Anda di halaman 1dari 24

ANTITUSIF ESPECTORAN

PENDAHULUAN
 ISPA termasuk Flu, rinitis akut, tonsilitis akut, dan laringitis akut
 Flu atau pilek yg paling sering, rata-rata 4 x/tahun pd org dewasa dan 12 x/tahun pd
anak-anak
 Insiden tergantung musim, 50% dari pdd menderita pada musim dingin dan 25% pd
musim panas

FLU dan RINITIS AKUT


 Flu disebabkan oleh rinovirus, menyerang nasofaring dan biasanya disertai rinitis
akut.
 Flu paling menular 1 – 4 hari sebelum onset dan selama 3 hari pertama penyakit ini
 Transmisi melalui sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi dan menyentuh
hidung atau mulut daripada droplet virus ketika bersin
 Gejala: rinoroe, hidung tersumbat, batuk,, dan peningkatan sekresi mukosa. Jika
terjadi kontaminsai bakteri 🡪 rinitis infeksi, sekret hidung kental.
Pengobatan

 Cara yang Umum


-Istirahat, sop mie ayam, minuman hangat (teh, gula, alkohol) vitamin C (msh perdebatan),
dan megadosis vitamin (kontroversial)
 Obat-obatan
-Antihistamin (AHI)
-Dekongestan (aminsimpatomimetik)
-Antitusif dan ekspektoran
(Obat-obat ini dapat dipakai secara sendiri atau kombinasi)

ANTITUSIF
 Bekerja pada pengendali batuk di medulla untuk menekan refleks batuk
 Batuk adalah cara tubuh untuk mengeluarkan sekret atau material lain dari saluran
nafas
 Bila batuk tidak produktif da mengiritasi boleh diberikan antitusif
 Dekstrometrofan adalah antitusif nonnarkotik
 Farmakokinetik dekstrometrofan
o Tersedia dlm bentuk sirup atau cairan, kapsul yang dapat dikunyah, dan pelega
tenggorok
o Nama dagang: robittusin DM, romilar, pediacare I, Formula contac-cold,
Formula batuk sucrets, dan banyak lainnya
o Dimetabolisme di hati, dan eksresi urine (TD)
 Farmakodinamik
o Depresi SSO meningkat bila ditelan bersama alkohol, narkotik, sedatif-
hipnotik, barbiturat, atau antideprsi
o Mula kerja 15-30 menit, Lama kerja 3-6 jam
o Efek trapeutik 🡪 menekan batuk yang tidak produktif
o ESO: mual, pusing, rasa ngantuk

ESPECTORAN
 Melunakkan sekret bronkus sehingga dpt dihilangkan dengan batuk
 Tabel obat antitusif dan espektoran
OBAT DOSIS INDIKASI

Antitusif Narkotik D:PO: 10-20 mg Biasanya dicampur dg antihistamin,


Kodein setiap 4-6 jam dekongestan, dan espectoran

Seperti kodein
Hidrokodon(Hycodon) D:PO:5-10 mg, setiap
6-8 jam
D:PO:0,6 mg/kg/hari
dlm dosis terbagi 3-4,
tdk melebihi 10
mg/dosis tungga

Antitusif nonnarkotik D:PO: 25 mg, setiap Berefek antihistamin, dan dapat


Difenhydramin (benylin, 4-6 jam menimbulkan rsa ngantuk, dan mulut
benadryl) kering

Dekstrometrofan D:PO:10-20 mg Menekan batuk, tidak menekan


(romilar, sucrets) setiap 4-6 jam pernafasan, tidak menimbulkan
A: (6-12 th): 5-10 mg toleransi
setiap 4-6 jam
A: (2-5 th): 2,5-5 mg
setiap 4-6 jam

Espectoran D:PO:200-400 mg Untuk batuk kering, tdk produktif, dpt


Guaifenesin (robittusin) setiap 4 jam menyebabkan mual, muntah. Dapat
A: (6-12 th): 100-200 dikombinasi dg pereda flu yg lain.
mg setiap 4 jam Diminum dg banyak air untuk
A: (2-5 th):50-100 mg mengencerkan lendir
setiap 4 jam

Kalium iodida D:PO:0,3-0,6 ml Merangsang sekresi dan cairan bronkus.


Gliserol iodin (Iophen, setiap 4-6 jam Hindari jika terdapat hiperkalemia.
Organidin) D:PO: 60 mg (tablet) Dapat menimbulkan rasa mual, dan
q.i.d muntah

SINUSITIS
 Peradangan membran mukosa dari satu atau lebih sinus maksillaris, frontal,
ethmoidalis, atau sfenoidalis
 Pengobatan
o Dekongestan nasal atau sistemik
o Asetaminofen, cairan dan istirahat
o Antibiotik (sinusitis akut dan berat)
Tabel obat dekongestan hidung dan sistemik (Amin simpatpmimetik)

 OBAT DOSIS INDIKASI


Efedrin D:PO: 25-50 Obat bebas dpt dipakai tersendiri atau dalam
mg, t.i.d, q.i.d kombinasi menyebabkan vasokontriksi
selaput lendir hidung.

Fenilefrin (neo-Synephrine, Larutan 0,25-


1% Untuk rinitis. Kurang kuat dibandingkan
sinex)
dengan epinefrin. Dapat menyebabkan sakit
kepala dan hipertensi yang sementara.

Fenilpropanolamin
D:PO: 25-50 Untuk rinitis bermacam-macam kombinsi,
(propadrine, dristan,
mg, t.i.d, q.i.d efek pada SSP tidak sebanyak efedrin
diemtapp)

Pseudoefedrin (Actifed, Untuk rinitis. Perangsangan pada SSP dan


Novafed, Sudafed) hipertensi tidak seberat efedrin
D: PO: 60 mg
setiap 4-6 jam

Oksimetazolin (Afrin) Semprot Dekongestan dengan masa kerja panjang.


0,05%, tetes Dipakai 2 x sehari, pagi dan sore hari. Dapat
menyebabkan kongesti rebound

FARINGITIS AKUT
 Peradangan tenggorok, atau sakit leher dapat disebabkan oleh virus atau oleh
streptokokkus beta hemolitik atau bakteri lain
 Gejala: demam, batuk
 Pengobatan:
o Obat kumur salin
o Tablet hisap
o Banyak minum
o Asetaminofen 
o Bila biakan tenggorok positif thd streptokokkus betahemolitikus antibiotik
selama 10 hari
TONSILITIS AKUT
 Peradangan tonsil yg umumnya disebabkan oleh streptokokkus
 Gejala: sakit leher, nyeri menelan, menggigil, demam, dan sakit otot
 Pengobatan
o Obat kumur salin
o Meningkatkan jumlah cairan yang masuk
o Antibiotik

LARINGITIS AKUT
 Radang pd laring
 Penyebab: stres, pemakaian pita suara yg berlebihan, atau infeksi pernafasan
 Gejala: edema pita suara 🡪 suara serak dan kecil
 Pengobatan
o Istirahat berbicara
o Hentikan merokok
o Obat tidak membantu

PROSES KEPERAWATAN pada FLU


Pengkajian
 Tentukan apakah penderita memiliki tekanan darah tinggi, terutama jika dekongestan
merupakan salah satu obatnya
 Periksa vital sign, kenaikan suhu dari 37,2 – 38,3 infeksi virus
Tujuan

 Flu akan berlangsung selama 7 hari. Infeksi sekunder oleh bakteri tdk terjadi

Intervensi Keperawatan
 Pantau tanda-tanda vital, tekanan darah dpt meningkat bila penderita diberi dekongestan.
Bisa juga timbul aritma
 Amati warna sekrat bronkus. Mukus yang kuning atau hijau menunjukkan infeksi bronkus
mungkin diperlukan antibiotik
 Berhati-hati thd kodein untuk menekan batuk timbulkan toleransi dan ketergantungan fisik
Penyuluhan kepada Klien
 Ajari klien tentang penggunaan semprotan hidung yang benar. Tarik napas dg satu
semprotan. Jangan lebih dari dari satu atau dua semprotan, 4-6 kali sehari selama 5-7
hari. Bisa timbul kongesti rebound bila dipakai secara berlebihan
 Anjurkan klien untuk membaca label obat yg dijual bebas dan priksakan ke dokter
sebelum memakai obat-obat pereda flu
 Anjurkan klien utk tdk mengendarai kendaraan bila obat yang digunakan mengandung
antihistamin
 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan lendir agar mudah dibatukkan
 Anjurkan klien untuk tdk mengonsumsi obat menjelang tidur atau pada waktu tidur untuk
menghindari insomnia. Insomnia terjadi setelah mengonsumsi dekongestan.
 Anjurkan minum larutan kalium iodida jenuh yang deiencerkan dengan menggunakan
sedotan agar tdk merusak email gigi
 Anjurrkan istirahat yang cukup
Evaluasi
 Klien menunjukkan bebas dari gejala-gejala flu, hidrasi yang cukup, istirahat yang cukup,
dan tidak demam .
 Anjurkan klien untuk membaca label obat yg dijual bebas dan periksaskan ke dokter
sebelum memakai obat-obat pereda flu

\\\
Bentuk- bentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan Obat:

1. Sediaan Padat

2. Sediaan Setengah Padat

3. Sediaan Cair

4. Sediaan Gas

 Sediaan Padat
1. Pulvis/Pulveres/Serbuk
Ialah campuran kering bahan obat atau zat kimia yg dihaluskan ditujukan utk obat
dalam  atau luar. Pulveres adl serbuk yg masing-masing dibungkus dg pengemas yg
cocok sekali minum. Pulvis adl bentuk jamaknya pulveres.
-contoh :
Serbuk utk obat dalam : puyer bintang toedjoe
Serbuk utk obat luar : Sulfanilamide – tdk digunakan lagi
2. Tablet
Adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dgn atau tanpa bahan tambahan.
Bahan tambahan berfungsi sbg pengisi, lain pengembang, pengikat, pelicin, atau fungsi
yang cocok. Berat tablet antara 50mg-2g, umumnya sekitar 200mg-800mg.
Ragam Tablet
a. Tablet Salut
Tablet salut

adalah tablet yang disalut dengan satu atau lebih lapisan dari campuran berbagai zat
seperti damar sintetik, gom, gelatin, pengisi yang tidak larut dan tidak aktif, gula, zat
pewarna yang diperbolehkan oleh peraturan, dan kadang-kadang penambah rasa serta
zat aktif. Jenis Tablet Salut:
1) Tablet bersalut gula (dragee)
tujuannya untuk menutupi rasa, warna, dan bau obat

2) Tablet Salut Selaput (Film Coat)


Ialah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan
atau disemprotkan pada tablet.
bau obat.

3) Tablet Slut Enteric


Adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam
lambung, tetapi larut dalam usus halus.

b. Tablet Effervescent
Adalah sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil
reaksi kimia dalam larutan. Gas yang dihasilkan umumnya adalah karbondioksida.
Tablet effervescent terdiri dari campuran antara natrium bikarbonat dengan asam
sitrat atau asam tartrat yang apabila dicelupkan ke dalam air maka akan berbuih atau
membentuk gas co2

c. Tablet Sublingual
Adalah tablet yang digunakan dengan cara diletakkan di bawah lidah sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut. Tablet bukal adalah tablet yang
digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut.

d. Tablet Lepas Lambat


Adalah sediaan tablet yang dirancang untuk memberikan aktivitas terapetik diperlama
dengan cara pelepasan obat secara terus- menerus selama periode tertentu dalam
sekali pemberian
e. Tablet Lozenges
Adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur
perlahan-lahan dalam mulut

f. Tablet Kunyah
Adalah tablet yang dimaksudkan untuk dikunyah, memberi residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak.

3. Kapsul
dalam cangkang keras atau lunak yg dapat

larut.

Adalah sediaan padat yang terdiri dari dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang kapsul terbuat dari gelatin, pati, atau bahan lain yang cocok

4. Suppositoria
Adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikanmulai rektal,
vagina, atau uretra. Sediaan ini dapat meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh.
5. Pil
Adalah sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat.
Berdasarkan beratnya, dibagi menjadi:
a. Pil berbobot 60-300mg, bobot ideal 100-150 mg, rata-rata 120 mg)
b. Boli (pil yang beratnya >300 mg).
c. Granula (1/3-1 grain; 1 grain=64,8 mg).
d. Parvul (<1/3 grain)

6. Implant/Pellet/Susuk Adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi


obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat  dengan cara
pengempaan atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam
tubuh (biasanya secara subkutan) dengan  tujuan untuk memperoleh pelepasan obat
secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.

 Sediaan Setengah Padat


1. Salep

Adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunakan
untuk pemakaian luar.
2. Krim

Adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air (>60%), mudah
diserap kulit, suatu type yang dapat dicuci dengan air. Jenis krim:

1.) Tipe m/a : digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Contohnya vanishing
lllllcream

2.) Tipe W/O : Minyak terdispensi dalam air. Contoh cold cream

3. Pasta

Pasta merupakan salep padat, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan maka
digunakan sebagai penutup atau pelindung.Biasanya dibuat dengan mencampurkan
bahan obat yang berbentuk serbuk (>50%) dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan
bahan dasar tidak berlemak (gliserol, mucilago, atau sabun).

4. Gel

Merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif,
merupakan dispersi koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang
saling berikatan pada fase terdispersi.
 Sediaan Cair

1. Sirup

Adalah sediaan yang berupa larutan yang mengandung sukrosa (64-65%). Jenis sirup:

a. Sirup Simpleks

b. Sirup Obat

c. Sirup pewangi

2. Eliksir

Adalah sediaan yang jernih, manis, merupakan larutan hidroalkoholik, terutama untuk
pemakaian oral, biasanya beraroma. Jenis Eliksir:

1. Non-Medicated elixir: bisa sebagai vehikulum


2. Medicated elixir: sebagai obat

3. Guttea (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi, digunakan baik untuk
obat luar maupun obat dalam. Penggunaan obat dalam dilengkapi dg alat penetes
berskala.

4. Injeksi
Merupakan sediaan steril dan bebas pirogen yg berrupa larutan, emulsi, suspensi,
maupun serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan.

5. Enema

adalah suatu larutan yg penggunaannya melalui rektum (anus), digunakan untuk


memudahkan buang air besar, mencegah kejang, atau mengurangi nyeri lokal.

6. Gargarisma/gargle

Adalah sediaan obat berupa larutan yang umumnya pekat dan harus diencerkan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Secara umum, memiliki 2 efek :
a. Efek Kosmetik : membersihkan, menghilangkan, atau mencegah bau mulut
b. Sebagai Terapetik : Mencegah karies gigi, pengobatan infeksi

7. Douche
Adalah larutan yg digunakan secara langsung pada lubang tubuh, bermanfaat sebagai
pembersih atau antiseptik. Contoh : vaginal douche, eye douche, pharingael douche, dan
nasal douche.

8. Suspensi
Adalah sediaan cair yg mengandung bahan obat yg tidak larut dan terdispersi dalam
cairan pembawa. Dalam kemasan terdapat etiket bertuliskan “Kocok Dahulu Sebelum
Digunakan”.
9. Emulsi
Merupakan sediaan yg mengandung bahan obat cair yg tidak saling campur, distabilkan
dengan emulgator yg sesuai. Juga terdapat penjelasan “kocok dahulu sebelum
digunakan” pada kemasannya.

10. Infusa
Adalah sediaan cair yang terbuat dari simplisia nabati menggunakan air panas (T:90˚C)
selama 15 menit

 Sediaan Gas
Adalah sediaan yang dikemas dibawah Sediaan ini digunakan untuk pemakaian tropical
pada kulit dan juga pemakaian local pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual)
atau paru- paru (aerosol inhalasi) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil
dari 10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis turukur “. Contoh: Oxygen

KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT


KOMPETENSI DASAR
Kompetensi yang berhubungan dengan pemberian obat:

1. Anatomi Fisiologi
2. Farmakologi
3. Biokimia
4. Matematika
5. Kebutuhan Dasar Manusia /skill
6. Komunikasi

EARMUMU + 10 D

• E – FEKTIF
• A – MAN
• R – ASIONAL
• MU – DAH
• MU – RAH
• Diagnosis
• Diagnosis banding
• Drug of coice
• Drug of dose
• Drug reaction
• Drug Interaction (sebelum atau sesudah makan )
• Drug Duration ( 2-3 minggu)
• Drug Side Efect
• Drug holiday
• Dialog

METABOLISME OBAT

• Farmasetik
• Farmakokinetik
• Farmakodinamik

KLASIFIKASI

Per oral (po)


Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan
Keuntungan: mudah, aman dan murah.
Kerugian :
1. bioavaibilitasnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
2. iritasi pada saluran cerna
3. perlu kerjasama dengan penderita (tidak bisa diberikan pada penderita koma).

Secara suntikan (parenteral)


Keuntungan :
efek timbul lebih cepat dan teratur
dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau muntah-
muntah
sangat berguna dalam keadaan darurat.
Kerugian : dibutuhkan kondisi asepsis, menimbulkan rasa nyeri, tidak ekonomis,
membutuhkan tenaga medis.
Meliputi: intravena (iv)
, intramuscular (im), subcutan (sc) dan intrathecal.

 IV:
 Tidak mengalami tahap absorpsi.
 Obat langsung dimasukkan ke pembuluh darah sehingga kadar obat di dalam
darah diperoleh dengan cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung dengan
respons penderita.
 Kerugiannya :obat yang sudah diberikan tidak dapat ditarik kembali, sehingga
efek toksik lebih mudah terjadi. Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi
alergi akan lebih terjadi. Pemberian iv harus dilakukan perlahan-lahan sambil
mengawasi respons penderita.

 IM:

 Kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi.


 Obat yang sukar larut seperti dizepam dan penitoin akan mengendap di tempat
suntikan sehingga absorpsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
 Obat yang larut dalam air lebih cepat diabsorpsi
 Tempat suntikan yang sering dipilih adalah gluteus maksimus dan deltoid.

 SC:
 Hanya boleh dilakukan untuk obat yang tidak iritatif terhadap jaringan.
 Absorpsi biasanya berjalan lambat dan konstan, sehingga efeknya bertahan lebih
lama.
 Absorpsi menjadi lebih lambat jika diberikan dalam bentuk padat yang
ditanamkan dibawah kulit atau dalam bentuk suspensi.
 Pemberian obat bersama dengan vasokonstriktor juga dapat memperlambat
absorpsinya.

 Intrathecal:
 obat langsung dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid spinal, dilakukan bila
diinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu
cerebrospinal seperti pada anestesia spinal atau pengobatan infeksi SSP yang
akut.

Melalui paru-paru (inhalasi)


hanya dapat dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah
menguap
misalnya anestesi umum dan obat lain yang dapat diberikan dalam bentuk aerosol.
Absorpsi terjadi melalui epitel paru dan mukosa saluran nafas.
Absorpsi terjadi secar cepat karena permukaan absorpsinya luas, tidak mengalami
metabolisme lintas pertama di hati.
Metode ini lebih sulit dilakukan, memerlukan alat dan metode khusus, sukar
mengatur dosis dan sering mengiritasi paru.

Topikal Terutama pada kulit dan mata.


Pemberian topikal pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu karena tidak banyak
obat yang dapat menembus kulit yang utuh.
Jumlah obat yang diserap tergantung pada luas permukaan kulit yang kontak
dengan obat serta kalarutan obat dalam lemak.
Pemberian topikal pada mata dimaksudkan untuk mendapatkan efek lokal pada
mata, yang biasanya memerlukan absorpsi obat melalui kornea.

CARA MENGHITUNG OBAT

Contoh 1 :

Antibiotik Ceftriaxon 1 gram, dicampur dengan water for injection 5 ml. Berapa kandungan
obat tiap mili liter ( cc ) ? Jika pasien memerlukan disuntik obat sebanyak 400 mg maka
berapa mili liter ( cc) yang diinjeksikan ke dalam tubuh pasien?

Jawab :
1 gram = 1000 mg

Jadi kandungan obat tiap ml adalah

1000 mg : 5 ml = 200 mg/ml

Karena pasien memerlukan obat sebanyak 400 mg maka yang diinjeksikan adalah 2 ml

Prinsip Pemberian Obat

Hak Klien dalam Pemberian Obat

1. Hak klien mengetahui alasan pemberian obat


Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi
(informed concent), yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk
membuat suatu keputusan.
2. Hak klien untuk menolak pengobatan
Klien dapat menolak pemberian pengobatan. 
Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan
dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan. Jika suatu pengobatan ditolak, penolakan ini harus segera
didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus
diberitahu jika  pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan  klien, seperti dalam
pemberian insulin. Tindak lanjut juga  diperlukan  jika  terjadi  perubahan  pada  hasil 
pemeriksaan laboratorium, misalnya pada pemberian insulin atau warfarin (Taylor, Lillis
and LeMone, 1993; Kee and Hayes, 1996).
 Pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan
ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. 
 Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai
pengetahuan dasar mengenai   obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.

Etiket Biru / Obat Luar, dicantumkan :


a. nama & alamat apotek
b. nama & no SP/SIK APA
c. no. R/ & tanggal pembuatan
d. nama pasien
e. nama & jumlah obat
f. aturan pemakaian
g. tulisan “obat luar”
h. tanda lain : obat gosok, obat kumur, kocok dulu
Pemberian Obat yang Aman (Safety) :

Berpedoman kepada “6T”

1. tepat pasien

A. Jika perawat harus memesan obat ke IFRS (instalasi Farmasi RS).


- obat dipesankan ke IFRS berdasarkan daftar obat pasien / resep yg terbaru dg
keterangan sbb : nama lengkap pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan,
alamat/no. telp, nama/no.ruang, nama/no.kamar, dan no.bed/tempat tidur pasien.
- periksa identitas pasien yg tertera dalam kartu pesanan obat / MR dg cara :
a). Dicocokkan dg gelang identitas pasien / papan identitas di tempat tidur pasien.
b). Komunikasi dg pasien/keluarganya jika pasien koma, kesulitan bahasa/tidak
kooperatif.
B. Jika perawat harus menyiapkan obat di bangsal / ruang rawat inap.
- obat disiapkan berdasarkan daftar obat pasien/resep yg terbaru dg keterangan sbb :
nama lengkap pasien, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, alamat/no. telp,
nama/no.ruang, nama/no.kamar, dan no.bed/tempat tidur  pasien.
- sebelum obat diberikan ke pasien, panggil nama lengkap pasien/cocokkan identitas
pasien dalam MR dg tanda pengenal yg ada.
2. tepat diagnosa keperawatan

Sesuai dg tujuan diagnosa keperawatan (mengidentifikasi timbulnya masalah yg sebenarnya


dari regimen obat dan masalah yg potensial dari regimen obat).

3. tepat indikasi

-Ketepatan diagnosa keperawatan → intervensi terapi → tepat indikasi.

-Khususnya  indikasi medik → intervensi dg obat → manfaat terapetik ?? → evaluasi hasil 


terapi.

-Kemungkinan intervensi terapi → intervensi tanpa obat / kombinasi


4. tepat obat

1. Periksa dg teliti obat yg tertulis dalam resep atau MR (lakukan sesuai dg tanggung
jawab perawat terhadap obat).

2. Obat yg tertulis dalam resep/MR harus ditandatangani dokter & merupakan program
terapi terbaru.
3. Jika perawat diminta untuk menulis ulang/menyalin obat yg tertulis dalam MR ke
dalam draft permintaan obat, tulislah nama obat dg jelas & benar.

4. Jika dokter menginstruksikan pengobatan melalui telepon, dokumentasikan hal-hal sbb :

- tanggal & jam instruksi pengobatan.


- nama/identitas dokter
- nama/identitas pasien
- nama obat
- kekuatan obat
- jumlah obat yg diberikan
- dosis obat
- rute/cara pemberian
- frekuensi & waktu pemberian
- lama pemberian
- diusahakan <24 jam instruksi pengobatan sudah harus ditandatangani dokter ybs.
Contoh : yogya, 09-09-2009, dr. Cantika,SpD. untuk Ny. Juwita (55 th), ruang dahlia,
kamar I/bed. No.2 R/ Simvastatin 10 mg no.X, per oral, s.1dd1tab., tiap jam
21.00  malam (ttd).   
5. Pengamanan , persiapan, & pemindahan obat dari IFRS / pos obat ke pasien.
 Lingkungan sehat & kondusif (aman, tenang, terang), membantu keakuratan
proses.
 Baca dg teliti label/etiket obat 3 kali.
I : membaca permintaan obat & mengambil wadah/kemasan   dari rak obat.
II : label/etiket wadah/kemasan dicocokkan dg isi obatnya   sebelum dituang.
III : setelah menuang obat & mengemballikan wadah obat ke   rak.
tujuan : menghindari kesalahan pengambilan obat karena banyak obat yg
namanya hampir sama.
con : aminopirin – aminofilin; nichoviton – nichobion; betason – betason N;
minoksidil – minoksiklin.
 Jika label/etiket obat tidak terbaca, rusak, hilang, tidak tertulis, segera kembalikan ke
IFRS.
 Jika isi obat dalam kemasan tidak sesuai dg yg tertulis dalam etiket, rusak, bau,
berubah warna, retur/kembalikan ke IFRS.
 Jika nama obat yg tertulis dalam resep/MR tidak sama dg obat yg tersedia, konfirmasi
dg apoteker. 
Con : cefat 500 mg – qidrof 500 mg.
 Atur obat dalam baki/kereta obat sesuai urutan kamar/bed/pasien yg paling
sedikit/mudah menggunakan obat.
 Jaga keamanan baki/kereta obat.
 Saat obat diberikan, ingat kembali riwayat pengobatan pasien (penyakit, nama obat,
cara kerja obat & kemungkinan ESO yg timbul).

5. tepat regimen obat

A. Besar dosis & frekuensi pemberian


 penting untuk keberhasilan terapi & meningkatkan ketaatan pasien.
 Dosis obat harus tertulis dg jelas & benar.
con : R/ Parasetamol 500 mg no.X s.tdd1tab. Sprn
 Sebaiknya dosis dihitung sesuai dg kondisi individual pasien (usia, BB, BSA).
B. Cara/rute pemberian (ingat kembali faktor yg mempengaruhi cara pemberian). Con :
- cedocard 5 mg, sublingual 1dd1tab.
- ultrapoct N suppo, perektal 2dd1suppo.
- inflammide aerosol 200 mcg, intrarespiratori 2dd2puff.
C. Bentuk sediaan obat (ingat faktor BSO).
con : - efek lokal →konjungtivitis →chloramfenikol 1% ED,  stdd1gtt ODS.
  - anak →puyer / sirup lebih disukai.
  - emergency/efek sistemik →infus i.v / injeksi i.v.
D. Lama pemakaian obat / lama terapi yg tepat.
 Antibiotik diberikan dalam waktu tertentu untuk menghindari resistensi & kambuhnya
penyakit. Biasanya diteruskan 2 – 3 hari setelah gejala menghilang.
 Penyakit tifus, malaria, TBC, endocarditis, terapinya dianjurkan lebih lama, & lama
terapi lepra seumur hidup.
 Obat simptomatis (mis : analgetik, antipiretik), pemakaiannya seperlunya (s.p.r.n) &
dihentikan jika gejala hilang.
 Terapi untuk penyakit stabil & kronis (mis : hipertensi, DM), terus – menerus.
E. Waktu pemakaian obat yg benar.
 Tujuan :
1. Untuk memperoleh efek terapetik yg maksimal.
2. untuk menghindari ES yg tidak dikehendaki.
Contoh waktu pemakaian obat yg benar :
- ac (segera) : analgetik (kecuali asetosal NSAIDs).
- 1 jam ac / 2 jam pc : antibiotik (penisilin, sefalosporin, eritromisin, spiramisin,
linkomisin, klindamisin, rifampisin), dan antasid / obat gangguan lambung.
- ½ jam ac – om : antidiabetik oral
- dc : antiepileptik, garam ferro, lithium, kalium, vasodilator, kemoterapetik
(kotrimoksazol, sulfasalazin, metronidazol & derv), griseofulvin, nitrofurantaoin,
danazol (garis bawah : absorpsi meningkat bila diminum bersama makanan berlemak /
susu).
- pc (segera) : glukokortikoid, NSAIDs, & asetosal, INH, reserpin, spironolakton.
- pc – om : diuretika (lengkungan/furosemida, thiazida), dianjurkan banyak makan
makanan kaya kalium (pisang, kacang- kacangan, minum teh).
6. tepatevaluasi

A. Tertib administrasi
 Setelah obat diberikan ke pasien & diminum, harus dicatat dg segera pd form
pengobatan dg tulisan yg jelas, benar & dibubuhi tanda tangan serta nama terang
pembuat laporan (untuk pelacakan/pertanggungjawaban bila terjadi hal yg tidak
dikehendaki).
 Hal yg perlu dicatat/dilaporkan :
- identitas pasien
- nama, kekuatan, & jumlah obat.
- dosis obat
- rute/cara pemberian
- waktu pemberian obat
- lama pemakaian obat
- tempat pemberian (sesuai dg rute pemberian), mis : eye drop OD/OS/ODS
B. Menilai ketaatan pasien (patient compliance)
 Pastikan obat diterima langsung oleh pasien (bayi / lansia oleh keluarganya.
 Bila perlu jangan meninggalkan ruangan hingga obat tsb benar-benar diminum pasien
& untuk menghindari hal yg tidak diinginkan.
 Bila obat tidak diminum oleh pasien, catat alasannya, dilaporkan

Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?


 Segera mengakui kesalahan
 Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
 Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan & tindakan pencegahan
guna mencegah terulangnya kesalahan yg sama / kesalahan lainnya.
 Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan : penjelasan  kesalahan &
langkah yg sudah diambil untuk mengatasinya.

“Kocok Dahulu sebelum digunakan”

Anda mungkin juga menyukai