Anda di halaman 1dari 7

Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No.

2: 147-153
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p07

Pengaruh Pemberian Vitamin E dan Deksametason Terhadap Gambaran


Histopatologi Jantung Tikus Putih Jantan
(THE EFFECT OF VITAMIN E AND DEXAMETASONE TO HISTOPATOLOGICAL OF
WHITE MALE RATS HEART)
Ayu Prawitasari Citra Pratama1*, I Ketut Berata2, Samsuri3, I Made Merdana3
1
Praktisi Dokter Hewan di Banyuwangi Jawa Timur, 2Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 3Laboratorium Famakologi dan
Farmasi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana , Denpasar, Bali.
*Email: ayuprawitasaricitrapratama@gmail.com
ABSTRAK
Deksametason merupakan glukokortikoid sintetik yang banyak digunakan dalam
masyarakat. Penggunaan deksametason dosis besar dalam jangka waktu yang panjang dapat
berpengaruh terhadap jantung. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan
bertindak sebagai antioksidan yang mampu mengatasi radikal bebas dan stres oksidatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian vitamin E terhadap jantung tikus
putih (Rattus norvegicus) akibat pemberian deksametason. Penelitian ini menggunakan 25 ekor
tikus putih jantan berumur 2-3 bulan dengan berat 200-300 gram. Tikus dikelompokkan
menjadi lima kelompok perlakuan dan lima ulangan. Tikus diadaptasikan selama satu minggu
selanjutnya tikus diberikan perlakuan selama 14 hari. Pada kelompok perlakuan P0 sebagai
kontrol negatif tidak diberikan perlakuan. Kelompok perlakuan P1, P2, P3 dan P4 diberikan
deksametason secara injeksi subkutan dengan dosis 0,13 mg/kg BB. Vitamin E diberikan
peroral sebagai berikut: P2 dosis 100 mg/kg BB, P3 dosis 150 mg/kg bb, dan P4 dosis 200
mg/kg BB. Setelah 14 hari tikus dieutanasi, kemudian dinekropsi. Organ jantung diambil dan
dimasukkan ke dalam neutral buffered formalin untuk fiksasi, selanjutnya dilakukan proses
pembuatan preparat histopatologis dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin. Parameter yang
diamati adalah gambaran peradangan dan nekrosis pada jantung. Hasil pengamatan
histopatologi menunjukkan pemberian vitamin E secara peroral dengan dosis 200 mg/kg bb
berpengaruh sangat nyata terhadap perbaikan organ jantung tikus putih yang diberikan
deksametason dosis 0,13 mg/kg BB. Simpulan dari penelitian ini adalah vitamin E dapat
menghambat kerusakan jantung akibat efek samping deksametason.
Kata kunci: deksametason; jantung; tikus putih; vitamin E
ABSTRACT
Dexamethasone is a widely used synthetic glucocorticoid by people. However, the use of
high doses of the long term can affect the heart. The heart is the place where drugs and other
toxic substances are metabolized. However, specific studies in examining the effect of
dexamethasone on heart’s histopathology are rare. Vitamin E is a fat-soluble vitamin that acts
as an antioxidant which can help the body to eliminate oxidative stress in cells. The aim of this
study is to know the effect of vitamin E in rat’s (Rattus norvegicus) heart given dexamethasone.
This study used 25 male rats (Rattus norvegicus), which were two-three months old and 200-
300 g of weight. Rats were grouped into five treatment groups and five repeats. Rats adapted
for a week, and furthermore, rats were given treatments for 14 days. In the P0 treatment group
rats given only food and drink (negative control). Treatment group P1, P2, P3, and P4 were
given dexamethasone 0.13 mg/kg by subcutaneous injection. Vitamin E administrated orally
with the following doses: P2 (100 mg/kg), P3 (150 mg/kg), and P4 (200 mg/kg). After 14 days,
then the rats were necropsied to collect the heart. Next, the heart was put into Neutral Buffered
Formalin (NBF) for fixation, then stained with hematoxylin-eosin staining (HE). The observed

147
Buletin Veteriner Udayana Pratama et al.

parameters were inflammation and necrosis of the heart. The result showed administration of
200 mg/kg of vitamin E had highly significant (P<0.01) to repair of rats’ heart tissue which
were given 0.13 mg/kg of dexamethasone via subcutaneous injection rather than 200 mg/kg of
vitamin E. The conclusions of this study are vitamin E can against heart damage due to side
effects of dexamethasone.
Keywords: dexamethasone; heart; rats; vitamine E

PENDAHULUAN pemberian antioksidan untuk mengurangi


terjadinya efek samping. Pemberian
Deksametason adalah salah satu
antioksidan ini bertujuan untuk mencegah
golongan obat kortikosteroid yang masuk
kerusakan sel-sel tubuh. Antioksidan yang
ke dalam kelompok glukokortioid sintetik
tinggi dapat ditemukan pada vitamin E.
(Indayani et al., 2015) Deksametason mulai
Vitamin E merupakan substansi esensial
dikenal pada tahun 1950 dengan rumus
untuk proses metabolisme normal dalam
molekul C22H29FO5 (Iskandarsyah et al.,
2003). Kortikosteroid merupakan hormon tubuh dan merupakan salah satu vitamin
yang dapat larut dalam lemak dan berfungsi
yang diproduksi oleh tubuh pada bagian
sebagai antioksidan (Brigelius – Fhole,
korteks dari kelenjar adrenal.
1999). Vitamin E mempunyai kemampuan
Deksametason mempunyai potensi anti
memutus rantai reaksi peroksidasi atau
inflamasi yang sangat kuat (Indranarum et
menangkap radikal bebas dengan cara
al., 2003). Efek samping penggunaan
bereaksi secara langsung dengan berbagai
deksametason pada organ jantung dapat
radikal peroksi organik sehingga mencegah
menyebabkan terjadinya kerusakan seperti
terjadinya reaksi berantai serta dapat
hiperemi, hemoragi dan nekrosis pada
menekan terjadinya kerusakan peroksidatif
organ jantung (Aisyah et al., 2014).
(Bebas et al., 2016). Vitamin E dapat
Biasanya pada jantung ditemukan sel
melindungi lemak agar tidak teroksidasi
radang yang tersebar di miokardium juga
(Yulfiperius et al., 2003). Sehingga dalam
dengan disertai perdarahan dan nekrosis
penelitian ini diteliti pemberian vitamin E
(Purnamasari et al., 2015). Kerusakan sel
untuk mengurangi terjadinya efek samping
tersebut dipicu oleh darah yang
deksametason pada organ jantung.
mengandung deksametason yang dipompa
oleh jantung. Organ jantung merupakan METODE PENELITIAN
organ muskuler berongga yang dapat Sampel Penelitian
berkontraksi secara ritmik dan berfungsi
memompa darah dalam sistem sirkulasi. Sampel yang digunakan dalam
Fungsi jantung sebagai pemompa darah penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih
tersebut yang menjadikan jantung sangat (Rattus norvegicus) jantan berumur 2–3
rentan terkena efek samping obat bulan, dengan berat badan 200-300 gr yang
deksametason ini. Dimana pada proses didapatkan di kota Denpasar, Provinsi Bali.
farmakokinetika akan terjadi proses Prosedur Penelitian
absorbsi, yaitu obat akan berpindah menuju
sirkulasi darah. Tikus dibagi ke dalam lima kelompok
Antioksidan adalah unsur kimia atau yang terdiri dari: kelompok kontrol negatif
biologi yang dapat menetralisasi potensi (P0) yang hanya diberikan pakan dan
kerusakan yang disebabkan oleh radikal minum saja. Kelompok kontrol positif (P1)
bebas. Beberapa antioksidan endogen yang diberikan deksametason secara injeksi
(seperti enzim superoxide-dismutase dan subkutan dengan dosis 0,13 mg/kg berat
katalase) dihasilkan oleh tubuh, selain itu badan. Kelompok (P2) yang diberikan
tubuh juga memerlukan antioksidan lain deksametason secara injeksi subkutan
dari luar tubuh (Iorio, 2007). Diperlukan dengan dosis 0,13 mg/kg berat badan dan

148
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 147-153
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p07

vitamin E peroral dengan dosis 100 mg/kg mikroskop dan dicatat perubahan
berat badan. Kelompok (P3) yang diberikan mikroskopik yang ditemukan.
deksametason secara injeksi subkutan Variabel yang diperiksa dalam
dengan dosis 0,13 mg/kg berat badan dan penelitian ini adalah peradangan dan
vitamin E peroral dengan dosis 150 mg/kg nekrosis pada otot jantung. Pemeriksaan
berat badan. Kelompok (P4) yang diberikan mikroskopik dilakukan masing–masing
deksametason secara injeksi subkutan pada lima lapang pandang mikroskopik
dengan dosis 0,13 mg/kg berat badan dan dengan pembesaran 400x. Hasil
vitamin E peroral dengan dosis 200 mg/kg pemeriksaan selanjutnya diberi skor yaitu
berat badan. Perlakuan ini dilaksanakan nekrosis pada jantung: 0 jika tidak ada
selama dua minggu. Selanjutnya tikus nekrosis jantung, 1 jika ada nekrosis
dinekropsi dan organ jantung diambil untuk jantung bersifat fokal atau ringan, 2 jika ada
pembuatan preparat histopatologi jaringan nekrosis jantung bersifat multifokal atau
otot jantung. sedang, 3 jika ada nekrosis jantung bersifat
difusa atau berat. Peradangan pada jantung:
Pembuatan Preparat
0 jika tidak ada infiltrasi sel radang, 1 jika
Lima kelompok tikus yang telah diberi ada infiltrasi sel radang bersifat fokal atau
perlakuan selama dua minggu diambil ringan jika, 2 (ada infiltrasi sel radang
organ jantungnya untuk selanjutnya bersifat multi fokal atau sedang), dan 3 (
dilakukan pembuatan preparat dengan ada infiltrasi sel radang bersifat difusa atau
menggunakan metode pewarnaan berat).
Hematoxylin-Eosin (HE). Sampel organ
Analisis Data
jantung yang diambil setelah dinekropsi
kemudian dipotong dengan ukuran 1 x 1 x Data hasil pengamatan histopatologi
1 cm, kemudian direndam dengan larutan dikumpulkan dan dianalisis secara statistik
neutral bufer formalin (NBF). Kemudian nonparametrik menggunakan uji Kruskal–
sampel organ yang telah dipotong Wallis. Jika ada perbedaan nyata (P<0,05)
diperkecil lagi dengan irisan tipis untuk maka dilanjutkan dengan uji Mann–
disimpan dalam tisue cassette dan difiksasi Whitney untuk mengetahui perbedaan
ke dalam larutan NBF. Setelah selesai pengaruh antar dosis vitamin E yang
fiksasi, kemudian dilakukan proses diberian.
dehidrasi dan clearing dengan satu sesi
HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan yang terdiri dari: alkohol 70 %,
alkohol 80 %, alkohol 90 %, alkohol 96 %, Hasil pengamatan histopatologi jantung
alkohol absolut, toluene, dan parafin secara tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
bertahap selama satu hari. Sampel organ diperoleh dari pengamatan preparat dengan
diblocking dengan menggunakan lima lapang pandang pada setiap kelompok
embedding set yang dituangi parafin cair perlakuan. Pemeriksaan dilakukan dengan
kemudian didinginkan. Blok yang sudah pengamatan perbesaran 400X. Perubahan
dingin disectioning menggunakan histopatologi diperiksa berdasarkan adanya
microtome dengan ketebalan ± 4-5 mikron. nekrosis dan peradangan.
Proses yang terakhir adalah pewarnaan Hasil pengamatan histopatologi jantung
dengan metode Harris Hematoxylin Eosin tikus putih jantan (Rattus norvegicus) pada
(HE) dan mounting media. Selanjutnya semua kelompok perlakuan tersaji pada
preparat histopatologi diamati di bawah Tabel 1.

149
Buletin Veteriner Udayana Pratama et al.

Tabel 1. Tabulasi hasil pemeriksaan histopatologi jantung tikus putih kategori nekrosis dan
peradangan pada semua kelompok perlakuan.
Kelompok Skor Nekrosis Skor Peradangan
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Kontrol negatif (P0) 5 - - - - 5 - - - -
Kontrol positif (P1) - - 5 - - 1 3 1 - -
Vitamin E 100mg/kg (P2) - 2 3 - - 2 3 - - -
Vitamin E 150mg/kg (P3) - 3 2 - - 3 2 - - -
Vitamin E 200mg/kg (P4) 3 - - 2 - 4 1 - - -

Perubahan histopatologi yang paling (P>0,05). Kemudian antara kontrol positif


berat didapatkan pada pengamatan (P1) dengan P2 dan P3 tidak terdapat
kelompok kontrol positif. Pemberian dalam perbedaan yang nyata (P>0,05). Sedangkan
dosis yang tinggi dapat menyebabkan antara kontrol positif (P1) dengan P4
keracunan obat dapat mengakibatkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,01).
kerusakan pada fungsi berbagai organ Hasil penelitian pada perlakuan kontrol
(Suhita, et al., 2013). Kelompok P4 positf P1 (diberi deksametason 0,13 mg/
merupakan kelompok yang secara kg) menunjukkan hasil yang berbeda nyata
pengamatan histopatologi memiliki (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol
gambaran yang paling baik. Pada Gambar 5 negatif P0 (tanpa pemberian
dapat diamati bahwa jaringan menunjukan deksametason). Hal ini berarti jaringan otot
gambaran yang mendekati jaringan jantung jantung mengalami perubahan
yang normal. Sebanyak dua sampel masuk histopatologi akibat pemberian
ke dalam kategori nekrosis dengan skor 3 deksametason. Hasil pemeriksaan
dan satu sampel masuk ke dalam kategori histopatologi masing-masing kelompok
peradangan dengan skor 1. Berdasarkan perlakuan disajikan pada Gambar 1 sampai
pengamatan histopatologi P4 yang Gambar 5.
diberikan deksametason secara injeksi Dosis 200 mg/kg BB merupakan dosis
subkutan dengan dosis 0,13 mg/kg berat vitamin E yang dapat meredam oksidasi
badan dan vitamin E peroral dengan dosis akibat pemberian obat deksametason.
200 mg/kg berat badan. Nekrosis pada jantung tikus putih ini
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan disebabkan oleh pemberian deksametason.
bahwa perolehan nilai setiap perlakuan Perubahan gambaran sel jantung tersebut
untuk nekrosis adalah 0,023. Nilai ini disebabkan karena peningkatan kadar
menunjukkan terdapat perbedaan nyata glukosa darah sehingga merangsang
(P<0,05) antara kontrol negatif dengan pelepasan insulin dan menghambat
kelompok perlakuan lain. Nilai setiap masuknya glukosa ke dalam sel otot, selain
perlakuan untuk peradangan adalah 0,075, itu dapat juga merangsang lipase yang
yang berarti tidak terdapat perbedaan nyata sensitif dan menyebabkan lipolisis
(P>0,05) antara kelompok kontrol negatif sehingga hasil akhirnya adalah peningkatan
dengan kelompok perlakuan. deposit lemak, lipogenesis, peningkatan
Hasil dari uji Mann-Whitney untuk pelepasan asam lemak, dan gliserol ke
kategori nekrosis jantung adalah antara dalam darah (Suherman et al., 2009).
kelompok kontrol negatif (P0) dengan Peningkatan asam lemak yang dimobilisasi
kontrol positif (P1), P2 dan P3 terdapat dari jaringan adiposa dapat dipicu oleh
perbedaan yang sangat nyata (P<0.01), glukokortikoid akan menstimulasi konversi
sedangkan antara kontrol negatif (P0) asam amino menjadi glukosa (Burhanuddin
dengan P4 tidak terdapat perbedaan nyata et al., 20014).

150
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 147-153
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p07

Gambar 1. Histopatologi jantung tikus Gambar 4. Histopatologi jantung tikus


putih kelompok kontrol negatif (400X, HE) putih kelompok P3 (200x, HE), ditemukan
tidak ditemukan adanya perubahan. nekrosis yang bersifat fokal (tanda panah
kuning).

Gambar 2. Histopatologi jantung tikus


putih kelompok kontrol positif (400x, HE)
ditemukan adanya nekrosis multifokal Gambar 5. Histopatologi jantung tikus
(tanda panah kuning) dan peradangan yang putih kelompok P4 (400x, HE) ditemukan
bersifat fokal (tanda panah hitam). nekrosis yang bersifat fokal (tanda panah
kuning).
Lipogenesis yang berlebihan
menyebabkan sintesis apoprotein
terhambat sehingga terjadi disagregasi
ribosom dan penurunan sintesis protein
yang berakibat pada kegagalan produksi
ATP. Sel tanpa ATP menyebabkan sel tidak
mampu melaksanakan fungsi vitalnya yang
mengakibatkan kegagalan pompa membran
sel, sehingga Na+ dan air intraseluler
bertambah dan kadar K+ berkurang. Hal ini
meyebabkan denaturasi protein sel dan
Gambar 3. Histopatologi jantung tikus penurunan pH intrasel, sehingga keadaan
putih kelompok P1 (400x, HE), ditemukan asam ini menyebabkan kromatin terlipat
nekrosis multifokal (tanda panah kuning) atau menggumpal yang merupakan salah
dan peradangan bersifat fokal (tanda panah satu perubahan inti tipikal yang disebut
hitam). piknosis (Satiavani, 2010).

151
Buletin Veteriner Udayana Pratama et al.

Piknosis merupakan tahap awal dua jantung mengalami nekrosis, sehingga


kematian sel/jaringan. Inti sel mengecil dan secara statistik tidak signifikan dengan
nampak lebih bundar dengan warna lebih kontrol negatif. Hal ini bisa terjadi karena
jelas (hiperkromatik). Inti sel tidak tampak antioksidan dosis tinggi dapat
memiliki anak inti (nukleolus), butir-butir menghentikan reaksi berantai radikal bebas
kromatin, dan struktur inti lainnya (Berata dan mencegah kerusakan sel-sel normal
et al., 2011). Kemungkinan peradangan (Aminullah et al., 2012).
yang terjadi merupakan reaksi infeksi pada SIMPULAN DAN SARAN
suatu jaringan. Dimana reaksi peradangan
suatu individu umumnya terjadi segera Simpulan
setelah infeksi atau cedera jaringan (Berata Pemberian deksametason dengan dosis
et al., 2011). 0,13 mg/kg dapat menyebabkan nekrosis
Pemberian vitamin E secara oral selama (piknosis) bersifat multifokal. Pemberian
2 minggu pada tikus putih yang diberi vitamin E sampai dosis 200 mg/kg dapat
deksametason terbukti mengalami memperbaiki lesi nekrosis.
perbaikan namun secara statistik tidak
signifikan pada semua perlakuan, yaitu P2 Saran
dengan dosis vitamin E 100 mg/kg, P3 Berdasarkan adanya peranan
dengan dosis vitamin E 150 mg/kg, suplementasi vitamin E terhadap
sedangkan pada P4 dengan dosis vitamin E pengurangan efek samping pemberian
200 mg/kg sudah ada perbaikan yang deksametason pada tikus putih, maka dapat
signifikan. Perbaikan yang terjadi dari disarankan untuk dilakukan penelitian lebih
nekrosis yang bersifat multifokal menjadi lanjut tentang interaksi antara
nekrosis bersifat fokal. Selain itu, Vitamin deksametason dengan vitamin E dalam
E juga dapat melindungi kerusakan jaringan otot jantung.
membran biologis akibat radikal bebas.
Vitamin E melindungi asam lemak tak UCAPAN TERIMA KASIH
jenuh pada membran fosfolipid, Ucapan terima kasih kepada staff Balai
melindungi membran sel darah merah yang Besar Veteriner Denpasar, Laboratorium
kaya akan asam lemak tak jenuh dari Patologi Veteriner, dan Laboratorium
kerusakan akibat oksidasi. Selain itu, Farmakologi dan Farmasi Veteriner
vitamin E juga melindungi lipoprotein dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
sirkulasi LDL (low-density lipoprotein) Udayana yang telah membantu selama
teroksidasi (Dewoto, 2009). penelitian ini berlangsung.
Pada penelitian ini didapatkan hasil
DAFTAR PUSTAKA
suplementasi vitamin E per oral terhadap
jantung tikus putih yang diberi Aisyah S, Balqis U, Friyan KE. 2015.
deksametason 0,13 mg/kg secara subkutan Histopatologi Jantung Tikus Putih
mengalami perbaikan, khususnya pada (Rattus norvegicus) Akibat Pemberian
dosis 200 mg/kg, dimana dari nekrosis Minyak Jelantah. J. Medika Vet. 9(1):
bersifat multifokal menjadi nekrosis yang 27-28.
bersifat fokal. Namun pada dosis vitamin E Aminullah Y, Wiranto, Susilaningsih N.
150 mg/kg nekrosis pada jantung belum 2012. Pengaruh Kombinasi Vitamin C
mengalami perbaikan, mungkin dan E terhadap Sistem Hemopoetik
dikarenakan kandungan antioksidan Penderita Kanker Kepala dan Leher
vitamin E yang diberikan belum mampu yang Mendappat Kemoterapi Cipslatin.
menangkal radikal bebas yang dihasilkan Med. Hosp. 1(2): 90.
deksametason tersebut. Untuk dosis Bridgelius-Flohe R, Traber MG. 1999.
vitamin E 200 mg/kg sudah terdapat tiga Vitamin E: Function and Metabolism.
jantung yang tidak mengalami nekrosis dan FASEB J. 13.

152
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 2: 147-153
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Agustus 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i02.p07

Berata IK, Winaya IBO, Adi AAAM, Radicals and Antioxidant Systems.
Adnyana, IBW. 2011. Patologi Special supplement to Bulletin. 4(1).
Veteriner Umum. Denpasar: Swasta Iskandarsyah FA, Sudjaswadi R. 2003.
Nulus. Peningkatan Kelarutan Deksametason
Bebas W, Buyona GL, Budiasa MK. 2016. Melalui Pembentukan Dispersi Padat
Penambahan Vitamin E Pada Dengan Hidroksipropil Metilselulosa.
Pengencer BTS® Terhadap Daya J. Farmasi Indonesia. 1(4): 152-160.
Hidup dan Motilitas Spermatozoa Babi Purnamasari IAA, Berata IK, Kardena IM.
Landrace Pada Penyimpanan 15°C. Bul. 2015. Studi Histopatologi Organ Usus
Vet. Udayana. 8(1): 1-7. dan Jantung Anjing Terinfeksi Virus
Burhanuddin, Marianti A, Manggau, Faisal Parvo. Bul. Vet. Udayana. 7(2): 99-104.
A. 2014. Pengaruh Pemberian Satiavani I. 2010. Artikel karya ilmiah:
Kombinasi Ekstrak Daun Kelor Pengaruh Pemberian Deksametason
(Morinaga oleifera) dan Herba Dosis Bertingkat Per Oral 30 Hari
Sambiloto (Andrographis paniculata) Terhadap Kerusakan Sel Hepar Tikus
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Wistar. Fakultas Kedokteran.
Darah Mencit Jantan (Mus Musculus) Universitas Diponegoro.
Akibat Efek Deksametason. JST Suherman, SK, Ascobat P. 2009.
Kesehatan. 4(1): 17-24. Adrenokortikotropin,
Dewoto HR. 2009. Farmakologi Jdan Adrenokortikosteroid, Analog-Sintetik
Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas dan Antagonisnya. Dalam:
Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5,
Indayani SI, Susilowati SRL. Pengaruh Departemen Farmakologi dan
Pemberian Deksametason Terhadap Terapeutik Fakultas Kedokteran
Kerusakan Hepar Tikus Jantan (Ratus Universitas Indonesia, Jakarta. Pp. 496-
norvegicus) Galur Wistar. J. Online UM 516.
Ilmu Hayati 1(1): 1-7. Suhita NLPR, Sudira IW, Winaya IBO.
Indranarum T, Marowardoyo S. 2003. 2013. Histopatologi Ginjal Tikus Putih
Kadar Plasma Kortisol pada Beberapa Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan
Macam Manifestasi Efek Samping (Centella asiatica) Peroral. Bul. Vet.
Kortikosteroid pada Kulit. J. Berkala Udayana. 5(2): 71-78.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 15. Yulfiperius, Mokoginta I, Jusadi D. 2003.
Iorio EL. 2007. The Measurement of Pengaruh Kadar Vitamin E Dalam
Oxidative Stress. International Pakan Terhadap Kualitas Telur Ikan
Observatory of Oxidative Stress, Free Patin (Pangasius hypophythalmus). J.
Iktiologi Indonesia. 3(1):11-18.

153

Anda mungkin juga menyukai