Anda di halaman 1dari 2

Pro:

Assalamualaikum wr.wb salam sejahtera untuk kita semua. Dewan juri yang saya hormati, tim
lawan yang saya banggakan, serta para hadirin yang saya cintai. Disini saya selaku pembicara
kedua dari tim pro dengan mosi penjualan obat secara online melalui market place, media sosial,
website. Saya setuju dengan apa yang di jelaskan oleh pembicara pertama. Karena Seiring
dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan sesuatu yang serba instan, mudah, dan praktis
menjadi primadona di khalayak ramai. Contonya saja apotek online yang merupakan salah satu
inovasi baru dalam dunia kefarmasian dengan memanfaatkan jaringan. Badan POM
mengeluarkan Peraturan nomor 8 tahun 2020 tentang “Pengawasan Obat dan Makanan yang
Diedarkan Secara Daring.

Aturan ini dilandasi oleh ketentuan Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik dan ketentuan Pasal 2 Peraturan
Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawas
Obat dan Makanan mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan obat dan makanan, termasuk peredaran obat dan makanan yang diedarkan secara
daring. Obat yang diedarkan wajib memiliki izin edar serta memenuhi persyaratan cara
pembuatan dan distribusi Obat yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Kontra

Assalamualaikum wr.wb. salam sejahtera untuk kita semua. Dewan juri yang saya hormati, tim
lawan yang saya banggakan, serta para hadirin yang saya cintai. Disini saya selaku pembicara
kedua dari tim kontra dengan mosi penjualan obat secara online melalui market place, media
sosial, website. Disini saya setuju dengan apa yang di jelaskan oleh pembicara pertama. Karena
jika kita mempunyai resep obat saja, terkadang kita suka memilih apotek mana yang diinginkan
untuk menebus obat, yang pastinya sudah diketahui dengan jelas APA-nya, harga, pelayanan, dll.
Lalu, jika di Apotek Online saat ini, kita tidak tahu pasti apakah Apotek Online memiliki APA
atau tidak, lalu harganya apakah sesuai dengan HET yang tertera pada kemasan obat jika kita
tidak melihat secara langsung fisik obatnya. Dan adakah yang bertanggung jawab adanya
pelaporan obat yang dijual nantinya. Lalu bagaimana dengan obat narkotika dan psikotropika
yang harus dengan resep aslinya, sedangkan resepnya saja hanya dalam bentuk foto saja. Alasan
inilah yang semakin mendukung ketidaksetujuan adanya Apotek Online ini, karenaketidak
jelasan sistem yang ada.  Berdasarkan PP 51/2009 & Pasal 8 UU No 35 Tahun 2014 : praktik
apotek online belum/kurang/tidak sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek seperti
yang diatur dalam UU tsb. Pasal 13 UU No 8 Tahun 1999 yang berisi tentang dilarang
menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat tradisional, suplemen makanan, alat
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan. Apotek online yang ditemui, memberikan diskon
(secara terbuka) untuk beberapa produk yang ditawarkan.
kami juga tidak setuju dengan adanya Apotek Online, jika masih dengan sistem yang sekarang
ini, dimana sistem yang saat ini digunakan hanya seperti sistem jual beli online shop yang tidak
mengedepankan sisi pharmaceutical care yang seharusnya apoteker lakukan. Dimana pasien
memilih sendiri apa obat yang dibutuhkan dengan melihat informasi obat yang ada, padahal
informasi obat itu terdiri dari indikasi, Efek samping, dosis, Kontra indikasi, pemakaian,
penyimpanan dll. Tidak jarang perusahaan obat memberikan istilah yang kalangan tertentu saja
yang paham artinya, lalu bagaimana pasien yakin, bahwa obat tersebutlah yang benar-benar
dibutuhkan, jikalau mereka belum memeriksakan diri dan didiagnosis oleh dokter. Juga dengan
sistem peresepan obat, yang hanya dengan memfoto resep obat dan dikirim kepada admin
pengelola layanan apotek online, hal ini meresahkan apoteker akan adanya kemungkinan
penyalahgunaan resep obat tertentu. Karena apoteker tidak tahu pasti siapa yang mengirim dan
apakah benar resep tersebut ditujukan untuk pasien dengan keluhan yang benar juga.

Anda mungkin juga menyukai