Anda di halaman 1dari 14

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA II

Oleh :

STAF PENGAJAR BIDANG KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS ANDALAS

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II SECARA ONLINE

1. Pendaftaran
Setiap mahasiswa yang akan melakukan praktikum Kimia Fisika harus mendaftarkan diri
di Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Andalas
2. Petunjuk Percobaan
Untuk setiap percobaan disediakan petunjuk percobaan yang akan diberikan kepada yang
bersangkutan pada awal praktikum. Praktikan harus melengkapi pengetahuan dasar
percobaan tersebut dari bahan kuliah dan literatur yang berhubungan.
3. Asistensi
Setiap mahasiswa yang akan melakukan praktikum kimia fisika wajib mengikuti asistensi
praktikum yang diberikan oleh staf dosen/asisten. Apabila praktikan tidak mengikuti
asistensi maka dianggap batal untuk mengikuti praktikum
4. Absensi
Praktikan diwajibkan mengisi daftar hadir 10 menit sebelum praktikum via web I-Learning
dan zoom meeting. Terlambat 10 menit tanpa alasan yang tepat atau tidak mengisi daftar
absen maka tidak dapat melakukan praktikum online.
5. Praktikum
Proses praktikum di berikan secara online dalam bentuk video via web I-learning dan
zoom meeting selama ± 2 jam, pelaksanaan praktikum dan diskusi akan di pandu oleh
asisten dan data-data hasil praktikum akan diberikan secara online.
Praktikum dilengkapi dengan asistensi per praktikan diawal praktikum dan asistensi akhir
di akhir praktikum oleh asisten.
6. Penilaian
Setiap objek praktikum diberikan rubrik penilaian, dan praktikan akan diberi nilai sesuai
dengan standar yang telah ditentukan
7. Laporan praktikum
Laporan praktikum dikumpul secara online, yaitu laporan awal dan laporan akhir
praktikum dan ditulis dengan tulisan tangan yang dikirim dengan format pdf. Untuk kurva
dan regresi menggunakan excel sesuai dengan aturan praktikum
8. Ujian Praktikum
Ujian praktikum dilaksanakan setelah praktikan melengkapi semua persyaratan untuk
ujian akhir praktikum yaitu memenuhi absen mengikuti praktikum 99 %, nilai asistensi
praktikum diatas 65 dan membuat laporan semua objek praktikum
Ujian praktikum dilaksanakan secara online via web I-learning dan tidak ada ujian susulan
praktikum.

1
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

OBJEK I. DISTRIBUSI

I. TUJUAN
1. Menentukan konstanta distribusi dari suatu zat terlarut yang larut dalam dua pelarut yang
saling tidak larut
2. Menentukan derajat disosiasi dari zat terlarut dalam suatu pelarut

II. TEORI PERCOBAAN


Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam campuran dua pelarut yang saling tidak larut, maka setelah
tercapai keseimbangan pada suhu tertentu akan berlaku hubungan sebagai berikut :

a2n
Ka =
a1
Dimana : K = tetapan distribusi
a1 dan a2 masing-masing zat aktif terlarut dalam pelarut 1 dan 2
n = perbandingan berat n molekul zat terlarut dalam pelarut 1 dan berat molekul zat terlarut
dalam pelarut 2.
n selalu berubah dengan perubahan konsentrasi

Hubungan akan berlaku meskipun konsentrasi zat terlarut berubah. Prinsip ini dinyatakan oleh
Nernst dalam distribusi yang menyatakan bahwa “Apabila suatu komponen zat terlarut
terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, maka perbandingan konsentrasi
pada saat kesetimbangan pada temperatur tertentu merupakan suatu konstanta yang dinamakan
dengan konstanta distribusi”.
Untuk mempermudah dalam percobaan, aktifitas diganti dengan konsentrasi sehingga
persamaan diatas menjadi :

C2n
Kc = n
C1

(dalam hal ini Kc akan berubah bila koefesien aktifitas berubah karena perubahan konsentrasi).
Bila harga C1 dan C2 dihitung dari dua harga konsentrasi zat pelarut maka harga Kc dapat dihitung
dengan menjelaskan dua persamaan dengan dua bilangan tidak diketahui.

2
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat
- Pipet gondok - Corong pisah
- Erlemeyer - Buret -Termometer

B. Bahan
- Asam asetat - Air (bebas CO2)
- CCl4 - Eter - Indikator pp

C. Prosedur Kerja
1. Pipetlah 25 mL larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 ; 0,5 ; 0,25 N dan masing-masing
masukkan ke dalam corong pisah
2. Pipetlah 25 mL CCl4 dan masukkan kedalam tiap corong pisah
3. Tutup dan kocok baik-baik selama 1 – 2 menit dan diamkan selama 20-30 menit agar terjadi
keseimbangan (jika suhu kamar tidak konstan gunakan thermostat). Catat suhu
keseimbangan
4. Setelah itu ambillah lapisan CCl4 dengan membuka kran bawah dan masukkan kedalam
tabung reaksi (tidak seluruhnya)
5. Pipetlah 20 mL larutan CCl4 dengan pipet 10 mL dan masukkan kedalam erlemeyer dan
tambahkan 50 mL air dan titrasi dengan standar NaOH 0,1N dengan indikator pp.
6. Pipetlah 10 mL lapisan air langsung dari corong pisah dan masukkan kedalam erlemeyer
untuk dititrasi dengan standar NaOH 0,1 N
7. Pekerjaan diatas dilakukan untuk tiap-tiap corong pemisah, catat konsentrasi asam asetat
dalam lapisan CCl4 dan air pada tiap corong pisah.
8. Percobaan diatas dapat diulangi tetapi CCl4 diganti dengan eter. Disini eter merupakan
lapisan bagian atas. Untuk kedua lapisan pemipetan dilakukan dengan pipet 10mL dan
dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1N

IV. TUGAS
1. Hitung konsentrasi dalam lapisan air dan dalam lapisan organik dan cantumkan dalam suatu
tabel
2. Hitung harga Kc dan n dari data-data 1N ; 0,5 N asam asetat
3. Juga hitung harga tersebut dari data-data 0,5 N dan 0,25 N (untuk perhitungan data 2 dan 3,
dan pakailah air sebagai pelarut kedua)
4. Berdasarkan konsentrasi yang tinggi asam asetat sedikit berdisosiasi dan pengenceran
menyebabkan disosiasi asam asetat pada 2 dan 3 mengalami asosiasi disosiasi dan hitung
derajat asosiasi disosiasinya.

3
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

OBJEK II.
PENENTUAN TETAPAN KESETIMBANGAN ASAM LEMAH SECARA
KONDUKTOMETRI

I. TUJUAN
1. Untuk menentukan nilai Ka asam lemah.
2. Mempelajari daya hantar listrik larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

II. TEORI PERCOBAAN


Asam lemah mengalami disosiasi
cAB A+ + B-
c(1-α) αc αc
[ A+ ][ B − ] (c) 2
K= = ………………………………………………………..(1)
[ AB] c(1 −  )


= ……………………………………………………………………………(2)
o

α = derajat disosiasi
Λ = hantaran ekivalen larutan pada kondisi tertentu
Λo= hantaran ekivalen larutan pada pengenceran tak berhingga

Penggabungan persamaan (1) dan (2) diperoleh persamaan (3) :

c2 K c
K= atau =
 o ( o − )   o ( o − )
........………….(3)
1 c
atau K =
  o ( o − )

1  cΛ 
Nilai K diperoleh dari kurva ver sus  
Λ   Λ o (Λ o − Λ) 

x
 cΛ 
  x
  Λ o (Λ o − Λ) 
x α tg α = K

1
Λ

4
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat
- Gelas piala - Gelas ukur
- Labu ukur - Buret
- Labu semprot - Sel hantaran
- Konduktometer

B. Bahan
- Asam asetat dengan berbagai konsentrasi - KCl 0,1 N

C. Prosedur Kerja

1. Cuci sel hantaran dengan aquadest dan ukur hantarannya, cuci lagi sampai didapat nilai
hantaran aquadest tersebut tetap
2. Bilas sel hantaran dengan larutan KCl 0,1 N dan tentukan nilai hantaran tersebut.
3. Tentukan suhu larutan KCl 0,1 N tersebut dan baca harga hantaran jenisnya dalam tabel yang
nilainya sudah tertentu untuk berbagai temperatur
4. Buatlah larutan asam asetat dengan berbagai variasi konsentrasi dengan jalan pengenceran
5. Tentukan hantaran larutan tersebut dengan konduktometer dengan teliti
6. Bacalah data beberapa tabel antara konsentrasi larutan dengan nilai konsentrasinya
7. Tentukan nilai Ka dengan grafik

IV. PERTANYAAN
1. Jelaskan tentang hantaran jenis dan hantaran ekivalen, apa satuannya
2. Apa gunanya mengukur hantaran larutan KCl 0,1 N
3. Apa yang dimaksud dengan bilangan transport dan mobilitas ion
4. Apa beda disosiasi dengan ionisasi
5. Pada pengukuran hantaran jenis elektrolit lemah perlu dikoreksi terhadap hantaran jenis air,
jelaskan
6. Turunkan persamaan penentuan Ka untuk elektrolit 1-2 dengan pengukuran hantaran

5
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

OBJEK III.
PROSES ADSORBSI ISOTERM LARUTAN

I. TUJUAN
Mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorbsi sifat zat terlarut dalam larutan permukaan
karbon aktif.
II. TEORI PERCOBAAN
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan sesuatu zat baik berupa gas ataupun zat cair pada
permukaan adsorben. Dalam industri penerapan prinsip adsorpsi ini banyak kita jumpai, misalnya
bahan-bahan pengotor dan material berwarna yang terdapat didalam gula dan produk-produk
organik lainnya dibersihkan dengan menggunakan arang atau adsorben lainnya. Masker gas
mengandung adosrben yang digunakan untuk menyerap gas-gas beracun yang berbahaya bagi
sipemakai. Beberapa mineral alam seperti zeolit dan lempung baik yang belum maupun yang
sudah dimodifikasi dapat digunakan pula sebagai adsorben.
Adsorpsi terjadi pada permukaan padatan sebagai akibat gaya-gaya valensi atau gaya-gaya
atraktif lainnya dari atom-atom atau molekul-molekul pada permukaan padatan. Apabila kita tinjau
sebuah atom atau molekul didalam padatan, maka atom atau molekul tersebut menerima gaya
tarik yang seimbang dari atom-atom atau molekul-molekul sekitarnya. Untuk atom atau molekul
pada permukaan padatan gaya tarik yang dialami tidak sama kesegala arah, sehingga sebagai
kompensasinya atom-atom atau molekul-molekul tersebut bersifat adsorpsi terhadap adsorbat.

Secara umum adsorpsi terbagi atas 2 macam


1. Adsorpsi fisika
2. Adsorpsi kimia
Pada adsorpsi fisik, gaya yang menyebabkan adsorpsi tersebut sama dengan gaya yang
menyebabkan kondensasi dari suatu gas membentuk lapisan adsorbat dengan ketebalan
beberapa lapis molekul.
Pada adsorpsi kimia panas yang dibebaskan cukup besar dan lapisan adsorbat yang terbentuk
umumnya hanya terdiri dari satu lapis. Besar kecilnya adsorpsi dipengaruhi oleh macam
adsorben, macam zat yang diadsorpsi, konsentrasi adsorbat, temperatur, tekanan dan luas
permukaan. Untuk adsorben yang permukaanya besar maka adsorbsinya juga makin besar.
Makin besar konsentrasi zat terlarut makin banyak pula zat terlarut yang teradsorbsi. Sifat
adsorbsi pada permukaan zat padat adalah sangat selektif artinya pada campuran berbagai zat
hanya satu komponen yang teradsorbsi oleh zat padat tertentu. Jika suatu adsorben dibiarkan

6
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

kontak dengan larutan maka jumlah zat yang teradsorbsi akan bertambah naik secara bertahap
sampai suatu keadaan kesetimbangan tercapai.
Beberapa persamaan matematis telah dikembangkan untuk mempelajari data adsorbsi. Dua
persamaan yang umum digunakan untuk mempelajari adsorbsi larutan pada adsorben adalah
persamaan Freundlich dan Langmuir. Pada persamaan adsorpsi isoterm Freundlich pengaruh
konsentrasi larutan terhadap adsorbsi dapat dinyatakan sbb :
x/m = k.cn
dimana : x = berat adsorbat
m = berat adsorben
c = konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan tercapai/konsentrasi adsorbat yang ada
dalam larutan
n,k = tetapan empiris

x/m
(mg/g
)

C(mol/L)

Gambar 3. Kurva x/m versus C


Jika ditulis dalam logaritma akan diperoleh suatu persamaan garis lurus sbb :
Log (x/m) = log (k.Cn)
Log (x/m) = log k + n log C

Log x/m

Tg α = n

Log k
Log C (mol/L)
Gambar 4. Kurva Log (x/m) versus log C

Dari persamaan tersebut nilai n dan k dapat ditentukan, nilai n ditentukan dari gradien persamaan
2 sedangkan nilai k dari intersepnya.
- Slope n adalah indikator dari besar energi dan macam-macam energi yang berhubungan
dengan proses adsorpsi.

7
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

- Intersep k mengidentifikasikan kapasitas serapan, semakin besar nilai k, maka semakin


besar afinitas adsorben terhadap adsorbat, dengan demikian adsorben dengan luas
permukaan yang besar akan memiliki nilai k yang besar pula. Persamaan Freundlich tidak
berlaku jika konsentrasi adsorbat terlalu tinggi.

Adsorbsi isoterem Langmuir menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben terdapat


sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan adsorben. Pada setiap situs aktif
hanya satu molekul yang dapat diserap, ikatan antara adsorbat dan adsorben harus cukup kuat
untuk mencegah migrasi molekul yang terserap sepanjang permukaan adsorben. Interaksi antara
molekul-molekul adsorbat dalam lapisan adsorbsi diabaikan. Teori ini mengasumsikan bahwa
ikatan yang terjadi tidak tergantung pada ikatan yang telah terbentuk pada situs aktif yang berada
didekatnya. Menurut persamaan Isoterm Langmuir, pengaruh konsentrasi larutan terhadap
adsorbsi dapat dituliskan sbb :

x c c 1 c
= = +
m (1 +  .c) x/m  

Jika adsorbsi melibatkan proses penyerapan lapis tunggal (Monolayer) maka kurva c/(x/m) lawan
c akan berupa garis liner. Dari kurva tersebut β/α dapat ditentukan dari gradiennya sedangkan
nilai 1/α ditentukan dari intersepnya.
Seperti pada teori Freundlich, teori adsorbsi Langmuir hanya berlaku untuk larutan dengan
konsentrasi rendah (larutan encer).

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat
- Erlenmeyer 250 ml (12) - Buret 50 ml (2)
- Pipet ukur 10 ml - Corong kecil dan kertas saring
B. Bahan
- Larutan standar NaOH 0,5 M - Karbon aktif
- Larutan CH3COOH 1 M - Indicator pp
C. Prosedur Kerja
1. Dari larutan asam asetat 1 M dibuat 5 sampel larutan asam asetat dengan konsentrasi
berturut-turut 0,8 M ; 0,6 M ; 0,4 M ; 0,4 M; 0,1 M. masing –masing sebanyak 50 mL. untuk
mengetahui konsentrasi sebenarnya dari setiap larutan itu maka masing-masing larutan asam
asetat ini perlu dititrasi kembali dengan larutan standar NaOH.
2. Ambil 10 mL tiap-tiap larutan asam asetat, dititrasi dengan 0,5 M NaOH dengan indicator
phenol phtalein. Percobaan titrasi dilakukan dua kali untuk setiap larutan. Konsentrasi asam
asetat sebenarnya sebelum adsorpsi dapat ditentukan dari hasil titrasi rata-rata

8
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

3. Ambil dari setiap larutan asam asetat diatas (poin1 ) sebanyak 25 mL kemudian masukkan
kedalam erlemeyer. Tambahkan pula larutan itu 1 gram karbon aktif dan kemudian kocok
atau aduk dengan pengaduk magnet beberapa saat selanjutnya tutup dengan kertas saring
dan biarkan selama 30 menit
4. Campuran – campuran diatas kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring,
pisahkan filtratnya ambil masing-masing 10 mL kemudian dititrasi dengan larutan standar 0,
5 M NaOH. Proses titrasi dilakukan dua kali untuk setiap larutan. Konsentrasi asam asetat
sisa yang ada dalam larutan diketahui dari hasil titrasi rata-rata.

D. PENGOLAHAN DATA DAN PERHITUNGAN


Untuk menghitung konsentrasi asam asetat sebenarnya sebelum adsorbsi digunakan persamaan
sbb 10 mL. M asam asetat sebenarnya = 0,5 . V NaOH
V NaOH yang diperlukan ditentukan dengan titrasi.
Apabila nilai V NaOH diketahui maka konsentrasi asam asetat dapat ditentukan. Percobaan ini
untuk setiap sampel dilakukan dua kali, sehingga dapat diketahui konsentrasi asam asetat
sebenarnya (nilai rata-rata) dari setiap larutan. Seandainya volume rata-rata yang diperlukan
untuk mentitrasi sampel pertama a1 mL, maka banyaknya asam asetat didalam 25 mL larutan
asam asetat sebelum adsorbsi adalah
(25/10.a1. M NaOH) mgrek = (25/10.a1. MNaOH.BM asam asetat) mgram.
Setelah adsorbsi jumlah asam asetat yang tersisa didalam larutan itu adalah
(25/10.b1.MNaOH.BMasam asetat)mgram.
Dimana b1 adalah volume rata-rata NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.

Perbedaan jumlah NaOH yang diperlukan untuk titrasi sebelum dan sesudah adsorbsi adalah
sama dengan jumlah asam asetat yang diadsorbsi (X1)
X1 = [(25/10)(a1.b1)MNaOH.BM asam asetat/1000mgram]

Secara umum dapat ditulis, jumlah asam asetat yang diadsorbsi (Xi) adalah
X1 = [(25/10)(ai.bi)MNaOH.BM asam asetat/1000mgram]
Dengan I = 1,2,3,4,5

Konsentrasi kesetimbangan c dari asam asetat adalah konsentrasi asam asetat akhir setelah
diadsorbsi. Dari data yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva-kurva sebagai berikut :
Kurva x/m lawan c. kurva log (x/m) lawan log c dan c/(x/m) lawan c

9
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

OBJEK IV
PERSAMAAN NERNST
I. TUJUAN
1. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrik (atau sel elektrokimia).
2. Menguji persamaan Nernst.

II. TEORI PERCOBAAN


Reaksi kimi dapat menghasilkan energi atau menyerap energi. Pertukaran energi yang terjadi
biasanya dalam bentuk panas tetapi kadang-kadang dengan mengadakan suatu modifikasi
tertentu, energi yang dipertukarkan itu bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sebuah sel elektrik
sederhana yang menghasilkan energi listrik dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5. Sel elektrik (sel daniel)


Pada sel elektrik seperti pada Gambar 5, elektron akan mengalir dari anoda seng ke katoda
tembaga. Hal ini akan menimbulkan perbedaan potensial antara kedua elektroda. Perbedaan
potensial akan mencapai maksimal ketika tidak ada arus listrik yang mengalir. Perbedaan
maksimun ini dinamakan GGl sel atau E sel. Nilai E sel bergantung pada berbagai faktor. Bila
konsentrasi larutan seng dan tembaga adalah 1,0 M dan suhu 298 K, E sel berada dalam
keadaan standar dan diberi simbol E osel
Salah satu faktor yang mempengaruhi Esel adalah konsentrasi. Persamaan yang
menghubungkan konsentrasi dengan Esel dinamakan Persamaan Nernst. Bentuk persamaan

RT a c a d
tersebut adalah sbb : Esel = E sel −
o
ln
nF a Aa a Bb
aAa aBb...adalah aktivitas yang dipangkatkan dengan koefesien reaksi
F = Konstanta Faraday
N = Jumlah elektron yang dipertukarkan dalam reaksi redoks

Untuk perhitungan yang tidak memerlukan ketelitian yang lebih tinggi, aktivitas dapat diganti
dengan konsentrasi. Pada percobaan ini akan dicoba untuk menguji persamaan Nernst.

10
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat
- Labu takar 100 ml - Penjepit - Gelas piala
- Termometer - Pipet - Kabel
- Kertas amplas - Volt meter - Kertas saring
B. Bahan
- CuSO4.5H2O 1M dan ZnSO4.7H2O - NH4NO3 - Lembaran tembaga dan seng
C. Prosedur kerja
1. Siapkan potongan lembaran tembaga dan seng dengan ukuran 6 x 2 cm. Bersihkan
permukaan lembaran logam tersebut
2. Siapkan larutan jenuh amonium nitrat atau aklsium nitrat (10-20ml). Sebagai jembatan garam
ambil selembar kertas saring gulung dan rapatkan dengan selotip pada bagian tengahnya.
3. Siapkan dua gelas piala 100 mL yang satu diisi dengan 1,0 M CuSO4 dan yang lain diisi
dengan 1,0 M ZnSO4 celupkan elektroda-elektroda logam dan hubungkan dengan kabel
4. Celupkan kertas saring yang telah dibentuk menjadi gulungan tadi kedalam larutan amonium
nitrat, hilangkan kelebihan amonium nitrat dengan kertas saring lain kemudian tempatkan
sedemikian rupa sehingga kedua gulungan tercelup kedalam larutan yang ada pada kedua
gelas piala dana amati GGL dengan menggunakan pH meter yang stel pada posisi mV. Catat
polaritas kedua elekroda pada pengukuran tersebut, juga suhu larutan
5. Siapkan 100 mL larutan CuSO4 1,0 M dengan mengencerkan larutan 1 M
6. Ganti larutan CuSO4 1 M dengan larutan 0,1 M, larutan Zn SO4 1M jangan diganti
7. Cuci dan bersihkan kembali kedua elektroda, ganti jembatan garam dengan yang baru dan
kembali diukur dan catat nilai GGL dengan menggunakan pH meter
8. Ulangi langkah 6, tetapi menggunakan larutan CuSO4 yang lebih encer.
D. HASIL DAN PERHITUNGAN
Untuk hasil percobaan buatkan Tabel yang berisikan larutan pada bagian anoda, larutan pada
bagian katoda dan Esel serat cantumkan juga suhu. Untuk perhitungan buatlah kurva Esel
sebagai fungsi log [Zn2+)/Cu2+].
Hitunglah gradien dan perpotongan kurva dengan sumbu Y. Bandingkan hasil yang didapat
dengan gradien teoritis yang dihitung dengan menggunakan persamaan Nernst, juga
dibandingkan Esel dari literatur. Kesalahan apa yang kemungkinan terjadi ?

IV. PERTANYAAN
1. Tuliskan reaksi sel dan bentuk umum persamaan Nernst untuk sel tersebut
2. Sebutkan alasan kenapa lebih baik menggunakan Ag/Ag + bila dibandingkan dengan Zn/Zn+?

11
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

OBJEK V.
ELEKTROLISIS UNTUK MENENTUKAN BILANGAN AVOGADRO

I. TUJUAN
1. Menentukan bilangan Avogadro (No)
2. Mempraktekan konsep bilangan Avogadro (No)

II. TEORI PERCOBAAN


Suatu tetapan yang sangat penting dalam bidang kimia adalah bilangan Avogadro (No). Ada
macam-macam metoda untuk mementukan bilangan itu. Metoda yang paling tepat adalah
kristalografi sinar x. Dalam percobaan ini, kita akan menentukan No secara elektrolisis.
Elektrolisis larutan garam dapur dengan elektroda tersebut dari tembaga menghasilkan ion
tembaga (I) yaitu Cu+ pada anoda. Ion tembaga itu (Cu +) membentuk tembaga (I) oksida yang
mengendap. Jumlah listrik yang diperlukan untuk mengoksidasi satu mol atom tembaga menjadi
satu mol ion tembaga (I) dapat diukur. Dari jumlah muatan pada satu ion tembaga (I) (Cu+) kita
dapat menghitung No. (jumlah muatan pada satu ionCu + = 1,6 x 10-19 coulomb.

III. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
- 2 buah lempengan elektroda tembaga ( 5 x 3 cm ) sebagai elektroda.
- Sumber DC yang dapat diubah – ubah tegangannya ( variebel ) ( fisher variable power
supply model 100 A 0 – 9 volt, 4,5 A )
- Amplas besi - Standar besi - Kabel
- Ampermeter ( skala 0 – 5 A ) - Pembakar gas - Kassa
- Gelas piala 250 mL - Kaki 3
- Stopwatch -Termometer
B. Bahan
80 mL larutan A (larutan A terdiri dari 100 g NaCl dan 1 g NaOH dalam 2 L air suling)

C. Prosedur Kerja
1. Bersihkan elektroda tembaga dengan ampelas
2. Salah satu elektroda dipakai sebagai anoda. Timbang elektroda tersebut pada neraca analitik
3. Kedua elektroda tembaga dimasukkan kedalam 80 mL larutan A dan rangkaian listrik disusun
seperti pada gambar berikut :

12
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II

termometer

Gelas
piala
Elektroda
tembaga
Sumber
DC

A amperme
ter
panas
saklar

4. Gelas piala dipanaskan sampai suhu mencapai 80°C dan suhu dijaga supaya tetap
5. Ketika suhu sudah tetap 80°C, aliran listrik dihubungkan dan dialirkan melalui larutan A. pada
saat yang sama mulailah mencatat waktu dengan stopwatch. Arus listrik harus dijaga agar
selalu tetap selama percobaan yaitu 1,5 A (dapat dibaca ampermeter). Aliran ini sering
berubah-ubah selama percobaan.
6. Sesudah 10 menit aliran listrik dimatikan, anoda dibersihkan dengan air kemudian dikeringkan
dengan kertas tisu
7. Timbanglah anoda sekali lagi

D. PERHITUNGAN

1. Hitung berapa coulomb diperlukan untuk mengoksidasi x gram tembaga


2. Hitung berapa coulomb diuperlukan untuk mengoksidasi satu mol tembaga (BM tembaga
63,54 g/mol)
3. Muatan satu ion tembaga (1 Cu+) adalah 1,6 x 10-19 coulomb. Hitung jumlah ion Cu+ yang
terbentuk dalam percobaan (jumlah atom tembaga dalam satu mol tembaga sama dengan
No)
E. TUGAS
Praktikan harus membawa lempengan Cu atau kawat Cu

IV. PERTANYAAN
1. Apakah nama endapan merah jingga yang terbentuk selama proses elektrolisis ini ?
2. Apakah boleh larutan diganti dengan larutan CuSO4?
3. Kenapa lempengan Cu harus diampelas terlebih dahulu?

13

Anda mungkin juga menyukai