Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1861, dokter asal Prancis bernama Prosper Meniere menggambarkan
sebuah kondisi yang sekarang kondisi tersebut diabadikan dengan menggunakan
namanya. Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang
menyebabkan timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga
berdenging), perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran yang
bersifat fluktuatif. Adapun struktur anatomi telinga yang terkena dampaknya
adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis semisirkularis dan kokhlea. Pendapat
ini kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan
ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien
dengan dugaan penyakit Meniere.1
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus
bersifat bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan
Swedia.1
Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu
telinga. Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan
tinnitus. Sebuah episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo,
ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua
sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan
kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam. Ada beberapa variabilitas dalam
durasi gejala. Beberapa pasien mengalami serangan singkat sedangkan penderita
lainnya dapat mengalami ketidakseimbangan konstan.1
Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Meniere.
Dokter biasanya menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik telinga. Beberapa pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan audiometri,
CT scan kepala atau MRI dilakukan untuk menyingkirkan suatu tumor saraf
kranial ke delapan (nervus vestibulokokhlearis) serta penyakit lain dengan gejala
serupa. Karena tidak adanya uji yang defintif untuk penyakit Meniere, maka

1
biasanya penderita tersebut biasanya didiagnosis ketika semua penyebab lain
disingkirkan.1,2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,
tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di
telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia
tidak mampu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh
adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin
bahwa penyakit itu berada dalam telinga. Namun para ahli saat itu menduga
bahwa penyakit itu berada dalam otak. Pendapat Meniere kemudian dibuktikan
oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa
setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan menderita penyakit
Meniere.1
Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian
vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar
dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah,
dan pusing.3
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu
mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi
tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus
hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.3
Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan
pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan
pendengaran pada penyakit Meniere yang parah dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran secara permanen.1,2,

3
2.2. Epidemiologi

Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga dalam.
Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling banyak
ditemukan pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan ada komponen genetik yang
berperan dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif sekitar
21% pada pasien dengan penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar terkena
penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi, merokok,
stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi aspirin.

2.3. Etiologi
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori termasuk
pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju
labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan
autoimun.4
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga
mengatakan terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini
menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti
juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain
penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri
terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara
bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah terhadap saraf
(microvascular compression syndrome). Selain itu gejala dari penyakit Meniere
dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas, aspirin,
merokok, alkohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum
ada yang tahu secara pasti apa penyebab penyakit Meniere.4

2.4. Patofisiologi

4
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada
kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga
disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya
tekanan osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang
ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut
atau karena defek dari sejak lahir).4
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa
akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi
di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan
pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka
membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe
tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.4
Penyakit Meniere dapat menimbulkan : 4,5
 Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut
organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural
unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan
tes kalori menunjukkan kemunduran fungsi.
 Perubahan mekanisme telinga
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan
utrikulus dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang
temporal ditemukan perubahan morfologi pada membran Reissner.
Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli terutama di apeks kokhlea
(helikoterma). Sakulus juga mengalami pelebaran yang sama yang
dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai
dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan
basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada
rendah pada penyakit ini.
2.5. Gejala Klinis

5
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain
bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut
trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif
terutama nada rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo
disertai rasa mual dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan
merasa berputar, mual dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa
seembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan
kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali.
Pada penyakit Meniere, vertigonya periodik dan makin mereda pada serangan-
serangan selanjutnya.6
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan
dalam keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala
lain yang menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun
diluar serangan. Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh
pada telinga.6
Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua
jam atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi
periode remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap
serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga
tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan
pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan
penyakit lainnya yang juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis
multipel, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ).6
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan
intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak
periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat
perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa
mual dan muntah namun tidak berlangsung lama.3,6

6
Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar
serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus
sering didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging,
berdengung, dan denging dalam telinga.1,3
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal
serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan
pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan
semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum
terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak
nyaman dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.6
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan
udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan
toynbee.1,3,6

2.6. Diagnosis

Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit
Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam
rangka menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada
anamnesi yang sangat hati-hati. Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan
kriteria diagnosis :1,4,6
a. Anamnesis
- Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada
telinga
- Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural
- Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan
intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan
vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan

7
vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat
dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak berlangsung
lama.
b. Pemeriksaan fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik
telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan
dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis
didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan
hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere,
sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere
adalah: 1,6
- Pemeriksaan audiometri
- Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui
secara objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien.
Pada sebagian besar pasien dengan penyakit Meniere mengalami
penurunan respons nistagmus terhadap stimulasi dengan air panas dan
air dingin yag digunakan pada tes ini
- Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga
dalam dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui
elektroda yang ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien
dengan penyakit Meniere, tes ini juga menunjukkan peningkatan
tekanan yang disebabkan oleh cairan yang berlebihan pada telinga
dalam yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran bentuk gelombang
bentuk gelombang dengan puncak yang multipel
- Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada
pasien dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang terdapat
penurunan pendengaran ringan pada pasien dengan kelainan pada
sistem saraf pusat

8
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut
gadolinium spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut
saraf yang tidak terisi kontras menunjukkan adanya neuroma akustik.
Selain itu pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan kokhlea
dan kanalis semisirkularis

2.7. Penatalaksanaan

Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu
bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan
penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :6,7,8
a. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium
pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal
untuk mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk
mempertahankan keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan
kapasitas untuk kemampuan transport ion berdasarkan intake sodium.
Penyesuaian ini diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi
mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan memengaruhi
regulasi sodium di endolimfe sehingga mengurangu serangan penyakit
Meniere.
Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet
rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor
yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan
cairan dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan
perilimfe di dalam telinga.
Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya berupa
ikatan natrium klorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin),
natrium bikarbonat (soda kue), natrium benzoat (daging kornet).

9
Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin
juga merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi
nutrisi saraf dari telinga tengah. Dengan menghindari kedua zat tersebut
dapat mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga
perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari
penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena
dapat memperberat tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras,
berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek
tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau
muntah, setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara
perlahan karena biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan
sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama
beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.

b. Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, antihistamin,
antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada
endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat
alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika
terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut
untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak
digunakan tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang.
Antiemetik seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah
tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat
membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan
tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak

10
makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika
menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.

c. Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem
vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat
diatasi dengan latihan yang teratur danbaik. Orang-orang yang karena
profesinya menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif
sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-
hari.1,4,9
Ada beberapa latihan, yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT) / epley
manouver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang
memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat
dikerjakan sendiri.
Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT jika
masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.

Gambar 2.1. Canalit Reposition Treatment (CRT) / epley manouver

11
d. Pembedahan7,8

Operasi yang direkomendasikan bila serangan vertigo tidak terkontrol


antara lain :

- Dekompresi sakus endolimfatikus


Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan
menyebabkan kembali normalnya tekanan terhadap ujung saraf
vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang
terinfeksi dan air cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga
dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus endolimfatikus untuk
mengalirkan cairan ke rongga mastoid.
Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi
terkontrol, 20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi
pendengaran tetap stabil namun jarang yang membaik dan tinnitus
tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo tetap ada.
- Labirinektomi
Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf
vestibulokokhlearis. Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan
air cell mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat,
keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu atau dua hari
paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi
dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami
periode ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya
telinga yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan.
Operasi ini menghilangkan fungsi pendengaran telinga.
- Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan
pilihan untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa.
Dilakukan insisi di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat,
dilakukan pembukaan pada fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan
pemotongan terhadap saraf keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip

12
labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah
intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi.
Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis
wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan,
sekitar 85% vertigo dapat terkontrol.
- Labirinektomi dengan zat kimia
Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (streptomisin atau
gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini
bertujuan mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit
Meniere, diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan
serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan.
- Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang
menganggap operasi ini merupakan plasebo. Ada dua tipe dari operasi
ini yaitu:
a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba
diantara endolimfe dan kranium
b) Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara
sakus endolimfatikus dan rongga mastoid

2.8. Prognosis

Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal
dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda untuk
tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari
hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada
juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.6,8
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.

13
Sebaiknya pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil,
naik tangga dan berenang.6,8

14
BAB III

KESIMPULAN

Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya kelainan


pada telinga dalam berupa hirops (pembengkakan) endolimfa pada kokhlea dan
vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang terdiri dari
vertigo (sakit kepala berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran berupa tuli
sensori neural. Gangguan pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana gangguan
pendengaran terjadi saat serangan dan dapat normal diluar serangan.
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa.
Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Pasien dengan resiko besar
terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengonsumsi
aspirin.
Pada dasaarnya, etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere dengan akurat, kondisi
penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere
harus disingkirkan. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang sangat hati-hati.
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab yang berasal dari
telinga luar atau telinga dalam. Pemeriksaan penunjang seperti audiometri,
elektronistagmografi, elektrokokhleografi, BERA, dan MRI terkadang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere.
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu
bila perlu diberikan antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menangani
penyebab dari penyakit tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Hain, TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2003. Available at


http://www.dizziness-and balance/disorders/menieres/menieres_english.html.
Accessed on December 9th, 2013
2. National Institute and Other Communication Disorder. Menieres’s Disease.
Available at : http://nidcd.nih.gov/healthinfo/balance/menieresdisease.htm.
Accessed on December 9th, 2013.
3. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam : Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi
ke-6. Editor : Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. 94-101.
4. Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit Meniere. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidunng, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Editor : Soepardi
EA, Iskandar N. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
102-103.
5. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta
Otolaryngol (Stockh). 2006 ; (suppl 485)26.
6. Levine SC. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : BOEIS Buku Ajar THT Edisi ke
6. Editor : Efendi H, Santosa K. Jakarta : EGC. 1997. 136-137.
7. Levenson, Mark J. Home of the Surgery Information Centre. Meniere
Syndrome. 2009. Available at :
http://www.earsurgery.org/site/pages/conditions/menieres-syndrome.php.
Accessed on December 9th, 2013.
8. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose, and
Throat Disease. Second Revised Edition. New York : Thiemes; 2004. 100-101.
9. Rutka JA. Evaluation of Vertigo. Blitzer A, Pillsbury HC, Jahn AF, Binder WJ,
editors. Office based surgery in otolaryngology. New York : Thieme; 1998.
p.71-78.

16

Anda mungkin juga menyukai