HALAMAN JUDUL
NEURITIS VESTIBULARIS
Disusun oleh :
Rifqi Tanio, S.Ked J510170113
Wafiq Arif, S.Ked J510185056
NEURITIS VESTIBULARIS
Diajukan oleh :
Rifqi Tanio J510170113
Wafiq Arif, S.Ked J510185056
Dipresentasikan dihadapan
dr. Dony Hartanto, Sp.THT-KL (.............................................)
Pembimbing
dr. Dony Hartanto, Sp.THT-KL (.............................................)
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1. ANATOMI ............................................................................................... 3
2.2. DEFINISI ................................................................................................. 4
2.3. EPIDEMIOLOGI ..................................................................................... 4
2.4. ETIOLOGI ............................................................................................... 5
2.5. PATOFISIOLOGI .................................................................................... 6
2.6. MANIFESTASI KLINIS ......................................................................... 7
2.7. DIAGNOSIS ............................................................................................ 7
2.8. DIAGNOSIS BANDING ......................................................................... 9
2.9. TATALAKSANA .................................................................................. 12
2.10. PROGNOSIS ...................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
obatan seperti antivestibuler dan antiemetik untuk mengontrol vertigo, mual dan
muntah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.ANATOMI
Kelainan neuritis vestibularis disebabkan otak tidak mendapat
masukan afferen dari salah satu sisi labirin. Hal ini dijumpai pada
gangguan aparatus vestibuler, nervus vestibularis, nukleus vestibularis di
batang otak dan traktusnya ke atas sehingga informasi yang ditangkap oleh
reseptor tidak sampai ke kortek pusat keseimbangan. Perubahan gerakan
dan posisi kepala akan mengaktifkan salah satu labirin (meningkatkan
input) dan menghambat (menurunkan input) pada sisi lainnya.
(Kusumastuti K, 2011). Pada neuritis vestibularis biasanya terjadi
kerusakan pada bagian superior nervus vestibularis yang mempersarafi
kanalis semisirkularis horisontal dan anterior, termasuk utrikulus dan
sebagian sakulus. . (Amar A,et all, 2012). Aktivitas neuronal yang asimetri
pada nukleus vestibularis menghasilkan gerakan mata kompensasi dan
pengaturan postur sehingga kepala terasa berputar. Bila input dari satu sisi
yang berhenti ini akibat neuritis vestibularis, maka aktivitas neuronal
nukleus vestibularis ipsi lateral akan berhenti sementara sisi kontra lateral
masih aktif. Rangsangan asimetri ini sesuai dengan rotasi kontinyu kepala
dan kemiringan kepala menuju sisi yang sehat. (Amar A,et all, 2012).
3
2.2.DEFINISI
Definisi neuritis vestibularis adalah penyakit yang mempengaruhi
saraf telinga bagian dalam yang disebut saraf vestibulocochlear. Gangguan
ini dapat menyebabkan seseorang mengalami gejala seperti tiba-tiba,
vertigo (sensasi berputar/berayun), pusing, sulit menjaga keseimbangan,
mual, muntah, dan kesulitan konsentrasi. (Amar A,et all, 2012). Istilah
yang mirip dengan neuritis vestibularis adalah : neurolabirintitis viral,
vestibulopathi unilateral perifer akut, vestibular neurolabitintitis, neuropati
vestibularis, vertigo episodik, vertigo epidemik. Jika nervus vestibularis
terpotong maka input aferen dari satu sisi akan hilang dan timbul gejala
mual, muntah, vertigo berat, cenderung jatuh kesisi yang sakit, sulit sekali
berdiri dan berjalan, timbul nistagmus ke sisi yang sehat. (Amar A,et all,
2012).
2.3.EPIDEMIOLOGI
Neuritis vestibularis merupakan kelainan vestibularis perifer kedua
terbanyak setelah BPPV dengan insiden 3,5 per 100.000 populasi. Paling
sering mengenai usia 30-60 tahun. Banyak ditemukan berkaitan dengan
musim, biasanya di dahului dengan infeksi saluran nafas. Gejala yang
berlangsung lama kadang membuat pasien takut bergerak dan akan
4
berkembang menjadi stroke. Tidak ada perbedaan signifikan antara laki-
laki dan perempuan. (Struppt M, 2009, Amar A,et all, 2012).
2.4.ETIOLOGI
Diduga disebabkan oleh virus, hal ini diperkuat dengan munculnya
yang bersamaan dengan musim endemik infeksi virus. Hal ini disebabkan
vestibular neuritis hasil histopatologinya menyerupai hasil histopatologi
pada herpes zooster di telinga. Selain itu hasil studi otopsi didapatkan
gambaran (degenerasi inflamasi nervus vestibularis) menunjukkan kadar
protein yang meningkat pada cairan serebrospinal serta adanya transkripsi
laten DNA dan RNA virus herpes simplek pada ganglia vestibular.
Kondisi diatas diduga mirip dengan mekanisme yang mendasari penyebab
penyakit Bells palsy karena penyebab virus. (Struppt M, 2009, Amar A,et
all, 2012). Ganglia vestibularis menjadi bagian yang diduga terkena virus
HSV-1 sebagaimana daerah ganglia lain di nervus kranialis yang terkena
virus HSV-1. Hal ini juga didukung oleh karena beberapa faktor yang
terjadi inflamasi dan edema menyebabkan kerusakan sel sekunder dari sel
ganglion vestibular dan axon di tulang kanal. Hal ini disebabkan oleh
nervus vestibular superior lebih panjang dan mempunyai banyak spekula,
dimana kanalis semisirkularis diinervasi oleh vaskularisasi tambahan
berupa anastomose yang menjelaskan bagian posterior jarang terkena.
(Struppt M, 2009)
6
Pelepasan CRF dari hipothalamus akibat rangsangan vestibular
merangsang kegiatan saraf simpatis di locus caeruleus, hipokampus,
kortek cerebri.
2.6.MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik sindrom klinis neuritis vestibularis adalah :
a. Vertigo rotatorik dan nause spontan yang berat, onset dalam beberapa
jam, menetap lebih dari 24 jam.
b. Nistagmus horisontal rotatorik spontan dengan arah ke non lesional
dengan ilusi gerakan sekitarnya (oskilopsia).
c. Gangguan keseimbangan saat berdiri atau berjalan.
d. Pemeriksaan otoskopi dan pendengaran normal
e. Tidak didapatkan defisit neurologis
f. Nausea dan vomiting
Gejala vertigo muncul mendadak sering terjadi waktu malam dan
saat bangun tidur pagi. Biasanya berlangsung sampai 2 minggu. Dengan
gejala berat ini pasien harus berbaring dengan mata tertutup serta posisi
miring dengan sisi telinga yang terganggu di bawah. (Amar A,et all, 2012,
Kusumastuti K, 2011)
2.7.DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan klinis diatas, apabila sudah didapatkan
gejala seperti diatas maka pemeriksaan penunjang tidak diperlukan. Untuk
mengetahui gangguan fungsi vestibular unilateral dan monitor perbaikan
dengan ENG dan tes kalori. Untuk mengevaluasi fungsi pendengaran
dalam rangka mendifferensiasi dengan (Meniere, fistel perilimf atau infark
labirin) dilakukan pemeriksaan audiometri. Sedangkan MRI dilakukan
untuk kecurigaan gangguan di batang otak, cerebelum dan gangguan
vaskular. Beberapa tes rutin untuk mengevaluasi gagguan vestibular
perifer antara lain kacamata frenzel, ofthalmoskopi, head shaking, head
impuls, head thrust dan tandem-rhomberg. (Amar A,et all, 2012).
7
Pemeriksaan sederhana dengan head impuls, head heave tes, head shake
dan vibration memberikan manfaat dalam menegakkan diagnosis pada
awalnya dan membantu mengetahui prognosis dalam jangka panjang.
(Mandala M, 2008).
Head Impuls
Diagnosis neuritis vestibularis dapat di bantu dengan pemeriksaan
yang menunjukkan kelainan satu sisi dari vestibulo ocular reflek yaitu tes
head impuls. Ketika kepala di gerakkan secara cepat ke sisi lesi mata
bergerak mengikuti kepala dan penderita kemudian menyesuaikan untuk
kembali fase cepat ke tengah. Hal ini menunjukkan gangguan satu sisi dari
reflek vestibuloocular yang muncul jika fungsi vestibular perifer tidak
melakukan penyesuaian. (Struppt M, 2009)
8
2.8.DIAGNOSIS BANDING
Kalo berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dengan
pemeriksaan yang seksama maka differential diagnosis biasanya didasaran
pada dua pertanyaan dasar berikut : 1. Apakah gejala klinis yang muncul
murni sesuai dengan gangguan vestibular perifer ataukah ada gangguan
neurologis sentral yang sesuai dengan neuritis vestibularis. 2. Apakah ada
tanda, gejala atau indikasi klinis kelainan mendadak yang mengarah pada
gangguan vestibular satu sisi atau keduanya. (Struppt M, 2009)
Pada pemeriksaan klinis tanda dan gejala gangguan lesi batang
otak dan cerebelum banyak yang menyerupai kelainan pada vestibular
neuritis yang disebut dengan (vestibular pseudoneuritis). Dengan kata lain
hampir tidak ada gambaran patognomonis atau tanda klinis vestibular
neuritis yang benar-benar utuh yang memudahkan untuk mendiagnosis
neuritis vestibularis. Hanya dalam kasus yang tertentu dan relatif jarang
didapatkan penderita dengan penurunan fungsi vestibular perifer satu sisi
diikuti dengan kelainan pada kanalis semisirkularis horisontal yang dapat
didiagnosa dengan prosedur yang sesuai dengan penegakan diagnosis
neuritis vestibularis yaitu metode head impuls tes dan tes irigasi kalori.
(Struppt M, 2009)
Lesi sentral
Ada daerah kecil di medula oblongata lateral meliputi daerah
masuknya nervus vestibularis dan nukleus vestibularis bagian medial dan
superior yang kelainannya kadang sulit di bedakan dengan nervus
vestibularis perifer dan lesi di labirin. Ditemukan beberapa pasien dengan
multiple sklerosis yang didapatkan plak pada pontomedulary atau infark
kecil di tempat masuknya nervus vestibulokoklearis (NC VIII). Kondisi ini
menyebabkan kelainan di fasikulus nervus vestibularis dan menimbulkan
gejala mirip dengan neuritis vestibularis yang disebut dengan
pseudoneuritis vestibularis. Membedakan antara penyebab sentral dan
perifer yang menyebabkan kelainan vestibular perifer satu sisi cukup
sederhana yaitu apabila kita mendapatkan pasien dengan tanda kelainan
9
batang otak jelas. Apabila tidak didapatkan maka memang sulit untuk
membedakannya. Sehingga tanda dan gejala merupakan alat diagnosis
yang penting untuk membedakan vestibular neuritis dan pseudo
vestibularneuritis pada kondisi akut. Meskipun diagnosis akhirnya
membutuhkan neuro imaging untuk memastikannya. Adanya deviasi atau
kelainan neurologis tidak selalu menunjukkan gambaran
psedovestibularneuritis, akan tetapi tidak adanya tanda vestibular seperti
(headthrust test, saccadic pursuit, gaze-evoked nystagmus, subjective
visual vertical) lebih berkaitan dengan adanya lesi sentral. (Struppt M,
2009)
Infark di serebelum bisa juga menyerupai neuritis vestibularis,
yaitu pada daerah vaskularisasi posterior inferior serebelar arteri (PICA).
Kondisi ini juga bisa menyebabkan gangguan gerakan mata inkomplit
terutama jika melibatkan nukleus dentatus yang akhirnya membuat
differential diagnosisnya lebih sulit. Infark di arteri serebelaris anterior
inferior juga menyebabkan gambaran menyerupai neuritis vestibularis,
akan tetapi pada kondisi ini lebih berhubungan dengan kehilangan
pendengaran satu sisi (karena iskemik nervus koklearis) dan tanda
kelainan batang otak. Pada semua lesi serebelum menyebabkan vertigo
dan tanda patologis rhomberg. Tetapi pemeriksaan klinis dan tes
pendengaran dapat membedakan antara neuritis vestibularis dan
pseudoneuritis vestibularis pada kebanyakan kasus. Diperlukan studi lebih
lanjut untuk menemukan hubungan kaitan klinis vestibular dan
okulomotor dengan MRI pada kelainan serebelum. Serangan mendadak
migrain vestibular juga menyerupai neuritis vestibular karena berkaitan
dengan vertigo berputar dan nistagmus horisontal dan rotatoar. Adanya
gejala penyerta dan perjalanan penyakit membantu dalam menentukan
perbedaan antara vestibular perifer dan sentral. (Struppt M, 2009)
Lesi Perifer
Penyakit yang mempunyai gejala yang menyerupai neuritis
vestibularis relatif jarang ditemukan. Meskipun demikian pemeriksaan
10
penunjang seperti laboratorium, lumbal pungsi, CT Scan dan MRI tidak
selalu di kerjakan untuk menemukan diagnosis neuritis vestibularis. Hal
ini disebabkan diantaranya karena penyakit ini relatif jarang dan kalaupun
ditemukan adanya gejala lain bisa merupakan penunjuk kemungkinan
penyakit lain selain neuritis vestibularis. (Struppt M, 2009(Struppt M,
2009)
Serangan akut pasien yang datang ke IRD dengan klinis Meniere
atau BPPV dapat sulit di bedakan dengan neuritis vestibularis. Gajala-
gejala yang sering ditemui seperti serangan akut, mendadak dengan
pemulihan cepat dan dalam perjalanannya didapatkan hiperakusis, tinnitus
dan rasa penuh ditelinga dapat menunjukkan kemungkinan diagnosis lain.
Gejala berupa rasa terbakar dan melepuh di telinga disertai gangguan
pendengaran merupakan gejala khas dari herpes zoster oticus (Ramsay-
Hunt syndrome). Pada kasus diatas pemberian aciclovir maupun
valacyclovir dapat diberikan. Hal yang mengarahkan diagnosis herpes
zoster telinga adalah apabila ditemukan gangguan vestibular perifer satu
sisi terutama bagian superior dan inferior yang berbeda dengan neuritis
vestibularis pada gambaran kontras enhanced N VIII. (Struppt M, 2009)
Cogan syndrome (sering di abaikan) adalah penyakit autoimun
yang berat yang di sertai dengan gejala keratitis dan gangguan
pendengaran yang sangat menonjol (audiovestibular). Sering mengenai
anak muda dan dewasa dan berespon baik di awal pada pemberian
kortikosteroid dosis tinggi (1000 mg per hari selama 5 hari, kemudian
perlahan tapp off). Selain itu seperti pada penyakit autoimun lainya di
telinga bagian dalam dapat di berikan kombinasi steroid dan
siklofosfamid. Varian lain yang lebih jarang adalah neuritis vestibularis
inferior dengan kelainan merupakan gabungan dari kanalis semisirkularis
anterior dan lateral. Selain itu juga dapat ditemukan kelainan kanalis
semisirkularis posterior bersamaan dengan kelainan koklear. Pada kondisi
ini dapat disebabkan karena kelainan vaskular dan bukan virus. Vestibular
schwannomas biasanya muncul dari selubung mielin di bagian saraf
11
vestibular N VIII. Keluhan yang dirasakan adalah vertigo, rasa ingin jatuh
dan nistagmus akibat kompresi flocculus dan batang otak pontomedular.
Gejala vestibular perifer meningkat dan tidak dapat di kompensasi dengan
sentral. Gejala utamanya adalah penurunan pendengaran satu sisi
mendadak tanpa gangguan telinga dengan reaksi positif maupun negatif
pada tes kalori. Dapat di temukan juga kehilangan pendengaran, serta
vertigo akut,selain itu pada kasus dilatasi intracanalikular dapat di lihat
dengan MRI dan diobati dengan bedah mikro maupun gamma knife.
(Struppt M, 2009).
Diagnosa Banding
1 Benign Positional Vertigo
2 Central Vertigo
3 Labyrinthitis
4 Migraine Headache
5 Stroke, Hemorrhagi
6 Stroke, Ischemic
(Marill KA, 2013)
12
skopolamin) untuk mengurangi vertigo, pusing, dan mual/muntah, (2)
pengobatan kausal dengan kortikosteroid untuk meningkatkan pemulihan
perifer fungsi vestibular, dan (3) terapi fisik (vestibular latihan dan
pelatihan keseimbangan) untuk meningkatkan pusat vestibular
kompensasi. Umumnya penderita neuritis vestibularis mengalami
perbaikan spontan dan sedikit mengalami gejala sisa. Terapinya meliputi :
(Struppt M, 2009, Amar A,et all, 2012).
1. Terapi simptomatik
Pada 1-3 hari pertama, tablet dimenhidrinat 100 mg atau obat anti
vertigo lain untuk menekan mual dan muntah. Efek samping yang sering
ditemui adalah sedasi umum. Untuk menghindarinya dapat diberikan
sediaan transdermal jika tersedia. Obat yang diberikan tidak boleh lebih
dari tiga hari karena pasien membutuhkan waktu untuk kompensasi
sentral. Demikian juga jika keluhan telah berkurang obat dapat dihentikan.
(Struppt M, 2009, Amar A,et all, 2012).
2. Terapi kausal
Berdasarkan asumsi bahwa neuritis vestibular disebabkan oleh
reaktivasi dari infeksi laten HSV-1, maka penelitian acak double-blind
prospektif dilakukan untuk menentukan apakah steroid, agen antivirus,
atau kombinasi dari keduanya mungkin memperbaiki hasil dari vestibular
neuritis. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara plasebo,
metilprednisolon, valacyclovir, dan metilprednisolon ditambah kelompok
valacyclovir pada 114 pasien. Hasilnya menunjukkan bahwa monoterapi
dengan steroid sudah cukup secara signifikan meningkatkan fungsi
vestibular perifer pasien dengan vestibular neuritis. Tidak ada bukti bahwa
sinergi antara methylprednisolone dan valacyclovir memberikan hasil
yang bermakna. Kortikosteroid (metil prednisoslon) diberikan 3 hari
pertama onset dan berlanjut hingga 3 minggu (awalnya 100 mg/hr,
selanjutnya diturunkan 20 mg tiap 3 hari). Preparat lain prednison 2x20
mg selama 10-14 hari. Seperti pada Bell palsy, manfaat steroid
13
kemungkinan karena efek antiinflamasinya, yang dapat mengurangi
pembengkakan akibat kompresi mekanik vestibular saraf di dalam tulang
temporal. Dengan demikian, steroid dan bukan antivirus yang
direkomendasikan sebagai pengobatan untuk neuritis vestibular akut,
karena terbukti secara signifikan menyebabkan perbaikan fungsional.
Steroid telah terbukti efektif melalui dua penelitian prospektif, acak
double-blind dan studi plasebo terkontrol pada Bell palsy yang
penyebabnya juga diduga sebagai virus HSV-1. Penggunaan terapi
prednison pada penelitian yang lebih mungkin terbukti meningkatkan
pemulihan dari keadaan sebelumnya, akan tetapi tidak meningkatkan
prognosis jangka panjang neuritis vestibular . (Struppt M, 2009, Amar A,et
all, 2012)
14
meningkatkan kemampuan keseimbangan dibandingkan sebelumnya, baik
dengan atau tanpa stabilisasi visual. Manfaat latihan fisik dalam
meningkatkan kompensasi pusat vestibulospinal pada pasien dengan
neuritis vestibularis telah terbukti berdasarkan penelitian metaanalisis.
(Struppt M, 2009, Amar A,et all, 2012). Rehabilitasi vestibular juga dapat
menggunakan metode Cawthorn-Cooksey exercise (Kusumastuti K,2011).
2.10. PROGNOSIS
Fungsi vestibular perifer membaik kembali pada 50% dalam
beberapa minggu atau bulan. Pemulihan secara klinis biasanya
berkembang cepat dan sering tidak terkait dengan fungsi perifer yang utuh.
sebagian besar pasien sudah aktif dalam beberapa hari serta bebas gejala
dalam beberapa minggu. Gejala kecil meliputi oskolopsia dan gangguan
keseimbangan selama gerakan kepala yang cepat kearah sisi telinga yang
terganggu. Kurang dari 20% pasien dapat mengalami gejala kronis seperti
disequilibrium kronik, inteleransi gerakan kepala dan kadang ansietas
sekunder. Tidak ditemukan serangan ulang pada sisi yang sama dengan
serangan yang pertama.(Amar A,et all, 2012).
15
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
Kusumastuti K, 2011, Vertigo. Buku ajar Ilmu Penyakit Saraf. Departemen Ilmu
Penyakit Saraf Universitas Airlangga Surabaya. Pg 39-41.
17