Disusun Oleh :
Gordon Yeremia Tambak
Anrungayan
Dyah Novika wati
DIII GIZI
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKARAYA
Daftar Isi
Daftar Isi................................................................................................................... i
BAB I...................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN....................................................................................................... ii
A.
Latar Belakang.................................................................................................. ii
B.
Rumusan Masalah.............................................................................................. ii
C.
Tujuan............................................................................................................ ii
BAB I I.................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN......................................................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
BAB III.................................................................................................................. 11
PENUTUP.............................................................................................................. 11
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan
dengan ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae ), air dan atau tanpa penambahan
makanan lain dan dipanggang. Kedalam adonan dapat ditambahkan gula, garam, susu
skim atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan bahan-bahan pelezat seperti cokelat,
keju, kismis dan lain-lain. (Sutarno, 2000: 119).
Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki sifat dapat
memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat
osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan thaw
tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam
adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian
terhadap gula, memberi aroma (alkohol) (Dwidjoseputro, 1990).
B. Rumusan Masalah
- Mikroorganisme apa yang berperan dalam proses pembuatan roti ?
- Bagaimana ciri-ciri morfologi dan karakteristik Mikroorganisme yang berperan
dalam pembuatan roti ?n
Bagaimana proses fermentasi dalam pengolahan roti?
C. Tujuan
-
BAB I I
PEMBAHASAN
A. Mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi Roti
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan
dengan ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae ), air dan atau tanpa penambahan
makanan lain dan dipanggang. Kedalam adonan dapat ditambahkan gula, garam, susu
skim atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan bahan-bahan pelezat seperti cokelat,
keju, kismis dan lain-lain. (Sutarno, 2000: 119).
Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki sifat dapat
memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat
osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan thaw
tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam
adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian
terhadap gula, memberi aroma (alkohol) (Dwidjoseputro, 1990).
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup banyak
jenis ragi. Saccharomyces berasal dari bahasa latin yang berarti gula jamur. Banyak
anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah satu
contoh adalah Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan dalam pembuatan anggur,
roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk Saccharomyces bayarnus yang
digunakan dalam pembuatan anggur, dan Saccharomyces boulardii digunakan dalam
obat-obatan.
Taksonomi Jamur Saccaromyces cerevisiae:
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Ascomycota
Class
: Saccharomycetes
Ordo
: Saccharomycetaceae
Genus
: Saccharomyces
Spesies
: Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup banyak jenis ragi.
Saccharomyces berasal dari bahasa latin yang berarti gula jamur. Banyak anggota dari
genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah satu contoh adalah
Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir.
Anggota lain dari genus ini termasuk Saccharomyces bayarnus yang digunakan dalam
pembuatan anggur, dan Saccharomyces boulardii digunakan dalam obat-obatan.
1
Koloni dari Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka rata,
mulus basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna.
Ketidakmampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk memfermentasi
karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces.
Saccharomyces memprodksi ascopores, khususnya bila tumbuh di V-8 media, asetat
ascopore agar, atau Gorodkowa media. Ascopores ini adalah bundar dan terletak dalam
asci. Setiap ascus berisi 1-4 ascopores. Bila diberi pewarnaan gram, ascopore adalah
gram negative sedangkan sel vegetative adalah gram positif. Jamur Saccharomyces
cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan jamur ragi.
Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir uniseluler yang tersebar luas di
alam dan merupakan galur potensial penghasil -glukan, karena sebagian besar
dinding selnya tersusun atas -glukan. Mikrobia ini bersifat nonpatogenik dan
nontoksik, sehingga sejak dahulu banyak digunakan dalam berbagai proses fermentasi
seperti pada pembuatan roti, asam laktat, dan alkohol (Thontowi, 2007).
Jamur ragi telah memiliki sejarah yang luar biasa di industry fermentasi
karena kemampuannya dalam menghasilan alcohol. Saccharomyces cerevisiae disebut
sebagai mikroorganisme aman ( Generally Regarded as Safe) yang paling komersial
saat ini. Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol, mikroorganisme tertua
yang dikembangbiakkan oleh manusia ni memungkinkan terjadinya proses
bioteknologi
yang
pertama
di
dunia.
Seiring
dengan
berkembangnya
gen.
S.
Cerevisiae
dapat
ditumbuhkan
di
laboratorium
dengan
menumbuhkannya pada media tertentu, baik media padat maupun media cair 6. Dari
segi warna, yeast yang juga sangat berperan dalam proses fermentasi alkohol ini
mempunyai warna putih kekuningan yang dapat dilihat diatas permukaan tumbuh
koloni, sehingga tidak seperti khamir lainnya yang seringkali tidak terlihat dibawah
miskroskop karena tidak kontras dengan mediumnya. Penampilan makroskopisnya
yaitu bentuk koloni yang bulat, warna yang kuning muda-keputihan, permukaan
berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askopora 1-8 buah. Dilihat
dari dinding selnya, S.Cerevisiae memiliki dinding sel yang mengandung a-D-Glukan,
kitin, dan manoprotein. Dinding selnya ini diketahui mempunyai 3 lapisan, yaitu
lapisan dalam alkali in-soluble (30-35%), lapisan tengah alkali-soluble a glukan (2022%), serta lapisan luar adalah glikoprotein(30%) yaitu suatu karbohidrat yang
tersusun dari manan yang terfosforilasi.
Saccahromyses Cerevisiae bersifat fakultatif anaerobik mengandung 68-83% air,
nitrogen, karbohidrat, lipid, vitamin, mineral dan 2,5-14% kadar N total. Cara
hidupnya kosmopolitan dan mudah dijumpai pada permukaan buah-buahan, nektar
bunga dan dalam cairan yang mengandung gula, namun ada pula yang ditemukan
pada tanah dan serangga. Selain kosmopolitan, S. Cerevisiae ini dapat pula hidup
secara saprofit maupun bersimbiosis.
Habitat :
1. Hidup saprofit di dalam tanah atau hipogean.
2. Hidup di kotoran ternak disebut kaprofit ada juga parasit pada tumbuhan.
3. Banyak juga ditemukan pada air tape.
yang
elastin
dan
extensible
yang
selanjutnya
menyebabkan
b)
Asidifikasi
Selama proses fermentasi selain di hasilkan gas CO 2 juga dihasilkan asam asam
organik yang menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya kapasitas
penyangga ( buffer capacity) protein di dalam adonan, maka tingkat keasaman dapat
ditentukan dengan menentukan totalasam adonan. Proses asidifikasi ini dapat
dijadikan sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Dengan
demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian proses.
c)
Produksi flavour
4
roti
ditentukan dari sifat bahan penyusun utamanya yaitu tepung gandum. Sifat-sifat
kimia dan fisik tepung gandum sangat mempengaruhi sifat-sifat roti yang
dihasilkan. Sifat-sifat sensoris roti lebih mempengaruhi mutu roti. Sifat-sifat inilah
yang dilihat terlebih dahulu oleh konsumen untuk memperoleh gambaran mutu roti
tersebut. Mutu sensoris roti yang baik dapat dilihat dari sifat bagian luar
(eksternal) dan bagian dalam (internal). Sifat-sifat eksternal roti yang bermutu baik
adalah : Bentuk roti simetris, tidak bersudut tajam. Warna kulit permukaan (crust)
berwarna coklat kemerahan dan mengkilat, sedangkan bagian bawah serta samping
putih kecoklatan. Kulit atas mengembang dengan baik dan tidak retak. Ukuran
volume
roti
makin
besar
adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama ini akan menentukan mutu hasil
akhir.
1. Proses pembuatan adonan
Berbagai metode fermentasi adonan berkembang untuk memperoleh hasil sesuai
dengan kharakteristik berbagai jenis produk bakery. Walaupun berbagai metode
dikembangkan, namun secara umum terjadi kecenderungan untuk menyederhanakan,
memperpendek dan automatisasi proses fermentasi. Proses biologis yang kompleks
selama fermentasi perlu dikendalikan untuk menghasilkan adonan sesuai dengan yang
di inginkan. Untuk itu, pengendalian haruslah dilakukan selama periode fermentasi.
semua faktor seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta laju pertumbuhan harus
terkendali, sehingga terbentuk gas di dalam adonan. Proses pembuatan adonan roti
dimulai dengan mencampurkan bahan kering, kecuali garam. Karena garam dilarang
bertemu dengan ragi sejak awal. Ragi akan mati bila dicampur bersamaan. Jadi,
mulailah mencampur tepung, gula, dan ragi, termauk susu bubuk dan bread
emulsifier, aduk rata. Kemudian tuangkan telur dan air secara bertahap sambil di uleni
hingga adona bergumpal gumpal atau setengah kalis. Baru kemudian dimasukkan
mentega dan garam, uleni terus hingga adonan licin, kalis, elastis. Tanda paling
mudah dikenali pada adonan kalis adalah, bila dibulatkan adonan tampak licin
permukaannya. Bila masih
sempurna. Jaminan utama bila adonan licin sempurna, roti pasti akan jadi sempura
pula, karena tugas selanjutnya hanyalah melakukan proses pembentukan roti,
pengisian dan fermentasi. Adonan yang frothy dapat dihasilkan dengan terbentuknya
atau terdispensinya gelembung gelembung gas di dalam adonan. Gas yang
dibutuhkan untuk terbentuk adonan dapat dihasilkan melalui proses biologis , kimia,
maupun fisik. Gas yang dihasilkan terdispersi ke dalam adonan dalam bentuk
gelembung untuk menghasilkan pori yang terbentuk merupakan gas CO2. Kehalusan
pori yang terbentuk selama proses pengadonan tergantung pada karakteristik tepung
yang digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan daya ikat air ( water binding
capacity) pentosan. Pori yang halus bisa juga terbentukoleh karena udaramasuk ke
dalamadonan dan terdispersi dalam bentuk gelembung yang halus ketika tepung dan
air dicampur dan di ulen. Gelembung udara yang terperangkapberperan sebagai inti
yang menyerap gas CO2 yang terbentuk akan membuat adonan mengembang
membentuk struktur spon. Pengembangan adonan dapat melebihi 1 : 6 karena gas CO 2
terbentuk selama fermentasi. Pembentukan gas selama fermentasi di ikuti oleh reaksi
6
pembentukan gas yang cepat. Hal ini dapat menyulitkn dalam pengaturan waktu
fermentasi dan penyiapan adonan. Untuk itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat
penyiapan adonan karena pengembangan volume adonan terjadi dengan cepat.
Pengakhiran proses fermentasi sangat mempengaruhi volume dan bentuk akhir
produk bakery. Pembuatan adonan meliputi proses pengadukan bahan dan
pengembanagn adonan ( dough development) sampai proses fermentasinya. Proses
pengadukan bahan baku roti kaitannya. dengan pebentukan zat gluten, sehingga
adonan siap menerima gas CO2 dari aktivitas fermentasi. Prinsipnya proses pengaduan
ini adalah pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten sehingga struktur spiralnya
akan berubah manjadi sejajar satu dengan lainnya. Jika struktur ini tercapai maka
permukaan adonan akan terlihat mengkilap dan tidak lengkat serta adonan akan
mengembang pada titik optimum dimana zat gluten dapat ditarik atau dikerutkan.
Sistem pembentukan adonan dalam pembuatan roti yaitu : Boiled Dough,
sponge and dough, straight dough and no time dough. Boiled Dough, ada 3 tahap
dalam pembuatan boiled dough, pertama membuat pre-dough, yaitu campuran antara
air panas dan tepung terigu, lalu didinginkan. Kedua, membuat adonan biang (sponge)
yang merupakan campuran dari tepung terigu, ragi, air, dan gula pasir yang diuleni,
diistirahatkan selama sekitar 90 menit. Dan, yang terakhir pembuatan adonan utama
atau dough-nya yang terdiri dari gula pasir halus, garam, mentega, bread improver,
7
telur, serpihan es, terigu protein protein tinggi, susu bubuk full cream, madu, dan air
es. Cara pembuatan: Masukkan pre-dough ke dalam sponge dough, kemudian
ditambahkan bahan-bahan utama dan diuleni hingga adonan menjadi kalis, lalu
diistirahatkan sekitar 5 menit, selanjutnya proofing (pembentukan adonan),
istirahatkan kembali untuk penyempurnaan pengembangan adonan (30-45 menit).
Dan terakhir, siap dipanggang. Karakteristik: Roti lebih lembut, ringan, dan tahan
lama Sistem sponge and dough terdiri dari 2 langkah pengadukan yaitu pembuatan
sponge dan pembuatan dough. Cara pembuatan: Pertama pembuatan adonan biang
(komposisi seperti pada boiled dough), kemudian istirahatkan (resting) sekitar 2 jam
atau semalaman (untuk over night sponge dough), kemudian biang dicampurkan ke
dalam adonan utama (dough) dan uleni hingga kalis, selanjutnya timbang, proofing
dan panggang. Karakteristik: Hasil akhir volume roti besar, lembut dan tahan lama.
Sedangkan sistem straight dough (cara langsung) adalah proses dimana bahan-bahan
diaduk bersama-sama dalam satu langkah. Straight Dough, cara pembuatan: Semua
bahan utama diuleni, resting selama sekitar 15 menit, tekan adonan untuk membuang
gas, kemudian timbang, resting kembali sekitar 10 menit, kemudian proofing, dan
panggang. Sistem no time dough adalah proses langsung juga dengan waktu
fermentasi
yang
sesingkat
mungkin
atau
ditiadakan
sama
sekali. Proses
pengembangan adonan merupakan suatu proses yang terjadi secara sinkron antara
peningkatan volume sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai
hasil fermentasi dan protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan
membentuk film tipis. Dalam proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya
poduksi gas dan daya penahan gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya
produksi gas adalah konsentrasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama
berlangsungnya fermentasi. Yeast (ragi) memfermentasikan adonan sehingga
menghasilkan gas karbondioksida yang akan mengembangkan adonan. Jika proses
fermentasi terkendali dengan baik, maka akan menghasilkan produk bakery seperti
roti dan donat yang baik, dalam arti mempunyai volume dan tekstur yang baik serta
cita rasa yang enak. Selama proses fermentasi akan terbentuk CO2 dan ethyl alkohol.
Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa digunakan sebagai substrat
penghasil CO2. Gas CO2 yang terbentuk menyebabkan adonan roti mengembang dan
alkohol berkontribusi dalam membentuk aroma roti.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah untuk proses aerasi adonan dengan
mengubah
gula
menjadi
gas
karbondioksida,
sehingga
mematangkan
dan
8
khamir
merupakan
satu
komponen
utama
yang
berfungsi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Jenie, Laksmini. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta :
Kasinius.
Mahreni dan Sri Suhenry. 2011. Kinetika pertumbuhan sel sacharomyces cerevisiae dalam
media tepung kulit pisang. Seminar rekayasa kimia dan proses, 26 juli 2011. ISSN :
1411-4216.
Novianti;Mappiratu & Musafira. 2013. Pemanfaatan limbah serbuk gergaji untuk produksi
bioetanol menggunakan sel ragi imobil secara berulang. Online Jurnal of Natural
Science, Vol. 2(3) : 9 Desember 2013. 19 ISSN: 2338-0950.
Rukmana dan Yuniarsih. 2001. Cara Pembuata Roti . Yogyakarta: Kanisius.
Sebayang, Firman. 2006. Pembuatan etanol dari molase secara fermentasi menggunakan sel
Saccharomyces cerevisiae yang termobilisasi pada kalsium alginat. Jurnal teknologi
proses 5 (2) juli 2006: 68-74. ISSN 1412-7814.
Thontowi, Ahmad. 2007. Produksi -Glukan Saccharomyces cerevisiae dalam Media
dengan Sumber Nitrogen Berbeda pada Air-Lift Fermentor. Biodiversitas. Vol 8 No 4
ISSN: 1412-033X.
Widodo. 2014. Aspek Mutu Produk Roti Tawar Untuk Diabetes Berbahan Baku Tepung
Porang dan Tepung Suweg. Jurnal Agroknow. Vol 2 No 1 .
10