Anda di halaman 1dari 20

PEMBUATAN KRUPUK KULIT DI DESA SEMBUNG

BEKONANG

Karya Tulis ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kelas XII
Tahun Pelajaran 2020/2021

Nama : ALVIANDRA HIKMAHTIAR WIJAYA


No. Induk : 19.9611
Kelas : XII IPS

SMA VETERAN 1 SUKOHARJO


(Terakreditasi Nilai A)
Jl. Dr. Muwardi No. 84 Sukoharjo Telp. (0271) 593274
Website : www.smavet1skh.co.cc, Email : smavetsa@yahoo.co.id
Persetujuan

Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing dipertahankan di hadapan tim
penguji Karya Tulis SMA Veteran 1 Sukoharjo.

Pembimbing II,

Dra. Nur Iswati M., M.Pd.


NIP. 196109161986032021
PENGESAHAN

Karya Tulis ini telah diuji dan disahkan oleh tim Penguji Karya SMA Veteran 1
Sukoharjo guna memenuhi Tugas Akhir kelas XII Tahun Pelajaran 2020/2021.

Hari :
Tanggal :

Penguji I : Koyem. S.Pd. ( )


NIP.--

Penguji II : Dra. Nur Iswati M.,M.Pd. ( )


NIP.196109161986032021

Mengetahui
Kepala SMA Veteran 1 Sukoharjo

Sugiyarto, S.Ag.
NIP.--
MOTTO

 Orang yang hebat bukanlah mereka yang selalu menang melainkan mereka
yang
mau bangkit dari keterpurukan.
 Kemenangan terbesar bukan karena tidak pernah jatuh, namun karena bangkit
setiap kalijatuh.
 Allah SWT tidak akan membebani seseorang, kecuali dengan
kesanggupannya, dapat imbalan dari yang dikerahkannya dan mendapat siksa
dari apa dikerjakannya.
PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini Penulis persembahkan kepada :


1. Ayah dan Ibu tercinta
2.Teman-teman kelas XII
3. Adik-adik kelas X dan XI
4. Pembaca Budiman
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya


sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini. Karya Tulis ini disusun
guna melengkapi Tugas Akhir kelas XII SMA Veteran 1 Sukoharjo tahun
pelajaran 2020/2021.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, mustahil penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis ini. Maka Penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Sugiyarto, S.Ag., selaku Kepala SMA Veteran 1 Sukoharjo yang
telah memberikan ijin kepada kelas XIl untuk mengadakan penelitian.
2. Ibu Koyem S.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan saran dan
bimbingannya.
3. lbu Dra.Nur Iswati M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak
membantu dan memberikan nasehatnya.
4. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebut satu per satu, yang telah
membantu terselesaikannya Karya Tulis ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan di dalam penyusunan Karya
Tulis ini, maka segala saran dan kritik sangat Penulis harapkan demi
kemajuan penulisan karya ilmiah pada kesempatan lain.

Sukoharjo,Januari 2021
Penulis
DAFTAR ISI

PEMBUATAN KRUPUK KULIT DI DESA SEMBUNG BEKONANG..............i


Persetujuan...............................................................................................................ii
PENGESAHAN......................................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
PERSEMBAHAN....................................................................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL..................................................................1
B. LATAR BELAKANG..................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. PENGERTIAN KERUPUK KULIT.............................................................3
B. KANDUNGAN ZAT PADA KULIT SAPI.................................................3
C. DAMPAK MENGKONSUMSI KERUPUK KULIT DARI LIMBAH
KULIT..................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. KESIMPULAN.............................................................................................9
B. SARAN.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Penulis sengaja membuat Karya Tulis yang berjudul “Pembuatan


Kerupuk Kulit Di Desa Sembung Bekonang” hal ini dikarenakan kerupuk
merupakan sajian yang hampir selalu hadir dalam hidangan masyarakat
Indonesia sehari-hari baik pada acara perayaan kecil maupun besar. Akan
tetapi kita kurang memperhatikan bagaimana proses pembuatannya.
Sangat kebetulan tempat daerah penulis tinggal merupakan daerah
produsen pembuatan kerupuk kulit. Dengan dibuatnya Karya Tulis ini
semoga bisa memberikan pengetahuan dan melestarikan industri kerupuk
kulit, karena kerupuk umumnya diproduksi industri rumahan (home
industry), industri skala kecil formal dan non-formal, dalam bentuk dan
jenis yang beraneka ragam .

B. LATAR BELAKANG

Kerupuk kulit memang sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan


dari lidah konsumen orang Indonesia. Penggemarnya sangat banyak, yang
berasal dari berbagai kalangan. Kerupuk yang gurih dan renyah inipun
cocok dipasangkan dengan makanan apa saja. Ia bisa menemani soto,
baso, nasi padang, bubur ayam, dan berbagai jenis masakan lainnya.
Bahkan dimakan sendirian pun enak juga.
Konsumsi kerupuk kulit di Indonesia sangatlah besar. Anda akan
dengan mudah mendapatkannya di berbagai warung dan restoran.
Memang secara statistik belum didapatkan angka pasti mengenai jumlah
kuantitatif konsumsi kerupuk kulit di Indonesia. Tetapi melihat animo
masyarakat yang begitu besar dan keberadaannya yang tersebar luas, kita
pantas menduga bahwa konsumsi kerupuk ini sangat besar.
Besarnya permintaan kerupuk kulit ini tentunya mendatangkan
hikmah bagi industri kecil yang bergerak di bidang tersebut. Tetapi dari
hasil pantauan kami terhadap beberapa industri kecil kerupuk kulit di
Sidoarjo dan Jember, Jawa Timur, justru menunjukkan fakta yang
sebaliknya.
Beberapa industri yang skalanya masih industri rumah tangga
(IRT) itu mengeluh tidak dapat berproduksi secara kontinyu. Beberapa

1
IRT tersebut mengaku sulit mendapatkan bahan baku kulit yang
dibutuhkannya.

2
3

Kalaupun ada harganya sudah melambung sangat tinggi, karena


minimnya pasokan dan banyaknya permintaan. Kesulitan bahan baku ini
bahkan telah memaksa beberapa penghasil kerupuk kulit di Jember
terpaksa harus menghentikan produksinya.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, produksi peternakan sapi lokal
kita memang mengalami stagnansi. Untuk memenuhi kebutuhan daging
sapi, maka daging impor pun didatangkan dari negara-negara Australia,
Selandia Baru, dan Amerika. Daging tersebut didatangkan dalam bentuk
daging beku tanpa tulang dan tanpa kulit. Sedangkan kulit lokal yang
bagus, selain untuk keperluan pangan, juga digunakan untuk kerajinan
kulit, seperti sepatu, tas, dan jaket. Oleh karena itu wajar jika kulit untuk
keperluan kerupuk menjadi langka dan sulit didapatkan.
Lalu pertanyaannya, kerupuk kulit yang beredar dan banyak
dikonsumsi masyarakat itu berasal dari mana?Sebagaimana angka
konsumsi, data produksi kerupuk kulit ini juga sulit didapatkan. Apalagi
kebanyakan industri yang membuatnya adalah industri kecil atau industri
rumah tangga yang sulit dipantau keberadaannya. Dari hasil penelusuran
informasi kepada para pengusaha kerupuk kulit didapatkan fakta bahwa
beberapa industri kerupuk kulit tersebut menggunakan bahan baku kulit
impor.
Kulit sapi impor itu konon didatangkan dari Korea dan Cina,
meskipun data secara pastinya belum didapatkan. Untuk mendapatkan
bahan baku tersebut, para pengusaha kerupuk tidak mampu mengimpor
sendiri. Mereka mendapatkan dari para pemasok dan pedagang besar yang
mampu mengimpor secara langsung dari luar negeri. Perdagangan kulit
impor ini terjadi secara sembunyi-sembunyi, tidak bisa dilakukan di pasar-
pasar umum. Bahkan pengusaha kerupuk yang tidak tahu informasi ini
juga sulit mendapatkan bahan baku tersebut
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KERUPUK KULIT

Kulit sapi merupakan salah satu bahan baku utama dalam industri
pembuatan sepatu, tas dan dompet serta jaket. Namun, ternyata selain
sebagai bahan baku utama pembuatan sepatu dan tas, kulit sapi juga mulai
diolah menjadi makanan ringan seperti kerupuk kulit atau biasa di sebut
dengan kikil.
Makanan kerecek, atau kerupuk kulit, atau kikil, merupakan
makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Sejak dahulu kala, jenis
makanan tersebut sudah dikenal baik di kalangan orang tua maupun anak-
anak. Di Sumatra Barat (Sumbar),
kerupuk ini dikenal dengan nama “Karupuk Jangek”. Di daerah ini
paling tidak terdapat belasan pengusaha kerupuk jangek, berskala kecil
maupun besar. Biasanya, mereka bergerak di rumah masing-masing, atau
mengembangkan usahanya dengan home industri, dengan mempekerjakan
keluarga sendiri, sebagai tenaga kerjanya. Hasilnya, tidak saja mereka
pasok untuk wilayah Sumbar, namun juga merambah ke pasaran luar
provinsi, bahkan hingga ke Ibu Kota Jakarta.
Namun, karena semakin meningkatnya permintaan masyarakat,
sedangkan keadaan perekonomian serba sulit serta pengusaha yang tak
mau rugi mendorong para penjual memanfaatkan situasi dengan
melakukan berbagai penyimpangan yang salah satunya yaitu dengan
mengolah kembali kulit sapi yang awalnya di pergunakan sebagai bahan
baku pembuatan sepatu atau tas maupun jaket menjadi bahan olahan
makanan ringan, khususnya kerupuk. Hal ini tentunya akan memberi
dampak terhadap kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi kerupuk
yang berbahan baku limbah kulit pembuatan sepatu atau tas maupun jaket.

B. KANDUNGAN ZAT PADA KULIT SAPI

Pada dasarnya kulit sapi yang diolah untuk di jadikan kerupuk kulit
mengandung zat yang bermanfaat bagi tubuh. Namun ketika kerupuk kulit
tersebut di buat dari limbah kulit bahan dasar pembuatan sepatu atau tas
maupun jiket maka kandungan zat tersebut akan berkurang bahkan habis
pada saat pengolahan kulit berlangsung. Adapun zat yang terkandung
dalam kerupuk kulit sapi yang tidak berbahan baku limbah kulit bekas
pembuatan sepatu atau tas maupun jiket adalah sebagai berikut :
5

1. Protein
Berdasarkan penelitian pada kerupuk kulit yang telah lama beredar
dan di perdangangkan oleh masyarakat di peroleh kandungan protein pada
kerupuk kulit sebesar 82,91%, sebab kerupuk kulit adalah produk hewani
tanpa campuran sehingga kadar proteinnya tinggi.

2. Lemak
Kandungan lemak kerupuk mentah umumnya rendah, namun
kerupuk mentah tidak umum di makan langsung melainkan harus digoreng
terlebih dahulu baru layak di konsumsi . Setelah di goreng, kandungan
lemak meningkat menjadi 20-30 kali lipat tergantung pada bahan yang di
gunakan dalam pembuatan kerupuk tersebut dan cara menggoreng
(ditiriskan atau tidak); dengan demikian kerupuk goreng dapat merupakan
sumber konsumsi minyak dari hidangan secara tidak sengaja sehingga
menguntungkan bagi individu yang membutuhkannya, namun merugikan
bagi individu yang harus membatasi konsumsi minyak . Setelah di goreng,
kandungan lemak meningkat menjadi 20- 30 kali lipat tergantung pada
bahan dasar pembuatan kerupuk tersebut dan cara menggoreng kerupuk
tersebut (ditiriskan atau tidak); dengan demikian kerupuk goreng dapat
merupakan sumber konsumsi minyak yang secara tidak sengaja
menguntungkan bagi individu yang memebutuhkan konsumsi
lemak(minyak) tinggi, namun merugikan bagi individu yang harus
membatasi konsumsi lemak(minyak). Kadar lemak yang terkandung pada
kerupuk kulit mentah sebesar 3,84% per 100 g.

3. Mineral
Kadar mineral yang terkandung dalam kerupuk kulit hanya sebesar
0,04% . Mineral ini umumnya terdiri dari kalsium, fosfor, besi dan mineral
lainnya yang berasal dari bahan dasar kerupuk tersebut.

4. Natrium glutamat ( MSG atau NaG bebas)


Natrium glutamat (MSG atau NaG bebas) yang terkandung pada
kerupuk kulit sebesar 0,8 g – 5,3 g per 100 g kerupuk kulit dengan rata-
rata 3,05 g per 100 g. Kelompok glutamat sebagai garam kalsium, kalium
dan natrium merupakan kelompok bahan tambahan makanan (BTM) yang
berfungsi sebagai penguat rasa atau meningkatkan rasa enak dalam
pembuatan makanan olah khususnya kerupuk. Menurut beberapa artikel,
penggunaan glutamat sebagai mono-natrium glutamat (MSG) berkisar
antara 0,3– 0,5 g per 100 g(7,8), sedang menurut Permenkes, jumlah
penggunaan dinyatakan sebagai “secukupnya” saja. Jumlah yang
didapatkan pada penelitian sederhana ditemukan penggunaan MSG rata-
rata 7,5 kali lebih besar. Glutamat tidak toksik namun ada kelompok
tertentu yang sangat peka terhadap garam ini. Kepekaan ini mungkin
terjadi karena MSG adalahneurotransmitter yang bila dikonsumsi
dikonversi menjadi suatu zat yang menghantarkan stimulasi dan satu sel
saraf ke sel saraf lain sehingga mengakibatkan timbulnya Chinese restau-
6

rant syndrome (CRS). Karakteristik CRS adalah simtom temporer berupa


perasaan kaku bagian tengkuk menyebar ke bagian tangan, punggung,
merasa lemas, denyut jantung lebih cepat, pusing, muka memerah, sesak
nafas dan perasaan tidak enak; selanjutnya karena MSG adalah kelompok
garam, efek- nya hampir sama dengan garam dapur yang jika dikonsumsi
banyak akan meninggikan tekanan darah(9-12). Karena adanya kelompok
masyarakat yang peka terhadap MSG, sangat di- sayangkan penggunaan
MSG yang besar di dalam kerupuk yang dipenksa. Sebenarnya,
penambahan terlalu banyak ke dalam pembuatan kerupuk tidak perlu
karena dan segi kesehatan jumlah besar tidak akan menambah rasa enak
malah membuat mual atau salah satu akibat tersebut di atas, dan dari segi
ekonomi harga produk akhir malah bertambah mahal.
5. Zat pewarna
Kerupuk kulit pada dasarnya tidak mengandung zat pewarna, baik
pada waktu pengolahan pembuatannya. Selain beberapa zat-zat tersebut
diatas, di dalam kerupuk kulit khususnya kerupuk yang terbuat dari limbah
kulit juga terkandung berbagai jenis zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan. Hal ini disebabkan karena kulit yang akan dijadikan sepatu, tas,
maupun jaket berarti telah melalui proses kimiawi seperti pengerasan,
pewarnaan, dan lainnya sehingga tidak lagi layak dikonsumsi manusia.
Kulit yang telah disamak antara lain mengandung timbal, krom dan
arsenik yang bila dikonsumsi manusia bisa menyebabkan efek lebih lanjut
seperti kanker.
7

C. DAMPAK MENGKONSUMSI KERUPUK KULIT DARI LIMBAH


KULIT

Hingga saat ini, daging sapi ternak merupakan sumber pangan


nutrisi hewani yang dinilai sangat berharga bagi pemenuhan kecukupan
protein, vitamin dan mineral dalam kehidupan manusia untuk membangun
sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, sebaliknya, daging sapi
juga tak luput dari kompleksitasnya sebagai media kultur yang ideal bagi
pertumbuhan kuman penyakit menular yang mengontaminasi daging.
Sebut saja bakteri antraks, tifus perut, kuman diare escherichia coli dan
virus hepatitis A.
Mengkonsumsi kulit yang yang bersumber dari limbah pengerajin
kulit bisa menimbulkan berbagai penyakit. Mulai dari mengakibatkan
keracunan sampai kematian. Daging bekas berbahaya kalau dikonsumsi
karena di dalam daging itu sudah terdapat zat pewarna dan bakteri pada
saat pengolahan untuk di jadikan sebagai bahan dasar pembuatan sepatu
atau tas ataupun jaket yang dapat membahayakan tubuh. Dampak yang
akan terlihat setelah mengonsumsi limbah kulit yang bersumber dari
pengerajin kulit itu antara lain yakni mual-mual dan suhu badan akan
tinggi. Gejala itu bisa dikarenakan bakteri atau kuman yang berada di
dalam kulit. Sedangkan zat pewarna yang berada di dalam kulit akan
mengendap di dalam lever yang bisa menimbulkan lever tidak berfungsi.
Kulit sapi yang awalnya direncanakan sebagai bahan baku produk sepatu
atau tas maupun jaket telah diberi bahan kimia berbahaya, seperti timbal,
sehingga apabila di konsumsi akan memberi dampak negatif bagi tubuh
mulai dari keracunan hingga menimbulkan kematian. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Dinas Agribisnis diungkapkan bahwa zat-zat
kimia (timbal, krom, dan arsenik) yang terserap oleh tubuh walaupun
dalam jumlah yang kecil maupun dalam jumlah besar akan berpengaruh
terhadap saluran pernapasan, system peredaran darah dan juga system
saraf. Pada kadar yang cukup rendah, zat-zat ini akan mengganggu/
menyebabkan gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental
anak yang kemudian akan berakibat pada fungsi kecerdasan dan
kemampuan akademiknya. Pada kadar yang rendah, zat-zat tersebut, dapat
menyebabkan penurunan IQ dan pemusatan perhatian pada anak, kesulitan
membaca dan menulis, hiperaktif dan gangguan prilaku, gangguan
pertumbhan dan fungsi penglihatan dan pergerakan dan gangguan
pendengaran. Sedang pada kadar yang tinggi, keracunan zat-zat kimia
tersebut dapat menyebabkan anemia, kerusakan otak, liver, ginjal, syaraf,
pencernaan, koma, kejang-kejang atau epilepsy dan kematian. Selan itu
pada dewasa juga dapat mengakibatkan karsinoma, membangkitkan
kanker, sakit liver, rusak jaringan otak hingga ginjal, anemia, keguguran,
tekanan darah tinggi, serangan jantung, mengurangi kesuburan dan pada
level tinggi akan menyebabkan kematian. Sementara itu, hasil
penyamakan kulit yang limbahnya dibuang ke tanah, kalau meresap
hingga ke air tanah lalu sumurnya dipergunakan warga akan berbahaya
8

kepada janin dan dampak negatif lainnya. Yang paling mengerikan apabila
bakteri Salmonella atau biasa dikenal Escherichia coli (E Coli) masuk ke
tubuh manusia. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri ini adalah
peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus.
Bakteri Salmonella sangat berbahaya, jika masuk ke tubuh
penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini,
implikasinya adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya
dinding usus. Karena bakteri ini dapat hidup normal di usus halus.
Salmonella bisa berkembang biak dan akhirnya menginfeksi usus. Akibat
lainnya bisa sakit perut dan typus. Dampak lainnya yang tak kalah
mengerikan akibat bakteri Salmonella, penderita akan mengalami diare,
sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik
sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan
oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi
wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Sekian
banyak ancaman dari bahaya makanan daging limbah ini, diharapkan
masyarakat semakin sadar akan pentingnya nilai hidup bersih dan sehat.
Adanya kulit sapi yang sudah diberi obat kimia dimasak lagi lalu
dijual untuk dikonsumsi konsumen. Jadi, banyak perusahaan kulit yang
tujuan awalnya memproduksi bahan-bahan untuk produk tas dan lainnya
yang berbahan baku kulit sapi yang telah diberi zat kimia. Sisanya,
dimasak lagi untuk dijual sebagai produk bahan makanan. Latar belakang
dari munculnya kerupuk dari bahan limbah kulit sapi adalah karena
perekonomian serba sulit dan pengusaha tak mau rugi. Daripada dibuang,
sisa-sisa kulit yang tadinya akan dibuat bahan baku, misalnya produk tas,
dimanfaatkan lagi. Padahal karsinogennya tinggi sekali. Adapun proses
kulit sapi hingga siap menjadi bahan baku kulit untuk produk tas dan
lainnya, yakni kulit sapi diberi garam agar awet lalu dicelup di
penyamakan kulit yang mengandung bahan kimia tinggi. Nah, jika ada sisa
lembaran yang tidak terpakai, tak jarang digunakan lagi dengan cara
dicelup lalu dicuci dan dikembangkan lagi menjadi kikil yang siap
dikonsumsi.
9

D. PEMBUATAN  KERUPUK KULIT

1. Bahan :
 Kulit sapi 1 kg
 Bawang putih ¼ ons
 Garam ½ ons
 Gula ¼ ons
 Air kapur secukupnya

2. Proses Pembuatan :
 Rendam kulit sapi/kerbau dalam air kapur selama 48 jam, lalu keroklah
(hilangkan) bulu-bulunya dengan pisau. Kulit yang sudah bersih lalu
dijemur dengan membentangkannya (lihat gambar). Bila sudah kering
potonglah kulit dengan gunting besar dengan ukuran 3 cm × 5 cm atau
sesuai selera. Ingat, potongan juga mempengaruhi penampilan kerupuk
yang akan berpengaruh pada daya tarik konsumen.
 Haluskan bawang putih, garam, dan gula. Lalu rebuslah potongan kulit
dan tambahkan bumbu yang sudah dihaluskan tadi. Biarkan sampai kulit
masak (tandanya kulit tampak transparan). Angkat dan tiriskan, lalu jemur
sampai kering.
 Kerupuk rambak mentah siap digoreng. Penggorengan tahap pertama
dilakukan di atas api kecil (minyak jangan sampai mendidih/bergejolak)
hingga kerupuk agak mekar lalu angkat dan tiriskan.
 Penggorengan tahap kedua dilakukan di atas api besar sehingga minyak
goreng mendidih/bergejolak. Penggorengan di atas api besar ini untuk
menghasilkan kerupuk yang matang dan mekarnya optimal.
 Setelah mekar dan matang, angkat lalu tiriskan. Setelah dingin, kerupuk
rambak siap dikemas dan siap dipasarkan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kerupuk kulit sapi merupakan kerupuk yang di buat dari bagian


terluar dari tubuh sapi dengan cara kulit yang telah di pisahkan
dengan bagian lainnya, di masak lalu di jemur di bawah terik
matahari hingga kering, setelah kering kulit sapi tersebut dipotong-
potong kecil dan siap di jadikan kerupuk kulit.
2. Kandungan zat yang terdapat pada kerupuk kulit yang terbuat dari
kulit sapi asli yaitu protein, lemak, mineral, MSG atau NaG bebas .
Namun pada kerupuk kulit yang berbahan baku dari sisa pembuatan
sepatu atau tas maupun jaket banyak mengandung zat kimia
berbahaya dan zat pewarna, seperti timbal, krom dan arsenik.
3. Dampak yang di timbulkan bila mengkonsumsi kerupuk kulit yang
berbahan baku dari sisa pembuatan sepatu atau tas maupun jaket
yaitu mulai dari mengakibatkan keracunan hingga kematian,
mengakibatkan karsinoma, membangkitkan kanker, sakit liver, rusak
jaringan otak hingga ginjal. Selain itu jika sumber air tanah tercemar
dengan limbah kulit dan airnya di konsumsi akan membahayakan
janin bagi ibu hamil.

B. SARAN

1. Diharapkan agar para konsumen lebih teliti dan lebih selektif pada saat
memilih jajanan untuk dikonsumsi. Hendaknya mereka tidak
hanya memperhatikan harga tetapi juga mempertimbangkan mutu dari
makanan tersebut.
2. Bagi pemerintah kabupaten Batang hendaknya memeberikan modal
tambahan berupa pinjaman lunak kepada para pengusaha rumahan agar
tidak terjadi kebangkrutan dan mengurangi tidak pengangguran di kota
tercinta ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Yuyun. (2008).Bisnis Kuliner Tradisional. Jakarta : PT Elex Media


Komputindo
Astawan, Made. (2013). Jangan Takut Makan Enak Sehat Dengan Makanan
Tradisional.Jakarta : 2013
Marpaung, Happy & Herman, Bahar (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung :
Alfabeta
Menteri Negara Lingkungan Hidup.(2009).Nomor 29 Tahun 2009 tentang
pedoman konservasi keanekaragaman hayati di daerah. Sekretariat Negara :
Jakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai