SKRIPSI
OLEH :
AKHYAR HADYAN
NPM : 1602110111
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
BANDA ACEH
2020
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
Anggaran Belanja pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tahun
2016-2018”. Selanjutnya salawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa syiar islam di atas muka bumi ini.
mungkin sesuai dengan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Namun
penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik dalam isi maupun teknis penulisannya. Oleh karena itu dengan segala
dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan ini. Pada kesempatan
ini, perkenankan penulis mengucapkan ribuan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
dan terima kasih juga kepada saudara penulis yang telah memberikan
3. Bapak Zulkifli Umar, SE, M.Si, Ak, CA Selaku ketua Jurusan Akuntansi
i
4. Ibu Lilis Maryasih, SE, M.Si, Ak selaku pembimbing pertama penulis
kepada penulis.
Akhirnya kepada Allah SWT kita berserah diri, karena segala sesuatu tidak
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6
Tabel 1.1 Realisasi Anggaran Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 ...................................................... 4
Tabel 2.1 Kriteria Efisiensi .......................................................................................... 21
Tabel 2.2 Kriteria Rasio Efektefitas ............................................................................. 23
Tabel 2.3 Penelitian Sebelumnya ................................................................................. 26
Tabel 3.1 Kriteria Rasio Efektefitas ............................................................................. 34
Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 ...................................................... 41
Tabel 4.2 Realisasi Belanja Tidak Langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 .................................... 42
Tabel 4.3 Realisasi Belanja Langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 .................................... 43
Tabel 4.4 Analisis Realisasui Pendapatan da Realisasi Belanja Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 ......... 44
Tabel 4.5 Realisasi Anggaran Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 ...................................................... 45
Tabel 4.6 Realisasi Belanja Tidak Langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 .................................... 47
Tabel 4.7 Realisasi Belanja Langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018 .................................... 49
Tabel 4.8 Realisasi Pendapatan dan Realisasi Belanja Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018........................... 50
DAFTAR GAMBAR
AKHYAR HADYAN
1602110111
ABSTRAK
PENDAHULUAN
untuk semua satuan kerja yang ada di Indonesia dimana penerapan anggaran
diterapkan secara bertahap mulai tahun anggaran 2005. Dalam penjelasan PP nomor
58 tahun 2005 dinyatakan bahwa anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu
sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output
dari alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut,
setiap input yang ditetapkan dalam anggaran harus dapat diukur hasilnya dan
pengukuran hasil bukan pada besarnya dana yang telah dihabiskan sebagaimana
budget) tetapi berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.
Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang
1
2
serta produk dan jasa lainnya yang berkualitas. Hanya saja dalam prakteknya,
harapan ini tidak selalu dapat dipenuhi oleh pemerintah, baik di pusat maupun
yang jauh dari harapan masyarakat. Rakyat mulai kritis mempertanyakan akan
nilai yang diperoleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.
Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik menerapkan suatu paradigma
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di satu sisi, dan di sisi lain instansi ini harus
untuk mencegah atau menghindari pemborosan dan hal-hal lain yang dianggap
merugikan karena hal-hal demikian akan membawa pengaruh buruk bagi keuangan
Pemda untuk lebih memberdayakan semua potensi yang dimiliki dalam rangka
(desentralisasi).
bahhwa penerapan anggaran berbasis kinerja telah berjalan dengan baik sesuai
pada penilaian kinerja, kualitas sumber daya manusia masih belum optimal dan masih
kinerja ini mendapatkan dukungan politik yang tinggi dari Kepala Daerah maupun
legislatif daerah (DPRD). Selanjutnya hasil penelitian dari Tinangon dan Afandi
Daerah telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 serta peraturan yang telah ditetapkan, juga berdasarkan
dokumen-dokumen perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
pemerintah yang merupakan alat utama untuk melaksanakan semua kewajiban, janji,
4
dan kebijakannya dalam rencana-rencana nyata dan terintegrasi dalam hal tindakan
yang harus diambil, hasil yang akan dicapai, belanja yang dibutuhkan dan sumber-
sumber belanja tersebut. Anggaran belanja diperlukan karena ada tujuan dan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Untuk mengetahui jumlah realisasi
anggaran belanja pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dari
Tabel 1.1
Realisasi Anggaran Belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Belanja (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)
1 2016 79.020.896.193 71.239.849.585 90,15%
2 2017 61.714.090.190 57.530.342.058 93,22%
3 2018 53.245.010.805 46.890.751.365 88,06%
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2020
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016 anggaran
belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebesar Rp
dengan tingkat persentase 90,15% dari total anggaran belanja. Pada tahun 2017 anggaran
belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebanyak Rp
tingkat persentase 93,22% dari total anggaran belanja dan tahun 2018 anggaran belanja
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh 53.245.010.805 dan realisasi
Permasalahan yang dapat diidentifikasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi adalah belum optimalnya perencanaan maupun hasil kajian yang
disusun oleh Dinas Koperasi dan UKM Aceh baik oleh internal maupun oleh dinas
memiliki kemampuan dan kompetensi yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
utamanya, minimnya sumber data dikarenakan belum terkelolanya sumber data dan
selanjutnya yaitu belum tersusunnya standar kinerja yang terukur bagi setiap jabatan
UKM Aceh dan belum optimalnya alokasi anggaran untuk pengembangan SDM dan
melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan
judul: Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
penelitian adalah untuk menganalisis dan mengetahui kinerja anggaran belanja pada
berikuti:
1. Manfaat Praktis
keuangan
pemerintah Aceh dan kepada satuan kerja perangkat kota khususnya mengenai
2. Manfaat Akademis
pengelolaan keuangan
tujuan penelitian, maka ruang lingkup dalam penelitian dibatasi hanya membahas
masalah kinerja anggaran belanja pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
tahun 2016-2018
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
output yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, baik segi kualitas maupun
kuantitasnya. Kinerja pegawai akan menunjuk pada efektivitas kerja pegawai, dimana
hal ini akan menyangkut pengharapan untuk mencapai hasil yang terbaik sesuai
hasil kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar
penilaian terhadap karyawan atau organisasi. Kinerja yang baik merupakan suatu
langkah untuk menuju tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu kinerja
merupakan sasaran penentu dalam mencapai tujuan organisasi, tetapi hal ini tidak
mudah dicapai, karena banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja
proses manajemen atau organisasi secara keseluruhan dimana hasil kerja tersebut
harus dapat ditunjukkan dibuktinya secara konkrit dan dapat diukur dengan standar
yang telah ditentukan. Arti “performance” atau kinerja adalah suatu hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
71
8
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan moral maupun etika. Kinerja adalah penampilan suatu proses kerja dalam
2015:4).
Kinerja yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi. Kecakapan
tanpa motivasi atau motivasi tanpa kecakapan, keduanya tidak dapat menghasilkan
keluaran yang tinggi. Larsen dan Mitchell mengusulkan bahwa kinerja akan
tergantung kepada adanya perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya
bahwa “Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
suatu alat manajemen untuk bisa meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat
tugas yang menjadi tanggung jawab seorang pegawai secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Kurniati et al., 2015:7).
Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Kinerja merupakan catatan
outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan
selama periode waktu tertentu. Kinerja suatu jabatan secara keseluruhan sama dengan
jumlah (rata-rata) dari kinerja fungsi pegawai atau kegiatan yang dilakukan (Yulius,
2014:8).
kebutuhannya yang akan prestasi, mungkin merasa jam-jam kerja ekstra tersebut
yang dicapai pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjamin
kelangsungan hidup organisasi. Dalam mencapai kinerja yang tinggi beberapa faktor
yang mempengaruhi, menjadi pemicu apakah kinerja pegawai tinggi atau rendah.
yang baik faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasi, yaitu:
1. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal yang memiliki integritas yang tinggi
antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya
integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka inidividu tersebut
memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan
modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan
kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
Dimana jika diuraikan, faktor individu dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
10
a. Pengetahuan (Knowledge)
Yaitu kemampuan yang dimilki pegawai yang lebih berorientasi pada
intelegensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki
pegawai.Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, media dan informasi yang diterima.
b. Keterampilan (Skill)
Kemampuan dan penguasaan teknis operasional dibidang tertentu yang
dimiliki pegawai. Seperti keterampilan konseptual (Conseptual Skill),
keterampilan manusia (Human Skill), dan keterampilan teknik (Technical
Skill)
c. Faktor motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan sebagai suatu sikap pimpinan dan pegawai terhadap
situasi kerja dilingkungan perusahaannya. Mereka yang bersikap positif
terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang tinggi,
sebaliknya jika mereka bersifat negatif terhadap situasi kerjanya akan
menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud
mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja,
kebijakan pemimpin, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan organisasi yang mempengaruhi prestasi kerja individu yang
dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target
kerja yang menantang, pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja
harmonis, iklim kerja dan dinamis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang
relatif memadai.
Manfaat peningkatan kinerja dapat ditinjau dari sudut makro dan mikro.
masyarakat yang lebih banyak dengan harga lebih rendah, perbaikan kondisi kerja
termasuk jam kerja. Sementara itu secara mikro, peningkatan kinerja bermanfaat bagi
pegawai, yaitu dapat meningkatkan upah dan gaji, memperbaiki kondisi kerja,
2014:5).
tentu dalam periode tahunan tetapi dapat juga terjadi anggaran disiapkan dalam waktu
kurang ataupun lebih dari satu tahun. Berdasarkan pendapat Richard dalam
pengeluaran dan penerimaan atau pendapatan dimasa yang akan datang, umumnya
disusun untuk satu tahun. Disamping itu anggaran merupakan alat kontrol atau
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu yng dinyatakan dalam ukuran financial. Menurut Anthony dan Govindarajan
dibebankan oleh rakyat, pemerintah harus mempunyai suatu rencana yang matang
12
untuk mencapai hasil yang maksimal. Rencana-rencana tersebut disusun secara baik
yang nantinya bakalan dipakai sebagai pedoman dalam setiap langkah pelaksanaan
tugas negara. Oleh karena itu, maka rencana-rencana pemerintah untuk melaksanakan
keuangan negara atau daerah perlu dibuat penyusunan dan dituangkan dalam bentuk
anggaran.
perusahaan yang mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi satu sama lain sebagai pedoman untuk mencapai tujuan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau periode mendatang
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
pengertian lain, anggaran dapat dikatakan sebagai sebuah rencana financial yang
dua, yaitu :
sumber, alokasi dan pemakaian sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah
perhatian publik. Hal itu disebabkan karena masyarakat sebagai pemberi dana publik
(publik fund) melalui pajak daerah yang mereka bayarkan berkepentingan untuk
mengetahui apakah dana tersebut telah digunakan dengan semestinya, efisien, efektif,
dilakukan dan rentan akan terjadinya inefisiensi dan kebocoran, maka perencanaan,
belanja ini pun mutlak harus dilakukan untuk dijadikan dasar evaluasi, koreksi dan
dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan daam
15
Dalam situasi tertentu tanggal laporan sutau entitas berubah dan laporan realisasi
anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebuh panjang atau pendek
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Tujuan
standar LRA adalah menetapkan dasar-dasar penyajian LRA untuk pemerintah dalam
dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi
16
realisasi anggaran, informasi yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran atau
harus memiliki renstra (perencanaan strategis) yang disusun dengan objektif dan juga
sistem tersebut pemerintah daerah diyakini akan dapat mengkur kinerja keuangannya
yang tergambar dalam anggaran pendapatan dan belanja daerahnya. Aspek yang
diukur didalam penilaian kinerja pemerintah daerah salah satunya adalah aspek
prestasi kerja atau hasil. Menurut Bastian (2015:171) anggaran berbasis kinerja
adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi yang berkaitan
sangat erat dengan visi dan misi serta perencanaan strategis organisasi. Sistem
penganggaran ini mengaitkan langsung antara output dengan outcome yang ingin
dicapai yang disertai dengan penekanan terhadap efektifitas dan efisiensi anggaran
karena dengan adanya anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat memperbaiki taraf
20
pelayanan publik yang berarti berorientasi pada kepentingan publik. Menurut Halim
ouput dan outcomes yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapain outcomes
dari output tersebut. Output dan outcomes tersebut dituangkan didalam target kinerja
yang telah dibuat pada setiap unit kinerja. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
Efisensi adalah pencapaian output yang maximum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input. Yang di kaitkan dengan standar kinerja atau target yang
telah di tetapkan (Murni, 2014:6). Efisiensi pengelolaan anggaran daerah adalah rasio
oleh suatu unit organisasi dan keluaran yang dihasilkan. Pengukuran efisiensi
dilakukan dengan Efisiensi di ukur dengan ratio antara output dengan input. Semakin
21
besar output di banding input,maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi
berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Efisiensi
No Presentase Efisiensi Kemampuan Keuangan
1 Diatas 100% Tidak Efisien
2 90-100% Kurang Efisien
3 80-90% Cukup Efisien
4 60-80% Efisien
5 Dibawah 60% Sangat Efisien
Sumber: Mahsun (2014:187)
diterima. Kinerja pemerintah akan dikatakan efisien bila rasio antara 60,01% s/d
80%, semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja akan semakin baik dan semakin
besar rasio berarti semakin buruk (Mahsun, 2014:187). Untuk Menganalisis tingkat
efisiensi Realisasi Anggaran Belanja di lihat dari sisi pengeluaran maka formula
perhitungannya adalah ratio antara penerimaan daerah dengan belanja rutin, dimana
semakin kecil rasionya maka semakin efisien Realisasi Anggaran Belanja tersebut.
22
dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasarna yang harus dicapai. Kegiatan
operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran
merupakan dampak atau pengaruh dari membuat atau menghasilkan produk yang
sesuai dengan keinginan atau sasaran yang ingin dicapai akan tetapi tetap menjadi
tanggung jawab yang juga akan dirasakan dan dialami sendiri oleh individu yang
menciptakan dan menjalankan pada akhirnya akan kembali lagi kepada apa yang
menjadi fokus atau tujuan semula tanpa harus menghiraukan hal-hal atau melibatkan
Tabel 2.2
Kriteria Rasio Efektivitas
No Rasio Efektivitas (%) Kemampuan Keuangan
1 > 100 Sangat Efektif
2 90-100 Efektif
3 80-90 Cukup Efektif
4 60-80 Kurang Efektif
5 ≤ 60 Tidak Efektif
Sumber: Mahsun (2014:187)
merupakan suatu ukuran dalam pencapaian target yang ditelah ditentukan atau suatu
penelitian yang akan dilakukan sekarang ini salah satunya peneliti dari Darwanis
Pada Pemerintah Daerah (Studi Deskriptif Pada Dinas DPKKD Kabupaten Aceh
Penerapan anggaran berbasis kinerja pada dinas DPKKD kabupaten Aceh Selatan
telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang diamanatkan oleh Permendagri Nomor
dengan maksimal sehingga berpengaruh pada penilaian kinerja, kualitas sumber daya
24
manusia masih belum optimal meskipun sudah terwakili dan masih rendahnya
tanggung jawab aparatur dinas untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tugas pokok
dan fungsi..
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan
Belanja Daerah telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 serta peraturan yang telah ditetapkan,
Kinerja (Studi pada Pemerintah Kota Way Kanan). Hasil penelitian menunjukkan
yang tinggi dari Kepala Daerah maupun legislatif daerah (DPRD). Sebagai sistem
anggaran yang relatif baru maka diimplementasikan di Kota Way Kanan masih
ditemukan beberapa masalah yakni: kurangnya jumlah sumber daya manusia yang
Penelitian yang selanjutnya adalah penelitian dari Kainda (2013) dengan judul
penelitian “Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Badan Pengelola Keuangan dan
Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Dari hasil analisis yang terdiri dari
25
belanja, rasio efisiensi belanja dan rasio belanja daerah terhadap PDRB. Tahun 2009
terdapat selisih anggaran belanja sebesar Rp. 95.735.271.217,62, tahun 2010 Rp.
dibanding tahun sebelumnya, tahun 2011 sebanyak 13,05%, tahun 2012 sebanyak
37,74%. Untuk analisis keserasian belanja, tahun 2012 rasio belanja operasi sebesar
69,01%, rasio belanja modal sebesar 19,79%, rasio belanja tak terduga 0,004%, rasio
transfer bagi hasil 11,18%. Tahun 2009 realisasi belanja sebesar 91,53% dari yang
dianggarkan, tahun 2010 hanya sebesar 94,88%, tahun 2011 hanya sebesar 89,07%,
mengetahui apakah sampel yang ditetapkan telah dapat dilakukan analisis dan melihat
apakah model prediksi yang dirancang telah dapat dimasukkan ke dalam serangkaian
data, maka perlu dilakukan pengujian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja keuangan yayasan. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa ada pengaruh
antara variabel anggaran sebagai alat perencanaan (X1), anggaran sebagai alat
pengendalian (X2) terhadap kinerja keuangan (Y). Hasil path analysis menunjukkan
sebagai alat perencanaan lebih besar pengaruhnya dibanding anggaran sebagai alat
26
pengendalian pada yayasan Asyifa. Untuk lebih jelas dapat dilhat pada Tabel 2.3
berikut:
Tabel 2.3
Penelitian Sebelumnya
NJudul penelitian
No Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
dan Nama Peneliti
1. Analisis Kinerja Tempat Penerapan anggaran berbasis
Implementasi anggaran penelitian, kinerja pada dinas DPKKD
Anggaran Analisis kabupaten Aceh Selatan telah
Berbasis Kinerja data berjalan dengan baik sesuai
Pada Pemerintah dengan yang diamanatkan
Daerah (Studi oleh Permendagri Nomor 13
Deskriptif Pada Tahun 2006. dalam
Dinas DPKKD pelaksanaan kegiatannya
Kabupaten Aceh masih terdapat kendala-
Selatan). kendala, seperti anggaran
(Darwanis, 2016) yang telah direncanakan
belum dapat direalisasikan
dengan maksimal sehingga
berpengaruh pada penilaian
kinerja, kualitas sumber daya
manusia masih belum
optimal dan masih rendahnya
tanggung jawab aparatur
dinas untuk menyelesaikan
tugas
seringkali tercermin dari kinerja organisasi sektor publik yang tergambar produktif,
efisien, kualitas, dan kreativitas. Paparan informasi yang terdapat pada harian yang
pusat yang sering melakukan pemborosan, yang berakibat negara terbebani oleh
pembiayaan yang meliputi tidak produktif, efektif, dan efisiensi kerja yang mana
tentu berdampak pada rendahnya kinerja dari organisasi sektor publik baik pusat atau
kinerja diatur dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang kini menjadi
pemerintahan yang amanah dan didukung oleh instansi pemerintahan yang efektif,
29
efisien, profesional, dan akuntabel, serta mampu memberikan pelayanan prima dalam
Untuk lebih jelas kerangkan pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Anggaran
2016-2018
Realisasi
Anggaran
Efektivitas
Hasil
Penelitian
METODE PENELITIAN
yang akan dilakukan pada penelitian ini mulai dari membuat hipotesi dan
penelitian adalah rencana kerja yang akan dilakukan dalam suatu penelitian.
aspek sebagaimana diungkapkan oleh Sekaran (2017: 152) yaitu sebagai berikut :
melakukan penetapan lokasi penelitian merupakan tahap awal yang sangat penting
dalam melakukan penelitian, maka dari itu mempermudah peneliti untuk melakukan
penelitian dengan objek dan tujuan yang akan diambil.Lokasi yang dipilih dari
penelitian ini adalah Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang dan untuk
keperluan data, penelitian ini dilakukan pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
30
1
31
Menengah. Objek penelitian yang akan diteliti adalah efisiensi dan Efektivitas
terjadi untuk melihat, mengungkapkan atau menggambarkan secara tepat hal-hal yang
sedang dihadapi sekarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu data
Data dalam penelitian ini mulai dari tahun 2016-2018. Menurut Susila dan
Suyanto (2015:17) studi cross sectional (one shot) merupakan penelitian yang
dilakukan dalam satu waktu tertentu dengan satu fokus. Studi cross-sectional
dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode
sebagai subjek penelitian. Dalam pengertian yang lain, Unit analisis diartikan sebagai
sesuatu yang berkaitan dengan fokus/ komponen yang diteliti. Unit analisis ini
dilakukan oleh peneliti agar validitas dan reabilitas penelitian dapat terjaga. Karena
penelitian dan sumber data. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu,
kelompok, organisasi, benda, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan pokus
permasalahannya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu Dinas Koperasi
Dalam menyusun laporan tugas akhir ini penulis memerlukan data yang
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti dan
merupakan data yang bisa diolah dan belum diolah oleh pihak lain, yang
termasuk data primer adalah data tentang laporan realisasi anggaran belanja.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak langsung yang merupakan data
yang telah tersedia yang diperoleh dari kantor Dinas Koperasi dan Usaha
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, ada
Menurut Sugiyono (2018:15) Metode kuantitatif deskriptif yaitu dengan cara mencari
informasi tentang gejala yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan
sebagai berikut: “Metode kuantitatif deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian yaitu mengenai efisiensi dan
efektifitas pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yaitu berupa laporan
Tabel 3.1
Kriteria Rasio Efektivitas
Rasio Efektivitas (%) Kemampuan Keuangan
> 100 Sangat Efektif
90-100 Efektif
80-90 Cukup Efektif
60-80 Kurang Efektif
≤ 60 Tidak Efektif
Sumber: Mahsun, 2014:187
BAB IV
4.1.1 Profil Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh
salah satu Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) yang dibentuk berdasarkan
dirangkum dalam “Aceh Hebat”. Aceh Hebat merupakan intisari dari Visi/ Misi,
Tujuan/ Sasaran, dan Program Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh periode 2017-
2022.
menangani isu strategis berupa Pengembangan Industri, Koperasi dan UKM; satu
dari 17 isu strategis yang dituangkan dalam Rancangan RPJMA 2017-2022. Misi
Pemerintah Aceh yang harus dicapai oleh Diskopukm Aceh adalah Misi ke-8
industri kreatif yang kompetitif. Misi ke-8 ini adalah bagian dari 15 Program
Aceh Hebat, yaitu Aceh Kreatif (No. 7) dan Aceh Kaya (No. 8).Diskopukm Aceh
35
36
Dinas Koperasi,Usaha Kecil dan Menengah Aceh selama tahun 2018 telah
melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai target kinerja dan
sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategis SKPA. Selain
untuk mencapai target dalam perencanaan strategis SKPA, hal tersebut juga
bertujuan untuk mencapai misi dan target yang telah ditetapkan dalam RPJMA
dengan target kinerja untuk mengetahui tingkat capaian atau selisih kinerja
(performance gap). Tingkat capaian atau selisih kinerja tersebut menjadi acuan
Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan
Kinerja.
37
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Aceh
Visi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh yaitu
“Terwujudnya Koperasi Mandiri dan Tangguh serta UKM Naik Kelas 2022.
Sedangkan misi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh
4.1.3 Tugas dan Fungsi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Aceh
Kerja Perangkat Aceh dari Pemerintah Aceh yang bertugas melaksanakan urusan
pemerintahan dibidang Koperasi dan UKM. Secara umum Dinas Koperasi, Usaha
sebagai berikut:
Koperasidan UKM
Teknis Dinas (UPTD) yaitu UPTD Balai Pelatihan Koperasi dan UKM yang
terdiri dari kepala UPTD, Sub Bagian Tata Usaha, dan kelompok jabatan
Provinsi Aceh
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, membawahi:
Provinsi Aceh
Dari perhitungan rumus efektifitas di atas dapat dilihat pada Tabel 4.1
dibawah ini:
Tabel 4.1
Realisasi Anggaran Belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Belanja Realisasi Persentase
(Rp) (Rp) (%)
1 2016 79.020.896.193 71.239.849.585 90,15%
2 2017 61.714.090.190 57.530.342.058 93,22%
3 2018 53.245.010.805 46.890.751.365 88,06%
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2020
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016
anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebesar
71.239.849.585 dengan tingkat persentase 90,15% dari total anggaran belanja. Pada
tahun 2017 anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
57.530.342.058 dengan tingkat persentase 93,22% dari total anggaran belanja dan
tahun 2018 anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
4.2.2 Efektifitas Belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Efektifitas belanja tidak langsung dari anggaran Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018
Tabel 4.2
Realisasi Belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Realisasi Sisa Persentase Perkembangan
(Rp) (Rp) Anggaran
1 2016 10.245.481.969 10.024.845.972 220.635.997 97,48% -
2 2017 10.746.650.194 10.345.527.446 401.122.748 96,26% -1,22%
3 2018 10.774.342.833 10.387.210.291 387.132.542 96,41% 0,15%
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2020
Berdasarkan Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada pada tahun 2016
tingkat persentasenya sebesar 97,48. Pada tahun 2017 tingkat kemampuan aparatur
atau tingkat persentase penggunaan belanja tidak langsung sebesar 96,26% artinya
tingkat persentasenya menurun sebesar 1,22% dari tahun sebelumnya, tapi pada tahun
peningkatan yaitu sebesar 0,15% dari tahun sebelumnya sehingga hal ini menjadi satu
permasalah bagi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh karena
Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018
Tabel 4.3
Realisasi Belanja langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Realisasi Kurang/Lebih Persentase
(Rp) (Rp)
1 2016 68.775.414.224 61.215.003.613 7.560.410.611 89,01%
2 2017 50.967.439.996 47.184.814.612 3.782.625.384 92,57%
3 2018 42.470.667.972 36.503.541.074 5.967.126.898 85,95%
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2020
anggaran yang disediakan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Aceh tahun 2016 sampai 2018 dapat dijelaskan bahwa: pada tahun 2016 tingkat
persentase realisasi belanja langsung yaitu 89,01%, pada tahun 2017 juga mengalami
peningkatan yaitu sebesar 92,57% dan pada tahun 2018 tingkat persentase realisasi
belanja langsung mengalami kenaikan dengan tingkat persentase pada tahun 2018
sebesar 85,95% sehingga hal ini menjadi satu permasalahan bagi Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh karena sisa belanja tidak langsung lebih besar
Provinsi Aceh
dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai dengan tahun
Tabel 4.4
Realisasi pendapatan dan Realisasi belanja Dinas Koperasi dan UKM Aceh
dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Realisasi pendapatan Realisasi belanja Persentase
(Rp) (RP)
1 2016 12.000.000 71.239.849 593,66%
2 2017 21.989.220 57.530.342 261,62%
3 2018 13.929.242 46.890.751 336,63%
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Aceh, 2019
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2016
realisasi pendapatan Dinas Koperasi dan UKM Aceh sebesar Rp 12.000.000 dan
tahun 2017 realisasi pendapatan Dinas Koperasi dan UKM Aceh sebesar Rp
261,62% dan pada 2018 realisasi pendapatan Dinas Koperasi dan UKM Aceh
persentasi 336,63%.
45
Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 ditunjukkan dalam
Tabel 4.5
Realisasi Anggaran Belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Realisasi Kurang/Lebih Persentase Kemampuan
(Rp) (Rp) Keuangan
1 2016 79.020.896.193 71.239.849.585 7.781.046.608 90,15 Efektif
2 2017 61.714.090.190 57.530.342.058 4.183.748.123 93,22 Efektif
3 2018 53.245.010.805 46.890.751.365 6.354.259.440 88,06 Cukup Efektif
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2018
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh tahun 2016 sampai 2018
1. Pada tahun 2016 realisasi anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan realisasi
anggaran belanja tahun 2016 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
2. Pada tahun 2017 realisasi anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan realisasi
anggaran belanja tahun 2017 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
3. Pada tahun 2018 realisasi anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebesar Rp
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan realisasi
anggaran belanja tahun 2018 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Anggaran belanja Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh
digunakan untuk belanja tidak langsung, belanja langsung dan belanja tak terduga.
Belanja tidak langsung diantaranya seperti belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, belanja hibah dan bantuan sosial. Kemudian belanja langsung di antaranya
seperti belanja langsung peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan,
belanja langsung jalan, irigasi dan jaringan serta belanja aset tetap lainnya.
47
4.3.2 Analisis Efektifitas Belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha
Efektifitas belanja tidak langsung dari anggaran Dinas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018
Tabel 4.6
Realisasi Belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Realisasi Kurang/Lebih Persentase Kemampuan
(Rp) (Rp) Keuangan
1 2016 10.245.481.969 10.024.845.972 220.635.997 97,48% Efektif
2 2017 10.746.650.194 10.345.527.446 401.122.748 96,26% Efektif
3 2018 10.774.342.833 10.387.210.291 387.132.542 96,41% Efektif
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2018
dari anggaran yang disediakan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
1. Pada tahun 2016 realisasi belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha
langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebesar
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan
realisasi belanja tidak langsung tahun 2016 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
2. Pada tahun 2017 realisasi belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha
tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh
ada sisa belanja tidak langsung sebesar Rp 401.122.748 yang tidak digunakan
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat
disimpulkan realisasi belanja tidak langsung tahun 2017 Dinas Koperasi dan
3. Pada tahun 2018 realisasi belanja tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha
tidak langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh
ada sisa belanja tidak langsung sebesar Rp 387.132.542 yang tidak digunakan
oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat
disimpulkan realisasi belanja tidak langsung tahun 2018 Dinas Koperasi dan
4.3.3 Analisis Efektifitas Belanja langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Kecil Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018
Tabel 4.7
Realisasi Belanja langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Aceh dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Anggaran Realisasi Kurang/Lebih Persentase Kemampuan
(Rp) (Rp) keuangan
1 2016 68.775.414.224 61.215.003.613 7.560.410.611 89,01% Efektif
2 2017 50.967.439.996 47.184.814.612 3.782.625.384 92,57% Efektif
3 2018 42.470.667.972 36.503.541.074 5.967.126.898 85,95% Cukup Efektif
Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh, 2020
anggaran yang disediakan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
1. Pada tahun 2016 realisasi belanja langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan realisasi
belanja langsung tahun 2016 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
2. Pada tahun 2017 realisasi belanja langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebesar
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan realisasi
50
3. Pada tahun 2018 realisasi belanja langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
langsung Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh sebesar
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh. Dapat disimpulkan realisasi
belanja langsung tahun 2018 Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Tabel 4.8
Realisasi pendapatan dan Realisasi belanja Dinas Koperasi dan UKM Aceh
dari tahun 2016 s/d 2018
No Tahun Realisasi Realisasi belanja Persentase Kemampuan
pendapatan (Rp) keuangan
(Rp)
1 2016 12.000.000 71.239.849 593,66% Tidak efesien
2 2017 21.989.220 57.530.342 261,62% Tidak efesien
3 2018 13.929.242 46.890.751 336,63% Tidak efesien
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Aceh, 2020
51
pada Dinas Koperasi dan UKM Aceh dari tahun 2015 sampai 2017 dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pada tahun 2016 realisasi pendapatan Dinas Koperasi dan UKM Aceh sebesar Rp
593,66%. Artinya kemampuan Dinas Koperasi dan UKM Aceh dalam mengelola
realisasi pendapatan dan pengeluaran dapat dikatakan tidak efesien karena tingkat
2. Pada tahun 2017 realisasi pendapatan Dinas Koperasi dan UKM Aceh sebesar Rp
261,62%. Artinya kemampuan Dinas Koperasi dan UKM Aceh dalam mengelola
3. Pada 2018 realisasi pendapatan Dinas Koperasi dan UKM Aceh sebesar Rp
336,63%. Artinya kemampuan Dinas Koperasi dan UKM Aceh dalam mengelola
realisasi pendapatan dan pengeluaran dapat dikatakan tidak efesien karena tingkat
sesuai dengan standar dan adanya pemborosan keuangan negara atau kemahalan
4.4 Evaluasi
Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas
Koperasi dan UKM Aceh yang berkaitan dengan pelayanan bidang Koperasi dan
1. Belum optimalnya perencanaan maupun hasil kajian yang disusun oleh Dinas
Koperasi dan UKM Aceh baik oleh internal maupun oleh dinas teknis terkait;
5. Belum tersusunnya standar kinerja yang terukur bagi setiap jabatan struktural
Aceh; dan
Disisi lain tantangan utama yang dihadapi Koperasi dan UKM di Aceh
produk yang berkualitas dan berdaya saing untuk memenuhi permintaan pasar
dan UKM yang berbasis agro industri, industri kreatif, dan inovatif yang didukung
oleh peningkatan kapasitas kelembagaan Koperasi dan entitas UKM dengan tetap
pembangunan.Hal ini terlihat dari masih rendahnya produksi dan nilai tambah dari
bergerak dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam juga mengalami persoalan
yang sama, seperti pemanfaatan potensi sumber daya kelautan dan kehutanan
yang dihasilkan.
mendukung pertumbuhan ekonomi Aceh. Dalam hal ini, tata kelola Pemerintahan
perlu didukung oleh struktur organisasi yang efisien dan efektif melalui
professional yang tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dengan demikian,
keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi
yang cepat adalah dengan fokus membangun daya saing produk yang
Koperasi dan UKM, maka pemberdayaan Koperasi dan UKM masih menghadapi
berbagai kendala antara lain aspek sumber daya manusia, aspek permodalan,
aspek teknologi, dan pengawasan yang lemah serta belum mengarah kepada
kewirausahaan dan rendahnya produktivitas serta daya saing Koperasi dan UKM,
5.1 Kesimpulan
1. Realisasi Anggaran belanja dari tahun 2016 sampai 2017 Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dapat dikatakan efektif karena tingkat
persentase realisasi anggaran belanja berada pada angka 90% sampai 100%,
kemudian Realisasi Anggaran belanja dari tahun 2018 Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dapat dikatakan cukup efektif karena
tingkat persentase realisasi anggaran belanja berada pada angka 80% sampai
90% dan setiap tahun selalu ada sisa anggaran belanja yang belum dapat
terealisasikan.
2. Realisasi belanja tidak langsung dari tahun 2016 sampai 2018 Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dapat dikatakan efektif karena
tingkat persentase realisasi anggaran berada pada angka 90% sampai 100%.
Sedangkan realisasi belanja langsung dari tahun 2016 sampai 2017 Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dapat dikatakan efektif
karena tingkat persentase realisasi anggaran berada pada angka 90% sampai
100%. Pada tahun 2018 realisasi belanja langsung dapat dikelola dengan
berada pada angka 80% sampai 90% dan setiap tahun selalu ada sisa anggaran
56
35
57
3. Realisasi pendapata denga belanja pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Aceh dari tahun 2016 sampai 2018 tidak efisien, hal ini
disebabkan pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh
tidak ada sumber pendapatan sehingga pihak Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Aceh hanya menerima anggaran dari APBA dan lainnya.
5.2. Saran
1. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dapat mengelola
bermanfaat bagi aparatur dan masyarakat Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
2. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh dapat membuat
100%.
3. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Aceh agar dapat
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bastian, Indra. (2015). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Dua. Yogyakarta: FE UGM.
Elim, Inggriani dan Makka, Harry Al (2015). Analisis Kinerja Belanja Daerah Dalam
Laporan Realisasi Anggaran Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
Dan Aset Daerah Di Kota Kotamobagu. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
Volume 15 No. 04
Hasibuan, Malayu S.P. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta
Irawan, Bambang (2014). Pengaruh Kemampuan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informatika
Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Manajemen Universitas Mulawarman
Samarinda
Kainda. (2013). Analisis Kinerja Anggaran Belanja pada Badan Pengelola Keuangan
dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Manajemen
Kurniati., Yulia Dewi., & Roniwati (2015) Pengaruh Kinerja Pegawai Terhadap
Kualitas Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor Di Dinas Perhubungan,
Komunikasi Dan Informatika Kabupaten Mamuju Utara. e Jurnal Katalogis,
Volume 4 Nomor 2
58
59
Moleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Murni, Sri (2014) Analisis Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sam Ratulangi
Mustafa. (2014). Analisis Kinerja Sumber Daya Aparatur Pada Uptd Balai
Pengawasan Dan Pengendalian Mutu Barang Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen
Sulistio, Eko. B. (2015) Proses Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Pada
Pemerintah Kabupaten Way Kanan) Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan
Pembangunan, Vol.1, No.1
60
Susila, & Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten: Boss.
Syahrani (2014). Analisis Kinerja Aparatur Pada Dinas Pertambangan Dan Energi
Kabupaten Nunukan. Journal Administrative Reform, 2014, 2 (3): 1624-1636
Tinangon, Jantje. (2015). Analisis Penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pada Dinas
Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA
Vol.3 No.2, Hlm. 852-862
Umar, Husein. (2013) Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: Ghalia
Indonesia
Yulius, Saka (2014) Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai
Bagian Sekretariat Di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bengkulu. Jurnal
Manajemen Universitas Bengkulu
Yunianti, Umi (2015) Analisis Efisiensi Dan Efektivitas Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Desa (APBDesa). Jurnal Akuntansi Universitas PGRI Yogyakarta.
ISBN 978-602-73690-3-0