Tgs Bu Hermin
Tgs Bu Hermin
1
Grafik transisi demografi dapat dilihat pada gambar dibawah ini
a. tingkat kesehatan
b. keadaan geografis
c. kebijakan politis
d. kemajuan iptek
e. perubahan pola pikir masyarakat dan lainnya
Efek pertama dari transisi adalah penurunan angka kematian, yang berlanjut selama
masa transisi. Angka kelahiran meningkat sedikit pada awalnya, tetapi kemudian jatuh
ke tingkat yang lebih rendah sama dengan angka kematian. Selama transisi, tingkat
kelahiran kelebihan atas tingkat kematian (tingkat kenaikan alamiah) menghasilkan
peningkatan besar dalam ukuran populasi.
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Dunia
2
2.Perkembangan Tinggi Turun Lambat India,sebelum PD II
awal pelan
1. Tahapan 1
Dalam tahapan satu terjadi pada masyarakat pra-industri, tingkat fertilitas dan tingkat
mortalitas tinggi.Tingginya tingkat fertilitas di sebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti ; belum tersedianya program Keluarga Berencana dan alat
kontrasepsi (fertility control ),sehingga tingkat fertilitas pada dasarnya hanya dibatasi
oleh kemampuan seorang wanita untuk melahirkan anak.Sedangkan tingginya tingkat
mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ;gagal panen dan income yang
menurun sehingga mengakibatkan kelaparan karena kurangnya ketersediaan bahan
pangan,tidak adanya teknologi kesehatan untuk mengontrol masyarakat terhadap
penyakit seperti wabah penyakit menular tidak terkontrol yang berakibat mortalitas,dan
adanya substitution effect.(Peritiwa ini terjadi misalnya,di Eropa dan khususnya Timur
Amerika Serikat selama abad ke-19).
Dalam tahapan satu ini peran anak masih sangat penting dalam membantu
perekonomian keluarga.Biaya membiayai anak dianggap lebih sedikit dari pada biaya
makannya,karena dalam tahap satu ini belum ada pendidikan dan tempat
hiburan(India).Teori Malthus mengatakan bahwa yang menjadi penentu populasi pada
tahap satu adalah jumlah pasokan makanan.(Afrika)
2. Tahapan 2
Tahapan kedua menyebabkan penurunan tingkat mortalitas pelan dan peningkatan
populasi.Penurunan tingkat mortalitas ini juga dialami oleh Negara berkembang seperti
Yaman, Afghanistan, wilayah Palestina, Bhutan dan Laos.Sedangkan penurunan tingkat
mortalitas di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu;
a. Adanya perbaikan penyediaan makanan yang dihasilkan dari perbaikan
pertanian(rotasi tanaman, pembiakan selektif, dan teknologi benih berkualitas) dan
transportasi yang lebih baik untuk mencegah kematian akibat kelaparan dan
kekurangan air.
3
b. Perbaikan signifikan kesehatan masyarakat untuk mengurangi tingkat mortalitas,
khususnya pada usia dini.Seperti di temukannya pengembangan
vaksinasi,imunisasi,dan juga antibiotik.
Akan tetapi di Eropa melewati dua tahap sebelum kemajuan dari pertengahan abad
ke-20 karena mereka melakukan perbaikan penyebab penyakit dan peningkatan
pendidikan dan status sosial ibu.(Perubahan populasi terjadi di barat laut Eropa selama
abad ke-19 dan di India sebelum Perang Dunia II).
3. Tahapan 3
Pada tahapan ini tingkat mortalitas yang turun dengan cepat dengan di ikuti
penurunan tingkat fertilitas tetapi tidak secepat penurunan tingkat mortalitas. Penurunan
tingkat fertilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
a. Adanya fertility control yang sudah mulai berkembang di masyarakat dan sudah
banyak digunakan. Perbaikan penggunaan kontrasepsi merupakan faktor yang cukup
penting untuk mengurangi fertilitas.
b. Kedua adalah Industrilization ,yaitu perubahan yang berangsur-angsur dari
masyarakat pertanian menuju ke masyarakat industri.Ini juga merubah gaya hidup
baik itu makanan,pola hidup,maupun seksualnya.
c. Ketiga yaitu meningkatnya urbanisasi mengubah nilai-nilai tradisional pada
masyarakat pedesaan, perubahan pola pikir masyarakat di daerah pedesaan
mempengaruhi penurunan fertilitas anak yang berarti bahwa sebagian orang tua
menyadari bahwa mereka tidak perlu membutuhkan begitu banyak anak yang akan
dilahirkan untuk masa yang akan datang.
d. Keempat adalah Sosial dan Ekonomi, kedudukan sosial seorang wanita juga dapat
mempengaruhi tingkat penurunan fertilitas. Meningkatkan melek huruf perempuan
dan pekerjaan sebagai ukuran status perempuan,seperti Eropa selatan atau Jepang.
Penilaian terhadap perempuan tidak hanya melahirkan anak saja.
4. Tahapan 4
Ini terjadi di mana kelahiran dan angka kematian keduanya rendah atau NOL. Oleh
karena itu jumlah penduduk yang tinggi dan stabil. Beberapa teori beranggapan bahwa
pada tahapan 4 inilah penduduk suatu negara akan tetap pada tingkat ini.Negara-negara
yang berada pada tahap ini (Total Kesuburan kurang dari 2,5 pada tahun 1997) meliputi:
Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Selandia Baru, seluruh Eropa.
5. Tahapan 5
Model transisi demografi yang sebenanya hanya terjadi 4 tahapan tetapi ada suatu
persetujuan bahwa sekarang menjadi 5 tahapan berdasarkan teori Transisi Demografi
menurut C.P.Blacker 1947. Pada tahap kelima ini bahwa tingkat mortalitas lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat fertilitas yang berada dalam keadaan stabil.Hal ini dapat
dipengaruhi oleh gaya kehidupan masyarakat yaitu degenerative diseases.Bisa karena
gaya hidup yang tidak baik,seperti sering mengonsumsi makanan instan serta
mengonsumsi alkohol untuk mengikuti kebiasaan Negara Barat.Keadaan ini di alami
oleh Negara seperti Perancis sebelum Perang Dunia ke II dan Jerman pada tahun 1970
an.
4
D. TRANSISI DEMOGRAFI DI INDONESIA
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada teori yang
disepakati. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan dalam proses pertumbuhan
penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi disebutkan sebagai Negara
dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu Indonesia mengalami penurunan angka
kelahiran sebelum Indonesia menjalani proses industrialisasi. Seperti kita tahu Indonesia
adalah Negara agraris jadi sampai saat ini Indonesia masih menjadi Negara agraris.
Penurunan angka kelahiran Indonesia dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau
keluarga berencana. Dalam menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat
kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang seperti ini, semakin terlihat
jelas bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara berkembang. Biasanya cirri-ciri Negara
berkembang adalah memiliki penduduk yang masih mempunyai anak banyak. Seperti kita
tahu, masyarakat jawa pada beberapa generasi lalu adalah masyarakat dengan jumlah anak
yang bisa dibilang banyak. Jumlah anak 10 atau lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan
bahwa masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai
masyarakat modern. Jadi menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi
yang stabil sesuai alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin berkembangnya
jaman kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai ditinggalkan, proses industrialisasi
sudah semakin membaik, dan angka kelahiran sudah cukup berhasil ditekan. Tidak khayal,
beberapa waktu yang akan datang Indonesia akan mencapai keadaan yang stabil dan
menyelesaikan transisi demografi.
Beberapa hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi
demografinya adalah sebagai berikut:
1. Tidak meratanya pembangunan di Indonesia sehingga jurang pemisah semakin jelas.
Seperti kita tahu, di Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya hidup yang
masih sangat sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan proses industrialisasi
terus berkembang.
2. Pendidikan Indonesia masih perlu ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor penentu
pertumbuhan penduduk adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat yang tinggi
juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk mempunyai gaya hidup modern.
3. Indonesia adalah Negara agraris. Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya Indonesia
berubah menjadi Negara industri karena sebagian masyarakat Indonesia adalah petani.
5
Gambaran Transisi Demografi Indonesia Tahun 1950-2050
Sumber : World Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN
Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi,
menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.
a. Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami
tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga
kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian
penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra
intervensi/pembangunan).
b. Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi,
misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi
makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga
kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi
angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa
tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode
tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
c. Pada keadaan III
6
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka
sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya
tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan
penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan
penduduk indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.
d. Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang
menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau
tanpa pertumbuhan.
Dari gambaran transisi demografi dapat dilihat bahwa transisi demografi diatas
dipercepat dengan peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan kb.
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi
demografi dan epidemiologi penyakit, maka penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya
hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks.
Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada
lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan
faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan
kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual.
7
Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan
gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit
diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%.
Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit.
Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya
promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya
sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan
upaya promosi kesehatan.