Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ricky Arun Saxena

NIM : 1811102441118
Matkul : Kecerdasan Buatan
Tugas : Latihan-2

Manfaat Kecerdasan Buatan Dalam Membantu Pelestarian Lingkungan Hidup

Artificial Intelligence (AI) atau biasa kita kenal dengan sebutan kecerdasan buatan dan
lebih dikenal dalam wujud robot, dari dulu hingga sekarang perkembangan kecerdasan buatan
semakin berkembang dengan pesat. Peranan kecerdasan buatan dalam kehidupan manusia
sangat penting, sudah banyak hal yang dapat dilakukan oleh kecerdasan buatan ini, terutama
dalam membantu perusahaan-perusahaan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan usaha
menerapkan sistem otomatisasi besar-besaran. Bukan hanya membantu perusahaan saja tetapi
peranan dalam kehidupan kita pun sangat bermanfaat, kecerdasan buatan dapat menjadi hal
yang menambah nilai bagi kehidupan kita, selagi kita dapat memanfaatkan kecerdasan buatan
dengan cara yang baik dan tepat sesuai aturan yang ada.

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) adalah simulasi dari kecerdasan yang
dimiliki oleh manusia yang dimodelkan di dalam mesin dan diprogram agar bisa berpikir seperti
halnya manusia. Dengan artian kecerdasan buatan hanya sebagai penyediaan mesin seperti
komputer dengan kemampuan untuk menampilkan perilaku yang dianggap sama cerdasnya
dengan jika kemampuan tersebut ditampilkan oleh manusia. Jadi AI dapat melakukan pekerjaan
umum yang biasa memerlukan tenaga manusia atau kecerdasan manusia untuk menyelesaikan
masalah atau pekerjaan tersebut. Seperti contohnya peranan kecerdasan buatan untuk
membantu pelestarian lingkungan hidup, seperti melindungi hutan dan para satwa
penghuninya, hal ini tentu saja bukan perkara mudah. Apalagi, jika kita mengingat luas hutan di
Indonesia yang mencapai 94,1 juta hektar.

Dalam mengatasi keterbatasan manusia dalam melindungi hutan yang sangat luas
seperti ini, peranan kecerdasan sangat di butuhkan untuk mencegah aksi perusakan lingkungan
sekaligus memantau populasi satwa liar yang mulai berkembang di berbagai daerah di
Indonesia.

Salah satu program kecerdasan buatan yang diluncurkan untuk pemantauan dikawasan
hutan pertama kali dirilis dan digunakan di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Pemerintah
melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah memulai proyek dalam
pengawasan hutan bernama Smart Forest Guardian. Salah satu perusahaan teknologi terbesar
yaitu Huawei menjadi perusahaan yang dipercaya untuk mengembangkan teknologi
pemantauan hutan tersebut, dengan bekerja sama dengan NGO Rainforest Connection.

Program atau sistem yang digunakan ini dapat memantau dan melindungi hutan dari
aksi kejahatan seperti pembalakan, perbuaruan liar, serta upaya konservasi alam di TNBB.
Pemanfaatan kecerdasan ini diharapkan mampu memaksimalkan kinerja manusia dalam
pengawasan hutan dengan menambahkan sistem peyampaian suara secara realtime. Agar
dapat memberi peringatan terhadap oknum yang tidak bertanggung jawab.

Sistem kecerdasan buatan ini akan bekerja dengan mendeteksi suara-suara dari aktifitas
yang ada di beberapa titik yang telah disebar di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Teknologi
kecerdasan buatan tersebut diklaim dapat mendeteksi berbagai macam jenis suara, dari aneka
suara satwa yang dilindungi hingga suara alat berat yang digunakan dalam melakukan aksi
kejahatan.

Dalam pemanfaatan kecerdasan buatan ini diharapkan mampu dijadikan sebagai


percontohan untuk kemudian dapat diterapkan dikawasan hutan atau taman nasional lainnya
yang ada di Indonesia.

Dalam peresmian atau kelayakan dari kecerdasan buatan ini pemerintah bersama
Rainforest Connection sebelumnya telah melakukan uji coba pemanfaatan teknologi tersebut di
hutan Sumatra. Program pengujian tersebut dilakukan dengan berkerja sama dengan warga
sebagai pemantauan aktivitas suara. Dan bahkan selain di Indonesia, program pemantauan ini
juga pernah dilakukan di hutan Kosta Rika, Filipina, dan beberapa negara lain.

Dalam pratiknya di Kosta Rika, Rainforest Connection menerapkan sistem komputasi AI


Huawei untuk mengembangkan model pendeteksi suara monyet, laba-laba dan gergaji mesin
yang biasa dipakai dalam penebangan liar. Rainforest Connection memanfaatkan ponsel lawas
Huawei dan mendaurulangnya menjadi penjaga (guardian) yang dapat mendeteksi suara-suara
hutan. Ditenagai panel surya, setiap penjaga yang diletakkan di atas pepohonan dapat
mencakup area seluas 3 km persegi dan beroperasi 24 jam hingga 2 tahun. Lalu Mereka akan
mengirimkan rekaman suara secara real time ke server komputasi Huawei. Sebelumnya, untuk
mengoptimalkan akurasi, pakar suara hewan telah menginput data suara hewan-hewan liar
yang menjadi objek pemantauan ke arsip komputasi. Suara-suara itu digunakan untuk melatih
model AI agar kelak dapat menganalisis rekaman suara dari hutan, yang tentunya masif dan
kompleks. Jika terdapat suara yang mencurigakan, sistem akan menotifikasi para penjaga
hutan.

Anda mungkin juga menyukai