Jembatan Rangka Baja Ok
Jembatan Rangka Baja Ok
PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
JEMBATAN RANGKA BAJA
Capaian Pembelajaran:
Setelah mempelajari sub bab Jembatan
Rangka Baja diharapkan mahasiswa dapat
memahami definisi jembatan rangka baja,
bagian-bagian jembatan rangka baja, sifat-
sifat pada jembatan rangka baja, kelebihan
dan kekurangan jembatan rangka baja,
contoh kasus pada jembatan rangka baja
Mahasiswa dapat merencanakan dimensi dari
salah satu elemen struktur jembatan rangka
baja, menghitung pembebanan pada
jembatan rangka baja, dan menghitung
kekuatan strukturnya dengan perhitungan
statika
DISUSUN OLEH:
NANIN MEYFA UTAMI, ST.,MT
1 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
DEFINISI JEMBATAN RANGKA BAJA
Secara umum jembatan rangka baja dapat didefinisikan sebagai sebuah konstruksi yang
berfungsi menghubungkan dua bagia yang terpisah oleh adanya rintangan (baik
dipisahkan oleh sungai, danau, laut, maupun jurang yang dalam) dengan komponen
strukturnya menggunakan material baja
Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan batang batang
baja yang membentuk kumpulan segitiga, dimana setriap pertemuan beberapa batang
disambung pada alat pertemuan / simpul dengan menggunakan alat penyambung
(bout,paku keeling dan las lumer).
Sedangkan pengertian material baja yang dapat digunakan pada struktur jembatan
mulai dari besi tuang sampai dengan profil baja. Jembatan besi dan baja yang pertama
kali di bangun di Inggris pada tahun 1781 dengan menggunakan material besi tuang
pada komponen struktur utamanya.
Ketentuan mengenai spesifikasi standat untuk baja struktural untuk jembatan terdapat
pada ASTM A709 yang menjelaskan kelas/grade dan beberapa spesifikasi alternatif.
2 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
STANDAR RANGKA BAJA PADA BANGUNAN JEMBATAN
Gambar 2 adalah gambar standar bangunan atas jembatan kelas B yang terdiri dari beberpa
bagian elemen struktur mulai dari:
1. Tumpuan karet
2. Gelagar melintang
3. Penahan melintnag
4. Gelagar melintang
5. Deck pelat
6. Sandaran alternatif dari baja kanal dan pipa diameter 75
7. Batang rangka baja samping
8. Angkur baut
9. Batang rangka baja samping diagonal
10. Batang rangka baja samping bagian atas
3 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
11. Batang ikatan angin
Pada buku standar PU bina marga juga diberikan catatann umum untuk ktriteria desain:
Kriteria desain ini mengacu pada peraturan perencanaan jembatan (BMS) 1992, dan
pembebanan mengacu pada perencanaan jembatan (BMS), bagian 2 dengan beban-beban
sebagai berikutsebagai berikut:
SIFAT DAN KARAKTERISTIK MATERIAL BAJA UNTUK JEMBATAN
Jenis Teganga putus Tegangan leleh Peregangan
Baja minimum, fu minimum,fy minimum (%)
(Mpa) (Mpa)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
5 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
a. Dianggap mempunyai bentuk seperti yang diperoleh dari persamaan-
persamaan yang disederhanakan dari hasil pengujian dalam bentuk bilinier
b. Ditentukan dari data pengujian yang memadai
c. Dianggap linier, dengan harga modulus elastisitas
4. Alat sambung
a. Baut, mur, dan ring
Alat sambung yang umum digunakan untuk struktur baja adalah baut, mur,
dan ring
b. Alat sambung mutu tinggi
Alat sambung mutu tinggi tidak boleh digunakan bila memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya,
harus lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan
yang berlaku. Ukuran lainnya boleh berbeda
Persyaratan gaya tarik minimum alat sambung ditentukan pada tabel
berikut:
Tabel gaya tarik baut minimum
Diameter nominal baut (mm) Gaya Tarik minimum (kN)
16 95
20 145
24 210
30 335
36 490
c. Las
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Semua penghubung geser jenis paku yang dilas dan jenis baut angkur
harus sesuai dnegan ketentuan yang berlaku
d. Faktor beban dan kombinasi pembebanan
Untuk besaran beban dan kombinasi pembebanan, diambil mengacu pada
standar pembebanan untuk jembatan jalan raya, sedang untuk faktor reduksi
kekuatan, diambil dari nilai-nilai yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel faktor reduksi kekuatan untuk keadaan batas ultimit
6 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
Situasi Rencana Faktor reduksi Kekuatan φ
a. Lentur 0,9
b. Geser 0,9
c. Aksial tekan 0,85
d. Aksial Tarik
‐ Terhadap kuat tarik leleh 0,90
‐ Terhadap kuat tarik fraktur 0,75
e. Penghubung geser 0,75
f. Sambungan baut 0,75
g. Hubungan las
‐ Las tumpul penetrasi 0,90
penuh
‐ Las sudut dan las tumpul 0,75
penetrasi sebagian
7 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
Lendutan di ujung kantilever tidak boleh melampaui 1/300 x panjang
kantilever. Kecuali pada jembatan di daerah sebagian jalur digunakan
pejalan kaki, batasan tersebut adalah 1/375 x bentang
c. Kerjasama antara gelagar
Jika di dalam bentang ada rangka melintang atau diafragma antara gelagar-
gelagar yang cukup kaku untuk mencamin distribusi lateral dari beban,
maka masing-masing gelagar dianggap memikul bagian yang sama dari
beban dan lendutan yang timbul sama untuk semua gelagar
d. Momen inersia penampang
Momen inersia bruto dipakai untuk menghitung lendutan. Jika gelagar
merupakan bagian dari penampang komposit, maka beban layan diangap
oleh penampang komposit
e. Rangka batang
Penampang bruto dari tiap anggota rangka dipakai untuk menghitung
lendutan dari gelagar rangka batang. Jika batang terbuat dari susunan pelat-
pelat berlubang maka luas penampang efektif harus diambil dengan
menghitung volume bersih dibagi jarak sumbu ke semua lubang
f. Penyimpangan
Persyaratan pembatasan lendutan untuk balok atau gelagar di atas boleh
dilampaui atas pertimbangan yang seksama pleh perencana
g. Ketahanan api
Ketentuan mengenai ketahanan api berlaku untuk komponen struktur baja
yang disyaratkan mempunyai tingkat ketahanan api (KTA). Untuk
komponen struktur dan sambungan yang dilindingi terhadap api, tebal bahan
pelindung harus lebih besar atau minimal sama dengan tebal yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu periode kelayakan struktural (PKS)
yang sama dengan TKA yang diperlukan. Untuk komponen struktur dan
sambungan yang tidak dilindungi terhadap apu, maka rasio luas permukaan
terekspos berbanding massa (Ksm) harus tidak lebih besar dari rasio yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu PKS yang sama dengan TKA yang
diperlukan.
8 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
KELEBIHAN PADA JEMBATAN DENGAN MATERIAL BAJA
Sebagai bahan bangunan, baja memiliki kelemahan terhadap beban siklis yang
mengenainya. Kekuatan baja lambat laun akan mengalami penurunan secara signifikan
apabila dikenai beban tersebut terus menerus. Untuk mengatasi dampak dari beban
siklis, baja perlu dirancang sedemikian rupa untuk mengurangu kekuatannya setiap kali
akan timbul beban siklis
4. Beresiko mengalami keruntuhan getas
Baja bisa kehilangan sifat daktilitasnya pada kondisi tertentu. Hal ini bisa menyebabkan
timbulnya keruntuhan di suatu tempat yag memiliki konsentrasi tegangan yang tinggi.
Faktor-faktor ang dapat memperbesar risikio keruntuhan getas pada baja yaitu jenis
beban fatik dan suhu udara yang rendah.
TIPE‐TIPE JEMBATAN RANGKA BAJA
10 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
PERENCANAAN KOMPONEN JEMBATAN DENGAN MATERIAL BAJA
11 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
Agv : luas penampang nruto terhadap geser, dinyatakan dalam milimeter per segi
Aet : luas penampang efektif terhadap tarik, dinyatakan dalam milimeter persegi
Aev : luas penampang efektif terhadap geser, dinyatakan dalam milimeter persegi
Fy : tegangan leleh, dinyatakan dalam Mega Pascal (Mpa)
Fu : tegangan tarik putus dinyatakan dalam MegaPascal (Mpa)
TIPE STRUKTUR JEMBATAN
1. Jembatan gelagar I (rolled steel girder bridge), tersusun dari bebeapa gelagar I canai
panas, panjang bentang berkisar 10 meter sampai dengan 30 meter. Jembatan gelagar
ini dapat bersifat komposit atau non komposit, tergantung penggunaan penghubung
geser (shear connector), juga tergantung kepada penggunaan bahan untuk lantai
jembatan misal dari kayu (jembatan konvensional) atau beton.
Gambar jembatan multigirder dengan shear connector pada flange atas
2. Jembatan gelagar pelat (plate girder bridge), atau sering juga disebut jembatan diinding
penuh, tersusun dari 2 (dua) atau lebih gelagar, yang terbuat dari pelat-pelat baja dan
baja siku yang diikat dengan paku keling atau di las. Panjang bentang berkisar 30 meter
sampai dengan 90 meter.
12 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
Gambar jembatan gelagar multi span, dengan cross bracing dan stiffener komposit
3. Jembatan gelagar kotak (box girder bridge), terbuat dari pelat-pelat berbentuk kotak
empat persegi atau berbentuk trapesium, umumnya digunakan dengan panjang bentang
30 meter sampau dengan 60 meter. Jembatan dapat terdiri dari gelagar kotak tunggal
maupun tersusun dari beberapa gelagar, seperti terlihat dalam gambar berikut ini:
Gambar jembatan gelagar kotak tunggal (box girder)
4. Jembatan rangka (truss bridge), tersusun dari batang-batang yang dihubungkan sau
sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las. Batang-
batang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial (normal) tekan atau tarik, tidak
13 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
seperti pada jembatan gelagar yang memikul gaya-gaya dalam momen lentur dan gaya
lintang.
CONTOH PERHITUNGAN PERENCANAAN GELAGAR MEMANJANG
Gelagar jembatan berfungsi untuk menerima beban-beban yang bekerja di atasnya dan
menyalurkannya ke bangunan di bawahnya. Pembebanan pada gelagar memanjang meliputi:
1. Beban mati
Beban mati terdiri daari berat sendiri gelagar dan beban-beban yang bekerja di atasnya
(pelat lantai jembatan, perkerasan, dan air hujan)
2. Beban hidup
Beban hidup pada gelagar jembatan dinyatakan dengan beban D atau beban jalur yang
terdiri dari beban terbagi rata “q” ton per meter panjang per jalur dan beban garis P ton
per jalur lalu lintas tersebut
14 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
Berat isi aspal = 220 kg/m3
Tebal pelat lantai kendaraan = 20 cm
Tebal lapis perkerasan = 5 cm
Tinggi trotoar = 25 cm
Jarak antar gelagar melintang = 500 cm
I. Gelagar tepi
15 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
qE = 569,439 kg/m
16 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
q’ = (q/2,75) x α x s’
17 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
18 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
c. Kontrol terhadap bahan dan tegangan
Kontrol terhadap lendutan ( )
^ ^
max = +
, , ^ ^
= + <
, ,
,
= < 1867 kg/cm
19 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
qE = 563,444 kg/m
Dmax = (1/2 x qtot x L)
= (1/2 x 1176,480 x 5)
= 2941,2 kg
‐ Momen maksimuk akibat beban mati (Mmax DL)
MmaxDL = (1/8 x qDLx l2)
= (1/8 x 1176,480 x 52)
= 3676,5 kgm
b. Beban Hidup
Beban terbagi rata (q)
Bentang jembatan = 80 m, maka
Q = 1,1 (1+ 30L) t/m untuk L> 60 m
= 1,1 (1+30/80) t/m’ = 1,65 t/m
Dengan:
21 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
P =12 ton
Untuk perhitungan momen dan gaya lintang:
Beban garis P = P/2,75 x α x s’ x K, dimana:
K = koefisien kejut, yang ditentukan dengan rumus
K=1 =1 = 1,153
= 6,604 T = 6604 kg
Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,50
meter beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,50
meter sedang lebar selebihnya dibebani hanya separuh beban D (50%).
P = 100% x 6604 = 6604 kg
22 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
Momen total pada gelagar tepi
Mtot = MmakDL + Mmak LL
= 3676,50 kgm + 10715, 938 kgm
= 14392,437 kgm
d. Pendimensian profil gelagar tengah
Mtot = 14392,437 kgm = 1439243, 7 kgcm
ijin Bj 44 = 1867 kg/cm2
,
Wx = = = 770,885 cm3
,
= < 1867 kg/cm
23 | P a g e
MODUL PEMBELAJARAN MATAKULIAH STRUKTUR
[Publish Date]
JEMBATAN S1 DAN KONSTRUKSI JEMBATAN D3
= 72,16 – (2 x (19,,9 x 1,1))
= 28,38
τterjadi = < τijin
,
= < 0,58 x ijin
,
24 | P a g e