PARALEL A
KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
1. Rizky Andriana (18031010013)
2. Rensa Arnas Yunarwan (18031010014)
3. Nurlaili Fauziah (18031010019)
4. Nur lailatul Kamilah (18031010033)
5. Filda Nanda Triviana (18031010034)
6. Iva Muliatus Sohifa (18031010044)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan berkat-Nya sehingga makalah Mikrobiologi tentang Zygosaccharomyces
Soyae dalam pembuatan kecap dapat terselesaikan. Atas dukungan yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Suprihatin, MT selaku dosen pengampuh mata kuliah Mikrobiologi
2. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Makalah yang kami buat ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Zygosaccharomyces Soyae dalam pembuatan kecap dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi siapa pun yang membaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Apa itu Zygosaccharomyces Soyae?
2. Bagaimana karakter fisiologi dari Zygosaccharomyces Soyae?
3. Apa peran Zygosaccharomyces Soyae dalam pembuatan kecap?
4. Bagaimana proses pembuatan kecap dari Zygosaccharomyces Soyae?
1
I.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian dari Zygosaccharomyces Soyae
2. Untuk mengetahui karakter fisiologi dari Zygosaccharomyces Soyae
3. Untuk mengetahui peran Zygosaccharomyces Soyae dalam pembuatan
kecap
4. Untuk mengetahui proses pembuatan kecap dari Zygosaccharomyces
Soyae
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
juga tahan terhadap kadar asam sorbat dan asam benzoat yang tinggi (hingga 800-
1000 mg/L), toleransi terhadap molekul SO2 yang sangat tinggi (lebih dari 3 mg/L).
Khamir ini digunakan dalam proses fermentasi kecap tahap kedua, yaitu
fermentasi moromi dalam larutan garam kadar tinggi bersama beberapa
mikroorganisme lain dari jenis bakteri dan khamir seperti Lactobacillus
delbrueckii, Hansenula sp., Pseudomonas soyae, dan Saccharomyces rouxii. Jenis
bakteri dan khamir tersebut digunakan sebab toleran terhadap konsentrasi garam
tinggi. Sebagaimana diketahui, fermentasi kecap terdiri dari dua tahap, yaitu
fermentasi kapang (solid stage fermentation) dan dilanjutkan dengan fermentasi
moromi (brine fermentation). Dalam fermentasi kapang, starter yang digunakan
adalah dari strain Aspergilus oryzae atau Aspergilus sojae. Kapang ini
menghasilkan enzim-enzim seperti protease, lipidase, dan lipidase untuk memecah
makromolekul dari bahan baku menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana.
Hasil ini fermentasi ini adalah koji atau tempe yang kemudian digunakan untuk
fermentasi moromi. Berhasil tidaknya proses ini menentukan kualitas kecap yang
dihasilkan, seperti misalnya lamanya fermentasi, jika terlalu cepat maka komponen
pembentuk cita rasa pada kecap tidak terbentuk, sedangkan bila terlalu lama, akan
terbentuk amoniak sehingga akan dihasilkan produk yang kurang enak dan berbau
busuk.
4
Metabolisme Zygosaccharomyces soyae merombak protein kedelai menjadi
asam-asam amino, sedangkan karbohidrat dan gula akan diubah menjadi asam
organik. Senyawa-senyawa tersebut kemudian akan bereaksi dengan senyawa
lainnya yang merupakan hasil dari proses fermentasi asam laktat dan alcohol.
Reaksi antara asam-asam organik dan etanol atau alkohol lainnya akan
menghasilkan ester-ester yang merupakan senyawa pembentuk cita rasa dan aroma.
Adanya reaksi antara asam amino dengan gula akan menyebabkan terjadinya
pencoklatan yang akan mempengaruhi mutu produk secara keseluruhan. Warna
coklat terbentuk dari hasil reaksi browning antara gula reduksi dengan gugus
amino. (Merry,2012)
5
4. Tahap keempat pemasakan kecap. Larutan gula merah 80% dididihkan
pada 110°C sambil dibuang kotoran yang mengapung. Dimasukkan
cairan ekstraksi kedele dan bumbu lainnya saat larutan gula mendidih
mixer berputar. Setelah lebih kurang 30 menit kompor dimatikan,
dialirkan cairan kecap melalui alat penyaring putar vertikal (100 mesh).
Kecap bening dipompa ke tangki pengendap. Setelah diendapkan
semalam selanjutnya disalurkan pada proses pembotolan.
(Hendritomo, 2003)
6
BAB III
KESIMPULAN
III.1. Kesimpulan
1. Zygosaccharomyces soyae merupakan species ragi yang biasanya haploid dan
heterothallic bersifat osmophilik yang mengakibatkan pertumbuhannya
terhambat pada medium berair. Zygosaccharomyces soyae merupakan ragi
hemiascomycetes yang toleran terhadap tekanan osmotic.
2. Berdasarkan karakter fisiologinya, Zygosaccharomyces soyae toleran
terhadap kadar garam yang tinggi. Zygosaccharomyces soyae menghasilkan
isoamil alcohol (3 methyl-1-butanol), amil alcohol (2 methyl-1-butanol), dan
isobutyl alcohol (2-methyl-1-propanol), biasa disebut dengan fusel alkohol
yang penting untuk menentukan aroma kecap.
3. Khamir ini digunakan dalam proses fermentasi kecap tahap kedua, yaitu
fermentasi moromi dalam larutan garam kadar tinggi bersama beberapa
mikroorganisme lainnya. Pada perlakuan dengan fermentasi moromi, kedelai
hasil fermentasi kapang direndam dalam larutan NaCl 15-20%. Garam
merupakan senyawa yang selektif terhadap pertumbuhan mikroba. Hanya
mikroba tahan garam saja yang tumbuh pada rendaman kedelai tersebut, salah
satunya adalah Zygosaccharomyces soyae. Khamir ini merombak protein
menjadi asam-asam amino dan komponen rasa dan menghasilkan asam.
4. Tahap pertama adalah fermentasi kedelai hitam oleh starter koji dengan
Aspergillus oryzae. Tahap kedua adalah fermentasi moromi, dan tahap ketiga
proses ekstraksi dan pengolahan awal. Air rendaman moromi disaring dan
ditambahkan bumbu penyedap dan didihkan. Kemudian saring dengan kain
dan ampas moromi dibuang. Tahap keempat yaitu pemasakan kecap, larutan
gula merah didihkan pada 110°C sambil dibuang kotoran yang mengapung.
Masukkan cairan ekstraksi kedelai dan bumbu lainnya. Setelah 30 menit
kompor dimatikan, alirkan kecap melalui alat penyaring. Kecap bening
dipompa ke tangki pengendap. Setelah diendapkan semalam selanjutnya
disalurkan pada proses pembotolan.
7
DAFTAR PUSTAKA