Anda di halaman 1dari 5

KEUTAMAAN BERSIFAT JUJUR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah memberi sebaik-baik nikmat berupa iman dan islam. Salawat dan
doa keselamatanku terlimpahkan selalu kepada Nabi Agung Muhammad Saw berserta keluarga dan para
sahabat-sahabat Nabi semuanya.

Pada kesempatan kali ini saya akan mengambil judul ceramah yaitu “KEUTAMAAN BERSIFAT JUJUR” .

Hadirin yang berbahagia…..

Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ُ‫يخونُه َوالَ ي ْك ِذبُه‬ ْ ‫سلِ ُم أَ ُخو ا ْل ُم‬


ُ َ‫سلِم ال‬ ْ ‫ال ُم‬
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.”

Konsekuensinya apa? Dia tidak akan mengkhianati saudaranya dan ia tidak akan membohongi
saudaranya.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi kita menjelaskan bahwa seorang
muslim itu tidak membohongi saudaranya. Dan dalam hadits ini Nabi menggunakan redaksi berita,
bukan larangan. Dan redaksi berita di beberapa kesempatan itu lebih dalam, lebih tajam. Nabi
menyatakan seorang muslim tidak akan membohongi saudaranya.

Sebuah akhlak mulia yang harus menghiasi lisan kita, sikap kita, derap langkah kita, adalah kejujuran.
Dan kejujuran adalah salah satu parameter kebaikan di tengah-tengah para sahabat. Umar bin Khattab
Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu beliau pernah mengatakan, sebagaimana yang dikeluarkan oleh Abu Nu’aim
dalam Hilyatul ‘Auliya:

‫ال تنظروا إلى صيام أحد وال صالته‬


“Jangan Anda hanya melihat puasa seseorang dan shalatnya.”

‫ولكن انظروا إلى من إذا حدث صدق‬


“Namun perhatikan kejujurannya ketika dia berbicara.”

Jadi jangan hanya terpaku dengan puasa seseorang atau shalat seseorang. Nilailah orang berdasarkan
kejujurannya ketika dia berbicara. Ini adalah salah satu parameter yang disampaikan oleh Umar bin
Khattab Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu.

Lalu apakah kejujuran lebih penting dari shalat?


Hadirin, bukan itu maknanya. Namun ucapana Umar bin Khattab ini tidak bisa dipisahkan dengan Surat
Al-Ankabut ayat 45 ketika Allah berfirman kepada kita:

‫صاَل ةَ تَ ْن َه ٰى ع َِن ا ْلفَ ْحشَا ِء َوا ْل ُمن َك ِر‬


َّ ‫إِنَّ ال‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.“

Salah satu kemungkaran atau salah satu dosa besar adalah bohong. Shalat kita bukan hanya sebuah
gerakan ruku’, bukan hanya sebuah gerakan sujud, bukan hanya kata-kata yang kita untai, namun shalat
kita benar-benar kita resapi, kita renungkan, kita hayati, shalat kita akan membuat kita menjauhi segala
perbuatan kemungkaran dan kekejian. Dan shalat kita akan membuat lisan kita senantiasa berkata jujur
dan hanya memiliki sikap jujur didalam kehidupan ini. Itu makna Umar bin Khattab.

Kenapa demikian?

Karena kalau parameternya gerakan shalat, orang munafik juga shalat. Namun yang membedakan
mukmin dan munafik adalah, “Tanda orang munafiq ada tiga: pertama, jika dia berkata dia bohong, dia
dusta.”

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Ini adalah sifat yang mulia. Bahkan ‘Aisyah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anha pernah menuturkan sebagaimana
sebuah statement yang dibawakan Al-Imam Ibnu Abi Dunya, “Tidak ada sifat buruk yang paling dijauhi
oleh sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibanding kebohongan.”

Sifat buruk, sifat negatif, perangai, etitut, yang paling dijauhi oleh para sahabat adalah kebohongan.
Jadi nggak pantes orang yang mengaku mengikuti jalannya para sahabat/mengikuti agamanya para
sahabat tapi bohong sana, bohong sini, dusta sana, dusta sini, apalagi ia lakukan secara sengaja, bukan
karena kekhilafan.

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala..

Namun, ketika kita melihat kondisi di lapangan, bagaimana umat Islam berinteraksi, bagaimana umat
Islam berbicara, bagaimana umat Islam bergaul, seakan-akan akhlak yang mulia ini mulai pudar di
tengah-tengah mereka, akhlak yang mulia ini cukup asing di lisan mereka, tidak ada hari tanpa bohong,
tidak ada waktu tanpa dusta.

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kita akan berbicara tentang keuntungan atau keutamaan
yang kita dapatkan jika kita jujur dalam berbicara dan bersikap.

Karena kalau berbicara teori, definisi tentang kejujuran, saya rasa semua orang sudah paham.
Diantara ucapan para ulama, “Salah satu yang cukup sulit adalah menjelaskan sesuatu yang sudah jelas.”

Saya rasa semua sudah paham tentang kejujuran. Namun bagaimana merangsang agar kita
senantiasa jujur. Itu yang rasanya perlu kita galakkan. Karena kalau sekedar teori, sekedar definisi,
InsyaAllah semua sudah mengerti. Tapi bagaimana tetap komit dengan kejujuran, tetap istiqamah di
atas kejujuran.
Salah satu cara untuk terus mengobarkan semangat kejujuran adalah pelajari keutamaannya, pelajari
apa untungnya, apa fadhilahnya, apa yang akan kita dapatkan di dunia maupun di akhirat ketika kita
benar-benar berbicara dan bersikap jujur.

Keutamaan Kejujuran

Pertama, kejujuran adalah sifat yang tidak bisa dipisahkan dengan seorang mukmin. Kejujuran adalah
sifat yang tidak bisa dipisahkan dengan ahli taqwa. Ia tidak bisa dijauhkan apalagi dipisahkan.

Banyak sekali dalil tentang masalah ini. Dan di antaranya adalah surat At-Taubah ayat 119 ketika
Rabbuna Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada kita:

َّ ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ َو ُكونُوا َم َع ال‬
َ‫صا ِدقِين‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bergabunglah bersama orang-
orang yang jujur.”

Ini adalah perintah dari Allah. Perintah yang hanya Allah tujukan kepada orang-orang beriman. Jika
kita mengaku beriman, bertakwalah kepada Allah dan bergabunglah bersama orang-orang yang jujur.
Kejujuran dengan iman itu tidak bisa dipisahkan.

Nabi menyebutkan lawannya orang-orang beriman, yaitu orang-orang munafik beserta tanda-
tandanya, tanda yang pertama Nabi disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim adalah kebohongan.

َ ‫َّث َك َذ‬
‫ب‬ َ ‫ إِ َذا َحد‬: ‫ث‬ ِ ِ‫آيَةُ ا ْل ُمنَاف‬
ٌ ‫ق ثَاَل‬
“Tanda orang munafik itu ada tiga; Jika dia berbicara bohong/dusta.”

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.. Oleh karena itu ada beberapa riwayat dari
para sahabat. Seperti Umar bin Khattab sebagaimana yang dibawakan oleh Imam Ibnu Abi Ad-Dunya:

ً ‫ال تجد المؤمن كذابا‬


“Anda tidak akan menemui seorang mukmin itu pandai berdusta.”

Tidak ada -kata Umar bin Khattab- mukmin, dusta, itu tidak ada.

Dalam hadits Abu Umamah, diriwayatkan bahwa seorang Mukmin bisa terjatuh ke dalam hal-hal yang
buruk kecuali dua hal; khianat dan dusta. Dan dalam sebuah hadits yang lemah namun maknanya benar
Nabi pernah ditanya, “Apakah seorang Mukmin bisa menjadi seorang pengecut?” Kata Nabi, “Bisa.”
“Apakah seorang Mukmin bisa menjadi orang yang pelit?” Kata Nabi, “Bisa” Tapi apakah seorang
Mukmin bisa menjadi pendusta?” Nabi mengatakan, “Tidak, kalau dusta tidak. Seorang Mukmin tidak
akan menjadi pendusta.”

Hadits ini walaupun secara validitas dikritik oleh para ulama, namun maknanya benar. Seorang
Mukmin tidak akan menjadi pendusta. Oleh karena itu kita tahu bersama hadits Bukhari, hadits yang
panjang. Ketika Ka’ab bin Malik khilaf sehingga beliau tidak ikut perang tabuk. Tapi ketika beliau
memiliki kesempatan untuk mencari alasan palsu/berbohong di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh munafik yang tidak ikut perang tabuk, Ka’ab bin Malik
tidak mau melakukannya. Beliau lebih memilih di hajr/ di boikot oleh satu kota dibanding harus
berbohong di hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Lihat bagaimana para sahabat. Ka’ab bin Malik khilaf tidak berjihad padahal tidak ada udzur. Dan
dalam hadits Bukhari yang panjang tersebut jam tersebut beliau sendiri mengatakan, “Aku tidak pernah
merasa sebugar ketika perang tabuk.” Tapi beliau tidak berangkat, khilaf.

Jadi, seorang mukmin bisa khilaf tidak berangkat jihad, tapi bohong, tidak!

Beliau lebih memilih diboikot oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan satu kota Madinah daripada
harus berbohong. Oleh karena itu hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.. Ini
menunjukkan:

ً ‫ال تجد المؤمن كذابا‬


“Anda tidak akan menemui seorang Mukmin itu pendusta.”

Dia mungkin tidak berjihad, dia mungkin pezina, tapi dia tidak berdusta.

Lihat bagaimana Ma’iz.. Beliau khilaf dan beliau jatuh kedalam zina. Tapi langsung lapor kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengaku. Tapi Nabi bingung dan Nabi bertanya, “Apakah Anda
gila?”

Kita tahu Ma’iz adalah wanita dari Ghamid, beliau khilaf, beliau zina, tapi beliau akui semuanya
dihadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan beliau meminta untuk dirajam. Dan wanita dari
Ghamid ini yang memberikan sebuah bukti tanpa dipaksa.

Apa kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kalau demikian, tunggu sampai engkau melahirkan
anakmu.”

Salah satu alasan Nabi mengatakan ini -yang dijelaskan oleh sebagian para ulama fiqih- agar wanita
ini mengurungkan niatnya. Ketika dia melihat buah hatinya menangis, tertawa lucu, maka dia tidak
kembali ke Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk meminta rajam. Tapi ternyata di kembali lagi ke Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

“Ya Rasul, aku sudah melahirkan, maka bersihkan dosa-dosaku dengan rajam.”

Hadirin sekalian. Lalu Nabi mengatakan, “Kalau begitu susui dua tahun.” dengan berharap dengan
berjalannya waktu dia mengurungkan niatnya, bertaubat saja kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
tidak jadi dirajam.

Begitu genap dua tahun, dia membawa anaknya dan beliau tunjukkan bahwa beliau sudah menyapih
anaknya dan minta untuk disucikan.

Lihat wanita ini.. Dia berzina, khilaf. Tapi dia tidak dusta, dia tidak bohong. Kata Umar, “Anda tidak
akan menemukan seorang mukmin pendusta.”

Oleh karena itu aib, ketika seseorang mengikuti manhaj salaf, mengikuti jalan para sahabat lalu dia
bohong sana bohong sini, pinjam uang ngaku akan mengembalikan namun dia bawa kabur, lalu nipu
sana nipu sini, mengajak investasi tapi membawa uang orang.
Hadirin yang di muliakan Allah…

Demikianlah ceramah singkat yang bisa saya sampaikan pada kesempatan berbahagia kali ini,
terimakasih atas perhatiannya, apabila terdapat kesalahan maka itu merupakan kekurangan dari pribadi
saya sendiri, kebenaran hanya milik Allah.

Akhir kata saya ucapkan: Ihdinash Shiroothol Mustaqiim, Wabillaahit Taufiq Walhidayat
Wassalamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarakaatuh

Anda mungkin juga menyukai