kao Corporation yang awal berdiri bernama Kao yang merupakan
perusahaan bergerak dibidang perlengkapan sabun. Perusahaan ini didirikan oleh
Tomiro Nagase pada tahun 1887. Di Indonesia didirikan pada 18 Januari 1985
dimana memiliki misi menjadikan bangsa yang bersih dan cara hidup yang sehat.
PT Kao Corporation bekerja sama dengan PT Dino yang telah menghasilkan
produk detergen yaitu detergen Dino pada tahun 1969. PT Kao yang berada di
Indonesia memiliki 6 produk yaitu Biore, Laurier, Men's Biore, Attack, Merries
dan Magiclean.
PT Megasurya Mas dibangun pada tahun 1993 di Surabaya merupakan
perusahaan memposisikan diri sebagai salah satu pemimpin Minyak Kelapa Sawit
dan turunannya dimana memiliki lima bidang yaitu sabun, gliserin, penyulingan
dan fraksinasi minyak sawit, pembuatan lilin sawit, dan margarin dan
pemendekan. Dengan melalui ahli, kepercayaan dan kerja sama dengan mitra
bisnis menghasilkan produk perawatan kulit yaitu sabun mandi Harmony.
PT Total Chemindo merupakan perusahaan sabun atau detergen yang
mengoperasikan produknya di tiga negara yaitu Malaysia, Singapore, dan
Indonesia. PT Total Chemindo sendiri menghasilkan produk detergen BuKrim
dan Total. Produk detergen tersebut mendapatkan peringkatterbaik di Indonesia.
Maka dari itu, PT Total Chemindo memperluaskan dan memperbanyak
produksinya. Sampai saat ini PT Total Chemindo mengoperasikan 10.000 ton
output per setiap bulannya di tiga pabrik pengolahan.
PT Adimulia Sarimas Industri (Sarimas) ialah perusahaan yang bergerak
pada pembuatan sabun, didirikan di Medan, Indonesia pada tahun 2002.
Perusahaan memiliki bisnis inti yaitu perkebunan kelapa sawit dan pabrik pada
tahun 1970. Perusahaan ini memproduksi sabun mandi yang dikategorikan yaitu
Fruity Soaps, Beauty Sabun dan Sabun Obat. Bahan baku pembuatan sabun yaitu
100% minyak nabati yaitu dan minyak kelapa minyak kelapa sawit. Produk
sabunnya yaitu SONOMA Fruity Soaps dan JOI Beauty Soaps yang telah
mendapat izin dari Departemen Kesehatan Indonesia.

IV. Penutup
A. Kesimpulan
Industri sabun ialah industri yang menghasilkan produk sabun yang
menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Sabun merupakan produk industri sabun
dimana memiliki fungsi sebagai pembersih dan pencuci kotoran seperti tubuh
manusia, pakaian, dan lainnya. Industri sabun dibagi menjadi dua macam yaitu
indusri detergen dan industri sabun. Bahan pembuatan sabun yaitu asam lemak,
NaOH atau KOH, air, zat aditif, gliserin monostearat, dan surfaktan. Dua metode
dalam pembuatan sabun yaitu metode batch dan metode kontinu. Empat cara
pembuatan sabun di industri yaitu saponifikasi lemak netral, pengeringan sabun,
netralisasi asam lemak, dan penyempurnaan sabun. Limbah sabun sangat
berdampak pada lingkungan, untuk mengurangi industri sabun mengelola limbah
tersebut agar dapat digunakan lagi.

B. Saran
Penulisan ini masih ada kekurangan dan kesalahan, selanjutnya penulis
lebih berhati-hati mendapatkan sumber terpercaya dan lebih banyak referensi yang
harus ditambahkan agar paper ini lebih sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran
sangat dibutuhkan penulis untuk perbaikan paper ini kedepannya.

Referensi
(1) Sari, Era Sukma Jelita, and Rahadian Zainul. "Nitrogen Triflorida (NF3):
Termodinamika dan Transpor Elektron NF3." (2019).
(2) Joebaedi, K., Susanti, D., Warwah, N., Parmikanti, K. and Badrulfalah, B.
(2019) “Factors Affecting the Amount of Investment Loans in Commercial
Banks with the Application of Linear Regression Analysis
Methods”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 48-54. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/172.
(3) Murni, Hutdia Putri, Latisma Dj, and Rahadian Zainul. "Pengembangan
Penuntun Praktikum Kimia Berorientasi Chemoentrepreneurship untuk
SMA/MA Kelas XII Semester Ganjil." (2018).
(4) Zainul, Rahadian. "Disain, Metode dan Penggunaan Software Pembelajaran
Kimia Berbasis It Untuk Aktivitas Kelas dan Laboratorium Berbasis Inkuiri
Terbimbing." (2016).
(5) Guci, Sri Rizka Fadila, Rahadian Zainul, and Minda Azhar.
"PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TIGA
LEVEL REPRESENTASI MENGGUNAKAN PREZI PADA MATERI
KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMA/MA." (2017).
(6) Handayani, Dewi Putri, Rahadian Zainul, and Fajriah Azra. "Pengembangan
Multimedia Prezi Berbasis Problem Based Learning (PBL) pada Materi
Hukum-Hukum Dasar Kimia Kelas X IPA di SMAN 1 Bukittinggi." (2018).
(7) Kasenda, Jessica Ch. "FORMULASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL DAUN EKOR
KUCING (Acalypha hispida Burm. F) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Staphylococcus aureus." PHARMACON 5.3 (2016).
(8) Sari, Rosaria, Aldi Budi Riyanta, and Anggun Setya Wibawa.
"FORMULASI DAN EVALUASI SABUN PADAT ANTIOKSIDAN
EKTRAK MASERASI KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa normalis
L)." Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi 6.2 (2017).
(9) Pasaribu, F., Mardia, A. and Sormin, C. (2019) “Ordinal Logistic Regression
with an Application to Health Service Quality in Raden Mattaher Jambi
Hospital”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 35-40. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/168.
(10) Anjani, Novia Tina, Supartono Supartono, and Sri Mursiti.
"ANTIBAKTERI SABUN MANDI CAIR EKSTRAK KERSEN (Muntingia
Calabura L) TERHADAP Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus
pyogenes." Indonesian Journal of Chemical Science 5.3 (2016): 225-228.
(11) Hanum, Galuh Ratmana, and Syahrul Ardiansyah. "SABUN EKSTRAK
MANGKOKAN (Nothopanax ScutellaiumMerr) SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus." STIGMA: Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa10.1 (2017).
(12) Dwynda, Indra, and Rahadian Zainul. "Boric Acid (H3 (BO3): Recognize
The Molecular Interactions in Solutions." (2018).
(13) Sari, Monita, and Rahadian Zainul. "Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
Spektroskopi dan Transpor K2Cr2O7." (2018).
(14) Akhiriani, Shanti, and Ning Mukti Indrayani. "Peningkatan Produktivitas
Agroindustri Sabun Susu Kambing Etawa “AFINDA”." Warta
Pengabdian 11.4 (2018): 121-138.
(15) Purwati, Endang, and Ely Vebriyanti. "Sabun Susu Kambing Virgin
Coconut Oil Dapat Meningkatkan Kesehatan Kulit Melalui pH dan Bakteri
Baik (Bakteri Asam Laktat) serta Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat." Prosiding Seminas 1.2 (2012).
(16) Feronika, Nur Intan, and Rahadian Zainul. "Kalium Permanganat:
Termodinamika Mengenai Transport Ionik dalam Air." (2018).
(17) Zainul, Rahadian, and Indang Dewata. "Determination of pH-BOD-COD
and degradation in batang arau watersheds at Padang city." (2015).
(18) Manggau, Marianti A., Riska Damayanty, and Lukman Muslimin. "Uji
Efektivitas Kelembaban Sabun Transparan Ekstrak Rumput Laut Cokelat
(Sargassum Cristaefolium C. Agardh) dengan Variasi Konsentrasi
Sukrosa." Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences 2.1 (2017).
(19) DP, Sri Rahayu. "Formulasi dan Evaluasi Mutu Fisik Sabun dari Ekstrak
Rumput Laut Merah (Euchema cottoni)." Jurnal Wiyata Penelitian Sains
dan Kesehatan 2.1 (2017): 14-18.
(20) Sitepu, Okdivina, and Abadi Ginting. "Pengaruh Stimulan Warna dan
Bentuk terhadap Kecendrungan Pemilihan Produk Sabun Cuci
Batangan." Jurnal Teknik Industri USU 2.2 (2013).
(21) Fadillah, Haris. "Optimasi Sabun Cair Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang
Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc. Var. Rubrum) Variasi Virgin
Coconut Oil (Vco) Dan Kalium Hidroksida (Koh) Menggunakan Simplex
Lattice Design." Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran
UNTAN 1.1 (2014).
(22) Farid, Faizar, Putri Maya Sari, and Havizur Rahman. "Introduksi Teknologi
Sabun Cair Antiseptik dari Buah Pedada (Sonneratia Caseolaris) di
Kelurahan Kampung Laut, Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur." Jurnal
Karya Abdi Masyarakat 2.1 (2018): 23-30.
(23) Artika, Puti Ika, and Rahadian Zainul. "Potassium Bromide (KBr):
Transformasi ionik dan sifat temodinamika dalam Larutan." (2018).
(24) Jumalia, Rima, and Rahadian Zainul. "Natrium Karbonat: Termodinamika
dan Transport Ion." (2019).
(25) Kristy, Dinda Purnama, and Rahadian Zainul. "Analisis Molekular dan
Transpor Ion Natrium Silikat." (2019).
(26) Yulis, Rahma, and Rahadian Zainul. "DESAIN DAN KARAKTERISASI
SEL SURYA SISTEM ELEKTRODA TEMBAGA (I) OKSIDA (Cu2O/Al)
MODEL PIPA PADA LARUTAN NATRIUM SULFAT (Na2SO4)."
(2018).
(27) Jalaluddin, Jalaluddin, Amri Aji, and Sari Nuriani. "Pemanfaatan Minyak
Sereh (Cymbopogon nardus L) sebagai Antioksidan pada Sabun Mandi
Padat." Jurnal Teknologi Kimia Unimal 7.1 (2019): 52-60.
(28) Maypalita, Fikka, and Rahadian Zainul. "Pengaruh Penggunaan Lembar
Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan
Penyangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 5 Padang."
(2018).
(29) Rahmadhanty, Syanty, and Rahadian Zainul. "DESIGN OF HUMAT ACID
SOLID SOLUTION REACTOR THROUGH
PHOTOTRANSFORMATION OF COPPER OXIDE (CuO)
SEMICONDUCTOR PLATE." (2018).
(30) Syafei, N., Hidayat, D., Emilliano, E. and Men, L. (2018) “Analysis
Cracking Corrosion on Carbon Steel Pipes API 5L-X65 In Solution 7700 ml
Aquades, 250 ml Acetic Acid and 50 ml Ammonia with Gas CO2 and H2S
in Saturation Condition”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2),
pp. 21-31. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/138.
(31) Advinda, L. (2018) “PERTUMBUHAN STEK HORIZONTAL BATANG
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) YANG DIINTRODUKSI DENGAN
PSEUDOMONAD FLUORESEN”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 19(1), pp. 68-75. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/129.
(32) Retnowati, Diah S., Andri C. Kumoro, and Catarina S. Budiyati.
"Pembuatan dan Karakterisasi Sabun Susu dengan Proses Dingin." Jurnal
Rekayasa Proses 7.2 (2013): 45-50.
(33) Sari, Vonny Indah. "Pemanfaatan Stearin Dalam Proses Pembuatan Sabun
Mandi Padat." Jurnal Sagu 11.1 (2012).
(34) Dinata, Agil Aditya, et al. "A Review Chemical Vapor Deposition: Process
And Application." (2018).
(35) JANNAH, ANNISA RAYHANNY. "PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN ASAM BASA MENGGUNAKAN APLIKASI
ANDROID BERBASIS CHEMISTRY TRIANGLE KELAS XI SMA/MA
JURNAL." (2017).
(36) Setiadi, Trihanto, and Rahadian Zainul. "Pengembangan E-Modul Asam
Basa Berbasis Discovery Learning Untuk Kelas XI SMA/MA." (2019).
(37) Putri, D., Anika, M. and Wahyuni, W. (2019) “Bioinformatics Study Genes
Encoding Enzymes Involved in the Biosynthesis of Carotenoids Line
Cassava (Manihot esculenta)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
20(1), pp. 10-16. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/161.
(38) Dinata, M., Fitridawati, F. and Putri, L. (2019) “The Study Trees Potential
for Forest in Universitas Lancang Kuning Pekanbaru”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 77-85. doi: 10.24036/eksakta/vol20-
iss1/176.
(39) Enjelina, W., Mansyurdin, M. and Meideliza, T. (2018) “Analysis of
Nepenthes Hybrids in Bukik Taratak West Sumatra by RAPD
Technique”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 12-20.
doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/137.
(40) Hamzah, Faizah, and Marita TM Simbolon. "PEMBUATAN SABUN
TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BATANG
PEPAYA SEBAGAI ANTIBAKTERI." CHEMPUBLISH JOURNAL 3.2
(2018): 57-68.
(41) Hambali, Erliza, et al. "Aplikasi dietanolamida dari asam laurat minyak inti
sawit pada pembuatan sabun transparan." Journal of Agroindustrial
Technology 15.2 (2005).
(42) Rita, Wiwik Susanah, Ni Putu Eka Vinapriliani, and I. Wayan Gede
Gunawan. "FORMULASI SEDIAAN SABUN PADAT MINYAK ATSIRI
SERAI DAPUR (Cymbopogon citratus DC.) SEBAGAI ANTIBAKTERI
TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus." CAKRA
KIMIA (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) 6.2: 152-160.
(43) Prihatini, R. (2017) “PEMANFAATAN AIR KELAPA UNTUK
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN AKAR STEK TUNAS AKSILAR
Andrographis paniculata Nees”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 62-68. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/54.
(44) Iryani, I., Iswendi, I. and Katrina, I. T. (2017) “UJI AKTIVITAS ANTI
DIABETES MELLITUS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER FRAKSI
AIR DARI BERAS KETAN HITAM ( Oryza satival. Var glutinosa) PADA
MENCIT PUTIH”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp.
54-60. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/17.
(45) Agustina, Lia, et al. "Formulasi dan Evaluasi Sabun Mandi Cair dengan
Ekstrak Tomat (Solanum Lycopersicum L.) sebagai Antioksidan." Jurnal
Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan 4.2 (2018): 104-110.
(46) Warlinda, Yulia Asri, and Rahadian Zainul. "Asam Posfat (H3Po4): Ionic
Transformation of Phosphoric Acid in Aqueous Solution." (2019).
(47) Firdaus, Amalia, and Rahadian Zainul. "SESIUM KLORIDA (CsCl):
TRANSPORT ION DALAM LARUTAN." (2018).
(48) Fitriani, Dian. "Karakteristik Dan Aktivitas Antifungi Sabun Padat
Transparan Dengan Bahan Aktif Ekstrak Daun Buas-buas (Premna
Cordifolia, Linn)." EnviroScienteae 13.1 (2017): 40-46.
(49) Ramalisa, Y., Febriyanti, A. and Multahadah, C. (2019) “Analysis of Non
Hierarchical Bomb for Collection of Community Health Degrees in Jambi
and Muaro Jambi City”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1),
pp. 25-34. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/167.
(50) Zainul, Rahadian, et al. "Studi Dinamika Molekular dan Kinetika Reaksi
pada Pembelahan Molekul Air untuk Produksi Gas Hidrogen." (2017).
(51) Hakimi, Achsanul, and Rahadian Zainul. "Asam Arsenat (H3AsO4):
Analisis Molekular dan Karakteristik Senyawa." (2019).
(52) Yuliani, Febri, and Rahadian Zainul. "Analisis Termodinamika Molekul
Magnesium Sulphate (MgSO4)." (2018).
(53) Yulianti, Rika, Damas Anjar Nugraha, and Lusi Nurdianti. "Formulasi
Sediaan Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
Aristatus (Bl) Miq.)." Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi 3.2 (2015): 1-11.
(54) Chatri, M., Mansyurdin, M., Bakhtiar, A. and Adnadi, P. (2017)
“PERBANDINGAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI ANTARA DAUN
MUDA DAN DAUN DEWASA PADA HYPTIS SUAVEOLENS
(L.)POIT”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 1-12. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/41.
(55) Rahmi H.G, I. (2017) “TELAAH FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STATUS GIZI BALITA DI KOTA PADANG
BERDASARKAN BERAT BADAN PER TINGGI BADAN
MENGGUNAKAN METODE CART”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 18(02), pp. 86-99. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/59.
(56) Zainul, Rahadian. "SILVER SULFATE (Ag2SO4): MOLECULAR
ANALYSIS AND ION TRANSPORT."
(57) Febriyanti, Rizky. "PENGARUH KONSENTRASI ASAM STEARAT
SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIK SABUN TRANSPARAN
MINYAK JERUK PURUT (Oleum Citrus hystrixD. C.) DENGAN
METODE DESTILASI." Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi 3.1 (2015).
(58) Suhaemi, Z., Zulkarnaini, Z., Afrijon, A. and Jefri, P. (2019) “The Study of
African Leave (Vernonia amygdalina) in for Improving the Quality of Local
Duck Meats of West Sumatera”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
20(1), pp. 55-59. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/174.
(59) Yanti, Cinthree Fauzana, and Rahadian Zainul. "A Review Ba (OH) 2:
Transpor Ionik pada Barium Hidroksida di dalam Air dengan Konsep
Termodinamika." (2018).
(60) Susilaningrum, D. (2017) “PEMODELAN REGRESI LOGISTIK PADA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PHBS PADA RUMAH TANGGA
PENDERITA TBC DI PESISIR SURABAYA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 18(02), pp. 121-128. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/65.
(61) Febriyenti, F., Lisa Indah Sari, and Rahmi Nofita. "Formulasi Sabun
Transparan Minyak Ylang-Ylang dan Uji Efektivitas terhadap Bakteri
Penyebab Jerawat." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 1.1 (2014): 61-71.
(62) Arbita, Ariestya Arlene. "Pembuatan sabun dari minyak kemiri." (2010).
(63) Zainul, Rahadian, et al. "Photoelectrosplitting Water Mechanism at Carbon
Electrode Surface using Indoor lights." (2015).
(64) Zainul, Rahadian, Desi Nurakhbari, and Marniati Salim. "Optimization of
Spirulina Platensis Culture for Antioxidant Production."
(65) Joebaedi, K., Parmikanti, K. and Badrulfalah, B. (2018) “First Order Space
Time Autoregressive Stationary Model on Petroleum Data”, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 62-69. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss2/152.
(66) Tutuarima, T. (2017) “SIFAT FISIK DAN KIMIA MARMALADE JERUK
KALAMANSI (Citrus microcarpa) : KAJIAN KONSENTRASI PEKTIN
DAN SUKROSA Physical and Chemical Properties of Marmalade Citrus of
Calamondin (Citrus microcarpa) : Study of Pectin and Sucrose
Concentrations”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 164-
172. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/73.
(67) Suryani, Ani, Erliza Hambali, and Hasanah Kurniadewi. "Kajian
penggunaan lidah buaya (Aloe vera) dan bee pollen pada pembuatan sabun
opaque." Journal of Agroindustrial Technology15.2 (2005).
(68) Ibrahim, Bustami, Pipih Suptijah, and Slamet Hermanto. "Penggunaan
Bentonit dalam Pembuatan Sabun dari Limbah Netralisasi Minyak Ikan
Lemuru (Sardinella sp)." Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 8.2
(2010).
(69) Huda, N. (2017) “PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis
paniculata Nees.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT (Mus musculus
L. Swiss Webster)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp.
69-76. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/55.
(70) Mulia, M. (2017) “ISOLASI KUMARIN DARI KULIT BUAH LIMAU
SUNDAI (Citrus nobilis Lour)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 137-145. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/70.
(71) Olii, Audia Triani, Aztriana Aztriana, and Nursiah Hasyim. "FORMULASI
SABUN TRANSPARAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus
Lam.)." As-Syifaa Jurnal Farmasi 7.2 (2015): 139-150.
(72) Apriyanto, Haris, et al. "Sabun Rumput Laut Negeri Laskar
Pelangi." Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan(2013).
(73) Azhar, M., Ahda, Y., Ihsanawati, I., Puspasari, F., Mawarni, S., Risa, B. and
Natalia, D. (2017) “SKRINING BAKTERI PENDEGRADASI INULIN
DARI RIZOSFER UMBI DAHLIA MENGGUNAKAN INULIN UMBI
DAHLIA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 13-20.
doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/44.
(74) Suryelita, S., Etika, S. B. and Kurnia, N. S. (2017) “ISOLASI DAN
KARAKTERISASI SENYAWA STEROID DARI DAUN CEMARA
NATAL (Cupressus funebris Endl.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang
MIPA, 18(01), pp. 86-94. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/23.
(75) Tamarani, Arizka, Rahadian Zainul, and Indang Dewata. "Preparation and
characterization of XRD nano Cu-TiO2 using sol-gel method." Journal of
Physics: Conference Series. Vol. 1185. No. 1. IOP Publishing, 2019.
(76) Alfionita, Tica, and Rahadian Zainul. "Calcium Chloride (CaCl2):
Characteristics and Molecular Interaction in Solution." (2019).
(77) Nauli, Asti Permata, Yudhomenggolo Sastro Darmanto, and Eko Susanto.
"Karakteristik Sabun Cair Dengan Penambahan Kolagen Ikan Air Laut Yang
Berbeda." Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan 4.4 (2015):
1-6.
(78) Zainul, R., et al. "Study of Internal Morphology on Preparation of
Cu2OThin-Plate using Thermal Oxidation." Journal of Physics: Conference
Series. Vol. 1116. No. 4. IOP Publishing, 2018.
(79) Prapanta, Mariani. "Uji Efektivitas Sabun Transparananti Jerawat Minyak
Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus Nobilis Lour. Var. Microcarpa)
Terhadap Isolat (Propionibacterium Acnes)." Jurnal Mahasiswa Farmasi
Fakultas Kedokteran UNTAN 1.1 (2014).
(80) Abu, Febry Astuti, Yusriadi Yusriadi, and Muhammad Rinaldhi Tandah.
"FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR ANTIBAKTERI MINYAK
ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimumamericanum L.) DAN UJI
TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
aureus." Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) 1.1: 1-8.
(81) Syafei, N. (2019) “Events of corrosion phenomena on carbon steel pipes in
environment of sea water and ammonia solutions due to the presence of
sweet gas”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 86-99. doi:
10.24036/eksakta/vol20-iss1/178.
(82) Riyanta, Aldi Budi, and Nurniswati Nurniswati. "Adsorpsi Minyak Jelantah
Menggunakan Karbon Aktif Dan Serbuk Kopi Pada Pembuatan Sabun Padat
Ramah Lingkungan." Prosiding Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT)
2016 Pengembangan Sumber Daya Lokal Berbasis IPTEK. Vol. 1. No. 1.
2016.
(83) Harahap, F. and Lubis, L. (2018) “Analysis of Heavy Metals Distribution in
the River Town of Hamasaki’s Rod Padangsidimpuan”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 50-56. doi: 10.24036/eksakta/vol19-
iss2/149.
(84) Kurniawati, Desy, et al. "Biosorption of Pb (II) from aqueous solutions
using column method by lengkeng (Euphoria logan lour) seed and
shell." Journal of Chemical and Pharmaceutical Research 7.12 (2015): 872-
877.
(85) Wahyudi, Agus. "PENGARUH PENAMBAHAN ARENGA
SACCHARIFERA TERHADAP KUALITAS PRODUK SABUN
TRANSPARAN." Jurnal Redoks 3.2 (2018): 30-37.
(86) Dinata, M. and Soehardi, F. (2018) “Factor Analysis of Physics Chemistry
Waters that Affects Damage Safety Cliff on the Outskirts of River
Siak”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 46-49. doi:
10.24036/eksakta/vol19-iss2/143.
(87) Husna, Aulia Dinul, and Rahadian Zainul. "Analisis Molekular dan
Karakteristik Hidrogen Sianida (HCN)." (2019).
(88) Lubis, Amalia Putri, and Rahadian Zainul. "Interaksi Molekuler Amonium
Hidroksida." (2018).
(89) Zainul, R. and Wardani, S. (2019) “The Hydrogen Generator Performance
of Sandwich Designed 4/4 Al-Cu Plates”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 20(1), pp. 100-104. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/177.
(90) Handayani, D. (2017) “KARAKTERISTIK CENDAWAN DARK
SEPTATE ENDOPHYTE (DSE) PADA AKAR TANAMAN JAGUNG
DAN PADI”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 61-68.
doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/20.
(91) Yernisa, E., and Khaswar Syamsu TIP. "APLIKASI PEWARNA BUBUK
ALAMI DARI EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.) PADA
PEWARNAAN SABUN TRANSPARAN." Journal of Agroindustrial
Technology 23.3 (2014).
(92) Fadjria, Neri, and Rahadian Zainul. "ISOLATION AND MOLECULAR
IDENTIFICATION OF FRESHWATER MICROALGAE IN MANINJAU
LAKE WEST SUMATERA."
(93) Hidayati, Rahmi, and Rahadian Zainul. "Studi Termodinamika Transpor
Ionik Natrium Klorida Dalam Air dan Campuran Tertentu." (2019).
(94) Nurfadilah, Kuntum Kh, and Rahadian Zainul. "Kalium Nitrat (KNO3):
Karakteristik Senyawa dan Transpor Ion." (2019).
(95) Delvi, Intan Prima, and Rahadian Zainul. "Mercury (II) Nitrate (Hg (NO3)
2): Interaksi Molekul dan Adsorpsi Hg dengan Karbon Aktif." (2019).
(96) ANJANI ROSO PUTRI, I. K. E. "Pengaruh Penambahan Sari Aloe Vera
Terhadap Sifat Fisik Dan Masa Simpan Sediaan Sabun Transparan Untuk
Wajah." Jurnal Tata Rias 3.02 (2014).
(97) EKA SYAH PUTRI, W. I. N. D. I. "PENGARUH PENAMBAHAN
EKSTRAK DAUN KELOR TERHADAP KUALITAS SABUN
TRANSPARAN." Jurnal Tata Rias 5.01 (2016).
(98) Chan, Adek. "Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Dari Ekstrak Buah
Apel (Malus Domesticus) Sebagai Sabun Kecantikan Kulit." Jurnal Ilmiah
Manuntung 2.1 (2017): 51-55.
(99) Horiza, H., Azhar, M. and Efendi, J. (2017) “EKSTRAKSI DAN
KARAKTERISASI INULIN DARI UMBI DAHLIA (Dahlia sp.L) SEGAR
DAN DISIMPAN”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp.
31-39. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss01/14.
(100)Anggraini, Deni, Wiwik Sri Rahmides, and Masril Malik. "Formulasi sabun
cair dari ekstrak batang nanas (Ananas comosus. l) untuk mengatasi jamur
candida albicans." Penelitian Farmasi Indonesia 1.01 (2012): 30-33.
(101)Juliansyah, Risky, and Rismawati Paotonan. "Uji Daya Hambat Sediaan
Sabun Transparan Ekstrak Jarak Pagar (Jatropha curcas) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Uji Propionibacterium acnes." Jurnal Mandala
Pharmacon Indonesia 3.02 (2017): 103-109.
(102)Sari, Alvika Meta, and Erba Vidya Cikta. "Ekstraksi Flavonoid Dari Temu
Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Dan Aplikasinya Pada Sabun
Transparan." JURNAL KONVERSI 5.1 (2016): 17-23.
(103)Dimpudus, Stefanie A. "FORMULASI SEDIAAN SABUN CAIR
ANTISEPTIK EKSTRAK ETANOL BUNGA PACAR AIR (Impatiens
balsamina L.) DAN UJI EFEKTIVITASNYA TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus SECARA In Vitro." PHARMACON 6.3 (2017).
(104)Fatimah, Putri, et al. "A REVIEW Teknik Blended: Prinsip dan Dasar-
Dasar." (2018).
(105)Febriani, Sari Safitri, et al. "A Review Solid Stated: Principles and Method
(106)Santoso, B., Setianto, S., Hasanah, M., Wijatmoko, B., Supriyana, E. and
Mohammad, H. (2018) “Mitigation of Land Movement using Self Potential
Method in Ling-Anjung Region Sumedang Regency”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 32-39. doi: 10.24036/eksakta/vol19-
iss2/141.
(107)Putri, Gusliani Eka, et al. "Microstuctural Analysis and Optical Properties of
Nanocrystalline Cerium Oxides Synthesized by Precipitation Method."
(2018).
(108)Yustinah, Yustinah. "Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai
Bahan Tambahan Pada Pembuatan Sabun." JURNAL KONVERSI 5.1
(2016): 25-30.
(109)Badrulfalah, B., Irianingsih, I. and Joebaedi, K. (2018) “Some Operations on
Mixed Monotone Operator in Banach Spaces”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(2), pp. 57-61. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/150.
(110)Pramushinta, I. A. K., and P. S. Ajiningrum. "FORMULASI SEDIAAN
SABUN PADAT TRANSPARAN DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK
BIJI BUNGA MATAHARI (Helianthus annus L.)." STIGMA: Jurnal
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa 11.01 (2018): 77-84.
(111)Iskandar, I., Horiza, H. and Fauzi, N. (2017) “EFEKTIVITAS BUBUK BIJI
PEPAYA (Carica Papaya Linnaeaus) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI
TERHADAP KEMATIAN LARVA AEDES AEGYPTY TAHUN
2015”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(01), pp. 12-18. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss01/12.
(112)Jayani, Nikmatul Ikhrom Eka, Kartini Kartini, and Nurul Basirah.
"Formulasi Sediaan Sabun Cuci Tangan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan Efektivitasnya sebagai Antiseptik." Media Pharmaceutica
Indonesiana (MPI) 1.4 (2018): 222-229.
(113)Shafitri, Mutia, and Rahadian Zainul. "Vanadium Pentaoksida (V2O5):
Termodinamika Molecular dan Interaksi Ion dalam Larutan." (2019).
(114)Ningsih, S. K. (2017) “SINTESIS DAN KARAKTERISASI
NANOPARTIKEL ZnO DOPED Cu2+ MELALUI METODA SOL-
GEL”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 39-51. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/51.
(115)Parbuntari, H., Prestica, Y., Gunawan, R., Nurman, M. and Adella, F. (2018)
“Preliminary Phytochemical Screening (Qualitative Analysis) of Cacao
Leaves (Theobroma cacao L.)”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(2), pp. 40-45. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/142.
(116)Hernani, Hernani, Tatit K. Bunasor, and Fitriati Fitriati. "FORMULA
SABUN TRANSPARAN ANTIJAMUR DENGAN BAHAN AKTIF
EKSTRAK LENGKUAS (Alpinia galanga L. Swartz.)." Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat 21.2 (2016): 192-205.
(117)Efendi, Aris. "PENGARUH JENIS PENGADUK HELICAL-RIBBON,
DAN DAYUNG (PADDLE) TERHADAP HASIL PRODUK SABUN
CUCI CAIR." Jurnal Teknik Mesin 1.2 (2013): 336-343.
(118)Sanjaya, H. (2017) “DEGRADASI METHYLENE BLUE
MENGGUNAKAN KATALIS ZnO-PEG DENGAN METODE
FOTOSONOLISIS”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp.
21-29. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/45.
(119)Wijiarti, Rita. "PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BUNGA
KAMBOJA KUNING (Plumeria Alba) TERHADAP SIFAT FISIK DAN
MASA SIMPAN SABUN MANDI CAIR." Jurnal Tata Rias8.1 (2019).
(120)Cahyani, Intan Martha, Bekti Nugraheni, and Suwarmi Suwarmi. "Optimasi
Kombinasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Dan Daun
Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff) Boerl.) Pada Formula Sabun
Transparan Dengan Metode Factorial Design." e-Publikasi Fakultas
Farmasi 11.1 (2014): 34-38.
(121)Sumarmin, R. (2018) “Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap Histologis Pankreas Mencit (Mus musculus L.
Swiss Webster) yang Diinduksi Sukrosa”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 19(1), pp. 100-112. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/123.
(122)Hardian, Khairil, and Akhyar Ali. "Evaluasi Mutu Sabun Padat Transparan
dari Minyak Goreng Bekas dengan Penambahan Sls (Sodium Lauryl
Sulfate) dan Sukrosa." Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Pertanian 1.2 (2014): 1-11.
(123)Rosdiyawati, Risky. "Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Sabun Mandi Cair
Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis Lour. Var.
microcarpa) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli." Jurnal
Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN 1.1 (2014).
(124)Ningrum, Naliawati Prastiya, Muhamad Alfin Indra Kusuma, and Nur
Rokhati. "Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas dan Abu Kulit Buah Kapuk
Randu (Soda Qie) sebagai Bahan Pembuatan Sabun Mandi Organik Berbasis
Teknologi Ramah Lingkungan." Jurnal Teknologi Kimia Dan
Industri (2013): 275-285.
(125)Putra, Endo Pebri Dani, Sahadi Didi Ismanto, and Diana Silvy.
"PENGARUH PENGGUNAAN GEL LIDAH BUAYA (Aloe Vera) PADA
PEMBUATAN SABUN CAIR DENGAN PEWANGI MINYAK NILAM
(Patchouli Oil)." Jurnal Teknologi Pertanian Andalas 23.1 (2019): 10-18.
(126)Widyasanti, Asri, Chintya Listiarsi Farddani, and Dadan Rohdiana.
"Pembuatan sabun padat transparan menggunakan minyak kelapa sawit
(palm oil) dengan penambahan bahan aktif ekstrak teh putih (camellia
sinensis)." Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural
Engineering) 5.3 (2017).
(127)Ayu, Dewi Fortuna, Bambang Sisto Nadi, and Akhyar Ali.
"KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK
ATSIRI RIMPANG JERINGAU (Acoruscalamus L.) TERHADAP
Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli PADA SABUN
TRANSPARAN." Journal of Agroindustrial Technology 28.2 (2018).
(128)Amin, H. "Kajian penggunaan kitosan sebagai pengisi dalam pembuatan
sabun transparan." Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor (2006).
(129)Parmadi, Anom, and Rita Dewi Andrianti-Politeknik Kesehatan Bhakti.
"Perbandingan Stabilitas Fisik Sabun Susu Dan Sabun Transparan Ekstrak
Kulit Buah Naga (Hylocereus undatus) Hasil Pemurnian Minyak
Jelantah." IJMS-Indonesian Journal on Medical Science 3.2 (2016).
(130)BUDIATI, ANARISA, ANNY VICTOR PURBA, and SHIRLY KUMALA.
"Facial Wash Gel Product Development from Averrhoa bilimbi L. Fruits and
Kalanchoe pinnata (Lam.) Per. Leaves Extract as An Antibacterial Causes of
Acne." JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA 15.1 (2017): 89-95.
(131)Susilawaty, Andi, Hasbi Ibrahim, and Nurfadillah Tenri Ugi. "Pemanfaatan
Minyak Jelantah dengan Tambahan Ekstrak Daun Cengkeh (Zyzygium
aromaticum) Sebagai Sabun Antiseptik dalam Menurukan Jumlah Kuman
pada Telapak Tangan." HIGIENE: Jurnal Kesehatan Lingkungan 3.1
(2017): 15-21.
(132)Siddiq, Hadi Barru Hakam Fajar, and Agnis Pondinekaria Aditama.
"Peningkatan Soft Skill Siswa Melalui Pembuatan Sabun Ekstrak Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) di MA. Habiburrahman Jatian-
Pakusari Jember." Warta Pengabdian 12.3 (2018): 337-342.
(133)Sari, A. (2017) “POTENSI ANTIOKSIDAN ALAMI PADA EKSTRAK
DAUN JAMBLANG (Syzigium cumini (L.) Skeels)”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 107-112. doi: 10.24036/eksakta/vol18-
iss02/61.
(134)Samah, S. (2017) “KARAKTERISASI PLASTIK BIODEGRADABEL
DARI LDPE-g-MA DAN PATI TANDAN KOSONG SAWIT”, EKSAKTA:
Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 18(02), pp. 30-38. doi:
10.24036/eksakta/vol18-iss02/48.
(135)Sofyanita, S. and Octaria, Z. (2018) “Fenthion Compound Degradation in
the Pesticide Bayleton 500 ec in Sonolysis, Ozonolysis and Sonozolysis with
Addition of TiO2-anatase”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(2),
pp. 70-79. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/153.
(136)Raisa, Alvera, Srikandi Srikandi, and Ricson P. Hutagaol. "OPTIMASI
PENAMBAHAN MADU SEBAGAI ZAT ANTI BAKTERI
Staphylococcus aureus, PADA PRODUK SABUN MANDI CAIR." Jurnal
Sains Natural 6.2 (2018): 52-63.
(137)Nasir, M. (2017) “PENGARUH WAKTU HIGH ENERGY MILLING
TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKAOLIN CAPKALA ASAL
KALIMANTAN BARAT”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
18(02), pp. 200-209. doi: 10.24036/eksakta/vol18-iss02/78.
(138)Erviana, Vera Yuli, Iis Suwartini, and Ahid Mudayana. "Pengolahan Limbah
Minyak Jelantah dan Kulit Pisang Menjadi Sabun." Jurnal SOLMA 7.2
(2018): 144-152.
(139)Rizki Saputra, M. and Sumarmin, R. (2018) “PENGARUH EKSTRAK
DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) TERHADAP
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus L.) JANTAN YANG
DIINDUKSI SUKROSA”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 19(1),
pp. 43-55. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss1/124.
(140)https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiu8Nn3_N7iAhUM1qwKHRwC
Bv4QjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fwww.pg.com%2Fid_ID
%2Fcompany%2Fglobal_structure_operations
%2Fcorporate_structure.shtml&psig=AOvVaw0yyLd-
0abjSiv_gr9jZvOo&ust=1560258135285038
(141)https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjF4JPG_d7iA
hUP26wKHZn1D-AQjRx6BAgBEAU&url=%2Furl%3Fsa%3Di%26source
%3Dimages%26cd%3D%26ved%3D%26url%3Dhttps%253A%252F
%252Fmarketeers.com%252Funilever-perkuat-investasi-lewat-pabrik-
bumbu-masak%252F%26psig%3DAOvVaw2eA5wPH5ABG1dyoCG-Li8j
%26ust%3D1560258299658911&psig=AOvVaw2eA5wPH5ABG1dyoCG-
Li8j&ust=1560258299658911
(142)https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiTsbt_d7iAhURSK0KHYCuAB
wQjRx6BAgBEAU&url=http%3A%2F
%2Fkarawangupdate07.blogspot.com%2F2016%2F02%2Flowongan-kerja-
pt-kao-
indonesia.html&psig=AOvVaw0Jvi7ZmGFGbMkbCe06ugh5&ust=1560258
446950160
(143)https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjEl9Ku_t7iAhUCWq0KHUc9D
J0QjRx6BAgBEAU&url=http%3A%2F%2Fwww.megasurya-mas.com
%2Fcorporate%2Findex.php%3Fact
%3Dsocial&psig=AOvVaw0VWXQvD_hVqwS94XF5sZQt&ust=1560258
591485825
(144)https://www.google.com/maps/uv?hl=id&pb=!
1s0x2e69f4ad45fb69ab:0x9b04e59afe29487d!2m22!2m2!1i80!2i80!3m1!
2i20!16m16!1b1!2m2!1m1!1e1!2m2!1m1!1e3!2m2!1m1!1e5!2m2!1m1!
1e4!2m2!1m1!1e6!3m1!7e115!4s/maps/place/5.%2BPT.%2BTotal
%2BChemindo%2BLoka/@-6.2056642,106.9116037,3a,75y,345.57h,90t/
data
%3D*213m4*211e1*213m2*211scjQe50eBWALkJI1SIC2FzQ*212e0*214
m2*213m1*211s0x2e69f4ad45fb69ab:0x9b04e59afe29487d?sa%3DX!
5s5.+PT.+Total+Chemindo+Loka+-+Penelusuran+Google&imagekey=!
1e2!
2scjQe50eBWALkJI1SIC2FzQ&sa=X&ved=2ahUKEwikirWEgN_iAhVJQ
6wKHY4IAIcQpx8wCnoECA0QCw
(145)https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=&url=http
%3A%2F%2Fadimuliasarimasindonesia.web.indotrading.com
%2F&psig=AOvVaw0HmL-enIcQ4OJvQzQuyoE-
&ust=1560259157899052
(146)https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=&url=http
%3A%2F%2Fadimuliasarimasindonesia.web.indotrading.com
%2F&psig=AOvVaw0HmL-enIcQ4OJvQzQuyoE-
&ust=1560259157899052
(147)Vauzia, V. and Gusmira, E. (2018) “The Response of Jabon Seeds
Germination (Anthocephalus cadamba (Roxb.)Miq.) against the Duration of
Combustion and Illumination”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA,
19(2), pp. 80-87. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/154.
(148)Yanuar, F., Tillah, M. and Devianto, D. (2018) “Modeling of Human
Development Index Using Ridge Regression Method”, EKSAKTA: Berkala
Ilmiah Bidang MIPA, 19(2), pp. 1-11. doi: 10.24036/eksakta/vol19-iss2/134.
(149)Idrus, Syarifuddin, et al. "Isolasi Trimiristin Minyak Pala Banda serta
Pemanfaatannya sebagai Bahan Aktif Sabun." Journal of Industrial
Research (Jurnal Riset Industri) 8.1 (2015).
(150)Liza, Yulia Mona, et al. "Sol Gel: Principle And Technique (A Review)."
(2018).
(151)Suratno, T., Rarasati, N. and Z`G. (2019) “Optimization of Genetic
Algorithm for Implementation Designing and Modeling in Academic
Scheduling”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah Bidang MIPA, 20(1), pp. 17-24.
doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/166.
(152)Fati, N., Siregar, R. and Sujatmiko, S. (2019) “Addition Of Coleus
Amboinicus, L Leaf’s Extract In Ration To Percentage Of Carcass,
Abdominal Fat, Liver And Heart Broiler”, EKSAKTA: Berkala Ilmiah
Bidang MIPA, 20(1), pp. 1-9. doi: 10.24036/eksakta/vol20-iss1/157.

Anda mungkin juga menyukai