Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nabila Syifa Afia

NIM : P17324120037

Kelas : 1 B

KASUS MALPRAKTIK BIDAN

A. Kasus

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Bersiap menyambut kelahiran anak keduanya, 


Irwansyah (35) dan istrinya Rusmiati (34) malah harus menahan duka.

Rusmiati melahirkan bayi yang dikandungnya selama sembilan tersebut sudah dalam keadaan
tak bernyawa, usai menjalani persalinan di Praktek Bidan Indayanti yang berada di Jalan KH
Azhari Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu (SU) II, Kamis (17/3/2016) siang.
Irwansyahpun harus bertambah sakit hatinya, karena melihat bayi laki-laki tersebut, harus lahir
dalam keadaan leher yang patah, sekujur tubuh yang mengalami luka, dan tali pusar yang telah
terlepas.
Melihat apa yang dialami putranya tersebut, membuat Irwansyah tak terima, dan menduga bidan
Indayanti telah melakukan malpraktek.

"Tadi siang istri saya sudah kesakitan, jadi saya memutuskan untuk membawa istri saya untuk
menjalani proses persalinan di bidan tersebut. Kata bidan itu anak kami lahir sungsang, namun
saat keluar bayi kami sudah dalam keadaan tak bernyawa," ujar warga Lorong Beringin Jaya
Kelurahan 13 Ulu Kecamatan SU II saat dibincangi Tribunsumsel.

Irwansyahpun menduga ada kesalahan dalam proses persalinan yang dilakukan.


Irwasnyah juga tidak bisa terima dengan alasan bidan, yang mengatakan, jika bayinya memang
sudah meninggal sebelum dilahirkan.

"Kata bidan itu, anak kami sudah meninggal tiga hari di dalam kandungan. Kalau memang
demikian, kenapa istri saya masih merasakan kesakitan sebelum melahirkan. Bayi kami juga
lahirnya mengenaskan pak," ungkapnya.
Sumber : tribunnews.com : https://www.tribunnews.com/regional/2016/03/17/bidan-diduga-
malpraktek-bayi-ini-dilahirkan-dalam-kondisi-leher-patah diakses pada tanggal 14 Maret 2021.

B. Undang-undang yang berlaku


Karena bidan tersebut melakukan kelalaian saat melakukan pemeriksaan dan selama
proses persalinan berlangsung yang menyebabkan bayi yang dilahirkan oleh klien mengalami
patah leher dan seharusnya bida tersebut menjelaskan semuanya secara logis kepada pasien agar
tidak terjadi kesalahpahaman dan menyebabkan klaim malpraktik. Berikut Undang-undang yang
berlaku untuk malpraktik yang telah dilakukan :

Pasal-Pasal 359 KUHP, Pasal 360 KUHP, Pasal 361 KUHP Pasal 359 KUHP, karena
kelalaian menyebabkan orang mati: Barangsiapa karena kealapanya menyebabkan matinya orang
lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu
tahun.
 Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:
Ayat (1) barangsiapa karena kealapanya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun.
Ayat (2) barangsiapa karena kealpanya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa
sehingga menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekeijaan, jabatan atau
pencharian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
bulan atau deiida paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
 Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekeijaan (misalnya:
dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan
pekeijaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang
lebih berat pula.
Pasal 361 KUHP menjelaskan jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan
dalam menjalankan jabatan atau pencharian, maka pidana ditarabah dengan sepertiga, dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencharian dalam mana dilakukan kejahatan
dan hakim dapat memerintah supaya putusanya diumumkan.
Seorang bidan yang menyimpang dari standar profesi dan melakukan kesalahan profesi
yang belum tentu melakukan malpraktik yang dapat dipidana, malpraktik yang dipidana
membutuhkan pembuktiaan adanya unsur kelalaian berat dan berakibat fatal atau serius.

Untuk penyelesaian tindak pidana malpraktik yang dilakukan oleh bidan yang telah masuk
ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang menangani kasus tersebut
untuk menentukan apakah kasus yang ditangani termasuk kedalam malpraktik atau tidak. Atau
apakah si pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban secara pidana atau tidak.

Tentunya kita sebagai tenaga kesahatan haruslah memiliki pengetahuan jika ingin
melakukan praktik kepada klien dan karena bidan merupakan profesi yang bermitra pada profesi
lain, maka mintalah bantuan jika memang benar-benar sudah tidak dapat ditangani sendiri, kita
tidak boleh seenaknya mengambil keputusan sendiri karena keselamatan klien adalah yang paling
utama.

Anda mungkin juga menyukai