Anda di halaman 1dari 3

Gender Dalam Program Keluarga Berencana (KB)

Gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggungjawab antara perempuan dan laki-laki
yang merupakan hasil kontruksi sosial dan dapat berubah sesuai perkembangan jaman.
Berbeda dengan seks yang berarti jenis kelamin dan merupakan kodrat bagi perempuan dan
laki-laki yang tidak dapat dipertukarkan, gender lebih menekankan kepada hubungan atau
relasi harmonis antara perempuan dan laki-laki untuk mencapai  keseimbangan dan
kebahagiaan.

Kebijakan pembangunan keluarga berencana dianggap kurang responsif gender, karena


terbukti masih sekitar 1,1 persen peserta KB pria di Indonesia. Bahkan dapat dikatakan
bahwa meskipun program KB telah berhasil msnurunkan pertumbuhan penduduk, namun
belum mampu meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan perempuan, Salah satu
buktinya adalah masih tingginya angka kematian maternal (Maternal Mortulity Rate) di
Indonesia, bahkan paling tinggi di antara negara-negara di Asia Tenggara.

Program KB yang terlalu berorientasi pada aspek kuantitas dapat berdampak negatif terhadap
kedudukan dan peran perempuan. Karena orientasi adalah sasaran demografi. maka
pelayanan KB kurang diarahkan pada aspek pemenuhan kebutuhan pelayana"n kesehatan
reproduksi bagi perempuan, tetapi lebih dijadikan sarana untuk menekan angka pertumbuhan
penduduk. Akibatnya, perempuan cenderung dijadikan obyek dalam mencapai tujuan
demografis, sehingga mengabaikan prinsip-prinsip hak-hak asasi manusia.

a. Keterjangkauan (akses) laki-laki terhadap informasi dan pelayanan KB dan kesehatan


reproduksi yang ternyata masih rendah

 masih rendahnya pengetahuan laki-laki tentang alat/metode kontrasepsi, misalnya


MOP 31,9 persen MOW 44,1 persen dibanding perempuan 39 persen dan 63,6
persen (SDKI 2002-2003)
 hanya 4 persen sarana pelayanan yang mau melayani vasektomi/Medis Operatif
Pria (studi Wibowo, 2002)
 belum pahamnya laki-laki terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan reproduksi.
b. Partisipasi suami sebagai peserta KB masih sangat rendah, yaitu 1,3 persen yang
terdiri dari pemakai kondom 0,9 persen dan vasektomi 0,4 persen (SDKI 2002-2003)
c. Kurangnya pengetahuan suami tentang siapa yang sebaiknya menjadi peserta KB
serta pengetahuannya tentang jenis obat dan metode kontrasepsi serta terbatasnya
metode kontrasepsi bagi laki-laki.

d. Pengambil keputusan untuk menjadi peserta KB yang masih didominasi suami

 Program/ kegiatan : keseimbangan pemenuhan kebutuhan perempuan dan laki-laki dalam


KB dan kespro (tersedianya pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang responsif
gender).

a. KIE: untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan mengubah perilaku dalam


praktek KB dan kesehatan reproduksi yang memperhatikan kepentingan perempuan
dan laki-laki secara seimbang

b. Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang dapat memenuhi kebutuhan perempuan


dan laki-laki, yaitu pelayanan komunikasi interpersonal (KIP)/Konseling dan
pelayanan medis berkaitan KB dan kesehatan reproduksi.

 Kesenjangan Gender Dalam KB Dan KR


1. Pernikahan usia muda;
2. Kehamilan pada usia muda;
3. Keguguran;
4. Infertilitas
5. Pemakaian kontrasepsi;
6. Kematian ibu;
7. Infeksi saluran reproduksi, infeksi menular seksual, dan HIV dan AIDS;
8. Kekerasan terhadap perempuan.

 Program dan Kegiatan Pokok Peningkatan Kemitraan dalam promosi, KIE, penggerakan
dan pelayanan KB Pria
1. Meningkatkan promosi, KIE dan penggerakan melalui kelompok KB Pria
2. Meningkatkan kemitraan dalam pemberdayaan Klinik KB di Tempat Kerja (termasuk
perusahaan) untuk promosi dan pelayanan KB pria
3. Meningkatkan cakupan pencatatan dan pelaporan kondom di Apotek, Toko Obat dan
Klinik KB Tempat Kerja
4. Meningkatkan dukungan pembiayaan untuk operasional promosi dan pelayanan KB
Pria
5. Mengembangkan pemberian reward bagi Peserta KB Pria
6. Mengembangkan Duta KB Pria

 Tantangan Program KB di era otonomi daerah


1. Kelembagaan program KB sangat lemah.
2. Pemerintah lebih mementingkan pembangunan fisik dibandingkan sosial dasar.
3. Program KB digabung dengan banyak urusan.
4. Anggaran program KB masih belum memadai dan bervariasi antar kabupaten atau
kota.

Sumber :
Analisis Gender Dalam Pembangunan Keluarga Berencana Nasional. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Canadian International Development Agency.
Jakarta:November 2002. https://www.bappenas.go.id/files/8913/8146/3157/buku-8-analisis-
gender-dalam-pembangunan-kb__20130712143821__3829__0.pdf Diakses pada 06 Juni
2020

Anda mungkin juga menyukai