Anda di halaman 1dari 3

Parameter Titrasi Redoks

Permanganometri
1. Tujuan Untuk menetapkan kadar analit (zat reduktor) dalam contoh/cuplikan/ sampel dengan
titrant oksidator
2. Reaksi  R(Reduktor) +¿ MnO4- +¿ H+ → R(Oksidator) +¿ Mn2+ +¿ H2O
(Analit) (Titran)
 Contoh Reaksi Penetapan %Fe
MnO4- +¿ 8H+ +¿ 4Fe2+ →Mn2+ +¿ 4H2O +¿4Fe3+

3. Lar. Std KMnO4 (Larutan Oksidator)


4. Indikator Auto Indikator
5. T. A. T. Ditandai dengan terbentuknya violet muda dari kelebihan titran (MnO4-)
6. Kondisi  Penambahan KMnO4 terlalu cepat, menyebabkan terjadinya reaksi MnO4-
Tertentu dengan Mn2+ (Kesalahan Positif)
 Penambahan KMnO4 terlalu lambat pada standarisasi permanganat dengan
oksalat, menyebabkan hilangnya oksalat karena membentuk peroksida yang
terurai menjadi air (Kesalahan Negatif)
 Titrasi berlangsung dalam suasana asam sulfat
 Untuk reaksi jenis molekul, titrasi berlangsung dalam suasana panas (60° C ¿,
untuk mempercepat reaksi karena terbentuknya Mn2+ sebagai katalisator

7. Perhitungan  Perhitungan Kadar Besi


( VKMnO 4 x NKMnO 4 x BE Fe ) 0,001
%Fe(b/v) = x 100 %
Vsampel
( VKMnO 4 x NKMnO 4 x BE Fe ) 0,001
%Fe(b/b) = x 100 %
gsampel
 Penetapan Kadar Reduktor
( V x 0,1 N x BE Reduktor )
%Reduktor = x 100 %
Vsampel atau gsampel

8. Contoh  Penentuan kadar suatu zat


Aplikasi  Penentuan kadar besi dalam bijih-bijih besi
 Secara Langsung
- Titrasi zat reduktor (ion oksalat, arsenit, besi (II), bromide, antimonit,
hidrogen peroksida) secara langsung
 Secara Tidak Langsung (Titrasi Balik)
- Penetapan logam-logam yang membentuk endapan
- Penetapan MnO2 dalam pirolusit (bijih MnO2)
Parameter Titrasi Redoks
Iodometri
1. Tujuan Untuk menetapkan kadar zat oksidator dalam sampel
2. Reaksi  A(Oksidator) +¿ 2I-(Berlebih) +¿ H+ → A(Reduktor) +¿ I2
(Analit)
I2 +¿2S2O32- → 2I- +¿ S4O62-
(titran)
 Contoh Reaksi Penetapan Kadar Iorin dalam Pemutih
Ca(OCl)2 + H2SO4 + 2KI → CaSO4 + 2KCl + H2O + I2
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
3. Lar. Std Larutan TiO
4. Indikator Kanji/Amilum, ditambahkan dekat titik ekuivalen
5. T. A. T. Ditandai dengan menghilangnya warna violet
6. Kondisi  Oksigen diudara dapat menyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat
Tertentu mengoksidasi,
4I- + O2 +4H+ → 2I2 + 2H2O
Reaksi ini dikatalisis oleh cahaya dan panas, untuk pencegahannya
diantaranya adalah dalam suasana atmosfir inert dan penambahan CO2 atau
NaHCO3
 Reaksi Iodometri dilakukan dala suasana asam sedikit basa (pH < 8) jika
terlalu basa, maka akan terjadi reaksi
I2 + 2OH- → IO + I- + H2O
Ion Hipodoit
3IO- → 2I- + IO3-
Ion Hipodat
Sehingga volume tiosufat (titran) berkurang, kesalahan sampai 4% terjadi
pada pH sekitar 11,5
 Larutan kanji yang sudah rusak akan memberi warna violet yang sulit hilang
warnanya sehingga akan menggangu penitaran
 Pemberian kanji terlalu awal, dapat menyebabka Iod menguraikan Amilum
dan hasil peruaraian menggangu perubahan warna pada titik akhir
 Penambahan KI harus berlebih, karena I2 yang dihasilkan sukar larut dalam air
tetapi mudah larut dalam KI, jadi KI yang ditambahkan selai mereduksi analit
juga melarutkan I2 hasil reaksi
 Larutan Tiosulfat (H2S2O3) dapat terdekomposisi:
Suasana yang sangat asam dapat menguraikan larutan Tiosulfat menjadi
Belerang
S2O32- + 2H+ → H2S2O3 + S
Suasana basa (pH > 9) Tiosulfat menjadi ion Sulfat
7. Perhitungan  Perhitungan Kadar Klorin dalam sampel
( V TiO x N TiO x BE Cl 2 ) 0,001
%Cl2(b/v) = x 100 %
Vsampel
( V TiO x N TiO x BE Cl 2 ) 0,001
%Fe(b/b) = x 100 %
gsampel
 Penetapan Oksigen Terlarut dalam Sampel Air
( V TiO x N TiO ) x 8 x 1000 x F
%O2 terlarut (b/v)=
Vsampel

8. Contoh  Penetapan kadar Krom (VI) dan logam Cu dalam sampel


Aplikasi  Penetapan kadar Klor dalam sampel pengelantang
 Penetapan Oksigen terlarut dalam air (DO)
 Penetapan bilangan Iod dalam minyak
 Penetapan kadar Formaldehida dalam Formalin
 Penetapan kadar Phenol

Anda mungkin juga menyukai