Tinjauan Kepustakaan - Gonore
Tinjauan Kepustakaan - Gonore
GONORE
Pembimbing:
dr. Lilik Karsono, Sp. KK
NIP. 19691009 198801 1 001
Disusun Oleh :
Ghalia Yasmin G4A018046
Kus Patrisia Brilianti G4A019008
Alfredo Fernanda G4A019021
TUGAS REFERAT
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT
DAN KELAMIN
GONORE
Disusun Oleh :
Ghalia Yasmin G4A018046
Kus Patrisia Brilianti G4A019008
Alfredo Fernanda G4A019021
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
iii
1
I. PENDAHULUAN
A. Definisi
Gonore merupakan serangkaian kondisi klinis yang melibatkan
infeksi seksual dari bakteri pathogen Neisseria gonorrhoeae, dan
diidentifikasi secara mikrobiologis merupakan diplokokus gram negatif. N.
gonorrhoeae dapat diperoleh dari beberapa membrane mukosa di saluran
genital bawah, termasuk uretra, serviks, kelenjar bartholin, serta melalui
kanal anorektal, faring, dan konjungtiva. Bakteri ini juga dapat menyebar
ke saluran genital bagian atas, saluran rahim, dan rongga perut serta jalur
sistemik lainnya. Gonore merupakan penyakit yang sudah ada lebih dari
2000 tahun, dimana manusia berperan sebagai natural host. (Piszczek, Jean,
& Khaliq, 2015)
Gonore adalah penyakit infeksi menular secara seksual yang dapat
menginfeksi pria dan wanita. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang
melalui kontak atau aktivitas seksual yang melibatkan mukosa (vagina, oral,
anal). Gonore merupakan penyakit kelamin yang ditandai dengan keluarnya
cairan putih kental dari OUE (Orifisium Uretra Eksternum). (Fyle-Thorpe,
2019).
B. Epidemiologi
Gonore merupakan permasalahan global yang sulit untuk
dihilangkan, hal ini terjadi karena kurangnya kemampuan diagnostik dan
buruknya system pelaporan di banyak bagian dunia. World Health
Organization (WHO) memperkirakan insiden global beberapa infeksi
menular seksual (IMS) terjadi pada individu berusia 15 hingga 49 tahun
berdasarkan data dari daerah yang memiliki system pengawasan berbasis
kasus yang baik serta studi berbasis populasi (Satterwhite, et al., 2013).
Gonore adalah penyakit terbanyak kedua yang ditemukan di
Amerika Serikat, penyakit ini memiliki prevalensi tertinggi di Negara
berkembang. Pada tahun 2017, total 555.608 kasus gonore dilaporkan di
Amerika Serikat, dan menghasilkan angka 171,9 kasus per 100.000
populasi. Selama 2016-2017 kasus gonore yang dilaporkan meningkat
4
18,6%, dan meningkat 75,2% sejak terjadi kasus terendah pada tahun 2009
(Centers for Disease Control and Prevention, 2017).
Pengamatan yang dilakukan selama 2013-2016, tingkat kasus
gonore yang dilaporkan diantara laki-laki lebih tinggi daripada tingkat
diantara perempuan pada tahun 2017. Selama 2016-2017, tingkat gonore di
antara laki-laki meningkat 19,3% (169,7 menjadi 202,5 kasus per 100.000
laki-laki) dan tingkat di antara perempuan meningkat 17,8% kasus (120,4
menjadi 141,8 kasus per 100.000 perempuan). Besarnya peningkatan di
kalangan laki – laki menunjukkan peningkatan penularan atau peningkatan
kepastian kasus (melalui peningkatan skrining ekstra genital) diantara gay,
biseksual, dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria (male sex male)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2017).
Tahun 2017, tingkat kasus gonore yang dilaporkan paling banyak
terjadi pada remaja dan dewasa muda. Tingkat tertinggi diantara wanita
diamati diantara mereka yang berusia 20-24 tahun (684,8 kasus per 100.000
wanita) dan 15-19 tahun (557,4 kasus per 100.000 wanita). Diantara pria
paling tinggi adalah usia 20-24 tahun (704,2 kasus per 100.000 pria) dan 25-
29 tahun (645,9 kasus per 100.000 pria) (Centers for Disease Control and
Prevention, 2017).
C. Etiologi
Gonore disebabkan oleh bakteri Gonococcus yang intraselular,
aerob dan mempunyai 4 spesies yaitu N. gonorrhoeae, N. menigitidis, N.
pharyngis,dan N. catarrhalis. Bakteri ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1879 oleh Albert Ludwig Sigismund Neisser. Gonokok termasuk
golongan diplococcus berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8u dan
panjang 1,6u bersifat tahan asam dan berpasangan. Pada sediaan langsung
dengan pewarnaan gram bersifat Gram negatif terlihat diluar dan didalam
leukosit, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati dalam keadaan kering,
tidak tahan suhu diatas 39ºC dan tidak tahan cairan desinfektan (Nyoman
K, 2011).
dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang
tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Banyak faktor yang
memediasi virulensi dan patogenitas gonococcus. Pili akan melekat pada
mukosa epitel kuboid yang akan menimbulkan reaksi radang dan
mencegah hancurnya oleh neutrofil. Infeksi biasanya diikuti oleh inokulasi
mukosa selama kontak seksual anal, vaginal dan oral.OPA (Opacity-
associated protein) meningkatkan ikatan antara gonokok dan fagosit,
mempromosikan invasi ke sel host dan biasanya dapat menurunkan reaksi
imun. Gonore juga dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke anak selama
proses kelahiran vaginal, karateristiknya akan menyebabkan infeksi mata
dan inflamasi. (ophthamia neonatorum) (Fahmi, 2015)
D. Patofisiologi
Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak
seksual atau melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini
terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia.
Patogenesis gonore terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut (Hill, Masters,
& Watcher, 2016) :
1. Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan
selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
2. Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk
kolonisasi selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae
terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk
melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein
membran luar PII Oppacity associated protein (OPA) kemudian
membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang.
3. Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses
yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel
kolumnar, membentuk vakuola.
4. Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel
inang, dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam
jaringan subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri
LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus
6
dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS.
LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan
mengakibatkan kerusakan sel.
Pada mulanya haya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh
yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokok juga dapat
menyerang uretra, ductus paraurethra, kelenjar bartolin, rectum, dan
dapat juga naik keatas sampai pada daerah kandung telur (Adhi, 2011).
F. Penegakkan Diagnosis
Penegakan diagnosis dilakukan dengan cara yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Daili, 2009).
9
1. Anamnesis
Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS
gonorrhoeae meliputi:
a. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini.
b. Keadaan umum yang dirasakan.
c. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal ataupun sistemik
dengan penekanan pada antibiotik.
d. Riwayat seksual yaitu kontak seksual baik di dalam maupun di luar
pernikahan, berganti-ganti pasangan, kontak seksual dengan
pasangan setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis
kontak seksual, cara melakukan kontak seksual, dan apakah
pasangan juga mengalami keluhan atau gejala yang sama.
e. Riwayat penyakit terdahulu yang berhubungan dengan IMS atau
penyakit di daerah genital lain.
f. Riwayat penyakit berat lainnya.
g. Riwayat keluarga yaitu dugaan IMS yang ditularkan oleh ibu kepada
bayinya.
h. Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS,
misalnya erupsi kulit, nyeri sendi dan pada wanita tentang nyeri
perut bawah, gangguan haid, kehamilan dan hasilnya.
i. Riwayat alergi obat.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus
memperhatikan hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien. Pada
pasien pria, organ reproduksi lebih mudah diraba. Mula-mula inspeksi
daerah inguinal dan raba adakah pembesaran kelenjar dan catat
konsistensi, ukuran, mobilitas, rasa nyeri, serta tanda radang pada kulit
di atasnya. Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya, adanya pedikulosis, folikulitis atau lesi kulit lainnya.
Lakukan inspeksi skrotum, apakah asimetris, eritema, lesi superfisial
dan palpasi isi skrotum dengan hati-hati. Perhatikan keadaan penis
mulai dari dasar hingga ujung. Inspeksi daerah perineum dan anus
10
dengan posisi pasien sebaiknya bertumpu pada siku dan lutut (Daili,
2009).
Pada pasien wanita, pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di
dalam vagina, gunakan spekulum dengan informed consent kepada
pasien terlebih dahulu. Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai
ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta
deteksi kelainan pada adneksa (Daili, 2009).
3. Pemeriksaan penunjang
Pengambilan bahan duh tubuh uretra pria, dapat dilakukan
dengan menggunakan lidi kapas yang dimasukkan ke dalam uretra.
Sedangkan pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan
dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan
kemudian dioleskan ke kaca objek bersih (Daili, 2009).
a. Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Gram dengan menggunakan sediaan langsung
dari duh uretra memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki
sensitivitas yang tidak begitu tinggi. Pemeriksaan ini akan
menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif
dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit (Daili,
2009).
b. Kultur
Kultur untuk bakteri N.gonorrhoeae umumnya dilakukan
pada media pertumbuhan Thayer-Martin yang mengandung
11
G. Diagnosis Banding
1. Trichomoniasis
Trichomoniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Trichomonas vaginalis dimana penyakit ini memiliki
manifestasi klinis yang hampir sama dengan Gonore. Namun yang
menjadi pembeda antara kedua penyakit ini adalah pada Trichomoniasis
manisfestasi klinisnya lebih terlihat jelas pada mereka yang berjenis
kelamin perempuan sedangkan laki-laki terkadang bersifat
asimptomatik. Duh tubuh yang berbusa, busuk serta eritema dan edema
12
3. Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 dimana manifestasi utamanya adalah
infeksi mukokutan. HSV tipe 1 lebih sering menyerang daerah oral serta
facial. sedangkan HSV tipe 2 berhubungan dengan infeksi perigenital.
Manifestasi klinis yang disebabkan oleh HSV khususnya pada tipe 2
adalah vesikel, pustul, ulkus eritematous yang membutuhkan waktu 2-3
minggu proses penyembuhan. Terdapat juga nyeri, gatal, disuria, sekret
vaginal dan sekret uretral dan limfadenopati inguinal. Sering juga
ditemukan gejala sistemik seperti demam, sakit kepala, malaise dan
mialgia.
Gambar 2.7 A. Infeksi Rekuren pada penis B. Infeksi Rekuren pada Vulva
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa (Wilson, 2009)
Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitf terhadap
pencilin, banyak strain yang sekarang relative resisten. Terapi
penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
a. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah dengan 1 gr probonesid peroral sebelum penyuntikan
penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
14
terapi antibiotik jika gejala klinis mendukung ke arah infeksi LGV. Hal ini
untuk mencegah reinfeksi dan mengeliminasi sumber penularan. Mengingat
adanya peningkatan prevalensi dari anorektal LGV pada kalangan LSL di
Eropa Barat dan Amerika Serikat, maka setiap pasien yang datang dengan
gejala proktitis patut diwaspadai. Penggunaan kondom dan tidak berganti-
ganti pasangan merupakan pencegahan yang paling utama (Ceovic, 2015).
J. Komplikasi
1. Komplikasi pada pria (Devrajani, 2010)
a. Uretritis
Uretritis yang paling sering dijumpai adalah retritis anterior akut
yang dapat menjalar ke proksimal, selanjutnya mengakibatkan
komplikasi lokal, asenden, dan diseminata.
b. Tysonitis
Kelenjar Tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi
biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan kurang baik. Diagnosa dibuat berdsaarkan
ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum
yang nyeri tekan. Bila ductus tertutup akan timbul abses dan
merupakan sumber infeksi laten.
2. Komplikasi pada wanita (Devrajani, 2010)
Gambaran klinis dan perjalann penyakit apda wanita berbeda
dengan pria. Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi
alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, gejala subyektif jarang
ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada
umumnya, wannita dating kalua sudah ada komplikasi. Sebagaian
penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau
pemeriksaan keluarga berencana.
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh
tubuh yang mukopurulen dan mengandung banyak gonokokus mengalir
keluar dan menyerang uretra, ductus parauretra, kelenjar Bartholin,
rectum, dan dapat juga naik ke atas sampai pada daerah kandung telur.
16
17
18
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization. 2016. WHO guidelines for the treatment of Neisseria
gonorrheae. Geneva: WHO Document Production Service.
Bennet, JE, Dolin, R, Blaser, MJ. 2020. Madell, Douglas, and Bennett’s Principles
and Practice of Infectious Diseases, Ninth Edition. Philadelphia: Elsevier.
Centers for Disease Control and Prevention. (2017, Desember 18). Sexually
Transmitted Disease Surveillance 2017. Retrieved June 19, 2020, from
Centers for Disease Control and Prevention:
https://www.cdc.gov/std/stats17/gonorrhea.htm#:~:text=In%202017%2C
%20a%20total%20of,the%20historic%20low%20in%202009.
19
Dela, H., Atrram, N., Behene, E., Kumordjie, S., Addo, K. K., Kyei, N. N., et al.
(2019). Risk Factors Assosiated with Gonorrhea and Clamydia
Transmission Selected Helath Facilities in Ghana. BMC Infect Dissease,
425.
Fahmi, D. (2015). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI.
Heijine, J. C., Van den Broek, I. V., Bruisten, S. M., Van Bergen, J. E., De Graaf,
H., & Van Benthem, B. H. (2019). National Prevalence Estimates of
Clamydia and Gonore in Netherlands. BMJ Journals, 53-59.
Hill, S. A., Masters, T. L., & Watcher, J. (2016). Gonorrhea-sn Evolving Disease
of The New Millennium. Microbial Cell, 371-389.
Piszczek, J., Jean, R. S., & Khaliq, Y. (2015). Gonorrhea Treatment Update for An
Increasingly Resistant Organism. Canadian Pharmacists Journal, 82-89.
Satterwhite, C. L., Torrone, E., Meites, E., Dunne, E. F., Mahajan, R., Ocfemia, M.
C., et al. (2013). Sexually Transmitted Infection Among Women and Men:
Prevalence and Incidence Estimates, 2008. Journal of The American
Sexually Transmitted Disease Association, 187-193