Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 3

PENGAUDITAN DAN PDE

“Kertas Kerja Audit dan Menilai Kewajaran Akun Penjualan dan Penagihan Piutang”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E, M.M., Ak., CPA

Kelompok 3

Nama Anggota :

Ida Bagus Brahmanda Kumala Diva 1807531141 / 11

Gusti Ayu Kade Risanti Darmawan 1807531160 / 17

Ida Ayu Gede Weda Satya Bawanti 1807531167 / 19

JURUSAN PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
A. Analisis Pengendalian Intern
Secara umum, Pengendalian Intemal merupakan rencana, metode, prosedur, dan
kebijakan yang didesain oleh manajemen untuk memberi jaminan yang memadai atas
tercapainya efisiensi dan efektivitas operasional, kehandalan pelaporan keuangan,
pengamanan terhadap aset, ketaatan/kepatuhan terhadap undang-undang, kebijakan dan
peraturan lain.
SA Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan
menyebutkan lima unsur pokok pengendalian intemal:
1) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian
intem, yang membentuk disiplin dan strulctur dan menciptakan suasana pengendalian
dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang
pengendalian.
2) Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis,
dan pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan,
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
3) Informasi Dan Komunikasi
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang
terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan
pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam maupun di luar organisasi. Bagian dari
komponen informasi dan komunikasi dalam pengendalian intern yaitu pedoman
kebijakan, pedoman akuntansi, dan pelaporan keuangan, daftar akun dan memo
4) Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan.
Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah
dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapain tujuan entitas.
5) Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu untuk menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana
yang diharapakan, dan untuk menentukan apakah pengendalian intern tersebut telah
memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.

Pemahaman atas Pengendalian Intem dan Pengujian Pengendalian

Secara umum, auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intem


kliennya untuk perencanaan auditnya. Secara khusus, pemahaman auditor tentang
pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam
kegiatan berikut ini:

1. Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan.


2. Salah saji material yang potensial dapat terjadi.
3. Resiko deteksi.
4. Perancangan pengujian substantif.

Jika dari hasil pemahaman dan pengujian efektivitas pengendalian intern, auditor
menemukan adanya kelemahan-kelemahan di dalamnya, auditor bertanggung jawab untuk
memberitahukan penemuannya tersebut kepada manajemen. Atas dasar informasi tersebut
manajemen dapat memperbaiki pengendalian intemnya jika manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biaya yang dikorbankan.

1. Pemahaman atas Pengendalian Intern:


a. Pemahaman atas pengendalian intem.
b. Pemahaman atas lingkungan pengendalian.
c. Pemahaman atas penaksiran resiko.
d. Pemahaman atas informasi dan komunikasi.
e. Pemahaman atas aktivitas pengendalian.
f. Pemahaman atas pemantauan.
2. Pengujian Pengendalian.
Dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu dibedakan antara prosedur
pemahaman atas pengendalian intem dan pengujian pengendalian (test of control). Dalam
pelaksanaan standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian
intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain pengendalian intem dan
informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Disamping itu, pelaksanaan standar juga
mengharuskan auditor pelakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intem
dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan
istilah pengujian kepatuhan (compliance tests) atau sering disebut dengan pengujian
pengendalian (test of control). Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian intern,
auditor melakukan tiga macam pengujian:
a. Pengujian Adanya Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern
Untuk menentukan apakah infonnasi mengenai pengendalian yang
dikumpulkan oleh auditor benar-benar ada, auditor melakukan dua macam pengujian:
1) Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi tertentu.
2) Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang telah dicatat.
b. Pengujian Transaksi dengan Cara Mengikuti Pelaksanaan Transaksi Tertentu
Dalam hal ini auditor harus memilth transaksi tertentu kemudian mengikuti
pelaksanaannya (reperforming) sejak awal sampai akhir, melalui dokumen-dokumen
yang dibuat dalam transaksi tersebut dan pencatatannya dalam catatan akuntansi.
c. Pengujian Tingkat Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern
Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian intem, auditor tidak
hanya berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian intem, namun
auditor juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan klien terhadap pengendalian
intem. Dalam pengujian tingkat kepatuhan klien terhadap intern pembelian, auditor
dapat menempuh prosedur audit seperti mengambil sampel bukti kas masuk dan
memeriksa kelengkapan dokumen pendukungnya serta tanda tangan pejabat yang
berwenang baik dalam bukti kas keluar maupun dokumen pendukungnya dan
melaksanakan penguj ian bertujuan ganda (dual-purpose test), yang merupalcan
kombinasi antara pengujian yang tujuannya untuk menilai efektivitas pengendalian
intem (pengujian pengendalian) dan pengujian yang tujuannya menilai kewajaran
informasi yang disajikan dalam lapom keuangan (pengujian substantif).
Atas dasar hasil pemahaman ini, auditor melakukan perubahan-perubahan pada
program auditnya yaitu dengan cara memperluas prosedur audit pada objek-objek
yang pengendalian intemnya lemah. Hanya setelah memperoleh pemahaman atas
pengendalian intem, auditor dapat menyusun program audit yang lengkap dan cocok
dengan objek yang dipaksa. Hasil pemahaman auditor atas pengendalian intern klien
dicantumkan dalam suatu kertas kerja, yang berisi kelemahan dan kekuatan
pengendalian intern tersebut terhadap luas prosedur audit yang akan dilaksanakan
dan rekomendasi yang ditujukan kepada klien untuk memperbaiki bagian-bagian
yang lemah dalam pengendalian intern

B. Prosedur Audit Atas Penjualan dan Piutang Usaha


Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang melibatkan keputusan serta proses yang
diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah
keduanya tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang permintaan
oleh seorang pelanggan dan diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha
yang akhirnya menjadi kas
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk Siklus
Penjualan dan Penagihan

Kelas Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan


 Pesanan Pelanggan
 Pesanan Penjualan
 Pesanan pelanggan atau
 Pemrosesan pesanan penjualan
Pesanan Pelanggan  Dokumen pengiriman
 Pemberian kredit  Faktur penjualan
 Penjualan  Pengiriman barang  File transaksi penjualan
Penjualan
Piutang Usaha  Penagihan  Jurnal penjualan atau
pelanggan dan listing
pencatatan  File induk piutang
penjualan usaha
 Neraca saldo piutang
usaha
 Laporan bulanan
Penerimaan Kas  Kas di Bank  Pemrosesan dan  Remittance advice
(Debet dari pencatatan  Prelisting penerimaan
penerimaan penerimaan kas kas
 File transaksi
kas) Piutang penerimaan kas
usaha  Jurnal penerimaan kas
atau listing
 Retur dan  Pemrosesan dan
Retur dan  Memo kredit
pengurangan pencatatan retur
pengurangan  Jurnal retur dan
penjualan dan pengurangan
penjualan pengurangan penjualan
 Piutang usaha penjualan
 Piutang usaha
Penghapusan  Penghapusan  Formulir otorisasi
 Penyisihan
piutang tak piutang usaha tak piutang tak tertagih
untuk piutang
tertagih tertagih  Jurnal umum
tak tertagih
 Beban piutang
tak tertagih
Beban piutang  Penyediaan
 Penyisihan  Jurnal umum
tak tertagih piutang tak tertagih
untuk piutang
tak tertagih

Menurut sukrisno agoes (2004:125) prosedur audit ialah "langkah-langkah yang harus
dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaaannya dan sangat diperlukan oleh asisten
agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif." Prosedur
audit dilalukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup
untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan.

Sukrisno agoes (2004:176) menyarankan prosedur audit piutang usaha dan penjulan
sebagai berikut:

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat top schedule dan supporting schedule piutang pertanggal neraca.
3. Minta aging shedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan
nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa subsequent
collections-nya. Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih, uang
muka dan lain-lain, pertanggal neraca.
4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu
totalnya ke general ledger.
5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:
a) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat
konfirmasi.
b) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
c) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
d) Jawaban konfirmasi yang berbeda hanis diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
e) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas
untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian
pemeriksaan lapangan (audit ,field work). Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai
subsequent collections hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode yang
sedang diperiksa.
8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui
kemungkinan adanya contingent liability.
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
10. Test sales cut-cidengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-
barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal
neraca. Kalau belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun
yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan
correspondence file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di indonesia/sak
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

C. Kertas Kerja
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya dan
kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit. Contoh kertas kerja adalah
program audit hasil pemahaman terhadap pengendalian intem, analisis, memorandum, surat
konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau
komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja
biasanya berisi dukumentasi yang memperlihatkan:
1. Pemeriksaan telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh untuk
merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
3. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemerksaan yang telah di tetapkan dan pengujian
yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang kompeten yang cukup sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang
menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK Bayangkara kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang
dibuat dan data-data yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan
tugas audit. Untuk memberikan gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus
mencerminkan langkah-langlcah audit yang ditempuh:
1. Rencana audit
2. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas system control internal
3. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh dan kesimpulan yang
dicapai.
4. Penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
5. Laporan audit
6. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan
Manfaat Kertas Kerja Audit (KKA)

Setiap auditor wajib membuat KKA pada saat melaksanakan tugas audit, manfaat
utama KKA antara lain:

a. Mempakan dasar penyusunan laporan hasil audit.


b. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana
audit.
c. Mempakan alat pembuktian dari laporan hasil audit.
d. Menyajilcan data untuk keperluan referensi e. Mempalcan salah satu pedoman untuk
tugas audit berikutnya

Tujuan Kertas Kerja Audit (KKA)

a. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit kertas kerja.


b. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
c. Mengkoordinasikan dan mengotganisasi semua tahap audit d. Memberikan pedoman
dalam audit berilcutnya.

Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Kertas Kerja yang Baik

Ada lima faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Lengkap
a. Berisi semua informasi yang pokok, menentukan komposisi semua data penting yang
dicamtumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. Artinya kertas kerja harus jelas
dapat berbicara sendiri, harus berisi imformasi yang lenglcap, tidak berisi informasi
yang belum jelas atau pertanyaan yang belum dijawab.
2. Teliti
Dalam pembuatan kertas kerja, akuntan hanis teliti dalam penulisan dan
pethitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.
3. Ringkas
Kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok-pokok saja yang relevan
dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan serta disajikan dengan ringkas untuk
menghindati rincian-rincian yang tidak perlu.
4. Jelas
Kejelasan dalam informasi kepada pihak-pihak yang akan memeriksa kertas kerja
perlu diusahakan oleh akuntan.
5. Rapi
Kerapian dalam pembuatan kertas ketja dan keteraturan penyusunan kertas kerja
akan membantu akuntan senior dalam menelaah hasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

D. Substantif Tes yang Berkaitan Dengan Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang

Tujuan pengauditan atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi apakah saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan secara
wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Lima kelompok transaksi dalam siklus
penjualan dan pengumpulan piutang, yaitu:

1. Penjualan (tunai atau kredit)


2. Penerimaan kas
3. Retur dan potongan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Penaksiran kerugian piutang

Terdapat empat langkah penting dalam penilaian, yaitu:

1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian


2. Auditor harus mengidentifikasikan pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan
3. Auditor mengaitkan dengan tujuan
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Pengendalian kunci yang ada pada siklus penjualan antara lain:

1. Pemisahan tugas yang memadai


Dengan ini dapat mencegah jenis salah saji karena kesalahan maupun kecurangan.
Harus ada pemisahan fungsi bagi pegawai yang mengelola kas dengan yang mencatat
kas, fungsi pemberian kredit harus dipisahkan dari fungsi penjualan.
2. Otorisasi yang tepat
Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci, yaitu:
1) Kredit yang harus diotorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.
2) Barang harus dkirim hanya setelah otorisasi diberikan.
3) Harga juga harus diotorisasi termasuk syarat dasar, ongkos angkut dan diskon.
Dua pengendalian pertama mencegah hilangnya aktiva akibat pelanggan fiktif
atau pelanggan yang tidak bisa membayar barang yang dibeli.
3. Dokumen dan catatan yang memadai
Harus ada prosedur pencatatan yang memadai sebelum sebagian besar tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi.
4. Laporan bulanan
Pengiriman laporan bulanan pada pelanggan mendorong pelanggan untuk
merespon jika ada saldo yang dikatakan tidak benar. Fungsi ini harus terpisah dari
pengelola kas untuk menghindari kegagalan yang disengaja mengirimkan laporan itu.
5. Prosedur verifikasi internal
Program komputer atau personil yang independen harus mengecek bahwa
pemrosesan dan pencatatan penjualan memenuhi tujuan audit. Untuk setiap pengendalian
kunci, diperlukan pengujian untuk menilai keefektifannya. Seperti pengujian pada
otorisasi atas kredit, apakah dilakukan dengan tepat. Keterjadian penjualan juga dapat
diuji dengan memasukan nomor pelanggan yang tidak ada pada aplikasi, apakah langsung
ditolak oleh komputer. Pada pencatatan penjualan yang terjadi, terdapat tiga
kemungkinan salah saji yang mungkin terjadi, yaitu:
a. Penjualan dimasukan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan.
b. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
c. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
Pengujian pengendalian penerimaan kas dan prosedur audit pengujian substantif
transaksi dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama dengan penjualan tetapi tentu
saja tujuan spesifik ditetapkan untuk penerimaan kas. Berdasarkan tujuan audit terkait
transaksi, auditor harus mengikuti proses berikut:
a. Menentukan pengendalian-pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
b. Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung adanya pengurangan risiko pengendalian
c. Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguj i salah saji moneter untuk
setiap tujuan

Hal yang menjadi perhatian auditor pada audit penghapusan piutang tidak tertagih
adalah kemungkinan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang yang sudah
tertagih. Pengendalian utama untuk mencegah penipuan ini adalah otorisasi yang tepat
terhadap penghapusan piutang tidak tertagih oleh manajemen yang ditunjuk setelah
melalui investigasi menyeluruh alasan pelanggan belum membayar atau tidak mampu
melunasi piutang tersebut.

Idealnya klien menetapkan beberapa pengendalian untuk mengurangi


kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Dua pengendalian lainnya adalah :

1. Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindaldanjuti oleh
prsonil manajemen yang tepat.
2. Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada
kemungkinan ditagih.

Bagian audit yang paling terpengaruh oleh pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi pada siklus penjualan dan penagihan adalah saldo piutang, kas, beban
piutang tidak tertagih dan penyisihan piutang tidak tertagih.
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN.

Noval, Muhammad. 2019. Dasar-Dasar Pemeriksaan Akuntansi (Pengantar Auditing).


Serang:Lalcsita Indonesia.

Arens,Alvin A,Randall J. Elder,Mark S, Beasly,2008. Auditing dan Jasa Assurance Edisi kedua
belas, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai