Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

STUDI EPIDEMIOLOGI GONORE

DISUSUN OLEH

HISYAM FAYYAD

K1A122042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2023
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3

1. Latar Belakang..............................................................................3
2. Tujuan Makalah............................................................................3
3. Manfaat Makalah.........................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................5

1. Distribusi Gonore..........................................................................5
Definisi...........................................................................................5
Distribusi Menurut Orang...............................................................6
Distribusi Menurut Waktu...............................................................9
Distribusi Menurut Tempat.............................................................10
2. Determinan Gonore......................................................................11
Penyebab.........................................................................................11
Faktor Resiko (Pencetus)................................................................12
Pencegahan.....................................................................................12
Penanganan.....................................................................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................15

1. Simpulan........................................................................................15
2. Saran..............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Gonore atau yang biasa dikenal sebagai “kencing nanah” merupakan infeksi
bakteri yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi gonore merupakan
salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) yang cukup sering terjadi. Risiko
infeksi ini meningkat pada orang yang memiliki pasangan seksual yang tidak tetap
atau orang yang bekerja sebagai pekerja seks.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu


bakteri Gram negatif berbentuk seperti biji kopi. Gonore sangat menular, dan
penularannya tak berbeda dengan IMS lainnya, yaitu melalui kontak seksual yang
tidak aman, baik hubungan seksual melalui mulut, kelamin, maupun anus. Selain
menginfeksi kelamin, bakteri ini juga dapat menginfeksi anus, mata, dan
tenggorokan. Ibu hamil yang mengidap gonore juga dapat menularkan bakteri ini
ke bayinya.

Pada tahun 2020, WHO memperkirakan 82,4 juta infeksi baru dengan N.
gonorrhoeae di antara orang dewasa berusia 15 hingga 49 tahun. Prevalensi
gonore tertinggi di antara populasi rentan seperti laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki, pekerja seks, perempuan transgender dan remaja dan orang
muda di negara-negara beban tinggi.

Selain makalah ini ditujukan sebagai tugas akhir, saya berharap isi dari
makalah ini menambah pengetahuan kita semua dan membuka pikiran kita untuk
bisa menanggulangi suatu masalah penyakit di masyarakat.

B. Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan defnisi dari gonore


2. Untuk menjelaskan bagaimana distribusi dari gonore, baik menurut orang,
tempat, maupun waktu
3. Untuk menjelaskan penyebab serta faktor resiko dari gonore
4. Untuk menjelaskan pencegahan dan penanganan dari gonore
C. Manfaat Makalah
1. Makalah ini dapat membantu Anda memahami distribusi gonore di
Indonesia dan di dunia, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi
penyebaran penyakit menular seksual ini.
2. Makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang definisi, penyebab,
pencetus, pencegahan, dan penanganan gonore, sehingga dapat mengenali
gejala-gejala, mencegah infeksi, dan mendapatkan pengobatan yang tepat
jika terinfeksi.
3. Makalah ini dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kesehatan reproduksi sendiri dan pasangan, serta mengurangi stigma dan
diskriminasi terhadap orang-orang yang terkena gonore.
4. Makalah ini dapat menjadi referensi ilmiah jika ingin melakukan
penelitian lebih lanjut tentang gonore atau penyakit menular seksual
lainnya, karena makalah ini mengandung data dan sumber yang valid dan
terkini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Distribusi Gonore
1. Definisi

Gonore adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Setelah penularan, N. gonorrhoeae menginfeksi mukosa
situs anatomi yang terbuka, seperti saluran urogenital, rektum, faring dan
konjungtiva. N. gonorrhoeae cukup mudah ditularkan; Perkiraan probabilitas
penularan penis-ke-vagina adalah ~ 50% per tindakan seks, dan transmisi vagina-
ke-penis adalah ~ 20% per tindakan.1-3 Probabilitas penularan tindakan per-
kondom selama oral (63% uretra-ke-faring dan 9% faringto-uretra) dan seks anal
(84% uretra-ke-rektal dan 2% rektalto-uretra) telah diperkirakan dari model
matematika. (Kirkcaldy dkk., 2019b)

Infeksi N. gonorrhoeae seperti itu paling sering menyebabkan uretritis pada


pria dan servisitis pada wanita, tetapi uretritis pada wanita juga diamati. Mayoritas
pria dengan uretritis gonokokal bergejala, tetapi secara substansial lebih sedikit
wanita dengan gonore urogenital yang bergejala dan, bila ada, gejalanya tidak
spesifik. Namun demikian, tanda-tanda infeksi dapat diidentifikasi pada
kebanyakan wanita dengan gonore urogenital. Gonore rektum dan faring, yang
sebagian besar tidak menunjukkan gejala, paling sering didiagnosis pada pria yang
berhubungan seks dengan pria (LSL), tetapi juga tidak jarang terjadi pada wanita.
(Unemo dkk., 2019)

Pada tahun 2016, WHO memperkirakan bahwa ada 86,9 (interval


ketidakpastian 95% 58,6-123,4) juta insiden kasus gonore global (prevalensi
global 0,9%) di antara orang dewasa berusia 15-49 tahun22 (). Keragaman
epidemiologis gonore memanifestasikan dirinya dalam variabilitas distribusi
geografis dan prevalensi di antara populasi tertentu; Faktor penentu variabilitas
tersebut termasuk seksualitas dan orientasi seksual, sosial ekonomi, demografi,
konsekuensi geografis dan budaya (termasuk stigma dan tabu), dan akses ke dan
kualitas pendidikan seks, pencegahan, pengujian dan diagnostik, serta komitmen
politik dalam penyediaan layanan kesehatan. (Unemo dkk., 2019)

2. Distribusi Menurut Orang

Jenis Kelamin

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan prevalensi global


gabungan 2016 gonore urogenital (proporsi populasi dunia dengan gonore pada
tahun tertentu) menjadi 0,9% pada wanita dan 0,7% pada pria, sesuai dengan total
30,6 juta kasus gonore di seluruh dunia. Berdasarkan wilayah, prevalensi di
kalangan wanita tertinggi di wilayah Afrika WHO (1,9%), wilayah Amerika
(0,9%) dan wilayah Pasifik Barat (0,9%), dan terendah di wilayah Eropa (0,3%).
Demikian pula, di antara pria, prevalensi tertinggi di wilayah Afrika (1,6%),
Amerika (0,8%) dan Pasifik Barat (0,7), dan terendah di Eropa (0,3%).
Kemungkinan karena perbedaan dalam infrastruktur perawatan kesehatan dan
ketersediaan skrining dan perawatan, negara-negara yang dikategorikan sebagai
berpenghasilan rendah menurut kriteria Bank Dunia memiliki prevalensi yang
lebih tinggi daripada yang dikategorikan sebagai berpenghasilan tinggi. Perkiraan
prevalensi dari negara-negara tertentu lebih menyoroti heterogenitas di seluruh
wilayah geografis. Dari 1999-2008, prevalensi keseluruhan gonore urogenital di
Amerika Serikat adalah 0,3%; selama 2010-12, prevalensi gonore adalah <0,1%
di Inggris. Di antara orang dewasa muda di Peru, prevalensinya sama rendahnya
(0,1%) pada tahun 2002. Sebaliknya, prevalensi gabungan di seluruh studi orang
berusia 15-24 tahun di Afrika Selatan adalah 4,6%, dan di seluruh studi orang
berisiko tinggi berusia 15-24 tahun di wilayah Afrika Timur, prevalensi adalah
8,2%. (Kirkcaldy dkk., 2019b)

Tingkat kejadian, ukuran infeksi baru atau diagnosis dalam periode waktu
tertentu, adalah 20 per 1000 wanita dan 26 per 1000 pria secara global pada tahun
2016, yang berarti 86,9 juta kasus baru. Insiden tertinggi di Wilayah Afrika WHO,
Amerika dan Pasifik Barat, dan terendah di wilayah Eropa, untuk lebih lengkap
perhatikan gambar 1 berikut ini. (Kirkcaldy dkk., 2019b)

6
Gambar 1. Perkiraan kasus gonore global baru pada tahun 2016.

Perkiraan jumlah (dalam jutaan) kasus insiden gonore pada orang dewasa (15-
49 tahun) oleh wilayah WHO. Data ini sesuai dengan 20 infeksi gonokokal baru
per 1.000 wanita dan 26 per 1.000 pria secara global. Insiden tertinggi adalah di
wilayah Afrika WHO, dengan 41 kasus per 1.000 wanita dan 50 per 1.000 pria,
diikuti oleh wilayah WHO di Amerika, dengan 23 kasus per 1.000 wanita dan 32
per 1.000 pria; insiden terendah adalah di wilayah Eropa WHO, dengan 7 kasus
per 1.000 wanita dan 11 per 1.000 pria. Klasifikasi Pendapatan Bank Dunia juga
ditampilkan. (Unemo dkk., 2019)

Baik laki-laki maupun perempuan dapat menderita terinfeksi N. gonorrhoea.


Wanita tercatat lebih sedikit menderita GO daripada laki-laki. Hal ini disebabkan
80% perempuan tidak mengeluhkan adanya gejala, maka dari itu tidak segera
mencari pengobatan. Sementara pada laki-laki yang terinfeksi, jarang yang tidak
menunjukkan gejala. 1,9 Hanya 3–10% dari penderita pria yang tidak memberi
gejala klinis. (Abdullah & Murtiastutik, 2008)

Usia

7
Pada tahun 2016, WHO memperkirakan bahwa ada 86,9 (interval
ketidakpastian 95% 58,6-123,4) juta insiden kasus gonore global (prevalensi
global 0,9%) di antara orang dewasa berusia 15-49 tahun (Unemo dkk., 2019).

Dalam sebuah penelitian lain tentang restrospektif ini dilakukan untuk


mengetahui gambaran infeksi gonoreselama 3 tahun terakhir di Divisi IMSURJ
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode tahun
2013 sampai dengan 2015. Selama kurun waktu 3 tahun didapatkan 125pasien
baru gonore yang datang berobat di Divisi IMS atau merupakan 4,1% dari
jumlah kunjungan baru Divisi IMS dan 0,18% dari jumlah kunjungan baru URJ
Kesehatan Kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Adapun
jumlah pasien baru Gonore terbanyak didapatkan pada tahun 2013, yaitu
sebesar 55 pasien. (Ayu Pitasari Dyah & Martodiharjo Sunarko, 2019)

Tabel 1. Distribusi umur dan jenis kelamin pasien baru Gonore

Kelompok umur tahun Jumlah Jumlah


(tahun) 2013 2014 2015 (%)
lk pr lk pr lk pr lk Pr
<1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1-4 0 0 0 0 0 1 0 1 1 (0,8)
5-14 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15-24 25 1 19 1 28 2 72 4 76 (60,8)
25-44 21 3 8 0 8 0 37 3 40(32)
45-64 5 0 1 0 2 0 0 0 8(6,4)
>64 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Sementara itu, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Abdullah


menyebutkan bahwa yang disebut sebagai kelompok perilaku risiko tinggi dalam
PMS ialah perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar
terserang penyakit, dan jika dilihat dari segi usia, maka yang tergolong kelompok
risiko tinggi adalah 20–24 tahun. Jika dikaitkan dengan hasil penelitian ini,

8
terdapat kesesuaian insiden GO dari segi usia penderita. Menurut J Richens,
kemungkinan terjadinya infeksi gonokokus pada anak yang tinggal di negara
tropis lebih banyak disebabkan karena penularan nonseksual. Faktor lingkungan
yang lembab, dan seringnya anak memakai pakaian, handuk dan seprei tempat
tidur yang sama dengan orang tuanya yang menderita GO patut dipertimbangkan
sebagai kemungkinan penyebab. (Abdullah & Murtiastutik, 2008)

Sementara itu, ada pula semacam pameo di kalangan masyarakat di


Indonesia, bahwa laki-laki dewasa yang menderita penyakit kencing nanah akan
sembuh bila nanah yang keluar dari kemaluannya dioles atau diusapkan pada
vagina wanita yang masih perawan, terutama anak-anak. Hal ini juga dapat
menjelaskan mengapa pada anak-anak, infeksi gonokokus juga dapat terjadi.
(Abdullah & Murtiastutik, 2008)

3. Distribusi Menurut Tempat

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan prevalensi global


gabungan gonore urogenital 2016 (proporsi populasi dunia dengan gonore pada
tahun tertentu) menjadi 0,9% pada wanita dan 0,7% pada pria, sesuai dengan total
30,6 juta kasus gonore di seluruh dunia. Berdasarkan wilayah, prevalensi di
kalangan wanita tertinggi di wilayah Afrika WHO (1,9%), wilayah Amerika
(0,9%) dan wilayah Pasifik Barat (0,9%), dan terendah di wilayah Eropa (0,3%).
Demikian pula di antara pria, prevalensi tertinggi di wilayah Afrika (1,6%),
Amerika (0,8%) dan Pasifik Barat (0,7) dan terendah di Eropa (0,3%).
Kemungkinan karena perbedaan dalam infrastruktur perawatan kesehatan dan
ketersediaan skrining dan perawatan, negara-negara yang dikategorikan
berpenghasilan rendah menurut kriteria Bank Dunia memiliki prevalensi yang
lebih tinggi daripada yang dikategorikan sebagai berpenghasilan tinggi. Perkiraan
prevalensi dari negara-negara tertentu lebih lanjut menyoroti heterogenitas di
seluruh wilayah geografis. Dari 1999-2008, prevalensi keseluruhan gonore
urogenital di Amerika Serikat (AS) adalah 0,3%; selama 2010-2012, prevalensi
gonore adalah <0,1% di Inggris Raya.14,15 Di antara orang dewasa muda di Peru,

9
prevalensinya sama rendahnya (0,1%) pada tahun 2002. Sebaliknya, prevalensi
gabungan di seluruh studi berusia 15-24 tahun di Afrika Selatan adalah 4,6%, dan
di seluruh studi berisiko tinggi berusia 15-24 tahun di Afrika Timur adalah 8,2%.
(Kirkcaldy et al., 2019)

Tingkat kasus gonore dipengaruhi tidak hanya oleh kejadian infeksi, tetapi
juga oleh faktor-faktor seperti praktik skrining dan pengujian dan kelengkapan
pelaporan kasus. Di banyak negara, tingkat kasus gonore telah meningkat baru-
baru ini. Di AS, tingkat kasus meningkat 75,2% dari 2009 (98,1 per 100.000)
hingga 2017 (171,9 per 100.000). Demikian pula, tingkat kasus meningkat di
Australia (65,5 per 100.000 pada 2013 menjadi 118,0 per 100.000 pada 2017) dan
Kanada (33,5 per 100.000 pada 2010 menjadi 55,4 per 100.000 pada 2015)
Meskipun tingkat kasus tidak meningkat di semua negara di Uni Eropa (UE) /
Wilayah Ekonomi Eropa (EEA), tingkat pemberitahuan gonore keseluruhan di
Uni Eropa (UE) / Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) meningkat selama 2012-2016
dengan beberapa fluktuasi. Peningkatan relatif terbesar dalam tingkat di UE / EEA
selama 2015-2016 diamati di Islandia (peningkatan 108,7%: 13,7 menjadi 28,6),
Irlandia (peningkatan 49,1%: 27,7 menjadi 41,3), Finlandia (peningkatan 49,0%:
5,1 menjadi 7,6), dan Spanyol (peningkatan 36,1%: 10,8 menjadi 14,7). Tingkat
diagnosis gonore di Inggris terus meningkat dari 2008 (28,9 per 100.000) hingga
2018 (101,1 per 100.000), dengan penurunan sesaat pada 2016. Di Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Kanada, dan hampir semua negara EU / EEA, tingkat
sering tertinggi di kalangan remaja dan dewasa muda dan lebih tinggi (dan
meningkat lebih cepat) di antara pria daripada wanita.

4. Distribusi Menurut Waktu

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya


selama kurun waktu 3 tahun 2013-2015 didapatkan 125 pasien baru gonore yang
datang berobat. Adapun jumlah pasien baru gonore terbanyak di dapatkan pada
tahun 2013, yaitu sebesar 55 pasien.
(Dyah Ayu Pitasari & Sunarko Martodiharjo, 2019)

10
Tabel 2. Jumlah pasien gonore di RSUD Dr. Soetomo selama kurun waktu 3
tahun

Tahun
Pasien baru Jumlah (%)
2013(%) (2014%) (2015%)
gonore 55 29 41 125
Divisi IMS 1.336 (4%) 932 (3,1%) 758 (5,4%) 3026 (4,2%)

Data yang didapat dari penelitian ini, menunjukkan penurunan


kunjungan pasien GO yang signifikan. Hal ini dimungkinkan karena banyak
kasus yang sulit untuk didata, sebab banyak pasien GO yang mencari
pertolongan pada praktek dokter pribadi, klinik swasta, rumah sakit lain,
atau puskesmas dan juga karena tersedianya atau masih terdapat obat yang dijual
bebas di apotik dan toko obat serta adanya keluhan yang ringan
sehingga pasien tidak memerlukan pertolongan. Selain itu perilaku hubungan
seksual yang lebih aman sebagai respons terhadap epidemi Human
Immunodeficiency Virus(HIV) juga dapat menjadi faktor yang memberikan
kontribusi terhadap penurunan infeksi GO baru.
(Dyah Ayu Pitasari & Sunarko Martodiharjo, 2019)

B. Determinan Gonore
1. Penyebab

Neisseria gonorrhoeae adalah obligat patogen manusia dan merupakan agen


etiologi gonore (Mursalim & Syahida Djasang, 2017) . Neisseria gonorrhoea
adalah bakteri gra, negatif, nonmotile, tidak membentuk spora, yang tumbuh
tunggal dan berpasangan (sebagai monokokus dan diplokokus), merupakan
patogen eksklusif pada manusia, secara umum memiliki tiga salinan genom per
unit kokus; dimaan poliploidi ini memungkinkan tingkat variasi antigenetik yang
tinggi dan kelangsungan hidup neisseria lainnya, merupakan oksidasi positif.
Mereka dibedakan dari Neisseria lain dengan kemampuan mereka untuk tumbuh

11
pada media selektif dan untuk memanfaatkan glukosa tapi tidak maltosa, sukrosa,
atau laktosa. (Gatot Ismanoe, 2014)

2. Pencetus (Faktor Resiko)

Beberapa faktor resiko terserang penyakit gonore antara lain umur dan jumlah
pasangan seks. Usia di bawah 25 tahun sudah aktif melakukan hubungan seks
berisiko tenggi terserang Neisseria gonorrhoeae. Orang yang melakukan aktivitas
seks pada usia dini lebih besar resiko terserang PMS daripada orang yang
melakukan aktivitas seks pada usia dewasa. Faktor resiko lain yang
berkaitan dengan penyakit gonore adalah status ekonomi yang rendah,
hubungan seks yangsangat dini dan gonta-ganti pasangan seks. Konsistensi
penggunaan kondom dapat menurunkan resiko terserang gonore.
(Lilis Suryani, 2023)

Penelitian tentang prevalensi gonore dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya telah dilakukan pada wanita pekerja seksdi Yogyakarta.
Beberapa hal yang bisaditarik kesimpulan adalah: prevalensi gonore pada
wanita pekerja seksdi Yogyakarta sebesar 25,6%, faktor umur berhubungan
dengan prevalensi gonore dan perilaku seks bukan sebagai faktor risiko
pada penyakit gonore yang menginfeksi wanita pekerja
seksdiYogyakarta.Mayoritas wanita pekerja seksmemiliki usia produktif antara
20-34 tahun sebesar 53,5%. (Lilis Suryani, 2023)

3. Pencegahan

Pengendalian kesehatan masyarakat gonore tergantung pada terapi


antimikroba yang sesuai bersamaan dengan intervensi pencegahan umum dan
bertarget, tes diagnostik yang akurat, prosedur pemberitahuan mitra, dan
pengawasan epidemiologis. Pemberian antibiotik harus menyelesaikan kasus-
kasus individual untuk mengurangi risiko komplikasi dan mencegah penularan
infeksi lebih lanjut (Charles Springer & Philip Salen, 2023).

12
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menganjurkan untuk menyaring
wanita hamil dan wanita dengan faktor risiko IMS untuk infeksi N. gonorrhoeae.
Faktor risiko IMS termasuk diagnosis IMS sebelumnya, etnis Afrika Amerika
non-Latin, usia muda, penggunaan kondom jarang, dan pasangan seksual yang
beraneka ragam (Charles Springer & Philip Salen, 2023).

Kondom, jika benar digunakan, memberikan perlindungan yang efeksi temadap


wansmisi dan akuisisi gonore serta Tafeksilain yang ditularkan ke dan dari
permukaan mukosa Genital Preparat spermisida pada diafragma atau spons
serviks yang diresapi dengan nonoxnol 9 memberikan Perlindungan terhadap
gonore dan infeksi kamidia (Gatot Ismanoe, 2014).

Penekanan lebih besar ditempatkan pada pencegahan melalui pendidikan


kesehatan masyarakar. konseling penderita, dan modifikasi perilaku. Indidu yang
aktif Secara seksual, terutama remaja, harus ditawarkan skrining untuk PMS,
Untuk pria, pemeriksaan NAAT dari urin atau “Swab uretra dapat digunakan
untuk skrining. Mencegah penyebaran gonore dapat membantu mengurangi
penularan HIV. Belum ada vaksin yang elektf untuk infeksi Gonokoks
(Gatot Ismanoe, 2014)
.

4. Penanganan

Pemilihan regimen pengobatan perlu mempertimbangkan efektivitas, harga,


efek samping yang minimal, tempat infeksi, galur NG yang resisten, dan koinfeksi
C. trachomatis. Pedoman regimen pengobatan dari Kemenkes RI tahun 2015
dapat dilihat di Tabel 2 dan 3 (Mikhael San Putra W, 2019).

Tabel 3. Pengobatan duh terapi uretra

Uretritis gonokokus Uretritis non-gonokokus


Sefiksim 400mg, dosis tunggal peroral Azitromisin 1g dosis tunggal, peroral
Atau
Doksisiklin 2x100 mg/hari, peroral, 7
hari

13
Pengobatan lainnya
Kanamisin 2g, injeksi intramuskuler,
dosis tunggal
Atau
Seftriakson 250 mg, injeksi
intramuskuler, dosis tunggal

Tabel 4. Pengobatan duh tubuh vagian karena servisitis

Servisitis gonokokus Servisitis non gonokokus


Selfiksum 400 mg, dosis tunggal, Azitromisin 1 g, dosis tunggal, peroral
peroral Atau
Doksisilin 2x100mg/hari, peroral, 7
hari
Pilihan pengobatan lainnya
Kanamisin 2 g, injeksi intramuskuler, Eritromisin 4 x 500 mg/hari, peroral, 7
dosis tunggal hari
Atau
Seftriakson 250 mg, injeksi
intramuskuler, dosis tunggal

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Gonore adalah penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Studi epidemiologi gonore di Indonesia menunjukkan
bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada kelompok usia produktif,
terutama laki-laki, dan tersebar di berbagai daerah. Faktor risiko yang
berhubungan dengan gonore antara lain perilaku seksual berisiko, kurangnya
penggunaan kondom, dan rendahnya pengetahuan tentang pencegahan.
Penatalaksanaan gonore meliputi pemberian terapi antimikroba yang sesuai, tes
diagnostik yang akurat, pemberitahuan mitra, dan pengawasan epidemiologis.
Pencegahan gonore dapat dilakukan dengan mengedukasi masyarakat,
menyediakan layanan skrining, dan mendorong penggunaan kondom dan
spermisida yang benar dan konsisten.

B. Saran

Untuk mengendalikan penyebaran gonorea di Indonesia, pemerintah perlu


meningkatkan akses dan kualitas terapi antimikroba, tes diagnostik, dan
pemberitahuan mitra bagi penderita, serta melakukan pengawasan epidemiologis
secara rutin. Selain itu, pemerintah juga harus mengedukasi masyarakat tentang
pentingnya penggunaan kondom dan spermisida yang benar dan konsisten, serta
menyediakan layanan skrining untuk PMS, terutama bagi remaja dan pria yang
berhubungan seks dengan pria. Dengan mencegah gonorea, pemerintah juga dapat
mengurangi risiko penularan HIV dan komplikasi lain yang dapat mengancam
kesehatan reproduksi dan kesuburan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F., & Murtiastutik, D. (2008). Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual
Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun
2002–2006. Dep/SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya,
20.

Ayu Pitasari Dyah, & Martodiharjo Sunarko. (2019). Studi Retrospektif: Profil Infeksi Gonore.
31(No.1).

Charles Springer, & Philip Salen. (2023). Gonorrhea. StatPearls; Treasure Island.

Dyah Ayu Pitasari, & Sunarko Martodiharjo. (2019). Studi Retrospektif: Profil Infeksi Gonore.
Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya,
21(1).

Gatot Ismanoe. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Vol. I (Setiati siti, Alwi idrus, Sudoyo
aru w., Simadibarata marcellus k, Setiyohadi bambang, & Fahrial ari syam, Ed.; IV).
Interna Publishing.

Kirkcaldy, R. D., Weston, E., Segurado, A. C., & Hughes, G. (2019a). Epidemiology of
Gonorrhea: A Global Perspective. Sexual health, 16(5), 401.
https://doi.org/10.1071/SH19061

Kirkcaldy, R. D., Weston, E., Segurado, A. C., & Hughes, G. (2019b). Epidemiology of
gonorrhoea: A global perspective. Dalam Sexual Health (Vol. 16, Nomor 5).
https://doi.org/10.1071/SH19061

Lilis Suryani. (2023). Determinant Factors that Influence the Prevalenceof Gonorrhea in
Female Sex Wokers inYogyakarta. Formosa Journal of Sustainable Research (FJSR),
2(5), 1244.

Mikhael San Putra W. (2019). Infeksi, Rekomendasi Terapi, dan Resistensi Gonore. Klinik
Mawar PKBI , 46(8).

Mursalim, & Syahida Djasang. (2017). IDENTIFIKASI Neisseria gonorrhoeae PADA


PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI PANTI SOSIAL MATTIRODECENG
MAKASSAR. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, XII(2).

Unemo, M., Seifert, H. S., Hook, E. W., Hawkes, S., Ndowa, F., & Dillon, J. A. R. (2019).
Gonorrhoea. Nature Reviews Disease Primers, 5(1). https://doi.org/10.1038/s41572-019-
0128-6

Anda mungkin juga menyukai