NAMA :
Prosedur
1. Amati konstruksi kandang terutama lantai : bahan lantai dan kemiringan lantai pada
masing-masing jenis ternak
2. Mengamati tempat saluran pembuangan (arah, bentuk, kemiringan, lebar)
3. Gambarkan lay out kandang
4. Amati manajemen pemeliharaan terutama pembersihan kandang, memandikan ternak
dan pemberian pakan
Diskusikan:
1. Sebutkan jenis limbah yang dihasilkan dari masing-masing unit kandang kaitkan dengan
jenis ternak, konstruksi kendang dan cara pembersihan kandang? dan kelompokkan
bentuknya dalam limbah padat, cair atau gas ?
2. Kenapa kemiringan lantai sangat perlu diperhatikan ? berapa kemiringan lantai yang
ideal untuk ternak sapi perah dan sapi potong ?
3. Apabila dalam suatu kandang ternak sapi potong ada 2000 ekor sapi dewasa, sapi perah
2500 sapi dewasa, babi ada 2000, kambing 2000 dan ayam broiler 5000 ekor, ayam
petelur 15000 ekor hitung potensi limbah yang dihasilkan.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri
maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki karena tidak memiliki nilai ekonomis (Parakkasi dan Hardini, 2009). Dari
pengertian ini dapat kita tarik kesimpulan perbedaan antara limbah dan sampah, bahwa
limbah berasal dari suatu proses produksi baik itu pada skala rumah tangga maupun skala
industri sedangkan sampah belum tentu berasal dari suatu proses produksi yang secara
sengaja dihasilkan dari aktivitas manusia.
A. Ayam Petelur
Kandang ayam petelur dibagi 2 yaitu : kandang terbuka dan kandang tertutup. Kita yang
tinggal di Indonesia harus bersyukur karena iklimnya lebih menguntungkan disbanding
Negara barat. Dengan type kandang terbuka, produktifitas aym petelur di Indonesia sudah
bisa optimal karena intensitas cahayanya cukup dan temperature udara relative stabil,
infestasi pembayatn kandang terbuka lebih murah jika dibandingakan dengan kandang
tertutup.
Berdasarkan type lantai (postal) kandang terbagi 2 yaitu type lantai tanah atau disemen
(litter) dan kandang panggung (slat). Pemelihan lantai kandang sebaiknya memperhatikan
periode umur ayam. Berikut ini anjuran saya tentang pemakaian type kandang.
Ayam petelur akan mulai bertelur sekitar umur 22 – 24 minggu dan untuk menghindari
stres peternak memindahkan ayam dara ke kandang sistem cage pada umur 14-21 minggu
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa
limbah dari ayam petelur pada periode ini berbeda dengan limbah yang dihasilkan pada
periode sebelumnya. Pada saat ayam petelur yang telah menempati kandang sistem cage
maka limbah yang dihasilkan berupa manure.
Manure dari ayam petelur mempunyai kesamaan dengan litter broiler seperti yang telah
dijelaskan di sub bab sebelumnya yaitu tingginya kandungan protein kasarnya. Tingginya
kandungan nitrogen pada manure ayam petelur ini merupakan nilai lebih dari kompos yang
dibuat dengan bahan baku manure ayam petelur. Karena kompos yang dihasilkan juga akan
mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi pula.
B. Ayam Broiler
1) Gerbang depan
2) Pos Satpam
3) Area Parkir
4) Tempat Bangkai
5) Kantor
6) Gerbang ke kandang
7) Instalasi desinfeksi
8) Gudang Pakan
9) Kamar Mesin
10) Kandang Karantina
11) Mess anak kandang
12) Kantin
13) Kandang B1
14) Kandang B2
15) Kandang B3
16) Kandang B4
17) Kandang B5
18) Kandang B6
19) Kandang A1
20) Kandang A2
21) Kandang A3
22) Kandang A4
23) Gudang Zeolit
24) Gudang Sekam
Hal utama yang dapat menyebabkan perbedaan karakteristik limbah yang dihasilkan
dari pemeliharaan broiler utamanya disebabkan pada perbedaan sistem perkandangan yang
digunakan. Kandang broiler dapat dibedakan menjadi kandang sistem panggung dan
kandang sistem postal (berlantai tanah yang dipadatkan atau lantai semen) .Untuk kandang
sistem panggung, lantai yang biasa digunakan terbuat dari bilah-bilah bambu dengan jarak
antar bilah berkisar ± 1.5 cm.
kandang panggung relatif lebih sehat daripada broiler yang dipelihara padakandang
sistem postal. Hal ini disebabkan pada sistem panggung jangka waktu kontak fisik antara
litter dan broiler lebih pendek daripada pada broiler yang dipelihara pada sistem postal,
sehingga broiler bisa lebih sehat.
Pada kedua sistem kandang tersebut, keduanya sama-sama menggunakan litter.
Untuk kandang panggung sebelum diberi litter maka di atas bilah-bilah bambu perlu diberi
alas yang biasa terbuat dari terpal plastik baru di atasnya ditaruh litter. Pada kandang
panggung, litter akan di”jebloskan” dari lantai panggung dan diturunkan ke lantai tanah di
bawahnya pada saat broiler mencapai umur ± 20 hari. Sedangkan untuk kandang lantai
tanah/semen, litter baru akan diambil setelah ayam dipanen. Dengan demikian pada
kandang sistem postal kontak fisik antara broiler dengan litter akan terjadi dalam jangka
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan broiler yang diperlihara pada sistem panggung.
Walaupun litter kaya akan sumber vitamin B12, namun karena kandungan nitrogennya yang
tinggi sering kali litter merupakan sumber emisi gas amonia yang dapat menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan bagi broiler.
Terdapat beberapa metode untuk menurunkan laju emisi amonia dari limbah
peternakan. Salah satunya adalah dengan penambahan senyawa asam pada limbah
peternakan. Dengan penambahan asam tersebut maka pH limbah peternakan bisa
diturunkan sampai pada pH 5,5. Dengan rendahnya nilai pH tersebut akan mengurangi
bahkan dapat menghentikan aktivitas mikroorganisme yang dapat mendegradasi bahan
organik pada limbah tersebut. Selain menurunkan laju emisi gas amonia hal tersebut juga
dapat melindungi kandungan nutrisi yang ada pada limbah. Hal ini karena nitrogen yang ada
pada limbah akan dapat diproteksi dan tetap berada dalam limbah.
Penanganan feses ternak secara baik perlu dilakukan agar tidak menyebabkan bau
yang menyengat, feses masih kering dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Beberapa hal
yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Menjaga feses tetap kering
Beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar feses tetap kering dan berfungsi
optimal antara lain:
1. Penambahan sekam baru
Di peternakan broiler, apabila sekam/litter sudah terlanjur ada yang
menggumpal karena feses atau basah namun jumlahnya sedikit, maka
sekam bisa dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Sedangkan apabila jumlah
sekam yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tambah
sekam baru hingga yang menggumpal tidak nampak.
2. Penggunaan kapur
Pada peternakan ayam, kapur dapat digunakan untuk membersihkan lantai
kandang, mengeringkan, dan mengurangi bau dari kotoran ayam. Komposisi
utama dari batuan kapur yang dipakai adalah CaCO3 dan MgCO3.
Penggunaan kapur pada kotoran ayam selain mengurangi cemaran amonia
ke udara, juga pupuk yang dihasilkan akan mengandung nitrogen yang
cukup tinggi, karena tidak banyak nitrogen yang hilang sebagai amonia.
3. Pembasmian lalat
Penanganan selanjutnya yaitu pembasmian lalat dewasa dengan
memberikan insektisida. Untuk membasmi lalat yang sudah banyak
berkeliaran di sekitar tumpukan feses, bisa digunakan insektisida yang
diaplikasikan lewat metode spray (semprot) dan tabur,
seperti Delatrin dan Flytox. Perlu diperhatikan untuk metode spraying, bila
penyemprotan dilakukan asal-asalan, maka tidak semua lalat mati dan
lama-kelamaan akan resisten terhadap insektisida tersebut.
4. Karena itu, disarankan spraying dilakukan waktu petang karena pada saat itu
lalat mulai istirahat dan terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu.
Sementara pada aplikasi tabur, perhatikan titik-titik lokasi dimana lalat
biasa hinggap di lorong dan bawah kandang, sehingga obat tabur bisa
diletakkan di lokasi tersebut.
C. Ternak Sapi
A. 1) Gerbang Depan
B. 2) Kantor
C. 3) Drainase pembuangan Limbah
D. 4) Pan tempat sapi
E. 5) Jalan depan
F. 6) Tempat Pakan (Head to head)
G. 7) Pintu sekat penggiring sapi
H. 8) Timbangan Sapi
I. 9) Tempat Pengolahan Limbah
J. 10) Gudang Pakan
K. 11) Tempat pengolahan Pakan
L. Tower air =
Model kandang sapi perah
2. Pengolahan yang kedua adalah dengan proses tertutup. Cara ini dilakukan dengan mem
benamkan kotoran ternak ke dalam sebuah lubang yang telah dipersiapkan sebelumnya .
Pembuatan lubang/silo disarankan untuk dilakukan di bawah naungan dan areal yang tidak
mudah tergenang air bila terjadi musim hujan. Di bawah naungan dapat diartikan sebagai
tempat di bawah pohon yang rindang atau pun di bawah naungan atap yang memang
disiapkan untuk tujuan tersebut.
Pembuatan silo tersebut dapat dilakukan dengan kedalaman yang sesuai dengan volume
yang diinginkan dan sebaiknya dinding silo tersebut tahan terhadap rembesan air dari
samping. Tujuannya adalah selain mencegah masuknya air ke dalam kotoran juga berfungsi
agar unsur hara seperti nitrogen, yang ada dalam kotoran tidak hilang tercuci air yang dapat
masuk/merembes .
1. Untuk dapat menampung kotoran sapi sebanyak 3 ton maka ukuran yang dibutuhkan
adalah dua meter kali satu meter dengan kedalaman dua meter. Bila memungkinkan
pembuatan silo dapat juga dilakukan dengan mempergunakan gorong-gorong
berpenampang 1 meter dan disusun sebanyak tidak lebih dari 3 buah. Sesuai dengan ukuran
gorong- gorong yang ada di pasaran maka, dua buah gorong-gorong ditempatkan di bawah
permukaan tanah (sedalam 90 cm) dan sebuahnya lagi dapat ditumpuk di atas permukaan
tanah (setinggi 100 cm).
2. Dengan ukuran silo dapat menampung tiga ton kotoran sapi. Kotoran sapi yang tersedia
selanjutnya diaduk agar tercampur secara merata antara feses, urine dan sisa pakan. Bila
telah homogen maka kotoran sapi dapat dimasukan ke dalam silo secara baik agar cukup
padat sampai hampir penuh.
3. Selanjutnya dapat ditutup dengan menggunakan tanah galian lubang yang ada setinggi
lebih kurang 30cm . Timbunan tersebut selanjutnya dibiarkan untuk suatu satuan waktu
tertentu, misalnya 3 bulan (Mathius, 1994), namun pada umumnya disesuaikan dengan
waktu penggunaannya, yakni disesuaikan dengan musim tanam.
4. Setelah melewati waktu yang diinginkan diharapkan kotoran yang telah melewati proses
perombakan/dekomposisi, dapat menjadi kompos yang diharapkan dan siap dibongkar.
Kompos tersebut selanjutnya dapat dipergunakan secara langsung ke lahan pertanian atau
pun dapat dianginkan/dikeringkan di bawah sinar matahari .
Sedangkan untuk tujuan pemupukan tanaman pangan setahun, maka hasil proses
dekomposisasi tersebut dapat dipergunakan langsung ke lapang dan dibenamkan pada saat
persiapan lahan sedang dikerjakan/diolah
Design Kandang dibuat sedemikian rupa agar pada saat makan posisi tubuh Kambing
benar-benar dalam posisi yang baik, karena akan berpengaruh pada proses metabolisme
Kandang kambing dan domba
Harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter
dari rumah).
Ukuran kandang yang biasa digunakan adalah :
Kandang beranak : 120 cm x 120 cm /ekor
Kandang induk : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang anak : 100 cm x 125 cm /ekor
Kandang pejantan : 110 cm x 125 cm /ekor
Kandang dara/dewasa : 100 cm x 125 cm /ekor
4. Tatalaksana pemeliharaan Cara berternak babi yang butuh didalam siklus pemeliharaan
teknis, yaitu :
F. Potensi Limbah
A. Potensi Limbah yang dihasilkan ternak sapi potong
Bobot Dewasa Sapi Potong = 300 kg
Potensi Limbah : 4.6%x300x2000 : 27.600kg/hari
B. Potensi Limbah yang dihasilkan ternak sapi perah
Bobot dewasa sapi perah = 300kg
Potensi Limbah : 9.4%x300kgx2500 :70.500kg/hari
C. Potensi Limbah yang dihasilkan ternak Babi
Bobot dewasa babi : 80kg
Potensi Limbah : 5.1%x80x2000 : 8.160kg/hari
D. Potensi Limbah yang dihasilkan ternak Kambing dan Domba
Bobot Dewasa domba : 35kg
Potensi Limbah : 3.6%x35kgx2000 : 2.520 kg/hari
E. Potensi limbah yang dihasilkan ternak ayam broiler
Bobot dewas ayam : 1.6kg
Potensi Limbah : 6.6%x1.6x5000 :528kg/hari
F. Potensi limbah yang dihasilkan ternak ayam petelur
Bobot dewasa ayam : 1.6kg
Potensi Limbah : 6.6%x1.6x15000 : 1.584kg/hari
Sumber Video
https://youtu.be/uJ661HBdHu4
https://youtu.be/u9hPEfYQ1dk
https://www.youtube.com/watch?v=8KXsOYqSvQU
https://www.youtube.com/watch?v=-xY5KH01BVY
Sumber Literasi
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/6367e7b37ddf971bbb4395fc9fe0c0fd.pdf
https://ternakkambingmodern.blogspot.com/2013/04/cara-membuat-kandang-kambing-yang-
bagus.html
https://ternakviterna.blogspot.com/2013/03/panduan-budidaya-ternak-babi-pedaging-viterna-
pocnasa-hormonik-natural-nusantara.html
https://core.ac.uk/download/pdf/300041895.pdf
https://www.duniasapi.com/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-ternak-sapi/model-kandang-sapi-
perah-modern.html
https://www.sapibagus.com/pengolahan-limbah-kotoran-sapi-menjadi-pupuk-organik/
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/LUHT445203-M1.pdf