BAB II
DASAR TEORI
II - 1
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 2
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 3
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 4
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 5
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
2.2.5 Kekuatan
Kekuatan beton untuk perkerasan ditentukan dari pengukuran kuat tekan
dari beton kubus berukuran 150 mm. Benda uji dibuat dan dirawat dalam
pasangan, diambil dari beton yang dibuat di lokasi pencampuran. Paling
II - 6
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
tidak sepasang kubus harus dibuat untuk tiap 600 m2 beton, dengan
minimum 6 pasang tiap hari, untuk setiap campuran yang berbeda.
Umumnya, sebuah kubus dari tiap pasang diuji pada umur 7 hari, dan yang
lain diuji pada umur 28 hari. Pada beton Grade C40 dan menggunakan
semen Portland biasa tipe 1, kuat tekan pada umur 7 harinya minimum 31
N/mm2.
2.2.6 Workability
Uji Compacting Factor sangat cocok untuk pengujian campuran beton
apapun jika penghamparan dilakukan dengan menggunakan mesin, karena
pengukuran ini dapat dilakukan ketika mesin penghampar beton bekerja.
Workability beton harus konstan, dan dapat diperoleh dengan memberikan
data pada mesin pencampur. Jika diperlukan, tambahan seperti plasticizer
atau retarder dapat digunakan sesuai keperluan atau cuaca setempat.
Nilai Compacting Factor yang baik kira-kira adalah sebagai berikut:
o 0,80 untuk konstruksi beton satu. lapis
o 0,80-0,83 untuk lapis atas dalam. konstruksi dua lapis
o 0,77-0,80 untuk lapis bagian bawah
Rencana nilai Compacting Factor bagi campuran dipertahankan sebesar
3%. Diperlukan workability yang rendah untuk mernastikan agar dowel
yang dimasukkan ke dalarn beton tetap berada pada posisinya. Workability
yang lebih tinggi diperlukan agar pembuatan tekstur permukaan dapat
dibuat dengan baik dalarn waktu yang tersedia. Pada prakteknya, tingkat
workability dapat dikompromikan di antara kedua kepentingan ini.
II - 7
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
2.3 Penulangan
Besi tulangan dapat berupa tulangan baja yang telah di fabrikasi atau hot
rolled steel bar (baik grade 250 maupun Grade 460) atau cold worked
steel bar.
Besi tulangan harus bersih dari oli, kotoran, karat, dan pengelupasan.
Jika tulangan berbentuk lembaran yang difabrikasi digunakan, tulangan
harus dilebilikan antara satu lempengan tulangan dengan yang lain pada
sambungan, atau dilas.
Ketika batang tulangan digunakan, jika tulangan dipasang sebelum
pembetonan, maka tulangan harus dipasang dengan penyangga ditahan
pada posisi yang diinginkan, diukur dari permukaan pembetonan sebagai
berikut:
a. 60 ± 10 mm di bawah perinukaan beton, untuk tebal
pelat kurang dari 270 min.
b. 70 ± 10 nun di bawah permukaan beton, untuk tebal
pelat 270 min atau, lebih.
Ketika konstruksi pembetonan dua lapis dilakukan, di mana baja lembaran
pabrikan digunakan, tulangan dapat dipasang di permukaan lapis
pembetonan dasar.
Pada umumnya penulangan melintang harus beijarak sejauh 125 mm dari
tepi pelat dengan toleransi ± 25 min. Hal ini berlaku juga utuk sambungan
memanjang yang menggunakan tulangan pengikat. Penulangan untuk arah
memanjang harus berjarak 300 ± 50 min.
II - 8
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
Perkerasan kaku juga dapat dibuat dengan beton bertulang yang menerus
(tanpa sambungan). Untuk itu digunakan penulangan baja berulir Grade
460 yang dirakit di lokasi. Tulangan dipasang tepat di tengah tebal pelat,
dan tulangan berjarak 125 ± 25 mm dari tepi pelat (baik dalam arah
sambungan melintang maupun memanjang).
2.5 Perawatan
Perawatan beton sangatdiperlukan agar kekuatan beton yang direncanakan
dapat diperoleh. Perwatan beton akan melindungi penguapan air campuran
beton, dan dari pengurangan atau penambahan panas akibat radiasi.
Tanpa perawatan yang cukup, kekuatan beton hanya tinggal 50% dari
kekuatan kubus beton yang diuji di laboratorium. Cara terbaik merawat
beton adalah dengan membuat beton tetap lembab. Ini dapat dicapai
dengan :
1) menutup beton dengan lembaran plastik,
II - 9
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 10
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
memanjang jalan. Salah satu ujung ruji harus tidak terokat dengan beton;
ujung lainnya dicor dalam beton pada pelat berikutnya.
Letak sambungan melintang harus berada pada posisi segaris antara yang
satu dengan lain pada setiap sisi sambungan memanjang.
Sambungan harus mempunyai alur (groove) penutup yang dapat dibuat
dengan cara :
o pernbuatan alur dengan proses penggergapan segen setelah
beton mempunyai kekuatan yang cukup sehingga digergaji untuk
menghasilkan alur berujung tajam tanpa menimbulkan retak pada
beton. Kedalaman alur 1/4 - 1/3 tebal pelat dengan lebar minimal 3
mm.
o alur yang dibuat ketika beton masih basah dengan
memasukkan lempengan logam atau pembentuk alur lainnya ke
dalamnya sebelum pekerjaan akhir permukaan jalan dan pembentukan
tekstur permukaan. Jika alur sambungan lebih lebar dari 15 mm,
beberapa bagian beton yang terganggu harus dihilangkan.
Pentuan sambungan ini harus dilengkapi dengan pemasangan ruji besi.
Jika sarnbungan dibuat dengan penggergajian, di bagian bawah pelat tidak
perlu dipasangi crack inducer (perlemahan di bagian bawah pelat, agar
retak terjadi di situ). Crack inducer boleh tidak dipasangi jika sambungan
dibuat dengan cara kedua dan konstruksinya dilaksanakan pada musim
panas.
Pada sambungan muai, selain ruji dan sealant, diperlukan juga sambungan
filler board (lempengan pengisi) setebal 25 mm. Lempengan pengisi ini
harus cukup kaku dan tidak berdeformasi selama. konstruksi, namun dapat
ditekan sehingga menjadi lebih tipis. Kedalaman filler board harus sama
dengan kedalaman pelat dikurangi dengan kedalaman alur. Filler board
harus dilubangi pada posisi yang tepat agar besi ruji dapat dipasang.
II - 11
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 12
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
diameter 12 mm. Tie bar ini akan mencegah sambungan membuka lebih
dari sepermilimeter, sehingga akan tetap ada friksi antar agregat pada pelat
yang berdampingan.
Tie bar dipasang pada posisi setengah kedalaman pelat, dan pada proses
penghamparan kontinu, alur sambungan memanjang dibuat di permukaan
beton pada saat penghamparan.
Jika tie bar ditempatkan sebelum pembetonan, maka perlu dipasang besi
penahan tie bar agar tetap pada kedalaman yang diinginkan dengan posisi
paralel satu dengan lainnya, serta tegak lurus terhadap sumbu jalan arah
memanjang. Jarak antar tie bar biasanya 600 mm.
II - 13
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
2.6.3 Ruji
Apabila ruji (dowel bar) dipasang dengan cara memasukkannya pada
beton dari atas, kepadatan beton di sekitamya tidak akan maksimal, beton
akan menjadi lebih berpori serta mudah rusak akibat pembekuan
dibandingkan dengan bagian lain dari pelat. Oleh karena itu, ruji maupun
tie bar yang dimasukkan ke dalam beton secara vertikal hanya diizinkan
untuk dimasukkan pada pelat bagian bawah dari konstruksi pelat dua lapis.
Mungkin lebih baik dilakukan pemasangan ruji sebelum pembetonan,
dengan menggunakan penyangga ruji.
Untuk sambungan muai, digunakan ruji Grade 250 yang terbuat dari baja,
berdiameter 25 mm, sepanjang 600 mm untuk pelat beton yang tebalnya
kurang dari 240 mm, dan dipasang dengan jarak 300 mm. Untuk pelat
beton yang lebih tebal, digunakan ruji berdiameter 32 mm.
Untuk sambungan susut, ruji yang digunakan berdiameter 20 mm, dengan
panjang 400 mm untuk pelat yang tebalnya kurang dari 240 mm. Pada
pelat yang lebilt tebal digunakan ruji berdiameter 25 mm. Jarak antar ruji
sambungan susut adalah 300 mm.
Ruji dipasang di tengah tebal pelat dengan toleransi ± 20 mm. Ruji perlu
diselimuti plastik sebagai berikut:
o Untuk sambungan muai, selengah panjang ruji
ditambah 50 mm diukur dari salah satu ujungnya;
o untuk sambungan susut, sekurangnya 2/3 panjang ruji.
Pada sambungan muai, di ujung ruji yang diselimuti plastik dipasang
selongsong penutup sepanjang 100 mm yang terbuat dari cardboard kedap
air atau material simetis, dengan menyisakan ruang bebas 25 mm antara
ujung ruji dan ujung selongsong penutup.
Harus dipastikan bahwa ruji yang dipasang terletak dalam baris lurus dan
paralel satu sama lain dan searah dengan sumbu jalan. Apabila ruji tidak
pasang seperfi itu, tegangan yang tinggi akan terjadi pada tepi pelat akibat
memuai atau menyusutnya pelat karena perubahan temperatur, dan
mengakibatkan retak yang parah di atau sekitar tepi pelat.
II - 14
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 15
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 16
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 17
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
pondasi bawah. Lapis kedap air yang dipasang di atas lapis pondasi bawah
digelar dari bagian bawah hopper.
Pada saat mesin penghampar maju, berat beton segar di hopper menekan beton
yang berada di antara bekisting.
Pemadatan beton ini dilakukan dengan balok melintang hopper yang bergetar dan
sederetan pengait yang bervibrasi. Pada mesin penghampar slip form yang lebih
besar, diperlukan alat penghampar yang membantu penyebaran beton secara
merata di dalam hopper. Lebar mesin penghampar biasanya dapat diatur untuk
berbagai lebar perkerasan hingga lebar maksimum 13 m.
Ruji dimasukkan oleh alat penekan yang digerakkan secara mekanis dan
dikontrol secara akurat, disesuaikan dengan kecepatan majunya mesin. Alat
perickan ini mengeluarkan ruji dan melepaskannya setelah ditekan. Jarak antar
ruji 300 mm, dan dipasang selebar perkerasan.
II - 18
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
ini biasanya terletak di tengah lebar perkerasan dan celah yang dihasilkan
dari pemotongan itu diisi dengan lempengan plastik setelah dilewati oeh
balok berosilasi, atau setelah bekisting bergerak.
II - 19
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 20
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 21
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 22
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
II - 23
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
Bekisting
Bekisting dari baja biasanya digunakan. Panjang bentuk bekisting ini 3 m
dan tingginya disesuaikan dengan tebal pelat, misalnya 150 mm atau 200
mm. Bekisting itu disetel arah dan elevasinya sesuai dengan desain dan
diikat dengan paku clan pasak paling sedikit di tiga tempat untuk setiap 3
m, dengan satu pasak pada tiap sisi dari sernua sambungan. Sambungan
bekisting yang dikunci agar posisinya tidak berubah.
Pemasangan bekisting harus dilakukan secara cermat agar bagian atasnya
rata antara satu segmen bekisting dengan lainnya, demi memungkinkan
mesin pemadat dengan mudah berjalan di atasnya. Selain itu juga harus
dijaga agar sisi bekisting depan tetap dalam posisi vertikal.
Setelah disetel dengan baik, bekisting dibersihkan dan dilumuri minyak.
Bentuk jalan biasanya disetel pada lapis pondasi bawah dan posisinya
disesuaikan dengan menggeser pasak di depan atau di belakang paku pin,
hingga sisi bekisting dapat dikendalikan dan bergeser sesuai dengan
keinginan.
Paku harus tertanam culcup dalam, agar mampu menahan tekanan lateral
pada bekisting yang ditimbulkan oleh beton segar, serta. tekanan akibat
getaran yang diakibatkan oleh mesin pemadat. Sisi atas bekisting akan
sama tinggi dengan permukaan pelat beton.
Bahan Pelepas
Agar beton tidak melekat pada perinukaan bekisting dan rusak maka
perinukaannya perlu dilapisi oleh bahan pelepas (Release agents).
Pelepasan Bekisting
Diperlukan kehati-hatian ketika kita melakukan pembukaan bekisting
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada beton. Sebelumnya permukaan
beton harus dilihat untuk memeriksa apakah beton telah cukup mengeras.
II - 24
PERKERASAN KAKU D4 JALAN TOL
Pemadatan
Batang pemadat seringkali terbuat dari kayu (kira-kira 200 mm x 75 mm)
dan dengan panjang = (lebar jalan) + 2 x (lebar coakan). Ketika proses
pemadatan berlangsung, sejumlah kecil beton segar ada di depan alat
pemadat agar terdapat rongga yang segera dapat diisi oleh beton segar ini.
Bentuk batang pemadat dapat dibuat seperti penampang melintang jalan.
Beton dipadatkan dengan acuan ketinggian tepi bekisting. Agar koefisien
gesek beton yang dihasilkan memadai, biasanya proses ini dilanjutkan
dengan pemadatan secara manual agar timbul gelombang halus dalam arah
melintang. Alur ini juga merupakan saluran kecil untuk air permukaan.
II - 25