Anda di halaman 1dari 4

Pada zaman dahulu, kajian tentang hal-hal yang membatalkan puasa hanya terbatas pada

masalah makan, minum, dan berhubungan suami-isteri. Tetapi saat ini, permasalahan menjadi
semakin kompleks, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
bidang kedokteran, misalnya, banyak aktivitas medis yang perlu diperjelas status hukumnya;
membatalkan puasa atau tidak, seperti donor darah, suntik, imunisasi, dan endoskopi. 
ADVERTISEMENT Sebenarnya, untuk mengkategorikan sesuatu itu membatalkan puasa atau
tidak, para ulama telah menetapkan lima kriteria, yaitu: ‫ْس ِممَّا َخ َر َج‬ َ ‫ الف ِْط ُر ِممَّا دَ َخ َل َولَي‬Puasa menjadi
batal sebab adanya sesuatu yang masuk (ke dalam tubuh), bukan sebab sesuatu yang keluar
(dari tubuh). (Al-Kasani, Bada’ius Shana’i, juz 2, halaman 92) ADVERTISEMENT ‫ال ِعب َْرةُ ِب ْالوُ ص ُْو ِل إِلَى‬
‫ َكاأْل َ ْنفِ َواأْل ُ ُذ ِن َوال ُّدب ُِر‬،ِ‫ار ِق اأْل َصْ لِ َّية‬ِ ‫اغ م َِن ْال َم َخ‬
َ ْ
ِ ‫ ال َج ْوفِ أ ِو ال ِّد َم‬ADVERTISEMENT Yang menjadi patokan adalah
sampainya sesuatu ke dalam perut atau otak melalui lubang asli, seperti hidung, telinga, dan
dubur. (Imam Nawawi, Raudhatut Thalibin, juz 2, halaman 356) ،‫وُ ج ُْو ُد اأْل َ ْك ِل ص ُْو َر ًة َي ْكفِيْ لِ َف َسا ِد الص َّْو ِم‬
‫ ُي ْفسِ ُد الص َّْو َم‬،‫ص ُل ِب ِه َق َوا ُم ْال َبدَ ِن‬ ُ ْ‫صا ًة أَ ْو ُن َوا ًة أَ ْو َخ َشبًا أَ ْو َحشِ ْي ًشا أَ ْو َنحْ َو َذل َِك ِممَّا اَل ي ُْؤ َك ُل َعادَ ًة َواَل َيح‬ َ ‫َح َّتى لَ ْو أَ َك َل َح‬
ADVERTISEMENT Adanya bentuk kegiatan makan dapat membatalkan puasa, sekalipun jika
seseorang makan kerikil, biji, kayu, rumput, atau yang sejenisnya, yaitu sesuatu yang tidak biasa
dimakan, dan tidak dapat memperkuat tubuh, dapat membatalkan puasa. (Nawawi, Al-Majmu’
Syarh al-Muhadzab, juz 6, halaman 315) ‫ َح َّتى لَ ْو َجا َم َع امْ َرأَ َت ُه‬،‫ف لِ َف َسا ِد الص َّْو ِم‬ ٍ ‫ْث ْال َمعْ َنى َكا‬ ُ ‫وُ ج ُْو ُد ْال ِج َماع مِنْ َحي‬
ِ
‫ص ْو ُم ُه‬َ ‫ َي ْف ُس ُد‬،‫ِس َها ِب َشه َْو ٍة َفأ َ ْن َز َل‬
َ ‫ أَ ْو َبا َش َر َها أَ ْو َق َّبلَ َها أَ ْو لَم‬،‫ ِف ْي َما ُد ْو َن ْال َفرْ ِج َفأ َ ْن َز َل‬Adanya makna jima’ dapat
membatalkan puasa, bahkan jika seseorang menggauli isterinya pada selain kemaluannya lalu
keluar sperma, merabanya, menciumnya, atau menyentuhnya dengan syahwat lalu keluar
sperma, maka puasanya menjadi batal. (Al-Syairozi, Al-Tanbih, juz 1, halaman 66) ‫وُ ص ُْو ُل أَ َث ِر ال َّشيْ ِء‬
‫ اَل َع ْي ِن ِه إِلَى ْال َحلَ ِق اَل ُي ْفسِ ُد الص َّْو َم‬Sampainya efek dari sesuatu, bukan dzatnya, ke tenggorokan tidak
membatalkan puasa. (Imam Nawawi, Raudhatut Thalibin, juz 2, halaman 357) Berdasarkan lima
kriteria di atas, para ulama, sebagimana dikutip Muhammad Shahjahan dalam penelitiannya
berjudul “Qadhaya Haditsah Muta’alliqah bi al-Shaum”, menetapkan hukum atas masalah-
masalah kedokteran yang meliputi:

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/91129/tindakan-medis-yang-membatalkan-dan-tak-
membatalkan-puasa
===
Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios).
Akses dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah,
Ensiklopedia NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.

Bandung, NU Online Jabar 
Tak terasa kurang dari satu bulan lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan.
Akan tetapi, pandemi virus Covid-19 belum juga usai dan tak kunjung menemui
titik temu. Bersamaan dengan hal itu, pemerintah menyelenggarakan program
vaksinasi untuk seluruh masyarakat Indonesia dalam rangka percepatan
pencegahan dan penanggulangan wabah Covid-19 di Indonesia. 

ADVERTISEMENT

Tetapi, bagaimanakah hukumnya divaksin bagi umat Islam yang sedang berpuasa? 
Terkait hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa no 13 tahun
2021 tentang Hukum Vaksinasi Covid-19 Saat Berpuasa. 

ADVERTISEMENT

Kewajiban puasa Ramadhan dan keterangan rukhsah bagi yang sakit atau
bepergian

{‫ت فَ َم ْن‬ٍ ‫) أَيَّا ًما َم ْعدُودَا‬183( َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬ َ ِ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت‬
‫ين فَ َم ْن تَطَ َّو َع خَ ْيرًا فَهُ َو‬ َ ٌ‫َكانَ ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أَوْ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَي ٍَّام أُ َخ َر َو َعلَى الَّ ِذينَ ي ُِطيقُونَهُ فِ ْديَة‬
ٍ ‫ط َعا ُم ِم ْس ِك‬
)184( َ‫} َخ ْي ٌر لَهُ َوأَ ْن تَصُو ُموا خَ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam
beberapa hari yang tertentu. Maka jika di antara kalian ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi
makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi
kalian jika kalian mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 183-184).

ADVERTISEMENT

Hadits Nabi yang menerangkan bahwa segala penyakit pasti ada obatnya dan
hadits tentang perintah untuk berobat dengan yang halal

‫ إن هللا تعالى أَ ْن َز َل ال َّدا َء َوال َّد َوا َء َو َج َع َل لِ ُكلِّ دَا ٍء‬:‫صلَّى هَّللا ُ عَلى ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هّللا‬:‫عن أبي ال ّدرْ دَا ِء قَا َل‬
‫َد َوا ًء فتداووا وال تداووا بالحرام‬

Dari Abu Darda’, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallah bersabda:


“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat bagi setiap penyakit, maka
berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud)

Pendapat al-Qasthalani dalam kitab Irsyadu al-Sari (7/96) yang menjelaskan


bahwa berobat karena sakit dan menjaga diri dari wabah adalah wajib: 
‫] فيه بيانُ الرخص ِة في وضْ ِع‬102 :‫إن كان بكم أذى من مطر أو كنتم مرضى أن تضعوا أسلحتكم [النساء‬
ْ ‫ض وأ َم َرهُ ْم م َع ذلك بِأخ ِذ‬
‫الحذ ِر لِئال‬ ٍ ‫مطر أوْ يُضْ ِعفُه ْم ِمن م َر‬
ٍ ‫ب َما يَبُلُّهُم ِمن‬
ِ ‫إن ثَقُل عليه ْم َح ْملُها بِسب‬ ْ ‫األَ ْسلِح ِة‬
‫أن العال َج‬َّ ‫ و ِم ْن ثَ َّم ُعلِم‬،‫جميع المضارِّ المظنون ِة‬
ِ ‫الحذر عن‬
ِ ِ ْ‫ ود َّل ذلك على وُجو‬،‫العدو‬
‫ب‬ ُّ ‫يَ ْغفَلوا فيَه ُج ُم عليه ُم‬
ٌ‫الجلوس تحتَ الجدا َر المائ َل واجب‬
ِ ‫عن الوبا ِء والتحرُّ َز عن‬ ِ ‫بالدوا ِء واالحْ ترا َز‬.

“(Dan tidak mengapa kamu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat


suatu kesusahan karena hujan atau karena kamu sakit) (al-Nisaa:102). Di dalam
ayat ini adanya keringanan untuk meletakkan senjata saat para pasukan terbebani
dengan bawaan, seperti dalam keadaan basah kuyup kehujanan atau karena sakit.
Meskipun demikian mereka tetap harus waspada terhadap musuh. Ayat tersebut
juga menunjukkan wajibnya menjaga kewaspadaan dari segala bahaya yang akan
datang. Dari sinilah difahami bahwa berobat dengan obat dan menjaga diri dari
wabah penyakit serta menghindari dari duduk-duduk di bawah dinding yang
miring adalah wajib”.

Ibnu al-Hammam al-Hanafi dalam kitab Fathu al-Qadir (2/330) bahwa yang


membatalkan puasa adalah sesuatu yang masuk lewat rongga yang lazim,
seperti mulut, kubul, dan dubur: 

ADVERTISEMENT

( ْ‫َاخاًل ِمنَ ْال َم َسا ِّم َو ْال ُم ْف ِط ُر )قَوْ لُهُ َولَوْ ا ْكتَ َح َل لَ ْم يُ ْف ِطر‬
ِ ‫َس َوا ٌء ّو َج َد ظَ ْع َمهُ َح ْلقِ ِه أَوْ اَل أِل َ َّن ْال َموْ جُو َد فِي َح ْلقِ ِه أَثَ ُرهُ د‬
‫اخ ُل ِم ْن ْال َمنَا فِ ِذ َكا ْال ُم ْد خ َِل َو ْال ُم ْخ َر َج اَل ِم ْن ْال َم َسا ِّم‬ ِ ‫ال َّد‬

(Ungkapan “Dan jika memakai celak maka tidak membatalkan puasa”) baik
tenggorokannya dapat merasakan suatu makanan atau tidak, karena zat yang
berada di tenggorokan adalah sisa-sisa yang masuk lewat pori-pori. Sedangkan,
yang membatalkan puasa adalah sesuatu yang masuk lewat rongga yang terbuka
seperti jalan masuk ke tubuh atau jalur keluar darinya, dan bukan dari pori-pori. 

Pendapat para ulama mutaqaddimin bahwa yang dimaksud al-huqnah (suntikan)


yang membatalkan puasa adalah sesuatu yang dimasukkan lewat dubur seseorang,
di antaranya yakni: 

Pendapat Muhammad al-Mukhtar al-Syinqithi dalam kitab Syarh Zad al-


Mustaqni’ (4/103):
‫ف َويَتَغ َّذى بِها‬ ِ ‫كأن تكونَ ح ْقنةٌ في ال ُّد‬
ِ ْ‫ ألنَّها تَص ُل ألى ال َجو‬:‫ أنَّها تُوْ جبُ الفط َر‬:‫ فهذه قالوا‬,‫بر‬ ْ )‫ (أواحتقن‬:‫قوله‬
ً ‫ق بها دوا ًء و ِعالجا‬
ُ ِ‫اإلنسانُ ويَرْ تف‬.

Ungkapan (atau huqnah), seperti memasukkan sesuatu ke dubur, mereka


berpendapat bahwa itu membatalkan puasa, karena sesuatu yang dimasukkan
tersebut sampai pada lambung dan seseorang dapat merasakan makanan serta dapat
dirasakan adanya obat dan proses penyembuhan. 

Dengan demikian, atas pertimbangan di atas dengan ketentuan umum, bahwa yang
dimaksud dengan vaksinasi adalah proses pemberian vaksin dengan cara
disuntikkan atau diteteskan ke dalam mulut untuk meningkatkan produksi antibodi
guna menangkal penyakit tertentu. Dan yang dimaksud dengan
injeksi intramuskular adalah injeksi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat atau vaksin melalui otot. Maka, MUI memutuskan bahwa vaksinasi Covid-19
yang dilakukan dengan injeksi instramuskular tidak membatalkan puasa, dan
melakukan vaksinasi bagi umat Islam yang sedang berpuasa dengan
injeksi intramuskular hukumnya boleh sepanjang tidak menyebabkan bahaya
(dlarar

Anda mungkin juga menyukai