Anda di halaman 1dari 8

MEMAHAMI PENDEKATAN DAN HABITUASI PKn SEBAGAI

PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL BAGI GURU DI SEKOLAH DASAR

Wachid Pratomo
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
E-mail: putrieneliz37@gmail.com

Abstract: Education is a conscious and planned attempt to create a learning atmosphere and a learning
process in order that learners actively develop their potentials to possess spiritual and religious
SRZHU VHOI FRQWURO SHUVRQDOLW\ LQWHOOLJHQFH QREOH FKDUDFWHUV DQG VNLOOV QHHGHG E\ WKHPVHOYHV WKH
VRFLHW\ QDWLRQ DQG FRXQWU\ &LYLF (GXFDWLRQ DW WKH HOHPHQWDU\ VFKRRO UHTXLUHV OHDUQLQJ WKURXJK D
variety of approaches emphasizing the habituation of the students by the teachers in inculcating
YDOXHV DQG PRUDO 7KHUHIRUH WKH WHDFKHUV DUH H[SHFWHG WR SULRULWL]H WKH among (guiding) system
DQG DSSO\ WKH YDOXHV E\ SURYLGLQJ H[DPSOHV ing ngarso sung tulodo GHYHORSLQJ ZLOO LQJ PDG\R
mangun karso DQG HQKDQFLQJ WKH VWXGHQWV¶ FUHDWLYLW\ LQ WKH OHDUQLQJ SURFHVV WXW ZXUL KDQGD\DQL).
,Q WKLV ZD\ WKH VWXGHQWV XQGHUVWDQG &LYLF (GXFDWLRQ DV YDOXH DQG PRUDO HGXFDWLRQ ZKLFK ¿QDOO\ FDQ
produce students with good morals and characters for the development of the nation and country.

Keywords: QDWXUH RI &LYLF (GXFDWLRQ KDELWXDWLRQ YDOXH DQG PRUDO HGXFDWLRQ

6HLULQJ GHQJDQ SHUNHPEDQJDQ ]DPDQ PDQXVLD yang akan diajar. Dalam proses pendidikan selalu
harus mengikuti keadaan yang ada kalau manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tujuan
masih mempunyai keinginan untuk bertahan sangat mulia dan proses untuk menuju ke tahap
hidup. Ketika manusia tersebut sudah tidak mau tujuan yang mulia tersebut selalu dilaksanakan
PHQJLNXWL SHUNHPEDQJDQ \DQJ DGD PDND \DQJ proses belajar.
terjadi adalah tertinggalnya manusia tersebut dari Menurut teori konvergensi dalam Purwanto
perkembangan zaman. Dalam mengantisipasi dari (2002:15) menyatakan bahwa “hasil pendidikan
WHUWLQJJDOQ\D GHQJDQ SHUXEDKDQ ]DPDQ \DQJ DGD anak–anak ditentukan oleh dua faktor yakni
maka perlu adanya pendidikan yang bermutu. SHPEDZDDQ GDQ OLQJNXQJDQ´ -DGL PHVNLSXQ DQDN
Dengan pendidikan manusia bisa menyikapi itu mempunyai bakat bila tidak dikembangkan
keadaan perkembangan zaman dengan lebih secara baik dan benar akan sia-sia. Pengembangan
mantap serta siap. secara baik dan benar akan menjadi pondasi yang
Menurut SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 kuat untuk pembelajaran selanjutnya. Pendidikan
menjelaskan pengertian pendidikan sebagai tidak hanya mementingkan kecerdasan intelektual
berikut. saja melainkan moral dan nilai menjadikan rujukan
Pendidikan adalah usaha sadar dan yang penting untuk dikembangkan kepada peserta
terencana untuk mewujudkan suasana didik dijaman yang semakin tidak batas perilaku
belajar dan proses pembelajaran agar antara orang satu dengan orang lain. Oleh karena
peserta didik secara aktif mengembangkan itu dibutuhkan pendidikan PKn yang mengandung
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan QLODL QRUPD GDQ DNKODN XQWXN SHVHUWD GLGLN
VSLULWXDO NHDJDPDDQ SHQJHQGDOLDQ GLUL dikalangan pendidikan sekolah dasar sebagai
NHSULEDGLDQ NHFHUGDVDQ DNKODT PXOLD SRQGDVL ZDWDN GDQ MLZD PHUHND GL NHPXGLDQ KDUL
serta keterampilan yang diperlukan supaya tidak terombang ambing perkembangan
GLULQ\D PDV\DUDNDW EDQJVD GDQ QHJDUD zaman.
Pendidikan nilai dan moral memiliki esensi
Dari penjelasan di atas dapat ditarik dan makna yang sama dengan pendidikan budi
kesimpulan bahwa proses pendidikan itu harus pekerti dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah
ada kesadaran dan usaha yang terencana atau PHPEHQWXN SULEDGL DQDN VXSD\D PHQMDGL PDQXVLD
terprogram baik dari pengajar maupun pihak EDLN ZDUJD PDV\DUDNDW GDQ ZDUJD QHJDUD EDLN

1
2 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol. 2, Nomor 2, Januari 2016, hlm. 1-8

yang memiliki kompetensi kewarganegaraan. %HUNDLWDQ GHQJDQ SHPEDKDVDQ GL DWDV EDKZD


“Kompetensi kewarganegaraan adalah pendidikan nilai dan moral adalah sebuah wadah
VHSHUDQJNDW SHQJHWDKXDQ QLODL GDQ VLNDS VHUWD pembinaan akhlak. Hal ini perlu adanya sebuah
keterampilan yang mendukung menjadi warga pendekatan yang akan membawa siswa atau
negara yang partisipatif dan bertanggung jawab peserta didik untuk memaknai dan menerapkan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara” dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
%UDQVRQ .RPSHWHQVL LQL QDQWLQ\D Pendekatan yang membantu calon pendidik untuk
akan memberi bekal kepada setiap warga defable GLVDPSDLNDQ NHSDGD FDORQ SHVHWD GLGLNQ\D NHODN
agar menjadi warganegara cerdas dan baik (be sehingga peserta didik untuk menerapkan nilai dan
smart and good citizenship). moral dalam pembelajaran PKn di Sekolah Dasar
$GDSXQ NULWHULD PDQXVLD \DQJ EDLN ZDUJD maupun di tingkat selanjutnya.
PDV\DUDNDW \DQJ EDLN GDQ ZDUJD QHJDUD \DQJ Pendidikan moral melatih siswa untuk mau
EDLN EDJL VXDWX PDV\DUDNDW DWDX EDQJVD VHFDUD bekerja secara kelompok memerlukan pembiasaan
XPXP DGDODK QLODL QLODL VRVLDO WHUWHQWX \DQJ atau habituasi sejak dini. Agar tumbuh kemampuan
banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat XQWXN PHQGHQJDUNDQ EHUVLNDS HPSDWL GDQ XQWN
dan bangsanya. Tiga kompetensi penting harus menerima peran orang lain. Agar tecipta habituasi
dimiliki oleh warga negara yang ditanamkan sejak yang baik maka Mulyasa (2003:100) menyatakan
dini adalah kompetensi kewarganegaraan yang bahwa dalam setiap pembelajaran memerlukan
diadopsi dari pendapat Branson (1999:8) yaitu interaksi antara peserta didik dan lingkungannya
sebagai berikut. sehingga terjadi perubahan peilaku yang baik.
1. Civic knowledge (pengetahuan
NHZDUJDQHJDUDDQ EHUNDLWDQ GHQJDQ
PEMBAHASAN
kandungan atau apa yang seharusnya
diketahui oleh seorang warga negara. A. Pendekatan
2. Civic skill NHFDNDSDQ NHZDUJDQHJDUDDQ Dalam proses pembelajaran dikenal
adalah kecakapan intelektual EHEHUDSD LVWLODK \DQJ PHPLOLNL NHPLULSDQ PDNQD
3. Civic disposition (watak kewarganegaraan) sehingga seringkali orang merasa bingung
yang mengisyaratkan pada karakter untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut
publik maupun privat yang penting bagi DGDODK SHQGHNDWDQ SHPEHODMDUDQ VWUDWHJL
pemeliharaan dan pengembangan seorang SHPEHODMDUDQ PHWRGH SHPEHODMDUDQ
warga negara. WHNQLN SHPEHODMDUDQ WDNWLN SHPEHODMDUDQ
Ketiga komponen tersebut satu sama lain dan (6) model pembelajaran. Berikut ini hanya
akan berhubungan dan saling merangkai menjadi DNDQ GLEDKDV PHQJHQDL SHQGHNDWDQ SHPEHODMDUDQ
VHEXDK VDWX NHVDWXDQ VHKLQJJD PHQMDGLNDQ ZDUJD dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
negara yang benar-benar cerdas dari segala aspek. tentang penggunaan istilah tersebut.
Kesemua hal tersebut diarahkan ke mata pelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
PKn yang dipelajari sejak SD sampai perguruan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
WLQJJL 2OHK NDUHQD LWX KDNLNDW GDUL 3.Q VHEDJDL WHUKDGDS SURVHV SHPEHODMDUDQ \DQJ PHUXMXN
Pendidikan Nilai dan Moral dalam konteks pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
SHQGLGLNDQ GL ,QGRQHVLD DGDODK EXGL SHNHUWL \DNQL \DQJ VLIDWQ\D PDVLK VDQJDW XPXP GL GDODPQ\D
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari PHZDGDKL PHQJLQVLSUDVL PHQJXDWNDQ GDQ
EXGD\D EDQJVD ,QGRQHVLD VHQGLUL GDODP UDQJND melatari metode pembelajaran dengan cakupan
membina kepribadian generasi muda. teoretis tertentu. Salah satu sasaran pembelajaran
Dewasa ini banyak pihak menuntut menurut Hamdani (2010:23) adalah membangun
peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan JDJDVDQ VDLQVWL¿N VHWHODK VLVZD EHULQWHUDNVL
Pendidikan Nilai dan Moral pada lembaga GHQJDQ OLQJNXQJDQ SHULVWLZD GDQ LQIRUPDVL GDUL
pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan VHNLWDUQ\D 8QWXN PHPEDQJXQ PDNQD WHUVHEXW
SDGD IHQRPHQD VRVLDO \DQJ EHUNHPEDQJ proses belajar mengajar berpusat pada siswanya.
yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam Kualitas suatu pembelajaran ditentukan oleh
PDV\DUDNDW VHSHUWL SHUNHODKLDQ PDVDO GDQ seberapa besar kegiatan pembelajaran dapat
berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan mengubah tingkah laku individu peserta didik
GL NRWD NRWD EHVDU WHUWHQWX VHSHUWL -DNDUWD JHMDOD ke arah sesuai yang ditetapkan. Dilihat dari
tersebut telah sampai pada taraf yang sangat SHQGHNDWDQQ\D SHPEHODMDUDQ WHUGDSDW GXD MHQLV
PHUHVDKNDQ 2OHK NDUHQD LWX OHPEDJD SHQGLGLNDQ SHQGHNDWDQ \DLWX SHQGHNDWDQ SHPEHODMDUDQ
formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi yang berorientasi atau berpusat pada siswa
muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya (student centered approach) dan (2) pendekatan
dalam pembentukan kepribadian siswa melalui pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan guru (teacher centered approach).
budi pekerti.
Wachid Pratomo, Memahami Pendekatan dan Habituasi 3

B. Macam-macam Pendekatan PKn dalam Handbooks Experience and Education


Beberapa pendekatan nilai dan moral yang (1972) menyatakan bahwa “…intellectual and
digunakan dalam pembelajaran PKn menurut HWKLFDO FRPSHWHQFH FRXOG EH DFKLHYHG RQO\ E\
Muhammad Nuruddin (http://muhammadnuruddin. UHÀHFWLQJ RQ RQH¶V DFWXDO FRQFUHWH FRQFUHWH
blogspot.com) adalah sebagai berikut. experience.” Sebabnya adalah walaupun
1. Evokasi dikenalkan berbagai konsep nilai misalnya
Pendekatan ini menekankan pada inisiatif WHQWDQJ GHPRNUDVL NHDGLODQ GDQ PHQJKDUJDL
siswa untuk mengekspresikan dirinya secara orang lain jika struktur kelas dan sekolah
spontan yang didasarkan pada kekebasan tetap saja mencontoh dan menekankan pada
dan kesempatan. Pendekatan seperti ini baik hubungan sosial yang otoriter maka jangan
sekali namun dilihat dari budaya masyarakat diharapkan akan ada belajar yang efektif.
ini terutama yang jauh dari kehidupan Kepedulian terhadap hubungan
kota melaksanakan pendekatan tersebut antara abstraksi dengan pengalaman siswa
tentulah menghadapi kendala-kendala sendiri dalam pemahaman Dewey disebut
cultural dan psikologikal. Untuk dapat dengan istilah “child centeredness.” Anak
PHQJLPSOHPHQWDVLNDQ SHQGHNDWDQ LQL SHUWDPD membutuhkan moral yang ideal yang
guru amat diperlukan yang disebut dengan diharapkan dapat dikuasainya secara
“breaking the ice” agar setiap anak merasakan intelektual. Pendidikan moral yang didasarkan
DGDQ\D VXDVDQD WHUEXND EHUVDKDEDW GDQ pada kerangka kerja Dewey adalah kegiatan
kondusif untuk dapat “menyatakan dirinya” NHUMDVDPD NHORPSRN EHNHUMD GHQJDQ RUDQJ
menyatakan apa yang menjadi pemikirannya lain dalam masalah yang aktual atau masalah
dan mengungkapkan perasaannya. \DQJ VHEHQDUQ\D GDODP ELGDQJ DSD VDMD
Melatih siswa dengan cara seperti itu VHQL VDLQV SROLWLN PHNDQLN DNDQ PHPEDQWX
pada dasarnya merupakan salah satu bentuk anak menghargai pandangan dan nilai saling
pendewasaan agar terbiasa dalam merasakan member dan menerima (mutual exchange).
PDQIDDW VLWXDVL VHSHUWL LWX VHKLQJJD XQWXN Moralitas memang tidak dapat diajarkan
masa-masa yang akan datang mereka pun hanya melalui contoh kata-kata yang
dapat berbuat yang sama atau bahkan disampaikan oleh guru. Siswa membutuhkan
melebihinya. Keberhasilan pendekatan untuk saling berinteraksi pada kegiatan-
tersebut juga amat bergantung pada dorongan kegiatan yang betul-betul merupakan
dan rangsangan yang diberikan guru dengan kepedulian dan perhatian mereka.
mengandalkan pada stimulus-stimulus Sikap atau perilaku moralitas itulah yang
WHUWHQWX 6HODLQ SHUDQDQ JXUX SHUDQDQ kiranya menjadi tugas dan sekaligus tantangan
keluarga dan masyarakat juga amat penting utama guru SD. Masalah akan semakin
oleh karena apa yang dibicarakan dalam kelas rumit terutama jika dikaitkan pengajar nilai
yang dibatasi oleh empat dinding kelas dapat GDQ PRUDO XQWXN 6' GLNDUHQDNDQ trend
memberi makna dalam belajar siswa. menunjukkan guru SD yang mengajar saat ini
Peranan kedua unsut tersebut dalam masih muda-muda sehingga untuk dijadikan
menumbuhkan keyakinan siswa tentang nilai tauladan terkadang kurang sesuai. Hal inilah
PRUDO \DQJ GLEDKDV GL NHODV KDUXV VHMDODQ yang menjadikan permasalahan moral ini
dengan apa yang di lihat dan dialaminya dalam sangat berat bagi seorang guru SD dalam
kehidupan di keluarga dan di masyarakat. mengajar PKn .
Jika tidak ada kesesuian di antara ketiga unsut 2. Inkulkasi(Menanamkan)
WHUVHEXW PDND DNDQ WHUMDGL NRQÀLN GDODP Pendekatan ini didasarkan pada sejumlah
diri anak yang dalam istilah Pendidikan pertanyaan nilai yang telah disusun terlebuh
Kewarganegaraan disebut intra personal dahulu oleh guru. Tujuannya adalah agar
FRQÀLFW \DLWX NRQÀLN \DQJ WHUMDGL GDODP GLUL pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut
VLVZD .RQÀLN GDODP GLUL SULEDGL DQDN LWX masalah nilai tersebut dapat digunakan untuk
GDSDW EHUODQMXU PHQMDGL NRQÀLN DQWDUSULEDGL mempengaruhi dan sekaligus mengarahkan
yang disebut LQWHU SHUVRQDO FRQÀLFW karena siswa kepada suatu kesimpulan nilai yang
melihat tidak adanya keajekan antara nilai sudah direncanakan. Peranan guru dalam hal
yang dipelajari dan ditekuninya dengan apa ini amat menentukan oleh karena gurulah
yang terjadi di sekolah dan di masyarakat yang menentuka kearah mana siswa akan
secara keseluruhan. dibawa atau diarahkan atau dikondisikan
Pengalaman dan pembiasaan nilai-nilai secara halus dan hati-hati. Gurulah dengan
Pancasila sebagai tujuan PKn merupakan pertanyaan dan arah kesimpulan atau
langkah-langkah penting dalam pengajaran pendapat yang menentukan dalam pendekatan
nilai. Hal itu sejalan dengan pendapat Dewey ini adalah Teknik Inkuiri Nilai (Value Inquiri
4 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol. 2, Nomor 2, Januari 2016, hlm. 1-8

Question Technique) di mana target nilai mengkaji dengan nalar nilai dan moral yang
yang diharapkan dapat dicapai dengan terlibat dalam masalah yang bersifat dilematis
memanipulasi kedalam sejumlah pertanyaan. tersebut. Dalam proses pengkajian tersebut
siswa akan melibatkan nilai-nilai yang
3. Pendekatan Kesadaran dimilikinya dihadapkan dengan nilai-nilai
Dalam hal ini yang menjadi sasaran yang terkandung di dalam masalah dilematis
adalah bagaimana mengungkap dan membina tersebut. Dengan itu juga diharapkan siswa
kesadaran siswa tentang nilai-nilai tertentu yang sekaligus menghubungkannya dengan nilai-
ada pada dirinya atau pada orang lain. Tentu nilai yang umum dimiliki oleh orang lain
saja kesadaran itu akan tumbuh menjadi sesuatu atau umum dalam menghadapi masalah-
yang menumbuhkan kesadarannya tentang masalah dilematis seperti itu. Oleh karena
nilai atau seperangkat nilai-nilai tertentu. dalam pendekatan ini yang menajdi fokus
Hanya dengan kesadaran tertentu itu melalui adalah nalar atau yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan kognitifnya maka pendekatan ini amat sesuai
oleh guru anak dapat mengungkapkan nilai- dengan apa yang kita sebut dengan Cognitive
nilai dirinya atau nilai-nilai orang lain. Jendela Moral Development dari Kohlberg. Bagi
Johary (Johary Window) kiranya dapat Kohlberg. Terhadap kaitan yang erat antara
membantu menumbuhkan kesadaran siswa perkembangan kognitif dan kematangan atau
tentang dirinya atau diri orang lain. perkembangan moral seseorang.

4. Penalaran Moral 5. Pendekatan Analisis Nilai


Salah satu pendekatan dalam pendidikan Melalui pendekatan ini siswa diajak
moral adalah penalaran moral dimana anak untuk mengaji atau menganalisis nilai
dilibatkan dalam suatu dilema moral sehingga yang ada dalam suatu media atau stimulus
keputusan yang diambil terhadap dilema moral yang memang disiapkan oleh guru dalam
harus dapat diberikan alasan-alasan moralnya mengajarkan pendidikan nilai dan moral.
yang masuk akal. Dilema moral adalah satu Dalam melakukan pengkajian tentu saja para
bentuk teknik mengajar nilai dan moral yang siswa sudah dibekali dengan kemampuan
dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang analisisnya. Melakukan analisis sebagaimana
WLQJJL PLVDOQ\D NHODV ,9 9 GDQ 9, 3DWXW diketahui adalah merupakan salah satu
disadari bahwa dalam pendidikan nilai dan tahapan dalam tingkat pengetahuan atau
moral berbagai cara dapat digunakan sebagai ingatan dan analisis adalah satu tahapan
stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi dalam keterampilan berpikir sebelum sampai
VLVZD DGDODK PHODOXL SHUWDQ\DDQ SHUQ\DWDDQ pada sintesis dan evaluasi.
JDPEDU FHULWD GDQ JDPEDU NHDGDDQ \DQJ Dalam melakukan analisis nilai tentu
bersifat dilematis. saja siswa akan sampai pada tahapan menilai
Dalam pengajaran PKn misalnya apakah suatu nilai itu dianggap baik atau
melibatkan siswa sebagai individu yang WLGDN -LND PHQJJXQDNDQ DQDOLVLV QLODL WHQWX
“merasakan” dan “larut” dalam situasi yang saja disesuaikan dengan kemampuan siswa.
sengaja diciptakan untuk mendorong siswa Analisis nilai dapat dimulai oleh siswa yang
menggunakan nalar dan perasaannya terhadap dimulai dari sekedar melaporkan apa yang
VXDWX VLWXDVL DWDX NHMDGLDQ SULQVLS SDQGDQJDQ dilihat dan dihadapi sampai pada memilih dan
atau masalah merupakan upaya-upaya dasar mengemukakan hasil pengkajian yang lebih
dalam pendidikan nilai dan moral. Tanpa teliti dan lebih tepat.
XSD\D XSD\D GDVDU VHPDFDP LWX SHQGLGLNDQ Sebagaimana telah dikemukakan di
nilai dan moral serta PKn khususnya akan sulit atas bahwa pendekatan ini berkaitan dengan
mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. kognitif maka jelas bahwa antara pendekatan
Dalam pendekatan dilematis sebagai salah lima berkaitan erat dengan pendekatan empat
satu pendekatan akan lebih efektif jika guru yaitu penalaran moral. Pendekatan ini banyak
berhasil melibatkan secara intens nalar dan digunakan dalam teknik mengungkap nilai.
perasaan siswa sebab walaupun yang menjadi
dasar utama adalah nalarnya atau reasoning- 6. Pengungkapan Nilai
Q\D QDPXQ IDNWRU SHUDVDDQ VLVZD MXJD DNDQ Pengungkapan Nilai melihat pendidikan
memegang peranan penting dalam memberi moral lebih pada upaya meningkatkan
alasan-alasan moral tersebut. kesadaran diri (self-awareness) dan
Peranan stimulus amat besar sebab memperhatikan diri sendiri (self-caring) dan
stimulus yang didasarkan pada hal yang bukannya pemecahan masalah. Pendekatan
EHUVLIDW GLOHPDWLV DNDQ PHQJXQGDQJ VLVZD ini juga membantu siswa menemukan dan
Wachid Pratomo, Memahami Pendekatan dan Habituasi 5

memeriksa nilai mereka untuk menemukan dapat membina integritas sosial para siswa.
keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab Persoalan utama sekarang adalah bagaimana
itu maka pertimbangan (judging) adalah hal itu dilakukan pada tingkat SD.
PHUXSDNDQ IDNWRU NXQFL GDODP PRGHO WHUVHEXW
namun pertimbangan yang dimaksud adalah 8. Pendekatan Memadukan (Union Approach)
pertimbangan tentang yang disenangi dan Pedekatan ke delapan adalah menyatukan
\DQJ WLGDN GLVHQDQJL GDQ EXNDQ VHVXDWX \DQJ diri siswa dengan pengalaman dalam
diyakini seorang sebagai hal yang benar atau kehidupan “riil” yang dirancang oleh guru
salah. dalam proses belajar-mengajar. Proses
Melalui pendekatan ini siswa dibina penyatuan tersebut tidak lain adalah dimaksud
kesadaran emosionalnya tentang nilai yang agar siswa benar-benar mengalami secara
ada dalam dirinya melalui cara-cara kritis langsung pengalaman-pengalaman yang
GDQ UDWLRQDO GDQ DNKLUQ\D PHQJXML NHEHQDUDQ direncanakan guru melalui berbagai metode
kebaikan atau ketepatannya. Pengungkapan mengajar yang dipilih guru untuk tujuan
nilai tidak menganggap nilai moral sebagai tersebut. Untuk mencapai tujuan pengajaran
sebuah status dalam rentangan nilai-nilai. VHSHUWL \DQJ GLKDUDSNDQ LWX JXUX GDSDW
Semua nilai termasuk moral dianggap menggunakan berbagai metode diantaranya
sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan SDUWLVLSDWRUL VLPXODVL VRVLR GUDPD GDQ VWXGL
relatif. Walaupun dikatakan bahwa teknik proyek.
pengungkapan nilai ini banyak dipakai Siswa SD sesuai dengan tingkat
ternyata juga banyak menghadapi tantangan. kemampuan dan perkembangan berpikirnya
Oleh karena itu pendekatan ini dianggap memang lebih menyenangi contoh-
memiliki banyak kelemahan. FRQWRK NRQNULW &RQWRK NRQNULW WHUVHEXW
adalah contoh-contoh perilaku yang dapat
7. Pendekatan Komitmen dilaksanakan dlaam kehidupan siswa.
Pendekatan komitmen dalam pendidikan Penerapannya mungkin dalam kelompok
nilai dan moral mengarahkan dan menekankan GLVNXVL GL NHODV GDODP NHORPSRN EHUPDLQ
pada seperangkat nilai yang akan mendasari di sekolah atau dalam kehidupan di tengah-
pola pikir setiap guru yang bertanggung WHQJDK NHOXDUJD 2OHK NDUHQD LWX GDODP
jawab terjadap pendidikan nilai dan moral. prinsip pengajaran dianjurkan agar guru
Dalam PKn sudah barang tentu yang menjadi PKn SD dalam mengajarnya memulai dari
komitmen dasarnya adalah nilai-nilai moral hal-hal konkrit kepada yang abstrak apalagi
Pancasila serta Undang-Undang Dasar RI materi pendidikan moral pada dasarnya
1945. Nilai moral tersebut telah menjadi bersifat abstrak. Salah satu permasalahan
komitmen bangsa dan negara Indonesia untuk pokok yang dihadapi guru adalah bagaimana
terus dilestarikan sebagai nilai-nilai luhur mencari contoh-contoh konkrit yang memang
bangsa Indonesia. secara langsung menyentuh aspek kehidupan
Dalam mengajarkan nilai dan moral anak. Secara langsung menyentuh kebutuhan
tersebut nilai moral Pancasila merupakan seorang akan lebih mudah dihayati dan
nilai sentralnya tanpa menutup kemungkinan dilaksanakan.
mengajarkan nilai-nilai lainnya yang sesuai Kiranya demikian pula dengan mata
dan tidak bertentangan dengan Pancasila pelajaran PKn SD. Oleh sebab itu dalam
dan Undang-Undang Dasar RI 1945. Hal mengajarnya guru PKn SD diharapkan dapat
itu merupakan perwujudan dari komitmen D PHQJHPXNDNDQ EHUEDJDL FRQWRK SHULODNX
bangsa Indonesia khususnya Orde Baru (b) membantu siswa agar dapat mengikuti/
untuk senantiasa melaksanakannya secara mencontoh berbagai perilaku yang sesuai
murni dan konsekuen. Untuk terlaksananya dengan nilai-nilai moral. Pancasila dan tuntutan
hal tersebut sudah barang tentu komitmen kehidupan masuarakat sekitarnya yang
WHUXWDPD JXUX RUDQJ WXD VHUWD PDV\DUDNDW tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral
dan juga siswa merupakan hal yang paling Pancasila tersebut. Sebagai contoh misalnya
pokok bagi keberhasilan PKn tersebut. DGDODK JXUX GDODP PHQJDMDUQ\D VHEDLNQ\D
Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk lebih menekankan pada contoh-contoh yang
melatih disiplin siswa dalam pola pikir dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
tindakannya agar senantiasa sesuai dengan &RQWRK FRQWRK SHQJDODPDQ QLODL PRUDO
nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen dalam berbagai situasi dan konteks kiranya
bersama itu. Nilai-nilai yang telah menjadi dapat membantu siswa untuk lebih memahami
komitmen tersebut adalah nilai-nilai bersama dan menghayati serta mengamalkan nilai-
maka pendekatan tersebut diharapkan pula nilai moral yang disampaikan memalui mata
6 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol. 2, Nomor 2, Januari 2016, hlm. 1-8

pelajaran PKn SD. Nilai-nilai yang mendasari DGLO EHUGLVLSOLQ PHPDWXKL DWXUDQ SHUPDLQDQ
VLNDS GDQ SHULODNX GDODP NHOXDUJD VHNRODK WHUWLE GDQ MXMXU GDQ EHUVLNDS VSRUWLI 1LODL
dan lingkungan bermain serta lingkungan moral dalam lingkungan kelas atau sekolah
yang lebih luas haru merupakan materi juga perlu diperhatikan misalnya datang dan
penting untuk dipahami peserta didik untuk PHQ\HOHVDLNDQ WXJDVQ\D WHSDW ZDNWX EHUEDULV
mencapai tujuan yang telah digariskan oleh GHQJDQ UDSL VDDW PHPDVXNL NHODV PHPHOLKDUD
mata pelajaran PKn. NHEHUVLKDQ NHODV GDQ VHNRODK PHPHOLKDUD
Djahiri (1996:10) mengungkapkan mata EXNX GDQ SHUDODWDQ VHNRODK PHQJKRUPDWL
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guru dan petugas sekolah lainnya.
PHPLOLNL GXD WXMXDQ \DLWX VHEDJDL EHULNXW
6HFDUD XPXP WXMXDQ 3.Q KDUXV DMHJ
C. Habituasi Pembelajaran PKn dalam
dan mendukung keberhasilan pencapaian
SHQGLGLNDQ QDVLRQDO 6HFDUD NKXVXV kehidupan sehari-hari oleh guru
tujuan PKn adalah membina moral Hakikat PKn di SD adalah memfokuskan pada
yang diharapkan diwujudkan dalam pembentukan warga negara yang memahami dan
kehidupan sehari-hari yaitu perilaku mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
\DQJ PHPDQFDUNDQ LPDQ GDQ WDTZD untuk menjadi warga negara Indonesia yang
terhadap Tuhan yang Maha Esa dalam FHUGDV WHUDPSLO GDQ EHUNDUDNWHU VHSHUWL \DQJ
masyarakat yang terdiri dari berbagai diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.
JRORQJDQ DJDPD SHULODNX \DQJ Hakikat bidang studi pendidikan
bersifat kemanusiaan yang adil dan kewarganegaraan program pendidikan berdasarkan
EHUDGDE SHULODNX \DQJ PHQGXNXQJ Nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk
kerakyatan yang mengutamakan mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan
kepentingan bersama di atas kepentingan Moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
perseorangan dan golongan sehingga yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan
perbedaan pemikiran pendapat ataupun dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari
kepentingan diatasi melalui musyawarah VHEDJDL LQGLYLGX VHEDJDL FDORQ JXUX SHQGLGLN
PXIDNDW VHUWD SHULODNX \DQJ PHQGXNXQJ DQJJRWD PDV\DUDNDW GDQ PDNKOXN FLSWDDQ 7XKDQ
upaya untuk mewujudkan keadilan sosial Yang Maha Esa.
seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian diharapkan kemerosotan
Berdasarkan pada tujuan Pendidikan moral yang mengakibatkan banyak kenakalan
Kewarganegaraan yang telah dikemukakan remaja yang disebabkan oleh beberapa hal antara
GL DWDV GDSDW GLDVXPVLNDQ SDGD KDNHNDWQ\D lain kesalahan sistem pengajaran di sekolah yang
dalam setiap tujuan yang dilaksanakan dalam NXUDQJ PHQDQDPNDQ VLVWHP QLODL WUDQVLVL NXOWXUDO
proses pembelajaran membekali kemampuan NXUDQJQ\D SHUKDWLDQ RUDQJ WXD GDQ NXUDQJQ\D
kepada peserta didik dalam hal tanggung jawab kepedulian masyarakat pada masalah remaja. Untuk
sebagai warga negara bahwa secara umum mengatasi permasalahan peserta didik tersebut
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bidang perlu dilakukan secara sistemik dan komprehensif
studi dipersekolahan memiliki tujuan untuk PHODOXL OLQJNXQJDQ VHNRODK NHOXDUJD PDV\DUDNDW
mendidik warga negara agar menjadi warga dan melalui kebijakan pemerintah. Hal ini dapat
negara yang baik (WR EH JRRG FLWL]HQVKLS yang dapat juga dikaji dan dilakukan melalui berbagai
dapat dilukiskan dengan warga negara yang GLVLSOLQ LOPX LQWHUGLVLSOLQHU \DLWX DJDPD PRUDO
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang 3.Q RODKUDJD NHVHKDWDQ ELRORJL 3VLNRORJL
0DKD (VD VDOLQJ PHQJKRUPDWL PHQMXQMXQJ VRVLDO KXNXP GDQ SROLWLN 3DOLQJ SHQWLQJ DGDODK
WLQJJL QLODL QLODL WROHUDQVL PHPXSXN UDVD pemberian contoh nyata dan konkret oleh guru
NHNHOXDUJDDQ PHPXSXN UDVD EDQJJD GDQ FLQWD kepada peserta didik agar mereka selalu berbuat
WHUKDGDS EDQJVD GDQ WDQDK DLU GHPRNUDWLV baik sedemikian rupa yang telah dicontohkan oleh
FDNDS GDQ EHUWDQJJXQJ MDZDE PHQWDDWL KXNXP gurunya di sekolah.
GDQ QRUPD QRUPD \DQJ EHUODNX EHUZDZDVDQ Pendidik tidak hanya memberikan penjelasan
OXDV EHUEXGL SHNHUWL OXKXU VHUWD \DQJ WLGDN GDODP WHRUL NHSDGD SHVHUWD GLGLN WLGDN KDQ\D
kalah pentingnya adalah penanaman nilai- dilakukan di kelas melalui penjelasan-penjelasan
nilai dalam keluarga. dari sang pendidik namun juga diterapkanya
Nilai-nilai dalam keluarga dimaksud atau dicontohkanya ilmu-ilmu pendidikan
GLDQWDUDQ\D DGDODK NDVLK VD\DQJ VDOLQJ kewarganegaraan itu dalam lingkungan
PHQJKRUPDWL PHQ\HQDQJL NHEHUVLKDQ VHUWD PDV\DUDNDW GDQ NHKLGXSDQ VHKDUL KDUL 6HEDJDL
NHLQGDKDQ GDQ NHSDWXKDQ 'DSDW MXJD \DQJ contoh di sekolah dasar terdapat materi pendidikan
berkaitan dengan lingkungan belajar anak kewarganegaraan tentang perilaku-perilaku
VHSHUWL VDOLQJ PHQ\D\DQJL WRORQJ PHQRORQJ EDLN GDODP PDV\DUDNDW GLFRQWRKNDQ VDOLQJ
Wachid Pratomo, Memahami Pendekatan dan Habituasi 7

WRORQJ PHQRORQJ GDODP PDWHUL LQL SHQGLGLN melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
harus berhasil menjadikan peserta didik mampu PHQMDGL ZDUJD QHJDUD ,QGRQHVLD \DQJ FHUGDV
menerapkan sikap saling tolong-menolongnya WHUDPSLO GDQ EHUNDUDNWHU VHSHUWL \DQJ GLDPDQDWNDQ
dalam lingkungan hidupnya. oleh pancasila dan UUD 1945. Hakikat bidang
Habituasi oleh guru ini diperlukan karena studi pendidikan kewarganegaraan program
adanya berbagai tingkatan perkembangan moral pendidikan berdasarkan Nilai-nilai pancasila
bagi anak seperti tahapan perkembangan moral sebagai wahana untuk mengembangkan dan
kognitif yang berawal dari pemikiran seorang ahli melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar
\DLWX -HDQ 3LDJHW GDODP +DNDP pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
“Bahwa tahap perkembangan moral sebagai menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk
berikut: pre-moral yaitu anak tidak merasa prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
ZDMLE XQWXN PHQWDDWL SHUDWXUDQ Heteronomi Dalam pendidikan tingkat dasar (SD) ilmu
yaitu anak merasa bahwa yang benar pendidikan kewarganegaraan yang sering disingkat
adalah patuh pada peraturan dan mentaati (PKn) mempelajari tentang norma-norma
kekuasaan dan Autonomi yaitu anak telah 3DQFDVLOD GDQ WHQWDQJ SHULODNX SHULODNX \DQJ EDLN
mempertimbangkan tujuan dan konsekuensi dalam masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan
ketaatannya kepada peraturan.” yaitu ilmu yang mempelajari tentang nilai luhur
Pemikiran Jean Piaget tersebut dan moral pada budaya bangsa Indonesia serta
menggambarkan bahwa strategi pendidikan pengetahuan tentang nasionalisme sebagai warga
moral hendaknya disesuaikan dengan tahap- negara. PKn merupakan Pendidikan Pancasila dan
tahap perkembangan moral anak. Dengan Kewarganegaraan yang mengorganisasikan materi
demikian seorang guru harus mengerti betul pembelajaran bukan atas dasar rumusan teori saja
apa yang dilakukan kepada peserta didik. tapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan sumber
dan Kebudayaan Republik Indonesia resmi lainnya yang ditata dengan menggunakan
Nomor 65 Tahun 2013 pembelajaran harus pendekatan spiral meluas atau spiral of concept
menerapkan nilai-nilai dengan memberi development serta melakukan habituasi terhadap
keteladanan (LQJ QJDUVR VXQJ WXORGR peserta didik oleh guru.
membangun kemauan (LQJ PDG\R PDQJXQ Habituasi oleh guru ini diperlukan karena
karso GDQ PHQJHPEDQJNDQ NUHDWLYLWDV adanya berbagai tingkatan perkembangan moral
peserta didik dalam proses pembelajaran bagi anak seperti tahapan perkembangan moral
(WXW ZXUL KDQGD\DQL). Diharapkan dengan kognitif yang berawal dari pemikiran Jean Piaget.
demikian terjadi kedekatan dengan peserta Pemikiran Jean Piaget tersebut menggambarkan
GLGLN \DQJ PXDUDQ\D DGDODK ZDWDN QLODL GDQ bahwa strategi pendidikan moral hendaknya
moral yang baik peserta didik. disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan
moral anak dalam pembelajaran PKn. Dengan
PENUTUP demikian seorang guru harus mengerti betul
apa yang dilakukan kepada peserta didik dalam
Berbagai pendekatan pendidikan nilai yang
pembelajaran PKn.
berkembang mempunyai aspek penekanan
\DQJ EHUEHGD VHUWD PHPSXQ\DL NHNXDWDQ GDQ
DAFTAR PUSTAKA
kelemahan yang relatif berbeda pula. Berbagai
metode pendidikan dan pengajaran yang digunakan Branson. 1999. Belajar Civic Education dari
oleh berbagai pendekatan pendidikan nilai Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam
yang berkembang dapat digunakan juga dalam dan Sosial.
pelaksanaan Pendidikan Nilai dan Moral. Hal Depdiknas. 2003. Undang-Undang Nomor 20
tersebut sejalan dengan pemberlakukan Kurikulum Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
13 yang proses pembelajarannya memadukan ranah Nasional. Jakarta: Depdiknas.
NRJQLWLI DIHNWLI GDQ SVLNRPRWRU 3HODNVDQDDQ Depdiknas. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan
program-program Pendidikan yang memfokuskan GDQ .HEXGD\DDQ 5HSXEOLN ,QGRQHVLD 1R
aspek Nilai dan Moral perlu disertai dengan Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta:
NHWHODGDQDQ JXUX RUDQJ WXD GDQ RUDQJ GHZDVD Depdiknas.
pada umumnya. Lingkungan sosial yang kondusif Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
EDJL SDUD VLVZD EDLN GDODP NHOXDUJD GL VHNRODK Bandung: Pustaka Setia.
dan dalam masyarakat juga memberikan kontribusi 'HZH\ -RKQ Experience and Education.
positif dalam penerapan pendidikan nilai dan 1HZ <RUN &ROOLHU %RRNV
moral secara holistik. Pendekatan PKn di SD +DNDP .DPD $EGXO Bunga Rampai
adalah memfokuskan pada pembentukan watak Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas
bagi peserta didik yang memahami dan mampu Pendidikan Indonesia.
8 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol. 2, Nomor 2, Januari 2016, hlm. 1-8

'MDKLUL .RVDVLK Menelusuri Dunia Afektif [20 Oktober 2010 diakses tanggal 2 januari
Pendidikan Nilai dan Moral. Bandung: pukul 13.00).
Laboratorium PMP IKIP Bandung. Mulyasa. 2003. Kurikulum berbasis kompetensi:
1XUXGGLQ 0XKDPPDG 3HQGHNDWDQ konsep, karateristik dan implementasi .
dalam PKn. [Online]Tersedia: http:// Bandung : Remaja Rosdakarya.
muhammadnuruddin071644036.blogspot. 3XUZDQWR 1JDOLP . Ilmu Pendidikan Teoritis
com/2010/01/pendekatan-dalam-pkn.html dan Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai