Anda di halaman 1dari 3

Indahnya Jejak Dedaunan di atas Kain

Wabah virus corona yang akhir-akhir ini merebak di seluruh penjuru dunia, mau tidak
mau memaksa kita berdiam diri di rumah. Di rumah saja untuk sampai waktu yang tak
ditentukan tentu membuat kita tidak nyaman. Bagaimana tidak, kondisi ini memaksa
kita untuk mengubah rutinitas kita. Secara naluriah, perubahan adalah hal yang paling
tidak disukai, bahkan merupakan hal yang paling ditakuti oleh manusia. Jadi, wajar
saja kalau kita merasa gelisah karena perubahan ini.

Namun, tidaklah baik kalau lama-lama murung dan bersedih. Oleh karena itu, sebagai
generasi muda saya berusaha untuk menyesuaikan diri dan menikmati hari-hari yang
saya jalani dengan mengenal sekaligus bereksperimen hal-hal baru. Awalnya memang
tidak mudah, tetapi seiring berjalannya waktu, saya mulai terbiasa menjalani new
normal yang kita alami saat ini.

Ceritanya, saya mempunyai pengalaman baru saat pandemi dan kita dihimbau untuk
tetap di rumah, yaitu tentang pembuatan sebuah karya seni pada kain. Hal tersebut
saya pelajari dari berbagai sumber dan pakar serta keberanian untuk mencoba.
Semakin lama semakin menarik karena selalu mendapatkan hasil yang unik dan
berbeda. Seni menghias kain banyak ragamnya. Yang sangat populer di seluruh dunia
adalah Batik dan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda yang
berasal dari Indonesia. Shibori, seni lipat ikat dan celup kain dari Jepang juga populer
dan menjadi fashion item yang disukai beberapa tahun belakangan. Kini muncul Eco
print (seni cetak natural) yang mulai hadir tahun lalu dan kini makin disukai. 

Eco print adalah salah satu cara mengolah kain dengan memanfaatkan berbagai
tumbuhan yang bisa mengeluarkan warna-warna alaminya. Kain-kain hasil eco print
dan eco dyeing, dua cara yang sama tapi berbeda, sekarang mulai digemari dan laris
manis di berbagai pameran kriya. 

Seni mengolah kain sudah dikenal lama sebagai cara menghadirkan kain polos,
umumnya putih, menjadi wujud kain yang berbeda. Bukan sekedar beda, tapi
mengubah kain biasa menjadi karya seni yang mempunyai nilai estetika tinggi
sekaligus nilai ekonomi fantastis. Semakin rumit motifnya dan semakin banyak warna
yang digunakan, semakin tinggi dan mahal harganya. Ini karena keindahannya dan
lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan "proyek" seni tersebut. 

Tidak diketahui persis kapan seni membuat motif kain dengan dedaunan ini muncul.
India Flint, seorang seniman kain yang tinggal di Australia Selatan adalah salah satu
yang mempopulerkannya menjadi karya-karya yang luar biasa dan mengundang
decak kagum siapa pun yang melihatnya. Di atas sehelai kain polos diletakkan
berbagai daun, digulung, diikat, dikukus dan jadilah sehelai kain dengan jejak-jejak
daun yang warnanya tidak bisa dirancang dan diduga sebelumnya. Di Indonesia mulai
muncul seniman-seniman kain eco print ini yang karya-karyanya pun sangat
mengagumkan. 

Eco print bisa diterapkan pada berbagai jenis kain seperti cotton, silk, viscose, chiffon,
linen, shantung, dan felt. Hasil eco print bisa digunakan untuk produk fashion seperti
busana, syal, selendang, kerudung, tas, sepatu, dan sebagainya. Juga untuk kebutuhan
interior seperti sarung bantal, taplak meja, tirai, dan sebagainya. 

Keunikan dari eco print adalah warna yang muncul maupun bentuk jejak dedaunan
tidak bisa diduga meskipun sudah diatur sedemikian rupa peletakannya. Warna-warna
daun yang muncul umumnya tidak sama dengan warna daun aslinya. Daun Jati yang
masih muda dengan pucuk keunguan akan menghasilkan warna ungu kemerahan,
pink, atau orange. Daun Ketapang dan Mangga biasanya memunculkan warna kuning.
Keunikan lainnya adalah daun yang sama diambil dari lokasi yang berbeda akan
menghasilkan warna yang berbeda-beda. Bahkan daun-daun yang tumbuh liar bisa
menghasilkan keindahan tersendiri. Jenis kain dan bahan mordan maupun pada proses
fiksasi juga akan berpengaruh pada hasil akhirnya. 

Para penganut naturalisme dan penyuka gaya etnik menyambut baik munculnya
karya-karya eco print ini sebagai salah satu fashion item. Diluar penyuka kedua gaya
aliran tersebut, awam pun menyukainya sebagai pilihan unik yang ternyata bisa
diaplikasikan pada pelengkap busana dan pelengkap interior.
Membuat karya eco print ini tidak bisa dikatakan mudah, tetapi juga tidak sulit. Hal
yang paling utama yaitu memperhatikan tanaman di sekitar kita atau rajin menyusuri
kebun, kenali berbagai jenis daun dari bentuknya yang menarik dan unik, karena
setiap helai daun tidak ada yang sama persis bentuk dan ukurannya meskipun dari
satu dahan yang sama. Daun yang bisa digunakan ketika diremas mengeluarkan warna
dan aroma. Pilih daun yang tidak terlalu tua. Daun yang gugur juga bisa dipakai, pilih
yang masih berwarna kuning. Karena tidak semua dedaunan bisa digunakan jadi kita
harus selektif memilihnya. Tetapi melimpahnya aneka jenis tanaman di negeri kita ini
membantu kita memiliki banyak pilihan dan sangat memungkinkan bereksplorasi.
Selanjutnya, ada beberapa teknik membuat eco print yang diterapkan pada berbagai
jenis kain dalam berbagai bentuk penggunaan. Untuk mendapatkan hasil eco print
yang cantik dan unik, kita bisa menggunakan 3 teknik yang umum dan mudah
dikerjakan yaitu Teknik Gulung (Bundles), Teknik Palu (Pounding), dan Teknik
Hapa Zome (teknik ini cocok digunakan untuk produk yang tidak perlu dicuci seperti
hiasan figura, tas serbaguna, kap lampu, kartu ucapan,dll).

Pada intinya, eco print adalah memindahkan pola (bentuk) dedaunan ke atas
permukaan berbagai kain yang sudah diolah untuk menghilangkan lapisan lilin dan
kotoran halus pada kain agar warna tumbuhan mudah menyerap (teknik mordan), lalu
diakhiri dengan proses penguncian warna dan motif pada kain (teknik fiksasi). 

Ketika sebuah karya telah dihasilkan, kita akan tercengang dengan hasilnya dan pasti
ingin mencoba lagi dan lagi. Di samping itu, hal ini menyadarkan kita agar dapat
memanfaatkan kekayaan alam di sekitar kita menjadi sebuah karya yang ekonomis
sekaligus belajar mencintai lingkungan dengan berkarya menggunakan bahan-bahan
alami yang tidak merusak ekosistem alam alias ramah lingkungan.

Entah kapan wabah ini akan berakhir, hanya Empunya Semesta yang tahu. Namun di
kala yang sulit ini, alangkah baiknya kita memanfaatkan waktu yang ada untuk terus
mengembangkan potensi diri dan menanamkan kebiasaan yang baik, serta tak lupa
untuk saling menguatkan sesama.

Anda mungkin juga menyukai