Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk menyanggah
teori abiogenesis. Redi membuat percobaan dengan memasukkan daging ke dalam dua buah
toples; toples tanpa penutup (terbuka) dan toples dengan penutup.
Setelah beberapa hari diamati, muncul larva di daging dalam toples yang terbuka. Sementara
daging di toples yang tertutup bersih. Redi pun berkesimpulan bahwa belatung tersebut berasal
dari lalat-lalat yang masuk ke dalam toples dan bertelur di sana. Tidak berhenti sampai di situ,
Redi kembali membuat percobaan untuk meyakinkan kesimpulannya.
Dia memodifikasi toples yang digunakan dengan membuat tutup yang terbuat dari kain kassa.
Hal ini dia lakukan agar udara dari luar bisa masuk dan terjadi pembusukan daging, tetapi lalat
tidak dapat masuk sehingga mencegah munculnya telur lalat. Hasilnya? Daging tersebut
membusuk, dan tidak ada larva yang lahir.
Hampir mirip dengan percobaan yang dilakukan oleh Redi, Spallanzani berusaha me
mbuktikan bahwa munculnya organisme berasal dari organisme lain yang hidup. Spallanzani
melakukan pengujian dengan memanaskan air kaldu (rebusan daging) di dua tempat yang
berbeda.
Setelah dipanaskan, masing-masing wadah diberikan kondisi yang berbeda: wadah yang pertama
diberi penutup, sementara wadah satunya dibiarkan terbuka.
Meskipun sudah dilakukan penelitian oleh Redi dan Spallanzani, teori abiogenesis
tetap berdiri. Para pendukungnya menyangkal kesimpulan yang dibuat oleh Spallanzani dan
mengatakan bahwa mikroorganisme tidak tumbuh karena tidak ada udara. Menurut mereka,
udara dibutuhkan untuk menyokong kehidupan. Sampai akhirnya Louis Pasteur, ahli biokimia
kebangsaan Perancis, berhasil menyempurnakan percobaan Spallanzani. Sekaligus mematahkan
teori abiogenesis. Pasteur memodifikasi salah satu wadah yang digunakan Spallanzani dengan
wadah labu berleher panjang. Untuk apa? Leher panjang ini berguna sebagai indikator yang
memberitahukan bahwa masih ada hubungan antara labu dan udara di luar (masih ada oksigen
untuk mikroorganisme hidup).
Setelah percobaan dilakukan inilah hasilnya!
Setelah dipanaskan dan didiamkan beberapa hari, ternyata air kaldu yang ditempatkan di labu
berleher panjang tetap jernih. Tetapi, di bagian ujung lehernya muncul banyak debu dan kotoran.
Sementara pada wadah yang terbuka, mengandung mikroorganisme.