Anda di halaman 1dari 16

1. Deskripsi Tanaman Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.

)
1.1. Asal Usul dan Penyebaran
Acalypha indica Linn atau tanaman kucing-kucingan merupakan gulma
liar yang ditemukan tersebar luas di wilayah tropis seperti di Amerika, Afrika
dan Asia. Gulma ini merupakan tanaman obat penting dengan sejumlah khasiat
bagi kesehatan manusia. Ekstrak daun, batang dan akar tanaman ini telah
digunakan dalam terapi konvensional dan tradisional (Laut et al, 2020).
Tanaman ini banyak tumbuh secara liar di Indonesia bahkan mampu tumbuh
dimana saja, di pinggir jalan, lapangan rumput, halaman rumah, sela-sela
bebatuan, maupun di lereng bukit (Majid & Nikmah, 2020).
1.2. Morfologi
Tanaman kucing-kucingan termasuk dalam famili Euphorbiaceae, salah
satu famili tanaman obat di dunia. Klasifikasi tanaman kucing-kucingan adalah
sebagai berikut (Handayani et al, 2018):

Gambar 1. Tanaman Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoiliopsida
Famili : Euhorbiaceae

Genus : Acalypha

Spesies : Acalypha indica

Morfologi pada tanaman kucing-kucingan (Acalypha indica L.)


merupakan salah satu tumbuhan herba semusim yang mengeluarkan aroma
khas, dengan tinggi 30 cm, bulat (teres), bercabang dan tumbuh ke atas,
morfologi pada bagian daun, batang dan akar adalah sebagai berikut
(Handayani et al,2018):

Gambar 2. Bagian-Bagian Tanaman Acalypha indica L.

 Daun
Merupakan daun tunggal bertangkai pendek, dengan bentuk daun bulat
lonjong (orbicularis), ujung (apex) meruncing (acuminatus) dan pangkalnya
(basis) tumpul (obtusus), tepi daun ( margo folii) bergerigi (serratus),
permukaan daunnya licin (laevis), suram (opacus), daging daun
(Intervenium) tipis lunak (herbaceus), bertulang menyirip (penninervis)
dimana ibu tulang daunnya dari pangkal (basis) ke ujung (apex), berwarna
hijau dengan panjang 2,5 cm.
 Batang
Batangnya berbentuk bulat (teres), berkayu (lignosus), dengan permukaan
yang licin berambut (Laevis), jenis batangnya basah (Herbaceus), arah
tumbuh batang tegak (fastigiatus) dengan warna hijau pada bagian luar dan
agak keputihan pada bagian dalamnya.
 Akar
Merupakan akar tunggang yang bercabang (ramosus), yang memiliki akar
khusus penunjang. Berbentuk bulat (teres) dengan permukaan yang agak
kasar, dan memiliki banyak cabang akar (radix lateralis) hingga serabut akar
(fibrilla radicalis) dan berwarna putih kekuningan.
1.3. Kandungan Kimia

Pada hasil penelitian, senyawa kimia yang terkandung dalam serbuk


atau ekstrak daun kucing-kucingan (Acalypha indica L.) adalah aleuron, steroid,
alkaloid, saponin dan flavanoid. Pada literatur daun kucing-kucingan (Acalypha
indica L.) mengandung minyak atsiri, namun pada hasil penelitian ini tidak
terdapat minyak atsiri hal ini kemungkinan disebabkan oleh sedikitnya
kandungan minyak atsiri sehingga tidak tampak pada pengujian kandungan
kimia yang dilakukan (Handayani et al,2018). Pada penelitian review artikel
menurut Kirom & Zelika (2017), kandungan kimia dari tanaman kucing-kucingan
baik dari daun, batang, dan akar adalah saponin dan tanin, batangnya
mengandung flavonoid (glikosida kaempferol).

1.4. Manfaat dan Efek Farmakologi

Tumbuhan kucing-kucingan (Acalypha indica L.) telah banyak digunakan


secara turun-temurun sebagai obat disentri, diare, gangguan pencernaan,
muntah darah, berak darah dan kencing darah, khususnya pada daun
berkhasiat mengobati mimisan. Akar pada tanaman kucing-kucingan (Acalypha
indica L.) dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah yang
tinggi, meredakan nyeri pada rematik, pengobatan diabetes mellitus dan
meredakan pegal linu. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kucing-kucingan
memiliki efek farmakologi yaitu sebagai antioksidan, antidiabetes, antimikroba,
dan antikanker. (Kirom & Zelika, 2017).

2. Senyawa Utama atau Senyawa Berkhasiat Tanaman Kucing-Kucingan (Acalypha


indica L.)
2.1. Flavonoid
- Sifat-sifat dan strukturnya
Secara kimiawi, flavonoid tergolong senyawa fenol karena memiliki dua
cincin aromatik dan banyaknya gugus –OH (hidroksil). Semakin banyak
gugus hidroksil maka semakin tinggi kepolarannya sehingga mudah
terekstrak dalam pelarut polar, termasuk etanol (Laut et al, 2020). Senyawa
flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang
tersusun dalam konfigurasi C 6-C 3-C 6, artinya kerangka karbonnya terdiri
atas dua gugus C 6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai
alifatik tiga karbon (Arifin & Sanusi, 2018).

Gambar 3. Struktur Senyawa Flavonoid

Flavonoid dalam bentuk glikosilasi atau metilasi pada tanaman,


struktur-strukturnya lebih stabil, mudah didapatkan serta mudah dalam
bioaktivitasnya. Glikosilasi flavonoid telah didapatkan dengan peralatan
biologi, glycosyltransferase, di mana enzim mengkatalisis untuk
menempelkan molekul gula ke dalam aglycon yang menghasilkan glikosida
(Arifin & Sanusi, 2018).
- Khasiat dan manfaat senyawa flavonoid (Laut et al, 2020):
 Flavonoid ditemukan dalam setiap pembuluh pada tanaman dan
diketahui memiliki berbagai efek farmakologis, meliputi antiinflamasi,
antioksidan, antiulser, antialergi, antivirus dan antikanker. Mekanisme
aksi flavonoid sebagai antiinflamasi adalah menghambat mediator
antiinflamasi dengan merubah jalur sintesis asam arakidonat dan
menghambat sejumlah enzim seperti prostaglandin, siklooksigenase
(COX), lipooksigenase, protein kinase dan peroksidase.
 Mekanisme ini juga menjelaskan aktivitas flavonoid sebagai antialergi,
analgesik dan antioksidan yaitu, flavonoid diketahui memiliki aktivitas
antibakteri dengan cara menghambat asintesis asam nukleat,
menghambat fungsi membran sitoplasmik, menghambat metabolisme
energi, menghambat porin pada membran sel, dan merubah
permeabilitas membrane.
2.2. Tanin
- Sifat-sifat dan strukturnya
Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan,
berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein,
atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid.
Tanin merupakan senyawa fenolik yang cenderung larut dalam air dan
pelarut polar seperti etanol.

Gambar 4. Struktur Tanin Acid


- Khasiat dan manfaat senyawa tannin
Tanin pada tumbuhan memiliki fungsi proteksi terhadap bakteri, parasit,
jamur, dan virus. Tanaman dengan kandungan tanin yang tinggi sering
digunakan dalam terapi diare, rematik, gangguan ginjal dan sistem urinaria,
penyembuhan luka, dan proses inflamasi. Aktivitas farmakologi tanin
disebabkan kemampuannya membentuk komplek dengan sejumlah ion
logam (seperti besi, magan dan tembaga) dan molekul kompleks seperti
protein dan polisakarida. Tanin diketahui memiliki khasiat antiparasit tanin
mengganggu pembentukan energi cacing dengan menguraikan fosforilasi
oksidatif atau mengikat protein bebas pada saluran pencernaan hewan atau
glikoprotein pada kutikula cacing dan menyebabkan kematian cacing (Laut
et al, 2020).
2.3. Saponin
- Sifat-sifat dan strukturnya

Gambar 5. Struktur Senyawa Saponin

Senyawa saponin memiliki struktur yang sama sebagai glikosida, yang


merupakan senyawa metabolit sekunder (Majid dan Nikmah, 2018).
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yang membentuk basa
dalam air dengan berat molekul tinggi, yang dihasilkan terutama oleh
tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Apabila
dihidrolisis dengan asam akan menghasilkan gula dan sapogenin. Saponin
merupakan senyawa kimia aktif dapat dideteksi berdasarkan
kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah.

- Khasiat dan manfaat saponin


Saponin dapat dipakai sebagai antimikroba (bakteri/virus). Suatu
tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk
mencuci, karena sifatnya sebagai deterjen/sabun maka saponin bersifat
antimikroba. Selanjutnya dijelaskan saponin larut dalam air tetapi tidak
larut dalam eter. Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa,
galaktosa, xylosa, rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan
suatu aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa triterpenoid, steroid atau
steroid alkaloid. Namun adanya polifenol dan terutama saponin dalam dosis
tinggi menyebabkan sifat antimikrobanya sangat tinggi atau sebaliknya
(Majid & Nikmah, 2020).
2.4. Polifenol
- Sifat-sifat dan struktur

Gambar 6. Struktur Polifenol

Polifenol merupakan senyawa fenol yang meliputi aneka ragam


senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu
cincin aromatic yang memiliki satu atau dua gugus hidroksil (–OH).

- Khasiat dan manfaat


Senyawa polifenol ini adalah antioksidan yang kekuatannya 100 kali
lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dibandingkan
vitamin E. Tapi bagi biokimiawan tumbuhan, senyawa fenol tumbuhan
dapat menimbulkan gangguan besar karena kemampuannya membentuk
kompleks dengan protein melalui ikatan hydrogen. Bila kandungan sel
bercampur dan membrane menjadi rusak selama isolasi senyawa fenol
cepat sekali membentuk kompleks dengan protein, akibatnya sering terjadi
hambatan terhadap kerja enzim dalam sel (Majid & Nikmah, 2020).
3. Prosedur Ekstraksi Tanaman Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.)
3.1. Pengolahan simplisia daun dan akar kucing-kucingan (Acalypha indica L.)

Persiapan bahan tanaman kucing-kucingan (Acalypha indica L.)

Disortasi kering untuk memastikan hanya daun dan akar yang segar dan utuh yang
digunakan, pisahkan daun dan akar

Cuci dibawah air mengalir secara cepat untuk menghilangkan partikel


pengotor

Daun dan akar yang telah bersih dikeringkan dalam ruangan dan terhindar dari sinar
matahari secara langsung. Hal ini untuk menghindari kerusakan kandungan bioaktif
dari daun.

Simplisia daun dan akar kucing-kucingan kemudian dihaluskan menggunakan


blender, pisahkan juga daun dan akar saat diblender

Sampai menjadi serbuk


3.2. Metode Ekstraksi Daun Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.)
Serbuk daun kucing-kucingan (Acalypha indica L.) diekstraksi secara meserasi
sesuai dengan yang dijabarkan Harborne (1987) dengan sedikit modifikasi (Laut
et al, 2020):

Serbuk daun Acalypha indica L. direndam dalam pelarut etanol 96%


menggunakan perbandingan 1:4

Larutan tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 2 x 24 jam sambil


sesekali diaduk

Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring whitmann paper dan ditampung
dalam botol kaca bertutup

Lakukan remaserasi sebanyak dua kali hingga filtrat mendekati bening

Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan pelarutnya menggunakan vacuum


rotary evaporator dan menghasilkan ekstrak kental seperti pasta
3.3. Tahapan-Tahapan Ekstraksi (Uji Fitokimia) Daun Kucing-Kucingan
(Acalypha indica L.)
1) Uji Flavonoid

1 ml ekstrak

+ 0,5g serbuk Mg, + 10 tetes HCl pekat

Warna jingga, kuning atau merah → + Flavonoid


2) Uji Alkaloid

1 ml ekstrak

+ 2-3 tetes reagen Wagner

Endapan berwarna coklat/kemerahan → + Alkaloid

3) Uji Tanin

1 ml ekstrak

+ 3 tetes larutan FeCl3 10%

Warna hijau kehitaman/biru kehitaman → + Tanin

4) Uji Saponin

1 ml ekstrak

+ air panas, lalu dinginkan, kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik


+ 1 tetes HCl

Terbentuk buih yg stabil tinggi 1-10 cm selama ± 10


menit → + Saponin
3.4. Hasil Uji Fitokimia Daun Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.)

Metabolit Pereaksi Pengamatan Keterangan


Sekunder Literatur Hasil
Flavonoid Serbuk Mg + Jingga-Merah Merah +
HCl pekat
Alkaloid Reagen Endapan Tidak -
Wagner Coklat/Kemerahan Terbentuk
Endapan
Tannin FeCl3 10% Hijau/Biru Hijau +
Kehitaman Kehitama
n
saponin HCl Buih stabil Hitam -

3.5. Metode Ekstraksi Akar Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.)


Pembuatan ekstrak dari akar tumbuhan Acalypha indica L. dengan metode maserasi
sebagai berikut (Majid & Hikmah, 2020):

Serbuk halus akar Acalypha indica L. direndam dengan ethanol 95% selama 3
x 24 jam pada suhu 60℃, kemudian disaring dan terbentuk ekstrak.

Ekstrak dipekatkan dengan menurunkan tekanan

Ekstrak yang pekat kemudian dikocok 3 kali dengan pelarut etil asetat dan air
(1:1) selama 15 menit kemudian disaring

Untuk memisahkan ekstrak dari pelarutnya digunakan rotavapour sehingga


pelarut menguap dan diperoleh ekstrak kental
Ekstrak kental dikeringkan dengan Freeze dryer

3.6. Tahapan-Tahapan Ekstraksi (Uji Fitokimia)


Identifikasi senyawa fitokimia dengan cara uji kromatografi lapis tipis (KLT), prosedur
kerja sebagai berikut (Majid & Hikmah, 2020):
1) Identifikasi Saponin

Sedikit ekstrak (200 mg) diekstraksi kocok dengan 2 ml n-heksana,


kemudian totolkan pada fase diam

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan:


Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : n-heksana-etilasetat (4:1)
Penampak noda : Anisaldehida asam sulfat

Warna merah atau ungu → + Saponin


2) Identifikasi Senyawa Flavonoid

0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali sampai


ekstrak n-heksana tidak berwarna

Residu dilarutkan dalam etanol, kemudian totolkan pada fase diam

Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan:


Fase diam : lapisan tipis selulosa (diganti Kiesel gel
GF 254)
Fase gerak : butanol-asam asetat glacial-air (4:1:5)
Penampak noda: pereaksi sitrat borat atau uap amonia.

Noda berwarna kuning → + Flavonoid


3) Identifikasi Senyawa Tanin dan Polifenol
Identifikasi senyawa tannin dan polifenol prosedur kerja sebagai berikut (Majid &
Hikmah, 2020):

Preparasi Sampel

Ekstrak 0,3 g + 10 ml aquades panas diaduk, kemudian dibiarkan


sampai suhu kamar

+ 2-4 tetes NaCl 10% diaduk dan disaring

Filtrat dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 4 ml,


dan disebut sebagai larutan A, B, dan C

- Uji Gelatin

Ekstrak

A = Blangko Larutan B

+ sedikit larutan gelatin, +


5 ml larutan NaCl 10%

Endapan putih → +Tanin


- Uji Feriklorida

Larutan C

+ Beberapa tetes FeCl3 Larutan B jika tidak


timbul endapan

Warna hijau kehitaman →


+Tanin + FeCl3

Warna hijau biru-hitam →


+ Polifenol

3.7. Hasil Identifikasi Fitokimia Akar Kucing-Kucingan (Acalypha indica L.)

Uji Senyawa Kandungan Identifikasi Keterangan


Antibakteri pada Senyawa Senyawa
Ekstrak Akar Antibakteri Antibakteri
Acalypha indica L.
Warna merah ungu Saponin + Sedikit
atau ungu
Timbulnya noda Flavonoid - Tidak ada
kuning intensif
Uji gelatin Tannin - Tidak ada
Uji ferriklorida polifenol + Sedikit

Kesimpulan
I. Morfologi pada tumbuhan kucing-kucingan (Acalypha indica L.) merupakan
salah satu tumbuhan herba semusim dengan tinggi 30 cm. Daunnya merupakan
daun tunggal, bentuk daun bulat lonjong (orbicularis), berwarna hijau.
Batangnya berbentuk bulat (teres), berkayu (lignosus). Merupakan akar
tunggang yang bercabang (ramosus), berbentuk bulat (teres), berwarna putih
kekuningan.
II. Identifikasi komponen kimia terhadap ekstrak daun kucing-kucingan (Acalypha
indica L.) diperoleh hasil yang positif terhadap flavonoid dan tanin. Sedangkan
pada ekstrak akar kucing-kucingan (Acalypha indica L.) diperoleh hasil yang
positif terhadap saponin dan polifenol.
III. Tumbuhan kucing-kucingan (Acalypha indica L.) telah banyak digunakan secara
turun-temurun sebagai obat disentri, diare, gangguan pencernaan, muntah
darah, berak darah dan kencing darah, khususnya pada daun berkhasiat
mengobati mimisan. Akar pada tanaman kucing-kucingan (Acalypha indica L.)
dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi,
meredakan nyeri pada rematik, pengobatan diabetes mellitus dan meredakan
pegal linu.
IV. Berdasarkan hasil penelitian, tanaman kucing-kucingan memiliki efek
farmakologi yaitu sebagai antioksidan, antidiabetes, antimikroba, dan
antikanker.

Daftar Pustaka
Selpida, H., Abd. Kadir, & Masdiana. 2018. Profil Fitokimia dan Pemeriksaan
Farmakognostik Daun Anting-Anting (Acalypha indica L.). Jurnal Fitofarmaka
Indonesia (JFFI), 5 (1): 258-265. Doi:  https://doi.org/10.33096/jffi.v5i1.317

Meity, M. L., Nemay, N., Filphin, A., Larry, T., & Herlina, U. D. 2020. Profil Fitokimia
Ekstrak Etanol Daun Anting-Anting (Acalypha indica Linn.) Di Kota Kupang, NTT.
Jurnal Kajian Veteriner, 8 (2): 153-163. Doi:
https://doi.org/10.35508/jkv.v8i2.3075

Abdul, M. & Nikmah. 2020. Identifikasi Senyawa Antibakteri pada Ekstrak Akar Herba
acalypha indica L. Asal Kota Kupang. CHM-K Applied Scientifics Journal, 3 (3):
87-92. Retrieved from http://cyber-
chmk.net/ojs/index.php/sains/article/view/910

Hamid, S. K. & Zelika M. R. 2017. Review Artikel: Aktivitas Biologis Tanaman Kucing-
Kucingan (Acalypha indica L.). Farmaka, 15 (3): 162-169. Doi:
https://doi.org/10.24198/jf.v15i3.13838

Bustanul, A. & Sanusi, I. 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid. Jurnal
Zarah, 6 (1): 21-29. Doi: https://doi.org/10.31629/zarah.v6i1.313

Ameilia. 2018. Khasiat Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.). Majalah


Farmasetika, 3 (1): 7-11. Doi: https://doi.org/10.24198/farmasetika.v3i1.16791

Anda mungkin juga menyukai