Anda di halaman 1dari 32

SELAYANG PANDANG NORMA DAN ILMU HUKUM

NORMA/KAIDAH
ü Pengertian Norma, Macam-macam Norma dan Fungsinya

Pada hakikatnya, norma hadir, dikembangkan dan tumbuh dalam manusia


yang hidup bermasyarakat.

Manusia adalah mahluk social yang selalu memerlukan orang lain untuk
keberlangsungan hidup, supaya kehidupan mampu berjalan dengan teratur,
maka manusia membutuhkan berbagai aturan tertentu yang tidak semua
orang dapat untuk melakukan perbuatan sesuka hatinya.

Apabila keinginan yang dimiliki oleh seseorang dipaksakan terhadap orang


lain, maka akan terjadi benturan dengan kepentingan dan kehendak dari
pihak lain.

Agar dapat tercapai kenyamanan dan keteraturan dalam hidup bersama,


maka manusia memerlukan kesepakatan mengenai hal yang boleh untuk
dilakukan, hal-hal yang sebaiknya untuk dilakukan, serta hal-hal yang tidak
boleh untuk dilakukan kepada orang lain. Kesepakatan tersebut yang
menjadi cikal bakal lahirnya norma.

Oleh karena itu perlu kiranya kita memahami tentang hal-hal sebagai
berikut:

1. Pengertian Norma

ü Norma berasal dari bahasa Belanda yaitu 'norm', yang artinya


patokan, pedoman, atau pokok kaidah.

Ada juga yang memiliki pendapat lain tentang pengertian norma,


yaitu norma berasal dari bahasa latin, yaitu kata 'mos' yang
merupakan bentuk jamak dari kata mores, yang memiliki arti tata
kelakuan, adat istiadat, atau kebiasaan.

ü Pengertian norma adalah kaidah yang menjadi sebuah petunjuk,


pedoman untuk seseorang dalam bertindak atau tidak, serta
bertingkah laku dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, seperti
norma kesopanan, norma hukum, serta norma agama.

Pengertian Norma Menurut Para Ahli


1. J Macionis, berpendapat bahwa pengertian norma merupakan suatu
aturan dan kumpulan harapan masyarakat agar dapat memandu
tindakan atau perilaku para anggotanya.
2. Mz. Lawang, berpendapat Norma merupakan gambaran mengenai apa
yang diinginkan sesuatu tersebut pantas dan juga baik sehingga
sejumlah anggapan baik serta butuh untuk dihargai itu sebagaimana
mestinya.
3. Hans Kelsen, berpendapat Pengertian norma merupakan perintah
yang secara tidak personal serta anonim.
4. Soerjono Soekano berpendapat bahwa, Norma merupakan perangkat
agar hubungan yang terjadi antar sesama dalam kehidupan
bermasyarakat dapat terjalin dengan baik.
5. Isworo Hadi Wiyono, berpendapat : Norma merupakan peraturan atau
petunjuk hidup guna memberikan panduan dalam bertindak yang
mana itu boleh untuk dilakukan serta tindakan atau perbuatan yang
mana harus dihindari bahkan dilarang.
6. Antony Gidden, berpendapat: Norma merupakan aturan atau prinsip
yang konkret yang mana seharusnya dapat untuk dijaga serta
diperhatikan oleh masyarakat.
7. Bellebaum berpendapat, bahwa: Norma merupakan alat agar dapat
mengatur orang-orang agar melakukan perbuatan yang diletakkan
atas dasar keyakinan serta pada beberapa sikap tertentu. Norma ada
kaitannya dengan kerja sama yang terjadi didalam sebuah kelompok
atau untuk mengatur setiap perbuatan pada masing-masing
anggotanya agar dapat mencapai dan menjunjung nilai-nilai yang telah
diyakini secara bersama-sama.
8. Richard T. Schaefer & Robert P. Lamm berpendapat bahwa : Norma
adalah standar perilaku yang sudah mapan dan dipelihara oleh
masyarakat.
9. Craig Calhoun berpendapat bahwa: Norma adalah pedoman atau
aturan yang menyatakan mengenai bagaimana seseorang supaya
bertindak dalam situasi-situasi tertentu.
10. Broom & Selznic berpendapat bahwa: Norma ialah rancangan yang
sudah ideal mengenai perilaku manusia yang mana memberikan
batasan untuk anggota-anggota masyarakat guna mendapatkan
tujuan hidupnya.

2. Macam-macam Norma
Macam-macam norma dapat dibedakan berdasarkan sifat, daya atau
kekuatan pengikat norma tersebut, dan norma yang berlaku dalam
kehidupan sosial masyarakat.

A. Berikut macam-macam norma berdasarkan sifatnya pada umumnya


terbagi menjadi 2 macam:

1. Norma Formal
Pengertian norma formal yaitu ketentuan dan aturan dalam
kehidupan bermasyarakat serta dibuat oleh lembaga atau institusi
yang sifatnya resmi atau formal.
Norma formal mempunyai rasa kepercayaan yang lebih tinggi
mengenai kemampuannya untuk mengatur kehidupan
bermasyarakat, hal ini karena dibuat oleh lembaga-lembaga yang
sifatnya formal atau resmi. Contohnya : perintah presiden,
konstitusi, peraturan pemerintah, surat keputusan, dan lain
sebagainya.

2. Norma Non formal


Pengertian norma non formal yaitu ketentuan dan aturan dalam
kehidupan bermasyarakat yang tidak diketahui tentang siapa dan
bagaimana yang menerangkan mengenai norma tersebut.
Ciri-ciri dari norma non formal ialah tidak tertulis atau jika tertulis
hanya sebagai sebuah karya sastra, bukan dalam bentuk aturan
yang baku yang disertakan dengan pembuat aturan itu sendiri.

Selain itu juga norma non formal mempunyai jumlah yang lebih
banyak, hal ini karena banyaknya variabel-variabel yang terdapat
dalam norma non formal.

B. Berikut beberapa macam-macam norma yang menurut daya


pengikatnya, sebagai berikut :
1. Cara (usage) tersebut mengacu pada bentuk perbuatan-perbuatan
yang lebih menonjolkan pada hubungan yang terjadi antarindividu.
Penyimpangan yang terjadi pada cara tidak akan mendapatkan
sanksi atau hukuman yang berat, namun hanya sekedar celaan,
ejekan, atau cemoohan.
Contohnya : orang yang bersendawa yang menandakan rasa
kepuasan setelah makan. Dalam kehidupan bermasyarakat,
bersendawa dianggap tidak sopan. Namun, apabila cara tersebut
dilakukan, orang lain dapat merasa tersinggung atau dapat
mencela cara makan seperti itu.
2. Kebiasaan (Folkways) memiliki kekuatan yang sifatnya mengikat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara atau usage.
Kebiasaan dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dan dalam bentuk yang sama, hal ini karena orang
tersebut menyukai tindakan yang dilakukannya. Contohnya :
kebiasaan untuk menghormati orang yang lebih tua.

3. Tata Kelakuan (Mores)Apabila kebiasaan tidak semata-mata


dianggap sebagai suatu cara dalam berperilaku, namun dapat
diterima sebagai norma pengatur, kebiasaan tersebut dapat
menjadi tata kelakuan (mores). Tata kelakuan tersebut akan
mencerminkan sifat-sifat yang ada dari sekelompok manusia, yang
dilaksanakan seperti sebuah perkawinan yang terlalu dekat dengan
hubungan pengawasan baik secara darah untuk sebagian besar
masyarakat itu adalah dilarang. Sadar ataupun tidak sadar
terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan, di satu pihak dapat
memaksakan sebuah tindakan, sedangkan di lain pihak adalah
larangan sehingga secara langsung dapat menjadi suatu alat supaya
anggota masyarakat dapat menyesuaikan perbuatannya dengan
tata kelakuan individu.

4. Adat Istiadat (Custom)Tata kelakuan yang terintegrasi kemudian


menjadi kuat dengan adanya pola perilaku masyarakat dapat
meningkat menjadi sebuah adat istiadat (custom).
Apabila terdapat salah satu anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat tersebut akan mendapat suatu sanksi atau hukuman
yang keras.
Contohnya : hukum adat istiadat yang ada di Lampung melarang
adanya perceraian pasangan suami istri. Namun, apabila terjadi
perceraian pasangan suami istri, orang yang melakukan
pelanggaran adat tersebut termasuk keturunannya kemudian akan
dikeluarkan dari masyarakat sampai suatu saat keadaannya
menjadi pulih kembali.
Norma biasanya berlaku dalam sebuah lingkungan. Oleh sebab itu,
sering terdapat perbedaan antara norma yang ada di suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.

5. Hukum (Laws) Pengertian norma hukum merupakan sebuah


ketentuan hukum dalam mengatur individu di lingkungan
masyarakat baik itu tertulis atau tidak tertulis yang dicirikan oleh
terdapat penegak hukum serta sanksi yang bersifat untuk
menyadarkan dan menertibkan pelaku si pelanggar norma hukum.

6. Norma mode atau norma fashion yaitu suatu norma yang ada
karena hadirnya gaya dan cara anggota masyarakat yang
cenderung untuk berubah, bersifat baru, serta diikuti masyarakat.
Norma fashion ini ada hubungannya dengan sandang pangan yang
berlaku saat itu yang menghias anggota masyarakat.
C. Berikut macam-macam Norma yang berlaku di lingkungan
masyarakat, antara lain :

1. Norma Agama adalah kaidah-kaidah atau peraturan hidup yang


dasar sumbernya dari wahyu ilahi. Norma agama merupakan suatu
aturan hidup yang harus diterima manusia dan dijadikan sebagai
pedoman, baik itu sebagai perintah, larangan, serta ajaran yang
sumbernya dari Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh norma agama:

§ Melaksanakan ketentuan agama, contoh : menghormati orang


lain, membantu sesama manusia, tidak melakukan tindakan
yang semena-mena terhadap orang yang lemah, dan lain
sebagainya.
§ Menjauhi larangan agama, contoh : berbuat fitnah, minuman-
minuman keras, melakukan perjudian, mencuri, membunuh,
dan lain sebagainya.
§ Melaksanakan ibadah atau sembahyang tepat pada waktunya.

Norma Agama mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan


yang menjadi keprcayaannya. (Bisa berupa Larangan adan anjuran
bagi pemeluknya)

2. Norma Kesusilaan: Setiap manusia mempunyai hati nurani yang


merupakan perbedaan antara manusia dengan makhluk lainnya.
C.S.T . Kansil berpendapat bahwa pengertian norma kesusilaan
ialah peraturan hidup yang dianggap sebagai suatu suara hati
sanubari manusia atau insan kamil.

Contoh norma kesusilaan antara lain

1. Dilarang membunuh.
2. Berkata jujur dan benar.
3. Menghargai dan menghormati orang lain.
4. Berbuat baik dan berlaku adil terhadap sesama.

Norma Kesusilaan bersumber dari hati nurani, fungsinya mengatur


hubungan manusia dalam hidup soisla agar manusia itu bersusila
sesuaid engan tingkah laku yang diinginkan masyarakat.
3. Norma Kesopanan/Adat dapat disebut dengan norma adat dalam
suatu masyarakat tertentu. Landasan kaidah ini ialah kepantasan,
kebiasaan, serta kepatuhan yang berlaku pada masyarakat
tersebut. Pengertian norma kesopanan merupakan sebuah
peraturan hidup yang sumbernya dari tata pergaulan masyarakat
mengenai etika sopan santun, serta tata krama yang ada dalam
masyarakat.

Contoh norma kesopanan atau adat antara lain :

1. Bertutur kata yang sopan dan tidak menyakiti perasaan


seseorang.
2. Masuk rumah orang lain dengan permisi terlebih dahulu.
3. Tidak meludah di sembarang tempat.
4. Menghormati orang lain yang lebih tua atau yang dituakan.

Norma kesopanan mengatur hubungan manusia dngena manusia


lainnya agar tingkah laku manusia itu teratur dalam hubungan
social di masyarakat.

4. Norma Hukum merupakan aturan yang sumbernya dari negara


atau pemerintah. Norma hukum dibuat oleh pejabat pemerintah
yang memiliki wewenang dengan tertulis serta sistematika
tertentu.

Contoh norma hukum antara lain :

• Dalam mengendarai kendaraan bermotor harus membawa SIM


atau Surat Ijin mengemudi serta STNK atau Surat Tanda Nomor
Kendaraan.
• Tidak boleh ingkar janji atau penipuan dalam proses jual beli.

Norma/Kaidah hokum berasal dari hokum positif yang ada disuatu


negara/territorial. Hukum ini bersifat memaksa nagi semua
individu yang tercakup dalam territorial Negara tersebut, dan
hokum dikenalkan pada umuam melalui sosialisasi terhadap
penrapan hokum itu
Fungsi Norma

Fungsi norma dan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat antara lain :


1. Sebagai suatu pedoman atau aturan hidup untuk seluruh masyarakat di
wilayah tertentu.
2. Dapat memberikan keteraturan dam stabilitas dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Dapat menciptakan suasana yang tertib.
4. Fungsi norma yang merupakan wujud konkret terhadap berbagai nilai di
masyarakat.
5. Mengikat seluruh warga masyarakat, hal ini karena fungsi norma disertai
dengan adanya sanksi bagi yang melanggar.
6. Merupakan skala atau standar dari seluruh kategori tingkah laku
masyarakat.
7. Memberikan batasan yaitu berupa larangan atau perintah dalam
berperilaku dan bertindak.
8. Memaksa individu dalam menyesuaikan dan beradaptasi dengan norma-
norma yang berlaku yang ada dalam masyarakat serta menyerap nilai-nilai
yang diharapkan.

Norma merupakan berbagai aturan atau pedoman sosial yang khusus


tentang sikap, perbuatan, dan tingkah laku yang boleh dan tidak boleh untuk
di lingkungan kehidupannya.

Fungsi norma mempunyai kekuatan yang mengingat serta memaksa pihak


lain untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku.

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pengertian norma adalah


aturan-aturan yang memuat sanksi.

Terbentuknya norma karena didasari oleh kebutuhan untuk menciptakan


hubungan yang serasi, harmonis, dan selaras di antara warga masyarakat.
Sebelum membahas tentang ilmu HUKUM, perlu kiranya peserta
mengetahui tentang pengertian Norma, Macam-macam Norma dan
Fungsinya, AGAR Peserta memahami Dasar Pemberlakuan HUKUM PIDANA
dan Berikut Memahami Jenis Tindak Pidana Khususnya TINDAK PIDANA
KORUPSI.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

PENGANTAR ILMU HUKUM

ü Pentingnya Peserta mempelajari Pengantar Ilmu Hukum


Seiriing dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, kebudayaan
manusia mengalami perkembangan juga, termasuk didalamnya
perkambangan HUKUM.
Dengan semakin berkembangnya peradabaan hal ini membuat kehidupan
manusia dalam taantanan kemasyarakatan sangatlah memerlukan aturan
yang mampu membatasi perilaku manusia yang secara sadar atau tidak
telah banyak menyimpang beriringan dengan perkambangan peradaban
dan pemikiran manusia yang semakin maju.
Aturan harus tetap bersesuaian dengan segala perubahan karena tuntutan
kemajuan zaman yang semakin cepat, maka suatu Negara yang
berlandaskan HUKUM sangat perlu mengadakan pembangunan yang
berkesinambungan di berbagai aspek termasuk di bidang HUKUM.
Mengenai pembangunan tatanan HUKUM yang harus disesuaikan dengan
kemajuan zamna tidaklah mudah untuk dilakukan, hal ini disebabkan
pembangunan HUKUM tersebut tidak boleh bertentangan dengan tertib
HUKUM yang lainnya. Pembangunan HUKUM harus mencakup seluruh
aspek dalam kehidupan.
Untuk mempermudah kita dalam memahami HUKUM dengan tertib HUKUM
lainya, maka patutlah kita mempelajari Pengantar Ilmu Hukum
Tujuan yang ingin dicapai dari peserta memahami, hal-hal sebagai berikut :
- Bebeberapa Pengertian Hukum
peserta mampu menyimpulkan bahwa HUKUM itu merupakan kumpulan
peraruran-peraturan
- Sumber-sumber Hukum
Peserta mampu memahami apa yang dimaksud dengan sumber HUKUM
adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempuanyai
kekuatan yang bersifat memaksa (jika dilanggar akan menimbulkan sanksi
yang nyata).
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

PENGERTIAN HUKUM MENURUT KBBI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum merupakan :

1. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan
oleh penguasa, pemerintah atau otoritas.
2. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan
masyarakat.
3. Patokan (kaidah, ketentuan).
4. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan,
vonis.

PENGERTIAN HUKUM MENURUT PENDAPAT AHLI


Prof. Mr. L.J. Van Apeldoorn dalam bukumnya “Inleiding tot de studie het
Nederland Recht” menyatakan : Adalah tidak Mungki memberikan suatu definisi
tentang apakah yang disebut HUKUM itu.
Hal ini dikarenakan hampir semua sarjana HUKUM memberian
pembatasan/pengertian mengenai HUKUM yang berlainan, yaitu antara lain:
1. Imamnauel Kant memberikan definisi hukumnya sebagai berikut : HUKUM
adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari
orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari
orang lain, menuruti peraturan HUKUM tentang kemerdekaan.
2. CST Kansil memberikan definisi hukumnya sebagai berikut : HUKUM adalah
peraturan hidup yang bersifat memaksa.
3. Mochtar Kususmaatmadja mengemukakan bahwa hokum yang memadai
tidak saja merupakan kesluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, melainkan juga meliputi
lembaga-lembaga dan proses yang mewujudkan kaidah-kaidah itu dalam
masyarakat.
4. Plato : hukum merupakan sebuah peraturan yang teratur dan tersusun
dengan baik serta juga mengikat terhadap masyarakat maupun
pemerintah.
5. Tullius Cicerco : hukum merupakan sebuah hasil pemikiran atau akal yang
tertinggi yang mengatur mengenai mana yang baik dan mana yang tidak.
6. Utrecht : hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan)
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati
oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan
dari pemerintah.
7. Prof. Dr. Van Kan : hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang
bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam
Masyarakat.

KESIMPULAN HUKUM ITU ADALAH :

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan,
mencegah terjadinya kekacauan.

Ada pula yang mengatakan bahwa,

Hukum adalah peraturan atau ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.
Hukum ini merupakan aspek yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian
kekuasaan kelembagaan yang mempunyai tugas untuk menjamin adanya
kepastian hukum untuk masyarakat.

Jadi, tiap masyarakat berhak mendapat hak yang sama dalam mata hukum.

TUJUAN HOKUM
Dari pemahaman pembatasan/pengertian hokum tersebut, maka tidak akan
lepas dari TUJUAN HOKUM itu sendiri. Ada beberapa teori tentang tujuan
hokum, yaitu antara lain:

1. Teori Etika/Etis
Yaitu tujuan hokum semat-mata untuk mencapai keadilan
2. Teori Utilitas
Yaitu hokum itu bertujuan untuk memanfaatan atau faedah untuk orang
banyak dalam masyarat.
3. Teori Campuran
Teori ini merupakan gabungan antara teori etis dan utilitas, yaitu yang
menyatakan tujuan hokum tidak hanya untuk keadilan sematat tetapi untuk
kemanfaatan orang banyak.
4. Teori Terakhir
Yaitu tujuan hokum itu semestinya ditekankan kepada fungsi hokum yang
menurtnya hanya untuk menjamin kepastian hokum.

Sifat dari tujuan hukum ini universal dimana terdapat hal seperti ketertiban,
ketentraman, kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan
bermasyarakat.

Jika hukum dapat ditegakkan maka tiap perkara dapat diselesaikan melakui
proses pengadilan berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

Hukum ini juga bertujuan untuk menjaga dan mencegah orang tidak menjadi
hakim atas dirinya sendiri.
Agar dapat menegtahui dan meneganal apakah hokum itu, maka perlu kiranya
kita bersama mengetahui ciri-ciri hokum, yaitu
1. Adanya perintah dan/ atau larangan;
2. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang. Setiap orang
wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat, sehingga taa tertib
dalam masyarakat itu teap terpelihara dengan sebaik-baiknya.

Dari beberapa perumusan tentang hokum yang diberikan beberapa Sarjana


Hukum dapat diambil kesimpulan, bahwa hokum itu meliputi beberapa unsur,
yaitu:
1. Peraturan meneganai tingkah laku manusia dengan pergaulan masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
3. Peraturan itu bersifat memaksa;
4. Sanksi terh adap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas;
5. Adanya proses untuk mewujudkan kaidah dan asas yang tertulis/tidak
tertulis.

Dilihat dari unsur-unsurnya, maka sifat dari hukum adalah


m e n g a t u r d a n memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata-tertib
dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa
hukuman) terhadap siapa saja yang tidak mau patuh mentaatinya. Untuk
menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan
diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari
masyarakat tersebut.

Dengan demikian, tujuan hukum itu adalah menegakkan


keadilan, membuat pedoman, dan bertujuan menjamin adanya
k e p a s t i a n h u k u m d a l a m masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan
pada keadilan.

Selain itu, dapat pula disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar
setiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden),
tidak mengadili dan menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran hukum terhadap
dirinya. Namun tiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan,
dengan perantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

Macam-macam Pembagian Hukum:


1. Menurut Sumbernya
Sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan yang
kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata, hokum
menurut sumbernya , yaitu :
a. Hukum Undang-undang
b. Hukum Adat
c. Hukum Traktat
d. Hukum Jurisprudensi
2. Menurut Bentuknya
a. Hukum tertulis (Statute Law, Writen Law)
b. Hukum Tidak Tertulis / Kebiasaan (Unstatutery Law, Unwriten Law)
3. Menurut Tempat Berlakunya
a. Hukum Nasional
b. Hukum Internasional
c. Hukum Asing
d. Hukum Gereja
4. Menurut Waktu Berlakunya
a. Ius Contitutum (Hukum Positif)
b. Ius Constituendum
c. Hukum Asasi (Hukum Alam)
5. Menurut Cara Mempertahankannya
a. Hukum Material;
b. Hukum Formal.
6. Menurut Sifatnya
a. Hukum yang memaksa;
b. Hukum yang mengatur.
7. Menurut Wujudnya;
a. Hukum Objektif
b. Hukum Subjektif
8. Menurut bentuknya HUKUM dapat dibedakan atas:
9. Menurut isinya/jenisnya;
a. Hukum Privat (Hukum Sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
dua orang atau lebih dengan menitikberatkan masalah kepada
kepentingan perorangan.
b. Hukum Publik (Hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara Negara dengan alat-alat perlengkapan kenegaraan atau hubungan
antara negara dengan perorangan (warga negara).

Ada 9 Pembagian Hukum, sebutkan paling tidak 5 diantaranya,


sebutkan contoh dalam pelaksanaan tugas keseharian HUKUM
menurut apa yang biasa digunakan ?
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum adalah kumpulan peraturan-
peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga
ketertiban pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban tetap
terpelihara.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang
menimbulkan aturan- aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa,
yaitu aturan yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Hukum itu memiliki ciri-ciri, unsur-unsur, sifat, dan tujuan hukum.
Mazhab ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar bagi penemuan hukum, yang
memiliki pengertian yang dijelaskan oleh para ahli hukum.
Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah
tegas, maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta
kehidupan yang aman dan damai.
Tujuan yang ingin dicapai dari peserta memahami, hal-hal sebagai
berikut :
- Beberapa Pengertian Hukum
peserta mampu menyimpulkan bahwa HUKUM itu merupakan kumpulan
peraruran-peraturan
- Sumber-sumber Hukum
Peserta mampu memahami apa yang dimaksud dengan sumber HUKUM
adalah segala apa yang menimbulkan aturan-aturan yang mempuanyai
kekuatan yang bersifat memaksa (jika dilanggar akam menimbulkan sanksi
yang nyata)

JENIS-JENIS HUKUM DI INDONESIA


Secara umum, di Indonesia mengenal adanya 2 jenis hukum yaitu :

1. Hukum Publik

Pengertian Hukum Publik adalah peraturan hukum yang mengatur tentang


hubungan hukum antara warga Negara dengan Negara yang menyangkut
kepentingan umum. Hukum publik merupakan hukum yang mengatur
masyarakat

Hukum Pidana termasuk hukum Publik.

Hukum pidana ini mengatur hubungan antara para individu dengan masyarakat
serta hanya diterapkan kalau masyarakat memang memerlukan.

Seorang ahli hukum yang bernama Van Hamel menyatakan Hukum Pidana
telah berkembang jadi hukum Publik dan pelaksanaanya penuh berda dalam
tangan negara, tapi ada sedikit pengecualian.

Pengecualiannya gimana?

Ini terhadap adanya aduan. Aduannya memerlukan suatu pengaduan terlebih


dahulu dair pihak yang dirugikan supaya negara dapat menerapkan hukum yang
ada.
Hukum Pidana ini menitik beratkan pada kepentingan umum/maysarakat.

Contoh saja hubungan antara tersangka dengan si korban merupakan


hubungan antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas
menjamin kepentingan umum atau masyarakat.

Hal tersebut merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh Hukum Publik.

Contoh hukum publik :

• Hukum tata negara


• Hukum administrasi negara
• Hukum pidana

2. Hukum Privat.

Hukum Privat merupakan hubungan yang mengatur hubungan antara sesama


manusia, antara satu orang dengan orang yang lainnya dengan menitikberatkan
kepentingan perorangan.

Hukum Perdata merupakan Hukum Privat.

Hukum Perdata ini merupakan rangkaian peraturan atau hukum yang mengatur
satu degan lainnya. Dalam hukum ini, asas pokok otonomi warga negara
merupakan milik dirinya sendiri jadi mereka berhak mempertahankan
kehendak mereka sendiri.

Namun hal tersebut masih terikat pada prosedur yang ditetapkan pemerintah
(pemerintah sebagai pengawas).

Contoh hukum privat :

• Hukum sipil
• Hukum perdata
• Hukum dagang
HUKUM PUBLIK
Hukum Publik terdiri dari empat macam, yaitu hukum tata negara, hukum
administrasi negara, hukum pidana, dan hukum internasional:

1. Hukum Tata Negara


yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan suatu negara
serta hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapannya satu sama lain,
dan hubungan antara Negara (Pemerintah Pusat) dengan bagian-bagian
negara /daerah-daerah swantantra (sekatang otonomi daerah).

2. Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara atau Hukum Tata
Pemerintahan)
yaitu hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban)
dari kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.

3. Hukum Pidana ( Pidana)


yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan
memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta mengatur
bagaimana cara-cara mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan.

Penjelasan Mengenai Pengantar Hukum Pidana.

4. Hukum Internasional
Hukum internasional terdiri dari Hukum Perdata Internasional dan Hukum
Publik Internasional.

Hukum Perdata Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan-hukum


antara warga negara-warga negara sesuatu bangsa dengan warga negara-
warga negara dari negara lain dalam hubungan internasional.
Hukum Publik Internasional (Hukum Antara Negara), yaitu hukum yang
mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara-negara yang lain
dalam hubungan internasional.
PENGANTAR HUKUM HUKUM PIDANA
Menurut Moeljatno, Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang
berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk :
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang dilarang dilakukan, dengan
disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi (orang) yang
melanggar larangan tersebut:
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada meraka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang
telah diancamkan; dan
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Nomor 1 dan 2 dikenal sebagai hukum pidana materiil sedangkan


nomor 3 merupakan hukum pidana formil.

TUJUAN PIDANA
Secara Garis Besar Tujuan Pidana Terbagi Menjadi:
1. Teori Absolut/Retributif/Pembalasan (vergeldings theorien) : pembalasan
adalah legitimasi pemidanaan. Upaya mencegah kejahatan dilakukan dengan
membuat takut, sehingga sanksi pidana kejam dan bahkan dulu pelaksanaannya
dilakukan di depan khalayak umum.

2. Teori Relatif (doeltheorien): dasar pemidanaan adalah penegakan ketertiban


masyarakat dan tujuan pidana untuk mencegah kejahatan. Pidana yg dijatuhkan
terhadap seseorang yang melakukan kejahatan akan memberikan rasa takut
kepada orang lain untuk tidak berbuat jahat, oleh karena itu sanksi pidana yang
diancamkan terhadap perbuatan yang dilarang harus tertulis dalam UU
sehingga mengurungkan niat orang untuk berbuat jahat (“paksaan psikologis”
diperkenalkan oleh Von Feuerbach)
3. Teori Gabungan (verenigingstheorien): kombinasi antara pembalasan dan
ketertiban masyarkat. Menyatakan titik berat yang sama pada pidana adalah
pembalasan dan perlindungan masyarakat.

4. Teori Kontemporer : salah satu tujuan pidana adalah sebagai deterrence effect
atau efek jera agar pelaku kejahatan tidak lagi mengulangi perbuatannya.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
TUJUAN PIDANA & TUJUAN HUKUM PIDANA ADALAH
DUA HAL YANG SANGAT BERBEDA, PESERTA HARUS
MAMPU MEMBEDAKAN KEDUANYA
------------------------------------------------------------------------
TUJUAN HUKUM PIDANA
Tujuan Hukum Pidana dikenal 2 aliran, yaitu :
1. Aliran klasik;
Tujuan hukum pidana menurut aliran klasik adalah untuk melindungi
kepentingan individu dari kesewenang-wenangan penguasa.
Intinya untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan
perbuatan yang tidak baik (aliran klasik);
Aliran klasik berpijak pada:
1. Asas legalitas : tiada pidana tanpa UU, tiada perbuatan pidana tanpa UU,
dan tiada penuntutan tanpa UU. (Nullum delictum noella poena sine praevia
lege poenali)
2. Asas kesalahan : hanya dapat dipidana karena tindak pidana yang
dilakukannya dengan sengaja atau kesalahan.
3. Asas pembalasan yang sekuler : dikenakan setimpal dengan berat-
ringannya perbuatan yang dilakukan.
• Menghendaki hukum pidana tersusun sistemastis dan menitikberatkan
pada kepastian hukum.
2. Aliran Modern.

Tujuan hukum pidana menurut aliran modern adalah untuk melindungi


masyarakat dari kejahatan (postulat : “le salut du people est la supreme lo”
yang artinya “hukum tertinggi adalah perlindungan masyarakat”) .
Intinya untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak
baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan lingkungannya
(aliran modern).

Aliran modern berpijak pada:


1. Memerangi kejahatan;
2. Memperhatikan ilmu lain;
3. Ultimum remidium.

Aliran modern mencari sebab kejahatan dengan menggunakan “metode ilmu


alam” dengan maksud mempengaruhi pelaku kejahatan secara positif sejauh
dapat diperbaiki.

Dengan demikian hukum pidana harus memerhatikan kejahatan dan keadaan


penjahat, maka aliran ini nmendapat pengaruh dari perkembangan kriminologi.

Vos memandang perlu adanya aliran ketiga, yang merupakan kompromi aliran
klasik dan aliran modern.

Dalam Rancangan KUHP Juli tahun 2016, tujuan pemidanaan ditentukan dalam
pasal 51, yaitu Pemidanaan bertujuan:

• Mencegah dilakukannya tindakan pidana dengan menegakkan norma


hukum demi pengayoman masyarakat;
• Memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan sehingga
menjadi orang yang baik dan berguna;
• Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat; dan
• Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

Menurut Jan Remmelink HUKUM PIDANA (SEHARUSNYA) ditujukan untuk


menegakkan tertib hukum, melindungi masyarakat hukum. Manusia satu persatu
di dalam masyarakat saling bergantung, kepentingan mereka dan relasi antar
mereka ditentukan dan dilindungi oleh norma-norma. Penjagaan tertib sosial ini
untuk bagian terbesar sangat tergantung pada paksaan. Jika norma-norma tidak
diataati, akan muncul sanksi, kadangkala yang berbentuk informal, misalnya
perlakuan acuh tak acuh dan kehilangan status atau penghargaan sosial. Namun
jika menyangkut hal yang lebih penting, sanksi (hukum), melalui tertib hukum
negara yang melengkapi penataan sosial, dihaluskan, diperkuat dan dikenakan
kepada pelanggar norma tersebut. Ini semua tidak dikatakan dengan melupakan
bahwa penjatuhan pidana dalam prakteknya masih juga merupakan sarana
kekuasaan negara yang tertajam yang dapat dikenakan kepada pelanggar. Menjadi
jelas bahwa dalam pemahaman di atas hukum pidana bukan merupakan tujuan
dalam dirinya sendiri, namun memiliki fungsi pelayanan ataupun fungsi sosial.

Menurut Van Bemmelen, HUKUM PIDANA itu membentuk norma-norma dan


pengertian-pengertian yang diarahkan kepada tujuannya sendiri, yaitu menilai
tingkah laku para pelaku yang dapat dipidana.Van Bemmelen menyatakan, bahwa
hukum pidana itu sama saja dengan bagian lain dari hukum, karena seluruh bagian
hukum menentukan peraturan untuk menegakkan norma-norma yang diakui oleh
hukum. Akan tetapi dalam satu segi, hukum pidana menyimpang dari bagian
hukum lainnya, yaitu dalam hukum pidana dibicarakan soal penambahan
penderitaan dengan sengaja dalam bentuk pidana, walaupun juga pidana itu
mempunyai fungsi yang lain dari pada menambah penderitaan.

TUJUAN UTAMA SEMUA BAGIAN HUKUM ADALAH MENJAGA KETERTIBAN,


KETENANGAN, KESEJAHTERAAN DAN KEDAMAIAN DALAM MASYARAKAT,
TANPA DENGAN SENGAJA MENIMBULKAN PENDERITAAN.

Selanjutnya Van Bemmelen menyatakan, bahwa hukum pidana itu merupakan


ultimum remidium (obat terakhir). Sedapat mungkin dibatasi, artinya kalau bagian
lain dari hukum itu sudah tidak cukup untuk menegakkan norma-norma yang diakui
oleh hukum, barulah hukum pidana diterapkan. Ia menunjuk pidato Menteri
Kehakiman Belanda Modderman yang antara lain menyatakan bahwa ancaman
pidana itu harus tetap merupakan suatu ultimum remidium.

Setiap ancaman pidana ada keberatannya, namun ini tidak berarti bahwa ancaman
pidana akan ditiadakan, tetapi selalu harus mempertimbangkan untung dan rugi
ancaman pidana itu, dan harus menjaga jangan sampai terjadi obat yang diberikan
lebih jahat daripada penyakit.

FUNGSI HUKUM PIDANA


Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya hukum pidana.

Namun secara global, semuanya mengkerucut pada dua hal, yaitu:

• Terciptanya ketertiban umum

Dengan adanya aturan yang memaksa, manusia menjadi tidak semena-mena.


Sebab segala tindakan yang bertentangan dengan hukum dapat menimbulkan
sanksi yang harus ditanggung.

• Memberi keabsahan negara dalam melindungi kepentingan hokum.

Artinya, jika terjadi pelanggaran, negara bisa bertindak karena ketentuan


hukumnya telah dibuat.

Pandangan beberapa akademisi, hukum pidana berfungsi untuk:


ü melawan kelakuan-kelakuan yang tidak normal (Vos);
ü Menjaga keteraturan dan kesusilaan umum serta melindungi warga dari hal
yang merugikan dan untuk memberikan perlindungan atas eksploitasi dari
pihak lain (Hart);
ü Sedangkan Sudarto membedakan fungsi hukum pidana kedalam:
1. Fungsi Umum, ialah untuk mengatur hidup kemasyarakatan atau
menyelenggarakan tata tertib dalam masyarakat.
2. Fungsi Khusus, ialah untuk melindungi kepentingan hukum terhadap
perbuatan yang hendak “memperkosanya” dengan sanksi berupa pidana.
Dalam melindungi kepentingan hukum maka yang dilindungi tidak hanya
kepentingan individu tetapi juga kepentingan masyarakat dan kepentingan negara.
Oleh sebab itu dalam KUHP terdapat pasal-pasal yang berkaitan dengan kejahatan
terhadap keamanan negara (mis, Psl. 104 – Psl. 129 KUHP) dan kejahatan terhadap
kepentingan umum (mis, Psl. 153 bis s/d Psl.181 KUHP)
Dalam melindungi kepentingan individu, setidak-tidaknya yang dilindungi adalah:
1. Perlindungan terhadap nyawa;
2. Perlindungan terhadap harta benda;
3. Perlindungan terhadap kehormatan (kesusilaan maupun nama baik).
HUBUNGAN KUHP DENGAN KETENTUAN HUKUM
PIDANA DI LUAR KUHP
KUHP terdiri dari 569 Pasal dibagi dalam tiga buku:
Buku I: Ketentuan Umum (Pasal 1 s/d Pasal 103) Dalam Buku I dimasukkan asas-
asas hukum pidana yang pada umumnya berlaku bagi seluruh lapangan hukum
pidana positif (KUHP maupun dalam peraturan lain) walaupun kemudian banyak
disimpangi oleh hukum pidana khusus.
Buku II : Kejahatan (Pasal 104 s/d Pasal 448)
Buku III : Pelanggaran (Pasal 449 s/d Pasal 569) • Hukum pidana Khusus (bizondere
strafrecht) dibuat untuk beberapa subyek hukum khusus atau untuk beberapa
peristiwa pidana tertentu.
Oleh sebab itu hukum pidana khusus ini memuat ketentuan-ketentuan dan asas-
asas yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan dan asas-asas yang tercantum
dalam peraturan-peraturan hukum pidana umum (Pompe) Misalnya. UU Tipikor &
UU TPPU.

TINDAK PIDANA
1. Istilah;
2. Perumusan/Elemen;
3. Jenis-jenis Tindak Pidana;
4. Sifat melawan hukum;
5. Teori kausalitas.

ISTILAH
KUHP tidak memberikan penjelasan mengenai apa yang sebenarnya yang dimaksud
dengan perkaraan “strafbaar feit”.
Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana sebaga pengganti “strafbaar
feit” yaitu “perbuatan yang dilarang dalam UU dan diancam dengan pidana
barangsiapa melanggar larangan itu”
Dalam beberapa literatur dijumpai istilah lain sebagai pengganti “strafbaar feit”,
antara lain:
1. Peristiwa pidana;
2. Perbuatan pidana;
3. Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum;
4. Delik; atau
5. Tindak pidana.
Menurut pendapat Sudarto lebih tepat apabila mempergunakan istilah “tindak
pidana” karena pembentuk UU sekarang sudah banyak mempergunakan istilah
tersebut dalam peraturan perundang-undangan. Namun demikian pemakaian
istilahyang berlainan tidak menjadikan soal, sepanjang mengetahui maknanya.
Di negara Belanda, digunakan dua istilah secara pararel, strafbaar feit dan delict
untuk menyebut perbuatanperbuatan yang dilarang undang-undang dan
mengandung sanksi pidana.

PERUMUSAN / ELEMEN-ELEMEN
Elemen-elemen perbuatan/tindak pidana terdiri dari memenuhi unsur delik,
melawan hukum dan dapat dicela. (dikemukakan oleh Schaffmeister, Keijzer dan
Sutorius, maupun Pompe) Elemen memenuhi unsur delik identik dengan perbuatan
pidana itu sendiri; sedangkan Gabungan elemen melawan hukum dan elemen
dapat dicela melahirkan pertanggungjawaban pidana.

UNSUR-UNSUR DELIK
Sebelum mengulas mengenai unsur-unsur delik, perlu memahami istilah
‘bestandeel’ dan ‘element’ Bagian inti delik (delicts bestandelen) adalah kata, frasa
atau kalimat yang secara tegas tercantum dalam rumusan delik. Sedangkan unsur
delik (delicts elementen) termasuk yang tidak tercantum dalam rumusan delik.
Unsur yang tidak tercantum dalam rumusan delik tidak perlu disebut dalam surat
dakwaan oleh penuntut umum, dan sebaliknya bagian inti delik wajib dimuat dalam
surat dakwaan kecuali terhadap bagian inti delik yang bersifat alternatif, maka
cukup ditulis bagian inti delik yang menurut penuntut umum terdapat fakta
hukumnya.
Rumusan delik yang berisi unsur-unsur delik hanya dapat diketahui dengan
membaca pasal-pasal yang berisi suatu ketentuan pidana. Mis: Psl. 338 KUHP
berbunyi, “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Unsur-unsur delik pasal tersebut adalah:
1. Unsur barang siapa;
2. Unsur dengan sengaja;
3. Unsur merampas;dan
4. Unsur nyawa orang lain.
JENIS-JENIS DELIK
Dalam bukunya, Eddy O.S. Hiariej, menyampaikan paling tidak ada 12 pembagian
jenis delik sebagai berikut: 1. Kejahatan dan pelanggaran; 2. Delik formil dan delik
materiil; 3. Delik komisi, delik omisi dan delik commisionis per omissionem
commisa; 4. Delik konkret dan delik abstrak; 5. Delik umum, delik khusus dan delik
politik; 6. Delik merugikan dan delik menimbulkan keadaan bahaya; 7. Delik berdiri
sendiri dan delik lanjutan; 8. Delik persiapan, delik percobaan , delik selesai dan
delik berlanjut; 9. Delik tunggal dan delik gabungan.

MELAWAN HUKUM
Elemen Melawan Hukum: pertanyaan yuridis apakah elemen atau unsur melawan
hukum merupakan unsur mutlak suatu perbuatan pidana atau tidak?
Untuk menjawab hal tersebut ada 3 pandangan, yaitu:
1. Pandangan Formil: elemen melawan hukum bukanlah unsur mutlak perbuatan
pidana. Melawan hukum merupakan unsur perbuatan pidana jika disebut secara
tegas dalam rumusan delik.
2. Padangan Materiil: elemen melawan hukum adalah unsur mutlak dari setiap
perbuatan pidana. Kelemahan pandangan ini adalah penuntut umum wajib untuk
membuktikan dalam persidangan terlepas dari apakah unsur melawan hukum itu
sendiri disebut atau tidak dalam rumusan delik.
3. Pandangan Tengah: sifat melawan hukum adalah unsur mutlak jika disebutkan
dalam rumusan delik, jika tidak melawan hukum hanya merupakan tanda dari suatu
delik.

PENGERTIAN MELAWAN HUKUM


Pompe : “Wederrrechtelijk betekent: in strijd met het recht, hetgeen ruimer is dan;
in strij met de wet. Behalve wettelijke voorschriften komen hier ongeschreven
regelen in aanmerking” (melawan hukum berarti: bertentangan dengan hukum,
tidak hanya sebatas: bertentangan dengan Undang-Undang. Selain dari peraturan
perundang-undangan tertulis, harus diperhatikan aturan-aturan yang tidak
tertulis).

SIFAT MELAWAN HUKUM


Sifat melawan Hukum atau dikenal dengan istilah “wederrechtelijkheid” memiliki
empat makna, yaitu:
1. Sifat melawan hukum umum: dengan menyatakan suatu perbuatan dapat
dipidana maka pembentuk UU memberitahukan bahwa ia memandang perbuatan
itu sebagai bersifat melawan hukum. Melawan hukum sebagai elemen perbuatan
pidana dapat dikatakan sebagai sifat melawan hukum umum.
2. Sifat melawan hukum khusus: kata “melawan hukum” dicantumkan dalam
rumusan delik. Dengan demikian sifat melawan hukum merupakan syarat tertulis
untuk dapat dipidananya suatu perbuatan.
3. Sifat melawan hukum formil: semua bagian (unsur-unsur) dari rumusan delik
telah dipenuhi, dimana melawan hukum formil adalah karena bertentangan
dengan UU.
4. Sifat melawan hukum materiil: melawan hukum karena bertentangan dengan
hukum tidak tertulis atau hukum yang hidup dalam masyarakat, asas-asas
kepatutan atau nilai-nilai keadilan dan kehidupan sosial dalam masyarakat.
(perkembangan selanjutnya sifat melawan hukum dibagi menjadi melawan hukum
materril dalam fungsi negative dan fungsi positif)

TEORI KAUSALITAS
Hubungan kausalitas berbicara mengenai sebab musabab dari suatu akibat.
Terkait hubungan kausalitas dalam hukum pidana, paling tidak secara garis besar
ada 4 teori yaitu:
1. Teori conditio sine qua non: dikenal sebagai teori mutlak yang menyatakan
musabab adalah setiap syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat.
2. Teori generalisir: hanya mencari satu saja dari sekian banyak sebab, yaitu
perbuatan manakah yang menimbulkan akibat yang dilarang.
3. Teori individualisir: melihat sebab in concreto atau post factum, disini hal yang
khusus diukur menurut pandangan individual.
4. Teori relevansi: suatu kelakuan atau tindakan sebagai musabab akibat yang
dilarang bertitik tolak dari pembentuk UU.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
Inti dari pertanggungjawaban dalam hukum pidana adalah 1.Keadaan psiksis atau
jiwa seseorang; dan 2.Hubungan antara keadaan psiksis dengan perbuatan yang
dilakukan.
Asas tiada pidana tanpa kesalahan
Untuk dapat dipidananya seseorang selain ada tindak pidana juga mensyaratkan
adanya kesalahan, kedua hal tersebut merupakan pertanggungjawaban pidana
(criminal liability), sebagaimana asas hukum pidana bahwa “tidak ada pidana tanpa
kesalahan” (Geen straf zonder schuld) dengan demikian harus ada 2 unsur untuk
adanya pertanggungjawaban pidana: 1. ada Tindak Pidana; 2. ada Kesalahan.
adegium yang mengatakan bahwa "Actus non facit reum, nisi mens sit rea" yang
artinya "perbuatan tidak membuat orang bersalah, terkecuali jika terdapat sikap
batin yang jahat". dari adegium tersebut dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui
adanya kesalahan pelaku tindak pidana itu ada pada Sikap batin nya (Mens-rea).
jadi jika perbuatan orang (actus reus) yang memenuhui unsur unsur delik (tindak
pidana) merupakan unsur obyektif, maka sikap batin orang tersebut (mens rea)
merupakan unsur subyektfnya.

KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB
Menurut Van Hamel, kemampuan bertanggungjawab dilihat dari:
1. Kemampuan untuk memahami secara sungguh-sungguh akibat dari
perbuatannya;
2. Kemampuan untuk menginsyafi bahwa perbuatan itu bertentangan dengan
ketertiban masyarakat.
3. Kemampuan untuk menentukan kehendak berbuat. Ketiga kemampuan tersebut
bersifat kumulatif.
Kemampuan bertanggung jawab dalam KUHP tidak dirumuskan secara positif,
melainkan dirumuskan secara negative. Lihat Psl. 44 KUHP . (tidak mampu
bertanggung jawab : jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit, tidak dapat
dipidana.)

KESALAHAN
Pengertian kesalahan : Remelink, memberikan definisi kesalahan sebagai
pencelaan yang ditujukan oleh masyarakat yang menerapkan standar etis yang
berlaku pada waktu tertentu terhadap manusia yang melakukan perilaku
menyimpang yang sebenarnya dapat dihindari.

UNSUR KESALAHAN
Menurut Vos: dalam hukum pidana pengertian kesalahan dapat dibedakan
kedalam tiga ciri atau unsur-unsur:
1. Dapat dipertangungjawabkan pelaku;
2. Hubungan psikis pelaku dengan perbuatannya yang biasanya dalam bentuk
sengaja atau alpa; dan
3. Tidak ada dasar-dasar yang menghapuskan pertanggungjawaban pelaku atas
perbuatannya.

BENTUK KESALAHAN
Bentuk kesalahan terdiri dari:
1. kesengajaan (Dolus) atau yang dikenal juga sebagai opzet; Pembentuk KUHP
tidak memberikan penjelasan tentang apa yg dimaksud opzet, berbeda dengan UU
di Belanda dlm crimineel wetboek tahun 1809 yang menjelaskan opzet adalah
kehendak untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan-tindakan seperti yang
dilarang atau diharuskan dalam UU. Dikenal pengertian “willens en wetens” atau
“menghendaki dan mengetahui” yaitu : baru dianggap telah melakukan
kejahatannya dengan sengaja, apabila ia memang benar-benar berkehendak untuk
melakukan kejahatan tersebut dan mengetahui tentang maksud dari perbuatannya
itu sendiri. Dalam perkembangannya dikenal jenis-jenis kesengajaan, antara lain:
Kesengajaan sebagai maksud, sebagai kepastian, sebagai kemungkinan, dolus
eventualis.
2. kelalaian / Kealpaan (Culpa) atau yang dikenal juga sebagai schuld
Untuk menunjukkan unsur “culpa” di dalam suatu rumusan delik, Pembentuk UU
telah mempergunakan perkataan misalnya : a. Mempunyai alasan yang cukup kuat
untuk menduga; b. Secara pantas harus menduga (untuk huruf a dan b Lihat
rumusan Pasal 115, 119 dan 480 KUHP .); atau c. Yang dapat dipersalahkan karena
kesalahannya (lihat rumusan Pasal 114, 359, 360, 409, dan 426 ayat 2 KUHP).
Seseorang dikatakan melakukan kealpaan apabila ia sama sekali tidak
membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat atau lain-lain keadaan yang
menyertai tindakannya, walaupun sebenarnya ia dapat atau harus berbuat
demikian atau ia telah membayangkan kemungkinan timbulnya suatu akibat atau
lain-lain keadaan yang menyertai tindakannya akan tetapi ia tidak percaya bahwa
tindakan yang ingin ia lakukan itu akan dapat menimbulkan akibat, dgn kata lain ia
sangat kurang hati-hati dan acuh tak acuh terhadap kemungkinan timbulnya suatu
akibat atau lain-lain keadaan yang menyertai perbuatan (Lamintang)

Anda mungkin juga menyukai