Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Stroke

1. Definisi Stroke

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang di sebebkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Bustan, 2007 dalam Dewangga,
2016). Stroke merupakan suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang di
sebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat yang
menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Dinkes Jateng,
2011 dalam Dewangga, 2016). Stroke atau penyakit serebrovaskuler adalah penyakit yang
menunjukkan adanya kematian jaringan menyebabkan kelainan patologis didalam otak
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat memicu terjadinya pecah pembuluh
darah sehingga suplai darah ke otak menjadi berkurang dan menyebabkan otak mengalami
kelainan fungsi akibat kurangnya suplai oksigen (Wijaya dan Mariza, 2013 dalam Santoso,
L.E, 2018 : 4).6

2. Klasifikasi Stroke

Stroke diklasifikasikan menjadi 2 golongan sesuai dengan gejala klinisnya menurut


(Wijaya dan Mariza, 2013:31 dalam Santoso, L.E, 2018: 4-5) yaitu :

a. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi akibat adanya perdarahan pada
otak serebral atau subarknoid, sehingga terjadi pecah pembuluh darah pada otak. Biasanya
terjadi pada saat melakukan aktivitas aktif ataupun saat sedang beristirahat. Pada
umumnya stroke hemoragik akan menyebabkan kesadaran pasien menurun (Wijaya dan
Mariza, 2013:31 dalam Santoso, L.E, 2018: 4).
b. Stroke Non Hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat adanya emboli dan trombosis
sereberal, pada stroke non hemoragik tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
sehingga dapat menimbulkan hipoksia yang dapat memicu edema sekunder tetapi
kesadaran umum pasien tidak mengalami penurunan atau bisa dikatakan baik (Wijaya dan
Mariza, 2013:31 dalam Santoso, L.E, 2018: 4-5).

3. Etiologi Stroke

Penyebab stroke digolongkan menjadi tiga, yaitu :

1. Trombosis serebri

2. Emboli serebri

3. Hemoragi

4. Manifestasi klinis

Terdapat emboli yang cukup besar, hilangnya sensabilitas, perubahan mendadak


status mental dan afasia. Gejala khusus pada pasien stroke adalah kehilangan motorik yang
dapat menyebabkan kehilangan volunter seperti hemiplegia dan hemiparesis (Wijaya dan
Mariza, 2013:35dalam Santoso, L.E, 2018: 4).
1. Pengertian Defisit Nutrisi Pada Stroke Non Hemoragik

Stroke non hemoragik adalah gangguan serebral yang dapat timbul sekunder dari
proses patologis pada pembuluh darah misalnya thrombus, embolus, atau penyakit vasekuler
dasar seperti arterosklerosis atau arteritis yang mengganggu aliran darah serebral sehingga
suplai nutrisi dan oksigen ke otak menurun yang menyebabkan terjdainya infark (Price,
2006). Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
keadaaan dimana individu yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan metabolic (Wilkinson & Lennox, 2005).

2. Etiologi Defisit Nutrisi Pada Stroke Non Hemoragik

Dalam buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017) stroke non hemoragik disebabkan oleh ketidakmampuan menelan makanan, fungsi
menelan abnormal akibat deficit struktur atau fungsi oral, faring atau esophagus. Terjadinya
trombosis serebral (gumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh otak) mengakibatkan
aterosklerosis serebral mengalami pembentukan gumpalan darah di arteri serebral atau bekuan
darah bisa terbentuk di jantung atau arteri karotis di leher. Gumpalan darah bisa terangkut
hingga pembuluh otak distal dan 2 memblokir aliran darah. Aliran darah yang tidak memadai
ke bagian tubuh, yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah dan perdarahan bisa
menghalangi jaringan otak menerima nutrisi dan oksigen yang memadai sehinggan terjadinya
deficit nutrisi kemungkinan besar dapat terjadi.

3. Patofisiologi terjadinya Defisit Nutrisi pada Stroke Non Hemoragik

Terjadinya deficit nutrisi pada stroke non hemoragik diawali sel neuron mengalami
nekrosis atau kematian jaringan, sehingga mengalami gangguan fungsi. Gangguan fungsi yang
terjadi tergantung dari besarnya lesi dan lokasi lesi. Gangguan fungsi tersebut salah satunya
yaitu gangguan fungsi saraf glosofaringeus. Saraf Glosofaringeus berfungsi mengatur motoric
reflek gangguan faringeal atau menelan. Gangguan menelan dapat terjadi pada pasien stroke
non hemoragik, yang diakibatkan oleh edema otak, gangguan tingkat kesadaran atau
diaschisis dan biasanya bersifat reversible. Penyebab utama disfagia mekanik adalah
sumbatan lumen esofagus. Disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuskuler yang
berperan dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan (batang otak), kelainan saraf otak N.V,
VII, IX, X, XII,kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan peristaltik esofagus dapat
menyebabkan disfagia. Munculnya disfagia atau ketidakmampuan menelan makan
mengakibatkan penderita stroke non hemoragik mengalami deficit nutrisi, sehingga proses
pembentukan thrombus dan embolisasi menjadi terganggu yang berakibat pada keterlambatan
proses penyembuhan. Deficit nutrisi pada stroke menimbulkan dampak berat badan kurang,
gangguan pola tidur, keletihan, dan konstipasi. Hipoksia serebral dan luasnya cedera pada
stroke adalah 3 faktor utama pencetus terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi ke otak
(Smeltzer & Bare, 2002)

Anda mungkin juga menyukai