Model Dua Kompartemen
Model Dua Kompartemen
FARMAKOKINETIKA DASAR
OLEH:
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Bentuk umum kurva perkembangan kadar obat dalam darah menurut model satu
kompartemen (A), model dua kompartemen (B), dan model tiga kompartemen
(C), pada pemberian obat secara injeksi intravaskular.
Konsentrasi obat dalam plasma dan dalam jaringan-jaringan dengan
perfusi tinggi yang merupakan kompartemen sentral setelah diinjeksi IV menurun
secara cepat karena obat didistribusi ke jaringan lain, yaitu jaringan-jaringan yang
diperfusi secara lebih lambat. Penurunan awal yang cepat dari konsentrasi obat
dalam kompartemen sentral dikenal sebagai fase distribusi dari kurva. Pada suatu
waktu, obat mencapai keadaan kesetimbangan antara kompartemen sentral dan
kompartemen jaringan yang diperfusi lebih kecil. Setelah kesetimbangan dicapai,
hilangnya obat dari kompartemen sentral merupakan suatu proses tunggal dari
order kesatu sebagai keseluruhan proses eliminasi obat dari tubuh. Proses kedua
ini laju prosesnya lebih lambat dan dikenal sebagai fase eliminasi.
a. Volume Distribusi
Grafik kadar obat dalam darah lawan waktu setelah pemberian intravena
(a) model satu kompartemen, (b) model dua kompartemen
Model kompartemen-dua beranggapan bahwa pada t=0 tidak ada obat
dalam kompartemen jaringan. Setelah dosis IV, obat secara cepat dipindahkan ke
dalam kompartemen jaringan, sedangkan kadar dalam darah menurun dengan
cepat sehubungan dengan eliminasi obat dan pemindahan obat keluar dari
kompartemen sentral ke dalam berbagai jaringan. Kadar obat dalam jaringan
akhirnya akan mencapai puncak dan kemudian mulai menurun sehubungan
dengan perbedaan konsentrasi antara dua kompartemen yang kecil. Konsentrasi
obat dalam kompartemen jaringan merupakan konsentrasi obat rata-rata dalam
suatu kelompok jaringan, dan bukan merupakan konsentrasi obat yang sebenarnya
dalam tiap jaringan anatomik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Oktavia, RW., 2009, “Pengaruh Seduhan Teh Hijau (Camellia sinensis) Terhadap
Farmakokinetika Parasetamol Yang Diberikan Bersama Secara Oral Pada
Kelinci Jantan”, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah:
Surakarta.
Shargel, L., dan Yu, AB., 1988, Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan,
Airlangga University Press: Surabaya.