Anda di halaman 1dari 4

Awal pekan ini, masyarakat ramai membicarakan mengenai PT Jouska Finansial

Indonesia atau Jouska yang diduga merugikan kliennya. Satgas Waspada


Investasi (SWI) pun berencana memanggi Jouska untuk meminta penjelasan
mengenai dugaan yang tersebut.

Awal mula kasus ini ketika seorang klien mengaku bahwa Jouska disebut telah
melakukan pengelolaan dana yang tidak sesuai dengan kesepakatan sehingga
menimbulkan kerugian. Ketua SWI Tongam L. Tobing mengatakan,
pihaknya  mencatat sudah ada sekitar 80 klien yang mengajukan aduan dengan
permasalahan yang sama.

Oleh karenanya, SWI akan melakukan penyelidikan dan analisis kegiatan usaha
Jouska sebagai perencana keuangan. Jika Jouska terbukti melenceng dari arah
kegiatannya menjadi pengelola dan manajer investasi atau keuangan maka
termasuk melanggar hukum pidana.

"Apabila nanti ada kegiatan-kegiatan dilakukan sudah melakukan seperti


manajer investasi atau penasihat investasi berarti ini diduga tindak pidana
tentunya seperti diatur dalam UU pasar modal. Sehingga nanti bisa masuk ke
ranah hukum. Tapi nanti kita akan lihat dulu bagaimana pemeriksaan pada
Jouska ini," ujar Tongam saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Kamis
(23/7/2020).

Berikut fakta-fakta kasus Jouska yang berhasil di himpun CNBC Indonesia:

- Jouska Mentransaksikan RDI Klien

Berdasarkan pengakuan klien ke CNBC Indonesia, Rekening Dana Investor bisa


diakses oleh pihak Jouska. Bisa melakukan transaksi secara langsung, membeli
dan menjual saham. Klien hanya mendapatkan pemberitahuan setelah jual-beli
saham dilaksanakan. 

- Jouska Membeli Saham LUCK untuk Klien

Semua klien yang dihubungi oleh CNBC Indonesia menyampaikan Jouska telah


membeli saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK). Ini menimbulkan
banyak pertanyaan, apa hubungan antara Jouska dengan LUCK. 

- Bukan MI, tapi Kelola Dana Klien


Satgas Waspada Investasi (SWI) menduga ada penyalahgunaan kegiatan yang
dilakukan oleh Jouska. Dimana kegiatan yang dilakukan tidak hanya menjadi
penasihat keuangan tapi lebih dari itu.

Dugaan ini muncul dari hasil aduan klien Jouska yang diterima tim Satgas
Waspada Investasi. Namun, ia mengatakan akan terus melakukan penelitian
sehingga menemukan hasil yang tepat.

"Kalau kami lihat pengaduan dari masyarakat memang ada kecenderungan


diduga Jouska ini juga selain memberikan nasihat-nasihat mengenai keuangan
atau investasi juga melakukan eksekusi atau pengelola dana nasabah dan ini
yang perlu kami cek kembali," ujarnya Ketua SWI Tongam L Tobing kepada
CNBC Indonesia, Kamis (23/7/2020).

Menurutnya, setidaknya hingga saat ini sudah ada 80 aduan yang diterima SWI
dari mantan klien Jouska terkait hal tersebut. Oleh karenanya pihaknya akan
melakukan pemanggilan kepada Jouska untuk menjelaskan core bisnis mereka.

"Kami akan lihat dan kami akan panggil (untuk memastikan) apakah yang
dilakukan Jouska sudah mengarah pada kegiatan penasihat investasi atau
manajer investasi atau wakil manajer investasi," jelasnya.

Baca:
Tertunduk Lesu & Minta Maaf, Ini Pernyataan Bos Jouska
- Izin Bisnis Dipertanyakan

Ketua SWI Tongam L. Tobing mengatakan, pihaknya akan memanggil Jouska


yang di jadwalkan pada oekan depan. Ada dua hal yang akan dimintakan
penjelasan oleh satgas ini, yakni berkaitan dengan izin bisnis yang dilakukan
perusahaan dan keselarasan bisnis dengan izin yang diperoleh perusahaan.

"Jadi kita akan panggil Jouska ini minggu depan untuk menjelaskan dua hal.
Yang pertama mengenai izin kegiatan seperti apa, izin produk dan usahanya.
Kedua kegiatan bisnisnya apa yang dilakukan sebenarnya," kata Tongam
kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/7/2020).

Dalam hal ini, SWI akan menindaklanjuti guna melihat adanya hal-hal yang
dijalankan dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Tongam,
kegiatan financial advisory yang menjadi bisnis utama Jouska memiliki batasan-
batasan hanya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai produk
keuangan dan investasi. Lembaga bukan lembaga yang melakukan eksekusi
ataupun penempatan dana dalam produk investasi.
"Kegiatan financial advisor ini atau agregator ini merupakan inovasi baru
termasuk inovasi keuangan digital yang perlu kita tangani sehingga masyarakat
kita tidak dirugikan. Kita liat kalau sudah masuk ke penempatan atau eksekusi
dia harusnya manajer investasi," imbuhnya.

- Ada 13 Kementerian dan Lembaga Koordinasi Kasus Jouska

Satgas Waspada Investasi (SWI) menegaskan bahwa  penaganan kasus Jouska


tidak akan melibatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kasus ini akan ditangani
oleh pihaknya bersama dengan 13 Kementerian/Lembaga terkait.

Ketua SWI Tongam L Tobing menyebutkan, OJK tak ikut turun tangan karena
Jouska tidak memiliki izin sebagai manajer investasi (MI). Sebab, Jouska hanya
memiliki izin sebagai perencana keuangan.

"Pertama-tama perlu kami sampaikan bahwa Jouska ini tidak berada di bawah
pengawasan OJK, karena memang tidak terdaftar atau tidak ada izin di OJK,
sehingga kegiatan-kegiatan Jouska ini tentu tidak dikaitkan dengan OJK. Jadi
yang melakukan penanganan dari Jouska ini adalah SWI karena tidak ada
kaitannya dengan OJK," ujarnya saat berbincang dengan CNBC Indonesia,
Kamis (23/7/2020).

- SWI Terima 80 Aduan Terkait Jouska

Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam Lumban Tobing mengaku pihaknya


telah menerima banyak aduan soal klien PT Jouska Finansial Indonesia
(Jouska). Bahkan aduan ini mencapai 80 lebih.

Menurutnya, pengaduan dari masyarakat yang sudah diterima ini lebih dari
cukup untuk menanggil hingga menyelidiki kegiatan usaha Jouska. Sebab, saat
ini SWI tidak bisa langsung menyatakan Jouska bersalah atau tidak sebelum
melakukan penyelidikan serta mendengarkan penjelasan dari pihak manajemen
Jouska sendiri.

"Kalau saya lihat ada sekitar 80 ya Di tempat saya laporannya dan ini memang
seragam semua kegiatannya," katanya.

Baca:
Jouska Diduga Salahi Aturan, Ini Pernyataan Lengkap Satgas
- Merusak Citra Finansial Planner & Muncul Wacana Regulasi Profesi
Hebohnya kasus Jouska yang diduga merugikan kliennya menjadi perhatian
banyak pihak. Apalagi Jouska merupakan salah satu perencana keuangan yang
menjadi pilihan kaum milenial.

Hal ini membuat Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) menyarankan agar
semua usaha financial planner diregulasi. Sehingga kasus yang dialami oleh
klien Jouska tidak terulang kembali.

Ketua APEI Octavianus Budiyanto menuturkan, sudah seharusnya perusahaan


perusahaan konsultan investasi dan penasihat keuangan independen dan tidak
terafiliasi dengan pihak manapun, termasuk dari perusahaan sekuritas.

"Kalau pun terafiliasi harus memberitahukan kepada kliennya karena ada


kemungkinan conflict of interest. Sekuritas dalam hal ini hanya sebagai broker
transaksi atas jual beli saham di mana hanya menjalankan instruksi transaksi
atas instruksi dari nasabahnya," kata Oky, yang juga Direktur Utama PT Kresna
Sekuritas ini kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/7/2020).

Menurut Oky, sepanjang sekuritas melakukan transaksi dalam koridor aturan


yang ada, salah satunya adalah adanya ketersediaan dana dan efek di rekening
nasabah adalah hal yang wajar.

"Yang dilarang adalah transaksi dilakukan oleh financial planner untuk rekening
nasabahnya di sekuritas walaupun ada surat kuasa transaksi dari nasabahnya,"
katanya lagi.

Oleh sebab itu, Oky juga mendesak agar perusahaan konsultan investasi dan
penasihat keuangan, agar diberikan rambu-rambu yang tegas jika mengelola
dana klien.

Anda mungkin juga menyukai