Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMAKOKINETIKA DASAR

“ MODEL FARMAKOKINETIKA DUA KOMPARTEMEN ”

OLEH:

ASTRI WIDYASTUTI F1F1 10 028

DIAN ARIASTIKA F1F1 10 030

ANGGUN DWI YANTI F1F1 10 058

RISKA WILDA YANTI F1F1 10 064

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan
dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan makalah Farmakokinetika Dasar yang
berjudul “Model Farmakokinetika Dua Kompartemen” ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya
kepada dosen pembimbing atas kesediaannya dalam membimbing sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak
untuk sempurnanya makalah ini.

Kendari, Maret 2012

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Model Farmakokinetika Dua Kompartemen

3.2 Pemberian Obat Intravena

3.3 Parameter Model Dua Kompartemen

3.4 Data Darah

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata "farmakokinetika" berasal dari kata-kata "pharmacon", kata Yunani


untuk obat dan racun, dan "kinetic". Jadi "farmakokinetika" adalah ilmu yang
mempelajari kinetika obat, yang dalam hal ini berarti kinetika obat dalam tubuh.
Proses-proses yang akan menentukan kinetika obat dalam tubuh meliputi proses
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Penelitian farmakokinetik suatu zat
aktif merupakan penelitian identifikasi dan penetapan konsentrasi obat dalam
tubuh sebagai fungsi waktu sehingga dapat menggambarkan model parametrik
yang khas.
Nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh oleh
cairan tubuh (darah), tetapi kita tidak dapat mengetahui dengan pasti kemana dan
berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi. Untuk mengirakan hal
tersebut, maka secara farmakokinetika dibuatlah model-model yang melihat tubuh
sebagai kompartemen. Sebagai bapak dari model kompartemen adalah Teorell
yang mengatakan tujuan farmakokinetika adalah menurunkan persamaan
matematika yang memungkinkan kita menerangkan kinetika dan distribusi obat
dalam tubuh. Dikemukakan model satu kompartemen dan model multi
kompartemen (yang terbanyak dua kompartemen dari model multi kompartemen).
Dalam model dua kompartemen dianggap bahwa obat terdistribusi ke
dalam dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen
sentral, yaitu darah, cairan ekstraseluler dan jaringan-jaringan dengan perfusi
tinggi. Kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat.
Kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-
jaringan yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model
kompartemen ganda diperlukan untuk menjelaskan adanya kurva kadar dalam
plasma-waktu yang tidak menurun secara linier sebagai suatu proses laju order
kesatu setelah pemberian injeksi IV cepat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud model farmakokinetika dua kompartemen?


2. Bagaimana model dua kompartemen pada pemberian intravena?
3. Apa parameter model farmakokinetika dua kompartemen?
4. Bagaimana kadar obat dalam darah pada model dua kompartemen?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. Untuk memahami model farmakokinetika dua kompartemen.
2. Untuk mengetahui gambaran model dua kompartemen pada pemberian
intravena.
3. Untuk mengetahui parameter model farmakokinetika dua kompartemen.
4. Untuk mengetahui gambaran kadar obat dalam darah pada model dua
kompartemen.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah:


1. Memahami model farmakokinetika dua kompartemen.
2. Mengetahui gambaran model dua kompartemen pada pemberian intravena.
3. Mengetahui parameter model farmakokinetika dua kompartemen.
4. Mengetahui gambaran kadar obat dalam darah pada model dua
kompartemen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari penyerapan, penyaluran


dan pengurangan obat. Deskripsi tentang penyaluran dan pengurangan obat sangat
penting untuk merubah permintaan dosis pada individu dan kelompok pasien.
Pada fase farmakokinetika, obat mengalami proses ADME yaitu absorpsi,
distribusi, biotransformasi (metabolisme) dan ekskresi yang berjalan secara
stimulant langsung atau tak langsung meliputi perjalanan suatu obat melintasi sel
membrane (Shargel & Yu, 1988).
Pengetahuan farmakokinetika berguna dalam berbagai bidang farmasi dan
kedokteran, seperti untuk bidang farmakologi. Pertama kali, dengan penelitian
farmakokinetika dapat dibantu diterangkan mekanisme kerja suatu obat dalam
tubuh, khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja
dalam tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya. Jika efek
obat dapat dinilai secara kuantitatif, data kinetika obat dalam tubuh sangat penting
artinya untuk menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam tubuh
dengan intensitas efek yang ditimbulkannya.
Dengan demikian daerah kerja efektif obat (therapeutic window) dapat
ditentukan farmasetika, farmasi klinik, toksikologi dan kimia medisinal. Obat
berada dalam suatu keadaan dinamik dalam tubuh. Dalam suatu sistem biologik
peristiwa-peristiwa yang dialami obat sering terjadi secara serentak. Dalam
menggambarkan sistem biologik yang kompleks tersebut, dibuat penyederhanaan
anggapan mengenai pergerakan obat itu (Sriwidodo, 1985).
Model farmakokinetik berguna untuk (Shargel & Yu, 1988):
a) Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan dan urine pada
berbagai pengaturan dosis
b) Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara
individual
c) Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dngan aktivitas farmakologi
atau metabolit – metabolit
d) Menghibungakan kemungkinan konsentrasi obat dengan aktivitas
farmakologik atau toksikologik
e) Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antar formulasi
f) Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi
absorbsi, distribusi dan eliminasi
g) Menjelaskan interaksi obat
Pada model dua kompartemen, tubuh dianggap terdiri atas dua
kompartemen yaitu kompartemen sentral dan kompartemen perifer. Kompartemen
sentral meliputi darah dan berbagai jaringan yang banyak dialiri darah seperti
jantung, paru, hati, ginjal dan kelenjarkelenjar endokrin. Obat tersebar dan
mencapai kesetimbangan dengan cepat dalam kompartemen ini. Kompartemen
perifer adalah berbagai jaringan yang kurang dialiri darah misalnya otot, kulit, dan
jaringan lemak sehingga obat lambat masuk kedalamnya. Model dua
kompartemen ini pada prinsipnya sama dengan model satu kompartemen, bedanya
terdapat dalam proses distribusi karena adanya kompartemen perifer; eliminasi
tetap dari kompartemen sentral (Oktavia, 2009).
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara
matematis dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau
metabolitnya dalam darah, urin atau cairan hayati lainnya. Fungsi penetapan
parameter farmakokinetika suatu obat adalah untuk memperoleh gambaran yang
dapat dipergunakan untuk mengkaji kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasi
didalam tubuh (Shargel & Yu, 1988).
Bioavailabilitas obat ialah jumlah relatif obat atau zat aktif suatu produk
obat yang diabsorpsi, serta kecepatan obat itu masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Obat dinyatakan “available” bila setelah diabsorpsi obat tersebut tersedia untuk
bekerja pada organ/jaringan/sel yang dituju dan memberikan efek farmakologis
setelah sampai pada reseptor sel/jaringan/organ tersebut. Parameter yang
menetukan bioavailabilitas obat, yaitu waktu yang diperlukan sampai tercapai
kadar puncak (tmaks), kadar puncak atau tertinggi dalam darah yang
sesungguhnya (Cpmaks), dan area di bawah kurva (AUC) (Oktavia, 2009).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Model Farmakokinetika Dua Kompartemen

Dalam model dua kompartemen dianggap bahwa obat terdistribusi ke


dalam dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen
sentral, yaitu darah, cairan ekstraseluler dan jaringan-jaringan dengan perfusi
tinggi. Kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat.
Kompartemen kedua merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-
jaringan yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini
menganggap obat dieliminasi dari kompartemen sentral.

Bentuk umum kurva perkembangan kadar obat dalam darah menurut model satu
kompartemen (A), model dua kompartemen (B), dan model tiga kompartemen
(C), pada pemberian obat secara injeksi intravaskular.
Konsentrasi obat dalam plasma dan dalam jaringan-jaringan dengan
perfusi tinggi yang merupakan kompartemen sentral setelah diinjeksi IV menurun
secara cepat karena obat didistribusi ke jaringan lain, yaitu jaringan-jaringan yang
diperfusi secara lebih lambat. Penurunan awal yang cepat dari konsentrasi obat
dalam kompartemen sentral dikenal sebagai fase distribusi dari kurva. Pada suatu
waktu, obat mencapai keadaan kesetimbangan antara kompartemen sentral dan
kompartemen jaringan yang diperfusi lebih kecil. Setelah kesetimbangan dicapai,
hilangnya obat dari kompartemen sentral merupakan suatu proses tunggal dari
order kesatu sebagai keseluruhan proses eliminasi obat dari tubuh. Proses kedua
ini laju prosesnya lebih lambat dan dikenal sebagai fase eliminasi.

3.2 Pemberian Obat Intravena

Model kompartemen ganda diperlukan untuk menjelaskan adanya kurva


kadar dalam plasma-waktu yang tidak menurun secara linier sebagai suatu proses
laju order kesatu setelah pemberian injeksi IV cepat. Dalam model kompartemen
ganda, obat didistribusikan dengan laju reaksi yang tidak sama ke dalam berbagai
kelompok jaringan yang berbeda. Jaringan-jaringan yang mempunyai aliran darah
paling tinggi dapat berkesetimbangan dengan kompartemen plasma. Jaringan-
jaringan dengan perfusi tinggi ini begitu juga darah dapat dinyatakan sebagai
kompartemen sentral.

(a) model 1 kompartemen, (b) model 2 kompartemen.


Sewaktu distribusi awal terjadi, obat dilepaskan ke satu atau lebih
kompartemen perifer yang terdiri atas sekelompok jaringan dengan aliran darah
lebih sedikit tetapi jaringan-jaringan dalam kompartemen tersebut mempunyai
aliran darah dan afinitas yang sama terhadap obat. Perbedaan-perbedaan itu
menyebabkan adanya kurva log konsentrasi obat dalam plasma-waktu yang non
linier. Setelah terjadi kesetimbangan obat dalam jaringan perifer, maka kurva
kadar dalam plasma-waktu mencerminkan eliminasi obat dari tubuh yang
mengikuti order kesatu.

3.3 Parameter Model Dua Kompartemen

Jika parameter-parameter model ditentukan, kadar obat dalam


kompartemen jaringan teoritik dapat dihitung. Konsentrasi obat dalam
kompartemen jaringan merupakan konsentrasi obat rata-rata dalam suatu
kelompok jaringan dan bukan merupakan konsentrasi obat yang sebenarnya dalam
tiap jaringan anatomik. Konsentrasi obat yang sebenarnya dalam jaringan kadang-
kadang dapat dihitung dengan penambahan kompartemen-kompartemen ke dalam
model sampai diperoleh suatu kompartemen yang menyerupai konsentrasi
jaringan percobaan.

a. Volume Distribusi

Volume distribusi merupakan suatu parameter yang berguna yang


mengaitkan konsentrasi plasma dengan jumlah obat dalam tubuh. Dalam
kinetika kompartemen ganda kita dapat menganggap secara matematik
volume hipotesa, seperti dari kompartemen sentral dan volume perifer atau
volume kompartemen jaringan. Untuk suatu obat yang dianggap mengikuti
model kompartemen dua terbuka, ada beberapa volume distribusi yang dapat
diperhitungan.
Volume distribusi pada keadaan tunak

Obat masuk ke dalam kompartemen jaringan dari kompartemen sentral


adalah sama dengan laju obat yang ke luar dari kompartemen jaringan ke
dalam kompartemen sentral. Laju pemindahan obat ini dinyatakan sebagai:
Dt K21 = Dp K12
Jumlah total obat dalam tubuh pada keadaan tunak adalah sama dengan
jumlah obat dalam kompartemen jaringan, Dt dan jumlah obat dalam
kompartemen sentral, Dp. Karena itu volume distribusi obat pada keadaan
tunak (Vd)ss adalah:

Volume Distribusi yang Diekstrapolasikan

Persamaan ini menunjukkan bahwa suatu perubahan dalam distribusi


obat yang teramati dengan adanya perubahan dalam harga Vp, akan
mencerminkan perubahan (Vd)eksp.

Volume Distribusi dengan Area

b. Volume Kompartemen Sentral

Volume kompartemen sentral Vp, berguna untuk menggambarkan


perubahan konsentrasi obat, oleh karena kompartemen sentral umumnya
merupakan kompartemen yang diambil sebagai kompartemen cuplikan. Vp
berguna dalam penentuan klirens obat. Dan besaran Vp memberikan suatu
petunjuk adanya distribusi obat dalam cairan tubuh. Seperti dalam model
kompartemen satu, Vp dapat ditentukan dari dosis dan konsentrasi sesaat obat
dalam plasma.
Vp = volume kompartemen sentral (ml)
Do = jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh (mg)
Cpo = konsentrasi obat mula-mula (µg/ml)

3.4 Data darah

Grafik kadar obat dalam darah lawan waktu setelah pemberian intravena
(a) model satu kompartemen, (b) model dua kompartemen
Model kompartemen-dua beranggapan bahwa pada t=0 tidak ada obat
dalam kompartemen jaringan. Setelah dosis IV, obat secara cepat dipindahkan ke
dalam kompartemen jaringan, sedangkan kadar dalam darah menurun dengan
cepat sehubungan dengan eliminasi obat dan pemindahan obat keluar dari
kompartemen sentral ke dalam berbagai jaringan. Kadar obat dalam jaringan
akhirnya akan mencapai puncak dan kemudian mulai menurun sehubungan
dengan perbedaan konsentrasi antara dua kompartemen yang kecil. Konsentrasi
obat dalam kompartemen jaringan merupakan konsentrasi obat rata-rata dalam
suatu kelompok jaringan, dan bukan merupakan konsentrasi obat yang sebenarnya
dalam tiap jaringan anatomik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil adalah:


1. Dalam model dua kompartemen dianggap bahwa obat terdistribusi ke
dalam dua kompartemen yaitu kompartemen sentral dan kompartemen
perifer.
2. Obat didistribusikan dengan laju reaksi yang tidak sama ke dalam berbagai
kelompok jaringan yang berbeda.
3. Parameter model dua kompartemen terdiri dari volume distribusi (volume
distribusi pada keadaam tunak, volume distribusi yang diekstrapolasikan
dan volume distribusi pada area) serta volume kompartemen sentral.
4. Pada intravena obat secara cepat dipindahkan ke dalam kompartemen
jaringan, akan mencapai puncak dan mulai menurun sehubungan dengan
perbedaan konsentrasi antara dua kompartemen yang kecil.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah:


1. Untuk lebih memahami model farmakokinetika dua kompartemen, perlu
dilakukan pembelajaran lanjutan tentang materi ini.
2. Pembaca sebaiknya menambah referensi berupa buku-buku yang relevan,
jurnal penelitian, gambar, atau referensi lain dari internet.
DAFTAR PUSTAKA

Oktavia, RW., 2009, “Pengaruh Seduhan Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap
Farmakokinetika Parasetamol Yang Diberikan Bersama Secara Oral Pada
Kelinci Jantan”, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah:
Surakarta.

Shargel, L., dan Yu, AB., 1988, Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan,
Airlangga University Press: Surabaya.

Sriwidodo, 1985, Cermin Dunia Kedokteran, Pusat Penelitian dan Pengembangan


PT. Kalbe Farma: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai