Anda di halaman 1dari 5

Identifikasi masalah untuk memenuhi tugas UAS Hukum Acara Perdata

Nama : Nabiella Aulia

NIM : 11170453000016

Kelas : HTN semester 4

KLASIFIKASI PUTUSAN

NO KLASIFIKASI DETAIL KETERANGAN


1. Nomor Nomor 413 PK/Pdt/2018
2. Jenis Putusan Peninjauan Kembali
3. Jenis Perkara Perdata / Sengketa Tanah
4. Para Pihak :
a. Pemohon PK Gubernur Kepala Daerah DKI Jakarta Kuasa Hukum :
1. Nur Fadjar, S.H., M.Si.
dkk.
Biro Hukum Setda DKI
Jakarta
b. Termohon PK PT. ADITARINA ARISPRATAMA Diwakili :
1. Ir. Poedi Bintoro
Kuasa Hukum :
1. Andi Asmawarmi, S.H.
Legal PT. Aditarina
Arispratama
c. Turut Termohon I MENTERI KESEHATAN RI Kuasa Hukum :
1. Barlian, S.H.
Kabiro Hukum dan
Organisasi
d. Turut Termohon II BADAN PERTANAHAN NASIONAL
JAKARTA PUSAT
5. Permohonan 1. Mengabulkan gugatan
Penggugat untuk seluruhnya
2. Menyatakan Penggugat
adalah pemilik yang sah dan
berhak atas bidang tanah
dan bangunan terperkara
3. Menyatakan Tergugat I dan
Tergugat II telah melakukan
perbuaan melawan hukum
yang sangat merugikan
Penggugat
4. Menghukum Tergugat I dan
II membayar ganti rugi
kepada Penggugat sebesar
3.450.000.0000 ditambah
bunga 5% setiap bulan
terhitung sejak
didaftarkannya gugatan a
quo di
KepaniteraanPengadilan
Negeri Jakarta Pusat hingga
putusan perkara ini
dilaksanakan secara tunai,
seketika, dan sekaligus
5. Menghukum dan
memerintahkan agar
tergugat dan/atau siapa saja
yang mendapatkan hak
darinya, segera keluar dari
bidang tanah dan bangunan
terperkara serta
menyerahkannya kembali
bidang tanah dan bangunan
rumah terperkara tersebut
kepada Penggugaat dalam
keadaan baik tanpa dibebani
hak-hak apapun juga.
6. Menyatakan putusan ini
sebagai putusan serta-merta
yang dapat dilaksanakan
terlebih dahulu meskipun
ada upaya hukum banding
ataupun kasasi dari Tergugat
dan/atau siapa saja yang
mendapatkan hak darinya
(uitvoerbaar bij voorraad)
7. Menghukum tergugat dan
Turut Tergugat untuk
membayar biaya perkara ;
ex aequo et bono
6. Mengadili 1. Mengabulkan permohonan
peninjauan kembali dari
Pemohon Peninjauan
Kembali GUBERNUR KEPALA
DAERAH IBUKOTA JAKARTA
tersebut;
2. Membatalkan Putusan
Mahkamah Agung Nomor
2586 K/Pdt/2016 tanggal 14
Desember 2016 yang
menguatkan Putusan
Pengadilan Tinggi Jakarta
Nomor 20/PDT/2016/PT
DKI., tanggal 29 Februari
2016 yang menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat Nomor
589/Pdt.G/2014/PN. Jkt.Pst.,
tanggal 13 Juli 2015;
7. Mengadili Kembali Dalam Eksepsi
1. Menolak eksepsi Tergugat I
dan II seluruhnya;
Dalam Pokok Perkara
1. Menolak gugatan Penggugat
seluruhnya;
2. Menghukum Termohon
Peninjauan Kembali untuk
membayar biaya perkara
dalam tingkat peninjauan
kembali sejumlah
Rp2.500.000,00 (dua juta
lima ratus ribu rupiah)

Analisis Putusan
 Putusan ini adalah bentuk putusan dari Perkara Peninjauan Lembali oleh tergugat II yaitu
Gubernur DKI Jakarta.
 Peninjauan Kembali dapat dilakukan setelah adanya putusan hakim terkait kasasi apabila
menemukan pembuktian baru, alat bukti baru, memaparkan kekhilafan keputusan hakim.
 Bahwa dalam kasus ini pada awalnya diajukan gugatan perdata melalui pengadilan tingkat
pertama PT. ADITARINA ARISPRATAMA (penggugat) adalah pihak yang merasa sangat
dirugikan karena pihaknya mendalilkan merasa memiliki dan berhak atas bidang tanah di
kawasan Gondangdia No 50 kepada Menteri Kesehatan dan Gubernur DKI Jakarta sevagai
pihak tergugat.
 Alat bukti yang diajukan oleh pihak Penggugat adalah :
o bukti Pemilikan Hak Guna Bangunan nomor 154/Gondangdia, yang terletak di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Wilayah Jakarta Pusat, Kecamatan Menteng,
Kelurahan Gondangdia, seluas 1.220 m2 (seribu duaratus duapuluh meter persegi),
berdasarkan Sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Agraria tertanggal 16 Pebruari
1971 tertulis atas nama pemegang Hak PT Perusahaan Dagang Djawa-Maluku
dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara Hotel Akmani;
- Sebelah Selatan Jalan Sumatra;
- Sebelah Timur Bio Test Jalan Sumarta Nomor 48;
- Sebelah Barat PT Jatiluhur;

Alasan-alasan Tergugat II/PEMOHON PK melakukan permohonan PK adalah sebagai berkut :

 bahwa terhadap memori peninjauan kembali tersebut, Termohon Peninjauan Kembali telah
mengajukan kontra memori peninjauan kembali tanggal 31 Januari 2018 yang pada pokoknya
menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali;
 bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat: Bahwa alasan-alasan
tersebut dapat dibenarkan, oleh karena setelah membaca dan meneliti memori peninjauan
kembali tanggal 13 Desember 2017 dan kontra memori peninjauan kembali tanggal 31 Januari
2018 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Juris, dalam hal ini telah ditemukan suatu
kekhilafan hakim dan/atau kekeliruan yang nyata dalam putusan Mahkamah Agung tersebut,
dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Bahwa pada saat obyek sengketa dibeli oleh Penggugat berdasarkan
o Akta Perjanjian Pelepasan Hak Nomor 44 dan 45 masingmasing tanggal 23 Mei 1991
dan
o Akta Pelunasan Nomor 87 dan 88 masingmasing tanggal 30 Juli 1991 dari pemilik lama
PT PDDM (Perusahaan Dagang Djawa-Maluku),

status tanah obyek jual tersebut bukan lagi tanah milik pihak penjual melainkan merupakan
tanah negara bebas;
 Bahwa hal dikarenakan dasar kepemilikan PT PDDM (Perusahaan Dagang Djawa-Maluku)
adalah SHGB Nomor 154/Gondangdia tanggal 16 Februari 1971 yang telah berakhir
berlakunya pada tanggal 23 September 1980 dan tidak diperpanjang, sehingga jual
beli obyek sengketa antara Penggugat dengan PT PDDM (Perusahaan Dagang Djawa-Maluku)
menjadi tidak sah dan batal demi hukum dan oleh karena itu Penggugat tidak dapat dinilai
sebagai Pembeli beritikat baik;
 Bahwa lagi pula telah ternyata pihak Tergugat I i.c. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
telah menguasai obyek sengketa sejak tahun 1950 dengan mendirikan Puskesmas
Gondangdia;
 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Mahkamah Agung berpendapat
bahwa terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari
Pemohon Peninjauan Kembali GUBERNUR KEPALA DAERAH IBUKOTA JAKARTA, dan
membatalkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2586 K/Pdt/2016 tanggal 14 Desember
2016, serta Mahkamah Agung akan mengadili kembali perkara ini dengan amar putusan
sebagaimana yang akan disebutkan dibawah ini;
 Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Peninjauan Kembali, berada di pihak yang kalah,
maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat Peninjauan Kembali ini;
Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundangan lain yang bersangkutan;

Istilah baru dalam putusan perkara a quo :

1. Judex Factie : Kesalahan para pihak ketika salah atau kurang dalam menentukan pihak yang
bersengketa.
2. Judex Juris : Kesalahan hakim / kekhilafan hakim dalam memtus suatu perkara
3. Perpanjangan Hak Guna Bangunan : Sertifikat HGB adalah sertifikat yang pemegangnya
berhak memiliki dan mendirikanbengunan distsd tanah kepunyaan pemilik bangunan. Waktu
kepemilikan HGB adalah 30 tahun, dan dapat diperpanjang hingga batas waktu 20 tahun.
Menurut pasal 35 UUPA.
Permohonan jangka waktu HGB diajukan selambat-lambatnya dua tahun sebelum berakhir
HGB. Apabila tidak, maka tanah akan hilang hak tanggungan atas tanahnya dan menjadi milik
negara.
4. Jual-beli tanah sengketa
Baik UUPA maupun PP tentang HGB secara tegas mengatur bahwa dengan
berakhirnya masa berlaku SHGB yang tidak diperpanjang, maka tanah tersebut menjadi tanah
negara
Dalam praktik, kantor pertanahan memperlakukan tanah HGB, meskipun telah
berakhir masa berkalunya, tetap diberlakukan kuasi “hak milik” yang tidak dapat diajukan
permohonan hak oleh pihak lain terhadap tanah tersebut meski telah berakhir masa
berlakunya.
Hal ini berpotensi pemegang SHGB bisa secara serampangan melalaikan kewajiban
mereka untuk melakukan perpanjangan maupun pembaharuan hak.
Salah satu syarat administrasi pengajuan hak atas tanah berupa SHGB , adalah adanya “alas
hak” peralihan hak atas tanah, (SHM, SHGB, maupun SHGU).
Tanah eks-HGB telah kembali menjadi tanah negara , tetapi masih memerlukan alas
peralihan hak dengan pihak pemilik SHGB sebelumnya yang telah daluarsa. Namun kantor
pertanahan berpendapat bahwa sistem permohonan hak atas tanah negara hanya benar-
benar diberlakukan terhadap tanah yang belum pernah diberlakukan atas tanah tersebut
sebelumnya.

SARAN :
Tumpang tindih tentang kebijakan tanah harusnya diperbaiki agar sengketa tanah
semacam putusan ini tidak terjadi lagi. lalu kejelasan regulasi dan penyeesaian perselisihan
sengketa tanah harus segera diselesaikan dan diperjelas. Juga untuk para pemilik tanah,
perlunya pengecekan berkala status tanah miliknya.

Anda mungkin juga menyukai