SKRIPSI
oleh:
DIAN ARLANTIKA
155090201111050
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Karakteristik Adsorpsi Eriochrome Black T (EBT) pada
Zeolit Alam Terfosfatasi yang Diamobilisasi dalam
Ca-Alginat
SKRIPSI
oleh:
DIAN ARLANTIKA
155090201111050
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
i
ii
iii
Karakteristik Adsorpsi Eriochrome Black T (EBT) pada
Zeolit Alam Terfosfatasi yang Diamobilisasi dalam
Ca-Alginat
ABSTRAK
iv
Adsorption Characteristics of Eriochrome Black T (EBT) on
Phosphated Natural Zeolite Immobilized in
Ca-Alginate
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca guna penyempurnaan naskah ini.
Demikian naskah ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Adsorpsi Eriochrome Black T (EBT) 4
2.2 Karakteristik Zeolit Alam 5
2.3 Zeolit Aktif 7
2.4 Fosfatasi Zeolit Alam 7
2.5 Amobilisasi Zeolit dalam Ca-Alginat 8
2.6 Karakterisasi Zeolit Terfosfatasi yang Diamobilisasi
dalam Ca-Alginat Menggunakan Fourier Transform
Infrared (FTIR) 9
2.7 Isoterm Adsorpsi 12
2.8 Analisa Kuantitatif EBT Secara Spektrofotometri 13
BAB III METODE PENELITIAN 15
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 15
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 15
3.3 Tahapan Penelitian 15
3.4 Prosedur Penelitian 15
3.4.1 Aktivasi zeolit alam 15
3.4.2 Fosfatasi zeolit aktif 16
3.4.3 Uji daya adsorpsi pada adsorben 16
3.4.4 Amobilisasi zeolit terfosfatasi dalam Ca-alginat 16
viii
3.4.5 Karakterisasi adsorben dengan FTIR 17
3.4.6 Penentuan pH optimum adsorpsi EBT 17
3.4.7 Penentuan waktu kontak optimum adsorpsi EBT 17
3.4.8 Penentuan konsentrasi optimum adsorpsi EBT 18
3.4.9 Penentuan konsentrasi EBT secara spektrofotometri 18
3.5 Analisa Data 19
3.5.1 Penentuan konsentrasi EBT secara spektrofotometri 19
3.5.2 Penentuan daya adsorpsi 19
3.5.3 Penentuan isoterm adsorpsi 20
3.5.4 Analisa statistik 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24
4.1 Aktivasi Zeolit Alam 24
4.2 Fosfatasi Zeolit Aktif 24
4.3 Uji Daya Adsorpsi pada Adsorben 25
4.4 Amobilisasi Zeolit Terfosfatasi dalam Ca-Alginat 26
4.5 Karakterisasi Adsorben dengan FTIR 26
4.6 Pengaruh pH Terhadap Adsorpsi EBT 30
4.7 Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Adsorpsi EBT 31
4.8 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Adsorpsi EBT 32
4.9 Isoterm Adsorpsi 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 36
5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 46
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
G.3 Spektra FTIR Z/P (1/6)-alginat 65
G.4 Spektra FTIR Ca-alginat 65
Lampiran H. Dokumentasi 66
xiii
DAFTAR ISTILAH DAN LAMBANG
Simbol/Singkatan Keterangan
% persentase
a slope
A545 absorbansi pada 545 nm
b intersep
EBT Eriochrome Black T
FTIR Fourier Transform Infrared
g gram
M molar
mg/g miligram per gram
mg/L miligram per liter
mL mililiter
nm nanometer
p.a. pro analyst
rpm rotasi per menit
Z/P zeolit/fosfat
Z/P-alginat zeolit/fosfat-alginat
Z/P (1/6)-alginat zeolit/fosfat (1/6)-alginat
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagai pewarna yang paling bermasalah dalam limbah karena tahan
terhadap pemudaran dari paparan cahaya, air, dan bahan kimia akibat
struktur kimianya yang kompleks [6].
Adsorpsi zat warna menggunakan zeolit telah banyak dilakukan
karena biayanya yang relatif murah. Selain itu, permukaan dan
struktur kerangkanya dapat dimodifikasi untuk meningkatkan
kapasitas dan selektivitas adsorpsinya. Penelitian Aguila dan Ligaray
(2015) telah berhasil melakukan adsorpsi EBT dengan zeolit terlapisi
MnO2 yang menghasilkan persentase adsorpsi sebesar 79,24% dalam
waktu kontak 12 jam [7].
Zeolit alam mempunyai sifat penukar anion yang rendah dan
EBT merupakan jenis pewarna anionik mono-azo [8]. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini zeolit alam dimodifikasi menjadi bersifat penukar
anion yang tinggi untuk meningkatkan adsorpsi EBT. Modifikasi
zeolit alam sebagai penukar anion telah dilaporkan oleh Endrayana,
dkk. (2017) dengan meningkatkan situs positif dalam kerangka zeolit
melalui proses fosfatasi. Fosfatasi zeolit dilakukan dengan
menambahkan amonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) kemudian
dipanaskan pada temperatur 235oC selama 5 jam. Adsorben zeolit
alam terfosfatasi mampu meningkatkan kapasitas adsorpsi Cr(VI)
sebagai anion CrO42- menjadi 35,336 mg/g dibandingkan dengan
zeolit aktif sebesar 15,601 mg/g [9].
Qiusheng, dkk. (2015) menyatakan bahwa proses setelah
adsorpsi, zeolit dalam larutan akan membentuk suspensi koloid yang
stabil, sehingga sulit untuk dipisahkan dari larutan [10]. Hal ini dapat
diatasi dengan memperbesar ukuran partikel zeolit melalui amobilisasi
dalam Ca-alginat. Selain itu, amobilisasi zeolit dalam alginat juga
dapat meningkatkan stabilitas, regenerasi, dan kapasitas adsorpsi [11].
Uji daya adsorpsi zeolit termodifikasi bergantung pada pH
larutan adsorbat, waktu kontak adsorpsi, dan konsentrasi awal
adsorbat [12]. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dipelajari
karakteristik adsorben berdasarkan spektra FTIR, pengaruh variasi
pH, waktu kontak, dan konsentrasi, serta kapasitas adsorpsi zeolit
alam terfosfatasi yang diamobilisasi dalam Ca-alginat terhadap EBT.
2
2. Bagaimana pengaruh pH, waktu kontak, dan konsentrasi EBT
terhadap daya adsorpsi EBT pada zeolit alam terfosfatasi yang
diamobilisasi dalam Ca-alginat?
3. Berapa kapasitas adsorpsi zeolit alam terfosfatasi yang
diamobilisasi dalam Ca-alginat terhadap EBT?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tabel 2.1: Kapasitas adsorpsi EBT pada variasi adsorben.
Adsorben qm (mg/g) Referensi
Eucalyptus bark 52,37 [3]
Scolymus hispanicus L. 167,77 [6]
Karbon aktif 178,2 [18]
Grafena 102,04 [19]
NiFe2O4 nanopartikel 47 [20]
6
2.3 Zeolit Aktif
Proses aktivasi zeolit dalam penelitian ini dilakukan melalui
aktivasi fisika dan kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan dengan
pemanasan yang bertujuan untuk menguapkan molekul air dan
senyawa organik yang terperangkap dalam pori-pori zeolit, sehingga
luas permukaan pori-pori zeolit meningkat [26].
Aktivasi secara kimia dilakukan dengan penambahan HCl.
Penambahan asam akan menghilangkan pengotor anorganik melalui
pertukaran kation dengan H+. Aktivasi zeolit dengan penambahan
asam juga menyebabkan terjadinya dealuminasi, yaitu pemutusan Al
dalam kerangka (Al framework) menjadi Al luar kerangka (Al non-
framework) yang mengakibatkan rasio Si/Al menjadi semakin
meningkat. Proses dealuminasi akan meningkatkan situs asam pada
permukaan zeolit karena meningkatnya rasio Si/Al menyebabkan
berkurangnya situs asam Bronsted [25]. Selain itu, proses dealuminasi
juga meningkatkan luas permukaan zeolit akibat berkurangnya logam
pengotor yang menutupi pori-pori zeolit, sehingga kapasitas adsorpsi
menjadi semakin besar [27].
8
gugus tersebut dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen
silang (cross-links) dengan kation divalen, seperti kalsium [32].
Interaksi silang antara kalsium dengan alginat blok G menghasilkan
struktur kaku yang disebut struktur “kotak telur” (egg-box) [33].
Gambar 2.5: Struktur kimia alginat dan struktur “kotak telur” [33].
10
Gambar 2.7: Spektra FTIR aluminofosfat [38].
Spektra FTIR Na-alginat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8.
Pita serapan lebar dan kuat pada bilangan gelombang 3421,05 cm -1
menunjukkan vibrasi ulur ikatan hidrogen O−H. Vibrasi ulur C−H
tampak pada bilangan gelombang 2942,16 cm -1 dengan intensitas
serapan yang lemah. Pita serapan dengan intensitas kuat pada bilangan
gelombang 1611,57 dan 1416 cm-1 berturut-turut menunjukkan
vibrasi ulur asimetris dan simetris gugus karboksilat O−C−O. Pita
serapan lemah pada bilangan gelombang 1316,79, 1125,53, dan
1094,66 cm-1 berturut-turut menunjukkan keberadaan gugus C−C−H
dan O−C−H, regangan C−O, serta vibrasi ulur C−O dan C−C dari
cincin piranosa. Karbon anomerik pada daerah sidik jari (950−750 cm -
1
) merupakan serapan gugus fungsi dalam karbohidrat. Serapan pada
bilangan gelombang 948,2 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur C−O dari
residu asam uronat dan pada bilangan gelombang 902,83 dan 818,76
cm-1 menunjukkan vibrasi C1−H dan karakter residu asam β-
manuronat [39].
11
Gambar 2.8: Spektra FTIR Na-alginat [39].
1 1 1 1
=( ) + (2.1)
q KL qm Ce qm
12
dinyatakan dalam istilah dimensi parameter kesetimbangan atau faktor
pemisahan dengan persamaan sebagai berikut [42]:
1
RL = (2.2)
1+KL Co
1
dimana K f adalah konstanta Freundlich (L/mg) dan adalah faktor
n
heterogenitas. Plot hubungan log q terhadap log Ce , maka dapat
1
ditentukan nilai dari kemiringan (slope) dan K f dari intersep kurva.
n
13
Gambar 2.9: Kurva baku larutan standar EBT [46].
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
magnet selama 1 jam. Larutan zeolit disaring dan residu zeolit
dikeringkan dalam oven pada temperatur 105oC kemudian ditimbang.
Zeolit kering dicampur dengan larutan HCl 0,4 M dengan rasio 1 g
zeolit/10 mL HCl dan diaduk dengan pengaduk magnet selama 4 jam.
Zeolit yang telah diaktivasi, disaring, dan dicuci dengan akuadem
hingga diperoleh filtrat pH 7 untuk menghilangkan sisa asam dan
dikeringkan dalam oven pada temperatur 105oC selama 1 jam hingga
diperoleh massa konstan [9].
16
terfosfatasi dengan variasi Si/P optimum sebanyak 6 g dicampurkan
ke Na-alginat yang telah mengental dan dilanjutkan pengadukkan
hingga homogen tanpa pemanasan selama 1 jam. Campuran zeolit
terfosfatasi dan Na-alginat dimasukkan ke dalam tabung alat suntik
kemudian dibiarkan menetes ke dalam gelas kimia yang berisi larutan
CaCl2 3% dan didiamkan selama 1 jam, sehingga granul yang
mengembang. Granul tersebut dicuci dengan larutan NaCl 0,85% dan
akuades secara berurutan. Granul yang telah dicuci kemudian
dikeringkan dalam oven pada temperatur 70 oC selama 3 jam hingga
diperoleh massa konstan, sehingga diperoleh adsorben zeolit
terfosfatasi yang diamobilisasi dalam Ca-alginat (Z/P-alginat) [47].
17
3.4.8 Penentuan konsentrasi optimum adsorpsi EBT
Adsorben Z/P-alginat sebanyak 0,1 g ditambahkan 25 mL
larutan EBT dengan variasi konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250
mg/L pada pH optimum masing-masing ke dalam Erlenmeyer 250 mL
dan dikocok menggunakan shaker dengan kecepatan 150 rpm selama
waktu kontak optimum. Larutan dianalisa secara spektrofotometri
untuk penentuan konsentrasi EBT yang tersisa. Tahapan ini dilakukan
triplo.
18
Analisis larutan EBT pasca adsorpsi dilakukan dengan
pengambilan larutan sampel EBT (pengenceran disesuaikan
konsentrasi awal) kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia dan pH
larutan diatur dengan larutan HCl 0,01 M dan NaOH 0,01 M hingga
diperoleh pH 6. Larutan sampel EBT pH 6 dipindahkan ke dalam labu
ukur 25 mL dan ditambahkan pelarut pH 6 hingga tanda batas
kemudian dikocok hingga homogen. Absorbansi larutan diukur
menggunakan spektrofotometri UV-vis pada panjang gelombang
maksimum yang telah ditentukan dan konsentrasi EBT dihitung
menggunakan persamaan garis y = ax+b yang diperoleh dari kurva
baku, dimana nilai x adalah konsentrasi EBT.
y−b
Cs = × fp (3.1)
a
(C0 −Cs )V
q= (3.2)
W
q (mg/g)
pH
Gambar 3.1: Grafik hubungan q dan pH.
waktu kontak
(menit)
Gambar 3.2: Grafik hubungan q dan waktu kontak.
[EBT] (mg/L)
Gambar 3.3: Grafik hubungan q dan konsentrasi.
20
Persamaan Freundlich digambarkan sebagai grafik hubungan antara
log q (sumbu y) dan log Ce (sumbu x) sesuai dengan persamaan
berikut [42].
1
log q = log K f + log Ce (3.4)
n
21
2
(∑ xij )
FK = (3.8)
p×n
10. Nilai F
KTP
Fhitung = (3.14)
KTG
22
2KTG
BNT = t tabel (α, dbg)√ (3.15)
n
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
∆
NH4 H2 PO4 (s) → NH3 (g) + H3 PO4 (l) (4.1)
7.00
6.00
5.00
qe (mg/g)
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Zeolit aktif Z/P (1/3) Z/P (1/6) Z/P (1/9) Z/P (1/12)
Adsorben
26
(1/6), Ca-alginat, dan Z/P (1/6)-alginat yang ditunjukkan pada
Gambar 4.2.
Zeolit Aktif
Z/P (1/6)
%T
Z/P (1/6)-Alginat
Ca-Alginat
28
Interpretasi spektra FTIR zeolit aktif, Z/P (1/6), Z/P (1/6)-
alginat, dan Ca-alginat ditunjukkan pada Tabel 4.1. Perbandingan
spektra FTIR antara zeolit aktif dan Z/P (1/6) diperlukan untuk
menentukan keberhasilan substitusi isomorfik tetrahedral PO4+ ke
dalam kerangka zeolit. Spektra FTIR Z/P (1/6) menunjukkan adanya
puncak serapan baru dibandingkan spektra zeolit aktif. Terdapat tiga
puncak serapan baru yang berhubungan dengan vibrasi gugus P-O,
antara lain pada bilangan gelombang 1137,92 cm-1 (vibrasi regangan
asimetris O-P-O), 960,48 cm-1 (vibrasi regangan O-P-O), dan 653,82
cm-1 (vibrasi tekuk Si-O-P). Terbentuknya serapan baru vibrasi gugus
P-O pada spektra Z/P (1/6) mempengaruhi serapan gugus fungsi lain
yang menimbulkan terjadinya pergeseran bilangan gelombang pada
spektra zeolit aktif. Gugus fungsi hasil pergeseran bilangan
gelombang pada spektra zeolit aktif ditunjukkan oleh spektra Z/P (1/6)
yang merupakan vibrasi gugus O-H dan Si-O/Al-O pada bilangan
gelombang 3429,20 cm-1 (vibrasi regangan O-H dari P-OH), 1639,38
cm-1 (vibrasi tekuk O-H), 1205,43 cm-1 (vibrasi regangan asimetris
eksternal Si-O/Al-O), 1083,92 cm-1 (vibrasi regangan asimetris
internal Si-O/Al-O), dan 794,62 cm-1, 767,62 cm-1 (vibrasi regangan
O-Si-O/O-Al-O). Pergeseran bilangan gelombang vibrasi O-H dan Si-
O/Al-O dari spektra zeolit aktif disebabkan oleh terbentuknya puncak
baru vibrasi P-O pada spektra Z/P (1/6) yang menunjukkan terjadinya
substitusi isomorfik [57].
1 k
𝑣̅ = 2πc √μ (4.3)
30
lebih rendah dibandingkan pH 2 karena sebagian EBT menjadi
bermuatan positif akibat protonasi yang berlebihan pada pH 1,
sehingga terjadi persaingan antara spesi netral dan positif EBT di
permukaan adsorben [46]. Adsorpsi terus mengalami penurunan pada
pH 3 hingga pH 8. Rentang pH 3 hingga pH 5, pembentukan molekul
EBT semakin berkurang, sehingga menyebabkan daya adsorpsi
menurun. Kemudian pada pH 6-8 daya adsorpsi sedikit bertambah
daripada pH 5 dan cenderung konstan karena zat warna EBT mulai
terdeprotonasi pada gugus sulfonat (−SO 3-) ketika pH > 6,6 (pKa1)
menjadi spesi anion, sehingga terjadi kompetisi antara anion EBT dan
OH- di permukaan adsorben yang menyebabkan rendahnya adsorpsi
EBT [60].
Daya adsorpsi EBT optimum terjadi pada pH 2 sebesar 7,42
mg/g. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi ion-dipol antara adsorbat
dengan situs aktif pada permukaan adsorben optimum terjadi pada pH
2. Pemilihan pH 2 sebagai kondisi optimum didukung oleh analisa
statistik uji BNT yang terlampir pada Lampiran E.2 dimana pH 2
menghasilkan rata-rata q tertinggi yang nilainya berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya yang ditandai dengan perbedaan notasi.
8.00
7.00
6.00
5.00
q (mg/g)
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8
pH
31
yang dibuktikan oleh analisa statistik uji anova pada Lampiran E.3
yang menghasilkan nilai Fhitung (91,24) > Ftabel (3,11), maka perlakuan
berbeda secara signifikan. Pengaruh waktu kontak terhadap daya
adsorpsi EBT ditunjukkan pada Gambar 4.4. Waktu kontak dari 15-
60 menit meningkatkan daya adsorpsi EBT, hal ini disebabkan oleh
semakin banyaknya frekuensi tumbukan yang terjadi antara molekul
adsorbat dengan adsorben. Namun, semakin lama waktu kontak dari
75-90 menit daya adsorpsi mengalami penurunan. Kemampuan
adsorpsi yang menurun ini, disebabkan oleh permukaan adsorben
yang mengalami desorpsi, yaitu pelepasan kembali molekul EBT yang
teradsorpsi. Desorpsi molekul EBT dari permukaan adsorben terjadi
akibat molekul adsorbat yang telah terserap, kembali bertumbukan
dengan molekul-molekul dalam larutan yang diduga interaksinya
lebih kuat [61]. Daya adsorpsi optimum sebesar 4,24 mg/g terjadi pada
waktu kontak 60 menit. Penentuan waktu kontak 60 menit sebagai
kondisi optimum didasarkan pada analisa statistik uji BNT yang
terlampir pada Lampiran E.3 dimana pada waktu kotak tersebut
dihasilkan rata-rata q tertinggi yang nilainya berbeda signifikan
dengan perlakuan lainnya yang ditandai dengan perbedaan notasi.
4.50
4.00
3.50
3.00
q (mg/g)
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 30 60 90
Waktu Kontak (menit)
32
terhadap adsorpsi EBT yang ditunjukkan oleh analisa statistik uji
anova yang tercantum pada Lampiran E.4 yang menghasilkan nilai
Fhitung (304,3) > Ftabel (3,11), maka perlakuan berbeda nyata. Pengaruh
konsentrasi terhadap daya adsorpsi EBT ditunjukkan pada Gambar
4.5. Daya adsorpsi EBT semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi awal karena peningkatan jumlah molekul
adsorbat yang terserap menurukan kapasitas penyerap dari adsorben.
Daya adsorpsi yang masih meningkat menunjukkan bahwa sisi aktif
adsorben masih mampu menyerap adsorbat. Konsentrasi EBT dari
250−300 mg/L menghasilkan daya adsorpsi yang mulai konstan
karena sisi aktif adsorben mulai terisi penuh oleh adsorbat, sehingga
tidak mampu untuk menyerap adsorbat lebih banyak lagi. Daya
adsorpsi optimum sebesar 20,53 mg/g terjadi pada konsentrasi EBT
250 mg/L. Penentuan konsentrasi 250 mg/L sebagai kondisi optimum
didasarkan oleh analisa statistik uji BNT pada Lampiran E.4 dimana
pada konsentrasi tersebut diperoleh rata-rata q tertinggi yang nilainya
berbeda signifikan dengan perlakuan lainnya yang ditandai dengan
perbedaan notasi.
25
20
q (mg/g)
15
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi Awal (mg/L)
0.25
0.15
0.1
0.05
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04
1/Ce (L/mg)
1.4
1.2 y = 0.6903x - 0.3133
1 R² = 0.923
0.8
log q
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
log Ce
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Fosfatasi menghasilkan kerangka baru ZP yang mana terjadi
substitusi SiO4/AlO4- pada kerangka zeolit oleh PO4+.
Keberadaan PO4+ meningkatkan daya adsorpsi zeolit terhadap
EBT.
2. pH, waktu kontak, dan konsentrasi adsorbat berpengaruh nyata
terhadap adsorpsi EBT pada Z/P-alginat, dengan kondisi
optimum adsorpsi terjadi pada pH 2 dan waktu kontak 60 menit.
3. Kapasitas adsorpsi Z/P (1/6)-alginat terhadap EBT pada kondisi
optimum adsorpsi sebesar 25,25 mg/g.
5.2 Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh temperatur
terhadap proses fosfatasi zeolit dan analisa kuantitatif fosfat dalam
kerangka zeolit.
36
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chung, K. T., 2016, Azo Dyes and Human Health: A Review,
Journal of Environmental Science and Health, 34(4),
233−261.
[2] Saratale, R. G., Saratale, G. D., Chang, J. S., & Govindwar, S. P.,
2011, Bacterial Decolorization and Degradation of Azo
Dyes: A Review, Journal of The Taiwan Institute of
Chemical Engineers, 42(1), 138−157.
[3] Dave, P. N., Kaur, S., & Khosla, E., 2011, Removal of
Eriochrome Black-T by Adsorption on to Eucalyptus
Bark Using Green Technology, Indian Journal of
Chemical Technology, 18, 53−60.
37
[8] Arfi, R. B., Karoui, S., Mougin, K., & Ghorbal, A., 2017,
Adsorptive Removal of Cationic and Anionic Dyes
from Aqueous Solution by Utilizing Almond Shell as
Bioadsorbent, Euro-Mediterranean Journal for
Environmental Integration, 2(1), 1−13.
[9] Endrayana, R. S., Wardhani, S., dan Purwonugroho, D., 2017, The
Effect of Phosphatation and Granulation Zeolite in the
Adsorption of Cr(IV), Journal of Pure and Applied
Chemistry Research, 6(3), 207−220.
[10] Qiusheng, Z., Xiaoyan, L., Jin, Q., Jing, W., dan Xuegang, L.,
2015, Porous Zirconium Alginate Beads Adsorbent for
Fluoride Adsorption from Aqueous Solutions, Royal
Society of Chemistry Advances, 5(3), 2100−2112.
[11] Suratman, A., Kunarti, E. S., Aprilita, N. H., dan Pamurtya, I. C.,
2017, Adsorption of CO2 by Alginate Immobilized
Zeolite Beads, AIP Conference Proceedings 1823,
020118, 1−8.
[12] Margeta, K., Zabukovec, N., Siljeg, M., dan Farkas, A., 2013,
Natural Zeolites in Water Treatment – How Effective
is Their Use, Water Treatment, Intech, 81−112.
[15] Yagub, M. T., Sen, T. K., Afroze, S., & Ang, H. A., 2014, Dye
and Its Removal from Aqueous Solution by
Adsorption: A Review, Journal of Advances in Colloid
and Interface Science, 209, 172−184.
38
[16] Bulut, Y. & Aydin, H., 2006, A Kinetics and Thermodynamics
Study of Methylene Blue Adsorption on Wheat Shells,
Journal of Desalination, 194(1−3), 259−267.
[17] Said, A., Hakim, M. S., & Rohyami, Y., 2014, The Effect of
Contact Time and pH on Methylene Blue Removal by
Volcanic Ash, International Conference on Chemical,
Biological, and Environmental Sciences, 11−13.
[18] Wen, H., Zhang, D., Gu, L., Yu, H., Pan, M., & Huang, Y., 2019,
Preparation of Sludge-Derived Activated Carbon by
Fenton Activation and The Adsorption of Eriochrome
Black T, Journal of Materials, 12(6), 1−12.
[20] Moeinpour, F., Alimoradi, A., & Kazemi, M., 2014, Efficient
Removal of Eriochrome Black-T from Aqueous
Solution Using NiFe2O4 Magnetic Nanoparticles,
Journal of Environmental Health Science and
Engineering, 12(1), 1−7.
39
Pupuk Lambat Tersedia, Tesis, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
[28] Cruz, K. V., Lam, A., & Zicovich-Wilson, C. M., 2017, Full
Mechanism of Zeolite Dealumination in Aqueous
Strong Acid Medium: Ab Initio Periodic Study on H-
Clinoptilolite, The Journal of Physical Chemistry C,
121(5), 2652−2660.
[31] Cheng, Y., Lu, L., Zhang, W., Shi, J., & Cao, J., 2012,
Reinforced Low Density Alginate-Based Aerogels:
Preparation, Hydrophobic Modification, and
40
Characterization, Journal of Carbohydrate Polymers,
88(3), 1093−1099.
[32] Bu, H., Kjoniksen, A. L., Knudsen, K. D., Nystrom, B., 2004,
Rheological and Structural Properties of Aqueous
Alginate during Gelation via the Ugi Multicomponent
Condensation Reaction, Journal of Biomacromolecules,
5(4), 1470−1479.
[33] Marriott, A. S., Bergstrom, E., Hunt, A. J., Thomas-Oates, J., &
Clark, J. H., 2014, A Natural Template Approach to
Mesoporous Carbon Spheres For Use as Green
Chromatographic Stationary Phases, Royal Society of
Chemistry Advances, 4(1), 222−228.
[35] Salisu, A., Sanagi, M. M., Karim, K. J. A., Pourmand, N., &
Ibrahim, W. A. W., 2015, Adsorption of Methylene Blue
on Alginate-Grafted-Poly (Methyl Methacrylate),
Journal of Sciences and Engineering, 76(13), 19−25.
41
Polluted Water Remediation, Journal of Microporous
and Mesoporous Materials, 155, 258−264.
[44] Edbey, K., El-Hashani, A., Benhmid, A., Ghwel, K., & Benamer,
M., 2018, Spectral Studies of Eriochrome Black T in
Cationic Surfactants, Chemical Science International
Journal, 24(4), 1−12.
[45] Behera, S., Ghanty, S., Ahmad, F., Santra, S., dan Banerjee, S.,
2012, UV-Visible Spectrophotometric Method
Development and Validation of Assay of Paracetamol
Tablet Formulation, Journal of Analytical and
Bioanalytical Techniques, 3(6), 1−6.
42
[46] El-Hashani, A., Elsherif, K. M., Edbey, K., Alfaqih, F.,
Alomammy, M., & Alomammy, S., 2018, Biosorption of
Eriochrome Black T (EBT) onto Waste Tea Powder:
Equilibrium and Kinetic Studies, Chemistry Journal,
1(3), 263−275.
[51] Mansouri, N., Rikhtegar, N., Panahi, H. A., Atabi, F., & Shahraki,
B. K., 2013, Porosity, Characterization, and Structural
Properties of Natural Zeolite Clinoptilolite as a
Sorbent, Journal of Environment Protection Engineering,
39(1), 139−152.
43
Alginate Beads: Equilibrium, Kinetic, and Mechanism
Studies, Polish Journal of Chemical Technology, 18(3),
81−87.
[55] Nirmala, B., Sudha, A. G., & Suresh, E., 2013, Synthesis and
Characterization of Alumino Phosphate Zeolites with
Tri Ethyl Amine as Template Using Microwave
Assisted Technique, International Archive of Applied
Sciences and Technology, 4(3), 45−51.
[56] Ahsan, M. R., Uddin, M. A., & Mortuza, M. G., 2005, Infrared
Study of The Effect of P 2O5 in The Structure of Lead
Silicate Glasses, Indian Journal of Pure and Applied
Physics, 43, 89−99.
[59] Nandi, B. K., Goswami, A., & Purkait, M. K., 2009, Removal of
Cationic Dyes from Aqueous Solutions by Kaolin:
Kinetic and Equilibrium Studies, Journal of Applied
Clay Science, 42(3), 583−590.
[61] Lestari, I. A., Alimuddin, & Yusuf, B., 2014, Adsorpsi Logam
Kadmium (Cd) oleh Arang Aktif dari Tempurung
44
Aren (Arenga pinnata) dengan Aktivator HCl, Jurnal
Kimia Mulawarman, 12(1), 25−31.
[63] Foo, K. Y. & Hameed, B. H., 2010, Insights into the Modeling
of Adsorption Isotherm Systems, Journal of Chemical
Engineering Journal, 156(1), 2−10.
45