Anda di halaman 1dari 19

Referat

INFEKSI GONOKOKAL

Oleh:
Jason Adi Nugraha, S.Ked
04054822022151

Pembimbing:
dr. Sarah Diba, Sp.KK(K), FINSDV

KELOMPOK STAF MEDIK/BAGIAN DERMATOLOGI DAN VENEROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
Halaman Pengesahan

Judul Referat

INFEKSI GONOKOKAL

Oleh:

Jason Adi Nugraha, S.Ked


04054822022151

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di KSM/Bagian Dermatologi dan Venerologi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin/Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang Periode 6
Juli – 22 Juli 2020.

Palembang, Juli 2020


Pembimbing

dr. Sarah Diba, Sp.KK(K), FINSDV

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ............................................................................................... ii
Daftar Isi ...................................................................................................................... iii
Daftar Gambar ........................................................................................................ iv
Daftar Tabel ............................................................................................................. v
Pendahuluan ............................................................................................................. 1
Etiopatogenesis ........................................................................................................ 2
Faktor Risiko ........................................................................................................... 3
Manifestasi Klinis .................................................................................................... 3
Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................... 7
Diagnosis ................................................................................................................. 9
Diagnosis Banding ................................................................................................... 9
Tatalaksana ............................................................................................................ 10
Komplikasi ............................................................................................................. 11
Pencegahan ............................................................................................................ 11
Prognosis................................................................................................................ 12
Simpulan ................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 13

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patogenesis infeksi gonokokal ............................................................. 2


Gambar 2. Duh purulen pada infeksi gonokokal laki-laki .................................... 3
Gambar 3. Bartholinitis akibat infeksi gonokokal ...................................................... 4
Gambar 4. Proktitis akibat infeksi gonokokal ............................................................. 4
Gambar 5. Faringitis akibat infeksi gonokokal ...................................................... 5
Gambar 6. Konjungtivitis akibat infeksi gonokokal .............................................. 5
Gambar 7. Pulasan Gram bakteri N. gonorrhoeae ................................................. 7
Gambar 8. Pemeriksaan kultur bakteri N. gonorrhoeae ........................................ 8

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interpretasi tes Thompson ......................................................................... 9


Tabel 2. Diagnosis banding infeksi gonokokal ..................................................... 10
Tabel 3. Terapi medikamentosa infeksi gonokokal .............................................. 11

v
INFEKSI GONOKOKAL
Jason Adi Nugraha, S.Ked
Pembimbing: dr. Sarah Diba, Sp.KK(K), FINSDV
Kelompok Staf Medik/Bagian Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

PENDAHULUAN

Infeksi gonokokal adalah infeksi bakteri akibat Neisseria gonorrhoeae, bakteri gram
negatif aerobik, bentuk kokus.1 Infeksi gonokokal di Indonesia merupakan infeksi paling
sering dibandingkan infeksi menular seksual (IMS) lain.2 Infeksi gonokokal menempati posisi
kedua penyakit infeksi di Amerika Serikat, terdapat 105,3 kasus per 100.000 populasi.3
Infeksi dominan remaja muda usia 15-24 tahun.4
Bakteri menempel di mukosa epitel melalui pili atau fimbriae.1 Setelah invasi, bakteri
bereplikasi dan proliferasi sehingga menyebabkan respons inflamasi.1 Manifestasi klinis
infeksi gonokokal meliputi manifestasi kutaneus dan non-kutaneus.1 Manifestasi kutaneus
tersering adalah uretritis.5 Manifestasi non kutaneus berupa faringitis, konjungtivitis,
inflamasi pelvis, endokarditis, meningitis, serta gonore diseminata.1,2
Diagnosis infeksi gonokokal ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan dan riwayat
hubungan seksual, pemeriksaan fisik genitalia, dan penunjang laboratorik.2 Tatalaksana
infeksi gonokokal terdiri dari non-medikamentosa dan medikamentosa. Tatalaksana non-
medikamentosa berupa edukasi penggunaan kondom, komplikasi infeksi, dan kunjungan
teratur ke dokter. Sefiksim merupakan obat pilihan utama untuk infeksi gonokokal.2
Komplikasi infeksi gonokokal tersering berupa epididimisitis dan inflamasi pelvis.5 Prognosis
infeksi gonokokal tanpa komplikasi baik.5
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012, infeksi gonokokal
merupakan tingkat kemampuan 4A sehingga dokter umum di Indonesia harus menegakkan
diagnosis dan memberikan tatalaksana mandiri hingga tuntas. Referat ini diharapkan
membantu penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kasus infeksi gonokokal.

1
ETIOPATOGENESIS
Etiologi infeksi gonokokal adalah bakteri N. gonorrhoeae.2 Bakteri N. gonorrhoeae
berbentuk diplokokus menyerupai biji kopi, ukuran rerata 0,8 μm.2 N. gonorrhoeae bersifat
non-motil, tidak membentuk spora, dan secara karakteristik bakteri ini berpasangan
(diplokokus).6 Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif tahan asam, tidak tahan lama di
udara bebas, dan tidak tahan suhu di atas 390C.11 Dinding sel N. gonorrhoeae mengandung
lipooligosakarida (LOS) yang berpengaruh terhadap transmisi infeksi.1
Bakteri N. gonorrhoeae menginvasi epitel mukosa saluran urogenital, rektum, faring,
dan konjungtiva.5 Transmisi bakteri melalui hubungan seksual genitogenital, orogenital, dan
anogenital, kasus transmisi dari laki-laki ke perempuan ditemukan lebih tinggi.6 Ibu dengan
infeksi gonokokal dapat menginfeksi anak saat persalinan.5
Penetrasi bakteri N. gonorrhoeae tidak dapat melalui kulit, perlu membran mukosa
sebagai media kolonisasi.6 Fragmen peptidoglikan dan lipooligosakarida bakteri N.
gonorrhoeae dapat mengganggu aktivitas siliar epitel sehingga terjadi kolonisasi bakteri.6
Setelah kolonisasi terbentuk, respons imun innate dan adaptif membatasi perkembangan
lanjut bakteri.5
Bakteri N. gonorrhoeae menempel pada epitel memerlukan pili tipe IV dan protein
opacity (OPA) sebagai adhesi.5 Bakteri berkembang biak pada permukaan epitel dan
menginvasi jaringan dasar melalui transcytosis.9 Bakteri N. gonorrhoeae kemudian
melepaskan fragmen peptidoglikan dan lipooligasakarida (LOS) yang direspons oleh sel
dendritik dan makrofag sehingga melepaskan kemokin dan sitokin berupa interleukin-1 (IL)-
1, IL-6, IL-8, IL-17, tumor necrosis factor-∝ (TNF)-∝ (Gambar 1). Bakteri N. gonorrhoeae
dapat bertahan dari fagositosis.5,9

Gambar 1. Patogenesis infeksi gonokokal9

2
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko infeksi gonokokal adalah faktor demografik dan riwayat seksual.1 Pasien
HIV memiliki risiko infeksi gonokokal dan IMS lain lebih tinggi.1 Penelitian di Seattle oleh
Rice et al menemukan 25% perempuan kulit hitam yang aktif berhubungan seksual
mengalami infeksi gonokokal setiap tahun.5 Penyalahgunaan obat dan seksual bebas
mempengaruhi peningkatan risiko infeksi gonokokal dan IMS lain.5 Kasus infeksi gonokokal
di Amerika Serikat banyak terjadi pada perempuan terutama pekerja seks komersial.13
Riwayat berganti pasangan, hubungan seks orogenital, dan hubungan seks dengan orang
terinfeksi gonokokal merupakan faktor risiko transmisi.13 Remaja dan dewasa muda sering
mengalami infeksi gonokokal.19

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis berupa kutaneus dan non-kutaneus.1 Manifestasi kutaneus dibedakan
antara laki-laki dan perempuan.1,2 Sedangkan manifestasi non-kutaneus berupa faringitis,
konjungtivitis, inflamasi pelvis, endokarditis, meningitis, dan gonore diseminata
Manifestasi klinis kutaneus pada laki-laki
Masa inkubasi infeksi gonokokal pada laki-laki bervariasi antara dua hingga delapan
hari, manifestasi paling sering adalah uretritis.1 Keluhan subjektif berupa gatal dan panas pada
bagian distal uretra sekitar orifisium uretra eksternum, serta keluar duh tubuh mukopurulen
disertai pus atau darah (Gambar 2).2

Gambar 2. Duh purulen pada laki-laki dengan infeksi gonokokal1

Manifestasi asimtomatik terjadi pada 10% laki-laki.1 Uretritis menyebabkan eritema


meatus uretra.5 Uretritis dapat sembuh spontan setelah beberapa pekan.5 Sebelum
mendapatkan terapi antibiotik, 95% pasien menjadi asimtomatik selama 6 bulan.5 Disuria

3
timbul setelah gejala duh tubuh purulen.5 Infeksi rektum laki-laki homoseksual berupa duh
anal dan rasa nyeri di anus.22

Manifestasi klinis kutaneus pada perempuan


Manifestasi klinis kutaneus pada perempuan sering asimtomatik.1 Gejala uretritis
meliputi duh mukopurulen, gatal pada vagina, dan disuria.1 Infeksi N. gonorrhoeae di kelenjar
bartholini jarang ditemukan, menyebakan bengkak dan nyeri tekan.1 Labium minor sisi yang
terkena menjadi bengkak, terdapat keluhan nyeri saat berjalan, dan sulit duduk (Gambar
3).2,5

Gambar 3. Bartholinitis akibat infeksi gonokokal5

Masa inkubasi pada perempuan lebih bervariasi dibanding laki-laki.5 Endoserviks


adalah tempat tersering infeksi N. gonorrhoeae.5 Manifestasi klinis pada ibu hamil tidak jauh
berbeda.5 Infeksi gonokokal saat hamil dapat memicu abortus spontan, kelahiran prematur,
dan korioamniositis akut.5

Proktitis
Proktitis merupakan manifestasi klinis infeksi gonokokal akibat sering berhubungan
seksual tanpa kondom.1 Proktitis umumnya asimtomatik.1 Riwayat hubungan seksual
anogenital sering ditemukan pada pasien proktitis, pada proctoscopy terlihat inflamasi
mukosa disertai sekret purulen (Gambar 4).1,14

Gambar 4. Proktitis akibat infeksi gonokokal14

4
Manifestasi klinis non-kutaneus
Manifestani klisis non-kutaneus berupa faringitis, konjungtivitis, inflamasi pelvis,
endokarditis, meningitis, dan gonore diseminata.1
Faringitis
Faringitis akibat infeksi N. gonorrhoeae jarang ditemukan.1 Infeksi terjadi melalui
kontak seksual orogenital dan biasanya asimtomatik.2 Pada pemeriksaan orofaring tampak
sedikit hingga sedang eksudat mukopurulen (Gambar 5).2,11

Gambar 5. Faringitis akibat infeksi gonokokal11

Faringitis dapat menjadi sumber transmisi dan meningkatkan risiko infeksi gonokokal
diseminata.1,8 Infeksi gonokokal pada faring terjadi 3% hingga 7% laki-laki heteroseksual,
10% hingga 20% perempuan heteroseksual, dan 10% hingga 25% laki-laki homoseksual.5

Konjungtivitis
Konjungtivitis neonatus terjadi akibat infeksi sekret genitalia ibu.2 Konjungtivitis
dewasa terjadi akibat penularan pada konjungtiva melalui tangan dan organ tubuh lain.2
Keluhan pasien berupa fotofobia, konjungtiva bengkak, dan eksudat mukopurulen (Gambar
6).2,13

Gambar 6. Konjungtivitis akibat infeksi gonokokal13

5
Diagnosis infeksi gonokokal pada neonatus harus cepat dan segera diobati untuk
mencegah gangguan penglihatan berupa kekeruhan kornea akibat infeksi dan sisa jaringan
parut.5 Skrining dan tatalaksana sebelum melahirkan dapat mencegah penularan dari ibu ke
bayi.24

Inflamasi Pelvis
Bakteri N. gonorrhoeae dapat menginvasi uterus, tuba fallopi, dan ovarium sehingga
menyebabkan inflamasi pelvis.1 Inflamasi pelvis terjadi kisaran 10-40% pada perempuan,
ditandai dengan demam, nyeri perut bawah, nyeri punggung, muntah, perdarahan vagina,
dispareunia, dan nyeri tekan serviks.1 Gejala cenderung memberat saat menstruasi.1 Inflamasi
pelvis dapat disebabkan N. gonorrhoeae atau C. trachomatis.1

Endokarditis dan Meningitis


Endokarditis akibat infeksi gonokokal jarang terjadi.5 Kerusakan katup jantung pada
endokarditis cepat terjadi dan dapat mengancam jiwa.5 Kerusakan katup aorta paling sering
ditemukan pada infeksi gonokokal, reratapasien meninggal setelah 6 pekan.5 Endokardiris
sering gagal dengan tatalaksana antibiotik dan memerlukan intervensi pembedahan.1
Meningitis akibat infeksi gonokokal jarang ditemukan dibanding meningitis meningokokal.1
Pasien meningitis pada infeksi gonokokal sering tidak memiliki manifestasi khas infeksi
gonokokal.1 Bakteri N. gonorrhoeae dibedakan dengan N. meningitidis dengan pulasan Gram
sediaan cairan serebrospinal.1

Gonore Diseminata
Penyebaran infeksi bakteri dari lokasi primer inokulasi ke bagian tubuh lain melalui
aliran darah menyebabkan infeksi gonokokal diseminata.1 Penyakit diseminata terjadi kisaran
0,5% hingga 3% kasus dan dikaitkan dengan trias klasik dermatitis, poliartritis migrasi, dan
tenosinovitis.1,2 Gonore diseminata sering ditemukan pada infeksi gonokokal asimtomatik.1
Dermatitis memiliki manifestasi yang tidak khas, beberapa kasus ditemukan papul, bula,
vesikel, atau pustul yang nyeri.5 Tenosinovitis merupakan inflamasi sinovium yang
menimbulkan nyeri, dapat terjadi pada satu atau lebih sendi.1 Artritis infeksi gonokokal
berupa monoarticular atau pauciarticular.1

6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang infeksi gonokokal meliputi pulasan Gram, kultur bakteri, tes
definitif, tes amplifikasi asam nukleat, dan tes Thompson.2 Ditemukan bakteri diplokokus
gram negatif pada pemeriksaan mikroskopik memiliki sensitifitas dan spesifisitas tinggi untuk
menegakkan diagnosis infeksi gonokokal.11 Infeksi gonokokal perempuan sering bersifat
asimtomatik, pemeriksaan mikroskopik pulasan Gram tidak cukup untuk menegakkan
diagnosis sehingga perlu dilanjutkan pemeriksaan kultur.1,11
Bahan pemeriksaan diambil dari tempat yang banyak organisme kontaminan.11
Pengambilan duh tubuh pasien laki-laki diambil dari fossa navikularis sedangkan perempuan
diambil dari endoserviks.11 Bahan pemeriksaan pasien homoseksual diambil dari daerah
rektum atau orofaring.11 Pengambilan spesimen dapat dilakukan dengan kapas swab atau
sengkelit (ose).11 Pemeriksaan duh tubuh genital juga memperhatikan jumlah, konsentrasi,
warna, dan bau.11 Duh tubuh dioleskan pada gelas objek untuk pulasan Gram atau media
untuk kultur gonokokal.11

Pulasan Gram
Pulasan Gram dapat digunakan sebagai salah satu pemeriksaan infeksi gonokokal.4
Hasil positif apabila ditemukan bakteri diplokokus gram negatif disertai leukosit
polimorfonuklear (PMN) (Gambar 7).13 Pulasan Gram pada laki-laki memiliki sensitivitas
90% hingga 95% dan spesifisitas 95% hingga 99%, sedangkan pada perempuan sensitivitas
45% hingga 65% dan spesifisitas 90% hingga 99%.10,11 Cara pemeriksaan pulasan Gram yaitu
preparat ditetesi crystal violet selama 30 detik dan bilas dengan air selama 5 detik, lalu
teteskan garam iodin selama 1 menit dan bilas dengan air selama 5 detik.16 Dekolorisasi
preparat dengan alkohol selama 15-30 detik dan bilas dengan air selama 5 detik, lalu teteskan
safranin counterstain selama 60-80 detik dan bilas dengan air selama 5 detik.16 Preparat harus
dikeringkan sebelum diperiksa dibawah mikroskop.11

Gambar 7. Pulasan Gram bakteri N. Gonorrhoeae6


7
Kultur bakteri
Kultur bakteri merupakan baku emas diagnosis kasus infeksi gonokokal, serta dapat
menentukan terapi yang sesuai.6 Kultur bakteri dapat mengevaluasi keberhasilan pengobatan
atau mengetahui adanya infeksi ulang.11 Sensitivitas pemeriksaan kultur bakteri pada laki-laki
yaitu 94-98% dan perempuan 85-95%, sedangkan memiliki spesifisitas >99%.11
Kultur bakteri memerlukan dua media berupa media transport dan media
pertumbuhan.11 Media transport adalah media Stuart dan media Transgow. Sedangkan media
pertumbuhan adalah media Thayer-Martin, modifikasi Thayer-Martin, dan agar coklat
McLeod.11 Pada biakan kultur dengan agar Thayer Martin, tampak koloni bakteri berukuran
kecil, opak, dan cembung (Gambar 8).11

Gambar 8. Pemeriksaan kultur bakteri N. gonorrhoeae11

Uji definitif
Uji definitif adalah tes oksidase, fermentasi, dan beta-laktamase.2 Uji definitif dilakukan
setelah hasil kultur positif.22 Uji oksidase untuk mengidentifikasi bakteri N. gonorrhoeae.11
Pada pemeriksaan menggunakan reagen oksidasi dengan larutan tetrametil-p-fenilendiamin
hidroklorida 1% yang ditambahkan pada koloni.2 Semua bakteri N. gonorrhoeae memberi
reaksi positif dengan perubahan warna koloni bening menjadi merah.2,11 Uji fermentasi
dilakukan setelah hasil tes oksidasi positif.2 Uji fermentasi untuk membedakan N.
gonorrhoeae dari spesies Neisseria lain.2 Uji ini menggunakan glukosa, maltosa, dan sukrosa,
pada N. gonorrhoeae hanya akan meragikan glukosa.11 Uji beta-laktamase menggunakan
chromogenic cephalosporin sehingga menyebabkan perubahan warna kuning menjadi merah
apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.2 Bias dapat terjadi pada uji definitif akibat
bakteri gagal tumbuh dan terdapat kontaminasi.11

8
Nucleic acid amplification tests (NAATs)
Uji amplikasi asam nukleat cepat dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis infeksi
gonokokal.1 Uji ini menggunakan metode polymerase chain recation (PCR) yang diperoleh
dari sampel urin, uretra, faring, atau rektum.1 Nucleic acid amplification tests memiliki
sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan NAATs
kisaran setelah 30-60 menit.1 Tingginya biaya untuk pemeriksaan ini sehingga butuh
pertimbangan sebelum melakukan uji NAATs.1

Tes Thompson
Tes Thompson berguna untuk mengetahui daerah infeksi.2 Syarat pemeriksaan ini
adalah dilakukan setelah bangun pagi, miksi pada 2 gelas, dan tidak boleh menahan miksi dari
gelas I ke gelas II.2 Jumlah air seni minimal 80-100 ml.2
Tabel 1 menunjukkan interpretasi tes Thompson.2
Tabel 1. Interpretasi tes Thompson2
Gelas I Gelas II Interpretasi
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.2 Riwayat duh
yang keluar dari alat genital perlu ditanyakan.2,11 Riwayat seksual berupa kontak seksual
dengan pasangan terinfeksi, jenis kontak seksual seperti homoseksual atau heteroseksual, cara
berhubungan seksual, kesamaan keluhan pada pasangan seksual, riwayat IMS lain, dan
riwayat penggunaan kondom.11 Saat melakukan anamnesis riwayat seksual harus sesuai etika
dan menjaga kerahasiaan pasien.11 Pasien dengan infeksi gonokokal dianjurkan melakukan
pemeriksaan HIV sebagai skrining.13 Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, kulit, dan
genitalia untuk menilai warna dan kuantitas duh tubuh.11

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding infeksi gonokokal adalah uretritis non-gonokokal. Uretritis non-
gonokokal menunjukan gejala klinis lebih ringan dibandingkan infeksi gonokokal.2 Masa
inkubasi uretritis non-gonokokal lebih lama dibandingkan infeksi gonokokal.2 Diagnosis
banding infeksi gonokokal dapat dilihat pada Tabel 2.2

9
Tabel 2. Diagnosis banding infeksi gonokokal2
Variabel Infeksi gonokokal Uretritis non-gonokokal
Masa inkubasi Dua sampai lima hari Satu sampai lima minggu
Duh tubuh, disuria, Terdapat duh tubuh, disuria, Keluhan tidak seberat infeksi
gatal gatal gonokokal
Jenis dan jumlah duh Purulen dan banyak Mukoid dan sedikit
tubuh
Onset Onset mendadak Onset tidak mendadak

TATALAKSANA
Tatalaksana infeksi gonokokal terdiri dari tatalaksana non-medikamentosa dan
medikamentosa.
Non-medikamentosa
Edukasi mengenai infeksi, komplikasi yang mungkin terjadi, dan pengobatan teratur.1
Perlu dilakukan pemeriksaan penyakit IMS lain.2 Pemeriksaan dilakukan pada pasien dengan
faktor risiko infeksi gonokokal untuk mendeteksi infeksi asimtomatik.18 Edukasi pengobatan
dini dan kepatuhan minum obat dapat mengurangi transmisi dan mencegah komplikasi. 18
Edukasi berhubungan seksual setelah menikah dapat mencegah infeksi gonokokal.20 Pasien
dianjurkan menunda hubungan seksual hingga infeksi dinyatakan sembuh secara klinis dan
laboratorik atau disarankan menggunakan kondom.22

Medikamentosa
Pemilihan antibiotik pengobatan infeksi gonokokal berdasarkan tingkat sensitivitas
antibiotik, terdapat kemungkinan perbedaan sensitivitas antibiotik pada setiap daerah infeksi
sehingga pilihan terapi harus menyesuaikan.2 Resistensi antibiotik menyebabkan pengobatan
tidak efektif.19 Tabel 3 menunjukkan rekomendasi terapi infeksi gonokokal menurut WHO.21

10
Tabel 3. Terapi medikamentosa infeksi gonokokal21
Kondisi Rekomendasi Terapi
Pasien
Infeksi Terapi kombinasi
gonokokal Seftriakson 250 mg IM dosis tunggal ditambah Azitromisin 1 g per oral dosis tunggal
genital dan Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal ditambah Azitromisin 1 g per oral dosis
anorektal tunggal
Terapi tunggal : Seftriakson 250 mg IM dosis tunggal / Sefiksim 400 mg peroral
dosis tunggal / Spektinomisin 2 g IM dosis tunggal
Infeksi Terapi kombinasi
gonokokal Seftriakson 250 mg IM dosis tunggal ditambah Azitromisin 1 g per oral dosis tunggal
orofaring Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal ditambah Azitromisin 1 g per oral dosis
tunggal
Terapi tunggal : Seftriakson 250 mg IM dosis tunggal
Kegagalan Seftriakson 500 mg IM dosis tunggal ditambah Azitromisin 2 g per oral dosis tunggal
pengobatan Sefiksim 800 mg per oral dosis tunggal ditambah Azitromisin 2 g per oral dosis
sebelumnya tunggal
Gentamisin 240 mg IM dosis tungal ditambah Azitromisin 2 g per oral dosis tunggal
Spektinomisin 2 g IM dosis tunggal ditambah Azitromisin 2 g per oral dosis tunggal
Infeksi Seftriakson 50 mg/kg (maksimum 150 mg) IM dosis tunggal
gonokokal Kanamisin 25 mg/kg (maksimum 75 mg) IM dosis tunggal
ophthalmia Spektinomisin 25 mg/kg (maksimum 75 mg) IM dosis tunggal
neonatorum

KOMPLIKASI
Infeksi gonokokal berkepanjangan pada perempuan dapat menyebabkan infertilitas dan
meningkatkan risiko kehamilan ektopik.1 Inflamasi pelvis berkepanjangan mengakibatkan
endometritis, abses tuba fallopi, dan peritonitis.1 Komplikasi paling sering terjadi pada laki-
laki adalah epididimisitis akibat uretritis.6 Komplikasi infertilitas laki-laki jarang ditemukan.25
Pasien epididimisitis akut sering mengalami nyeri dan pembengkakan testis unilateral. 5
Infeksi gonokokal neonatal dapat menyebabkan kebutaan hingga kematian.10 Infeksi
gonokokal diseminata terjadi pada kisaran 0,3-3% kasus.12 Infeksi gonokokal diseminata
dengan tatalaksana buruk menyebabkan artritis septik dan kerusakan sendi permananen.1
Endokarditis terjadi kisaran 1-3%.5 Meningitis dapat disebabkan infeksi gonokokal tetapi
jarang terjadi, penyebab harus dibedakan antara N. gonorrhoeae atau N. meningitidis.5
Striktur uretra setelah inflamasi gonokokal sering terjadi akibat tidak melakukan
penatalaksanaan sesuai.1

PENCEGAHAN
Upaya pencegahan utama adalah edukasi mengenai gejala simtomatik dan asimtomatik
infeksi gonokokal.2 Pemeriksaan dibutuhkan pada pasien yang sering berganti pasangan
hubungan seksual, dan yang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki
riwayat IMS.1 Penggunaan kondom secara benar dapat encegah transmisi lewat genitalia.5,23

11
Edukasi mengenai gaya hidup dan menjauhi faktor risiko infeksi gonokokal seperti seks
komersial, penyalahgunaan zat, memiliki pasangan seks lebih dari satu.13 Deteksi dini dan
pengobatan pasangan seksual mengurangi transmisi dan mencegah komplikasi.18 Ibu hamil
dengan risiko tinggi infeksi gonokokal harus diperiksa saat trimester ketiga agar mencegah
transmisi neonatus.24

PROGNOSIS
Infeksi gonokokal tidak mengancam jiwa.1 Gejala klinis secara bertahap hilang selama
beberapa bulan, keterlambatan pengobatan dapat mengakibatkan komplikasi.15 Gejala
menetap setelah pengobatan harus dievaluasi dengan pemeriksaan kultur bakteri.5 Prognosis
infeksi gonokokal baik jika diobati dengan antibiotik yang sesuai.22

SIMPULAN

Infeksi gonokokal merupakan penyakit menular seksual akibat infeksi bakteri N.


gonorrhoeae. Transmisi terjadi melalui genitalia pasien terinfeksi atau oral. Manifestasi klinis
meliputi manifetasi kutaneus dan non-kutaneus. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang baku emas adalah kultur bakteri. Terapi
medikamentosa sefiksim sebagai antibiotik lini pertama. Edukasi berupa penggunaan
kondom, tidak berganti pasangan seksual, dan pemeriksaan IMS lain. Prognosis infeksi
gonokokal cenderung baik dengan edukasi dan pengobatan antibiotik yang sesuai.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Strowd LC, McGregor S, Pichardo RO. Gonorrhea, mycoplasma, and vaginosis. Dalam:
Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Enk AH, Margolis DJ, McMichael AJ, et al.,
penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology. Edisi ke-9. New York: Mc Graw Hill
Education;2019.h.3207-12.
2. Daili SF, Nilasari H. Gonore. Dalam: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, penyunting.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2017.h.443-
9.
3. Kirkcaldy RD, Wetson E, Segurado AC, Hughes G. Epidemiology of gonorrhea: a global
perspective. Sex Health. 2019; 16(5):401-11.
4. Newman L, Rowley J, Hoorn SV, Wijesooriya NS, Unemo M, Low N, et al. Global
estimates of the prevalence and incidence of four curably sexually transmitted infection
in 2012 based on systematic review and global reporting. PLos One. 2015;10(12):1-17.
5. Hook EW, Hansfield HH. Gonococcal Infection in the Adult. Dalam: Holmes KK,
Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheir JN, Corey L, et al., penyunting. Sexually
Transmitted Diseases. Edisi ke-4. New York: McGraw Hill Medical;2008.h.627-46.
6. Sparling PF. Biology of neisseria gonorrhoeae. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm
WE, Piot P, Wasserheir JN, Corey L, et al., penyunting. Sexually Transmitted Diseases.
Edisi ke-4. New York: McGraw Hill Medical;2008.h.607-26.
7. Walker CK, Sweet RL. Gonorrhea infection in women: prevalence, effects, screening,
and management. Int J Womens Health. 2011;3:197-206.
8. Lusk MJ, Uddin RN, Lahra MM, Garden FL, Kundu RL, Konecny P. Pharyngeal
gonorrhoea in women: an important reservoir for increasing neisseria gonorrhoea
prevalence in urban australian heterosexuals. J Sex Transm Dis. 2013:1-5.
9. Quillin SJ, Seifert HS. Neisseria gonorrhoeae host adaptation and pathogenesis. Nat Rev
Microbiol. 2018;16(4):226-240.
10. Cortina SH, Bristow CC, Davey DJ, Klausner JD. A systematic review of point of care
testing for chlamydia trachomatis, neisseria gonorrhoeae, and trichomonas vaginalis.
Infect Dis Obstet Gynecol. 2016: 9-15.
11. Daili SF, Nilasari H. Gonore. Dalam: Daili SF, Nilasari H, Makes WI, Zubier F, Romawi
R, Pudjiati SR, penyunting. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI;2017.h.75-83.
13
12. Passos MR. Gonococcus and chlamydia infection. Dalam: Filho GL, Coelho IC, Moreira
LC, Junior EP, Junior JE, penyunting. Atlas of Sexually Transmitted Diseases. New
York: Springer International Publishing AG;2018.h.173-6.
13. Handsfield HH, editor. Color atlas & synopsis of sexually transmitted diseases. Edisi ke-
3. New York : McGraw Hill Medical;2011.h.45-60.
14. Kinghorn GR, Briggs A, Gupta NK. Gonorrhoea. Dalam: Griffiths C, Barker J, Bleiker T,
Chalmers R, Creamer D, penyunting. Rook's Textbook of Dermatology. Edisi ke-9.
Chichester: Wiley Blackwell;2016.h.30-7.
15. Colledge NR, Ralston S. Sexually transmitted infections. Dalam: Walker BR, Colledge
MR, Ralston SM, Penman ID, penyunting. Davidson’s Principles and Practice of
Medicine. Edisi ke-22. Canada: Elsevier;2014.h.95-101.
16. Unemo M, Ison C. Gonorrhoea. Dalam: Unemo M, Ballard R, Ison C, Lewis D, Francis
N, Peeling R, penyunting. Laboratory diagnosis of sexually transmitted infections,
including human immunodeficiency virus. Geneva : WHO Document Production
Services;2013.h.21-54.
17. James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM. Bacterial infection.
Andrews’ Diseases of the Skin. Edisi ke-13. Edinburgh: Elsevier;2019.h.252-90.
18. Barrow RY, Ahmed F, Bolan GA, Workowski KA. Recommendations for providing
quality sexually transmitted diseases clinical services. MMWR Recomm Rep. 2020;
68(5):1-20.
19. Choudhri Y, Miller J, Sandhu J, Leon A, Aho J. Gonorrhea in canada, 2010–2015. Can
Commum Dis Rep. 2018;44(2):37-42.
20. Randhawa MA, Alrowaili MG. Abstinence, marriage and religions for the prevention and
control of HIV infection and other sexually transmitted diseases. J AIDS Clin Res.
2017;8(7):2-4.
21. WHO Guidelines for the treatment of neisseria gonorrhoeae. Geneva: WHO,2016.
22. Widaty S, Soebono H, Nilasari H, et al., penyunting. Panduan praktik klinis bagi dokter
spesialis kulit dan kelamin di Indoneisa. Jakarta: Perdoski. 2017.
23. Pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI,2015.
24. Workowski KA, Bolan GA. Sexually transmitted diseases treatment guidelines. MMWR
Recomm Rep. 2015;64(3):1-137.
25. Fode M, Fusco F, Lipshultz L, Weidner W. Sexually transmitted disease and male
infertility: a systematic review. Eur Urol Focus. 2016;2(4):383-93.
14

Anda mungkin juga menyukai