Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KEGIATAN

PENYUULUHAN
PROLOG MAHASISWA ( JUGA) BISA BER-AKSI
(BERANTAS KORUPSI)

Disusun Oleh :

1. ASTIKA DIANA SARI P07124320013


2. AYUK SOLIHAH P07124320018
3. UMI AMANAH P07124320038
4. KARINA P07124320039
5. DEWI HANINGRUM P07124320046

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2021
A. Latar Belakang Kegiatan

Korupsi telah menjadi musuh semua negara sehingga menarik


perhatian PBB mengadakan badan sendiri untuk mengatasi kasus-kasus
korupsi yang membelit banyak negara. Beberapa negara juga telah
menerapkan strategi sendiri dalam pemberantasan korupsi, terutama
meningkatkan hukuman pelaku korupsi dalam proses penindakan. Di
Indonesia sendiri ada perdebatan antara para ahli hokum tentang apakah
korupsi dapat digolongkan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary
crime) atau hanya kejahatan biasa.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga tinggi negara
telah menyatakan korupsi patut dinyatakan sebagai kejahatan luar biasa
sehingga memerlukan penanganan khusus dalam hal pencegahan serta
penindakannya. Sebagai sebuah gerakan yang terus didengungkan pada
masa kini bahwa pemberantasan korupsi adalah harga mati karena
dampaknya yang sangat besar dalam menyengsarakan bangsa dan negara.
Ada hal yang menarik disampaikan Abraham Samad, Ketua KPK
bahwa korupsi kini telah berevolusi dan bermetamorfosis. Jika dahulu
korupsi dilakukan oleh orang-orang berusia di atas 40 tahun, kini korupsi
dilakukan orang-orang muda-inilah bukti evolusi dalam korupsi. Korupsi
juga bermetamorfosis dengan terlibatnya orang-orang berpendidikan tinggi
serta berintelektualitas tinggi sehingga sulit terdeteksi. Kejahatan korupsi
semakin canggih, jauh melampaui cara-cara tradisional seperti pungutan
liar pada masa dulu.
Dari hal inilah KPK berpandangan bahwa korupsi adalah kejahatan
luar biasa yang perlu penanganan dengan metode yang luar biasa pula.
Karena itu, KPK telah menyusun road map pemberantasan korupsi. Dalam
istilah Abraham Samad, KPK tidak ingin sekadar menjadi “pemadam
kebakaran” dalam fungsi penindakan, tetapi juga hendak mencari
penyebab atau akar korupsi sehingga dapat dicarikan metode
pemberantasannya, termasuk pencegahannya.
B. Pengorganisasian Kegiatan Penyuluhan
Pengorganisasian kegiatan penyuluhan dilakukan dengan membuat
perencanaan kegiatan meliputi:
1. Penyusunan TOR/Kerangka Acuan (terlampir)
2. Penyusunan pelaksanaan Safety Breafing (terlampir)
3. Penyusunan Susunan Panitia (terlampir)
4. Penyusunan Susunan Acara (terlampir)
5. Penyusunan Media Promosi Penyuluhan berupa poster (terlampir)
C. Pelaksanaan Penyuluhan
1. Waktu
Penyuluhan dilakukan pada hari Selasa, 06 April 2021 mulai pukul 19.00-
21.00 WIB
2. Sasaran kegiatan penyuluhan
Sasaran kegiatan penyuluhan dilakukan pada mahasiswa
3. Jumlah peserta penyuluhan
Jumlah peserta penyuluhan sebanyak 9 orang mahasiswa
4. Metode/strategi dan media pembelajaran
Penyuluhan dilakukan secata luring (offline) dan diskusi/interaktif. Media
pembelajaran yang digunakan adalah leaflet.
5. Materi penyuluhan
Materi penyuluhan yang diberikan adalah:
a. Peran mahasiswa dalam memerangi korupsi
b. Perlibatan mahasiswa dalam dalam gerakan antikorupsi
c. Jenis-jenis korupsi
d. Korupsi dalam berbagai perspektif
e. Faktor-faktor penyebab korupsi
D. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta sebagai evaluasi kegiatan penyuluhan. Evaluasi berisi 4 soal esai yang
ditunjuk oleh pemberi materi kepada peserta terkait materi penyuluhan yang
sudah disampaikan (terlampir)
E. Tim Penyuluh
Tim penyuluh sebanyak 4 orang mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan kelas
alih jenjang A yaitu:
a. Astika Diana Sari yang membahas tentang peran mahasiswa dalam
memerangi korupsi
b. Ayuk Solihah yang membahas tentang perlibatan mahasiswa dalam
gerakan antikorupsi
c. Umi Amanah yang membahas tentang jenis-jenis korupsi
d. Karina yang membahas tentang korupsi dalam berbagai perspektif
e. Dewi Haningrum membahas tentang faktor-faktor penyebab korupsi
F. Setting Ruangan
Penyuluhan dilakukan di alun-alun kidul dan tim penyuluh dengan dilengkapi
media dan perlengkapan penyuluhan.
G. Perlengkapan
Perlengkapan penyuluhan meliputi kamera. Peralatan penyuluhan yang
digunakan adalah leaflet.
H. Dana
Dana penyuluhan dari swadana tim penyuluh sebesar Rp. 60.000 untuk
masing-masing orang dengan total dana Rp. 12.000. Dana tersebut untuk
mencetak leaflet.
Demikian laporan ini dibuat, semoga bisa memberi gambaran pelaksanaan
penyuluhan dimasa mendatang.
Yogyakarta, 07 April 2021
Ketua Tim Penyuluh

Astika Diana Sari


Lampiran 1. Kerangka Acuan atau TOR (Term of Referance)

TERM OF REFERANCE
PENYULUHAN
PROLOG MAHASISWA ( JUGA) BISA BER-AKSI
(BERANTAS KORUPSI)

A. Latar Belakang

Korupsi telah menjadi musuh semua negara sehingga menarik perhatian


PBB mengadakan badan sendiri untuk mengatasi kasus-kasus korupsi yang
membelit banyak negara. Beberapa negara juga telah menerapkan strategi
sendiri dalam pemberantasan korupsi, terutama meningkatkan hukuman
pelaku korupsi dalam proses penindakan. Di Indonesia sendiri ada perdebatan
antara para ahli hokum tentang apakah korupsi dapat digolongkan sebagai
kejahatan luar biasa (extraordinary crime) atau hanya kejahatan biasa.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga tinggi negara
telah menyatakan korupsi patut dinyatakan sebagai kejahatan luar biasa
sehingga memerlukan penanganan khusus dalam hal pencegahan serta
penindakannya. Sebagai sebuah gerakan yang terus didengungkan pada masa
kini bahwa pemberantasan korupsi adalah harga mati karena dampaknya yang
sangat besar dalam menyengsarakan bangsa dan negara.
Ada hal yang menarik disampaikan Abraham Samad, Ketua KPK bahwa
korupsi kini telah berevolusi dan bermetamorfosis. Jika dahulu korupsi
dilakukan oleh orang-orang berusia di atas 40 tahun, kini korupsi dilakukan
orang-orang muda inilah bukti evolusi dalam korupsi. Korupsi juga
bermetamorfosis dengan terlibatnya orang-orang berpendidikan tinggi serta
berintelektualitas tinggi sehingga sulit terdeteksi. Kejahatan korupsi semakin
canggih, jauh melampaui cara-cara tradisional seperti pungutan liar pada
masa dulu.
Dari hal inilah KPK berpandangan bahwa korupsi adalah kejahatan luar
biasa yang perlu penanganan dengan metode yang luar biasa pula. Karena itu,
KPK telah menyusun road map pemberantasan korupsi. Dalam istilah
Abraham Samad, KPK tidak ingin sekadar menjadi “pemadam kebakaran”
dalam fungsi penindakan, tetapi juga hendak mencari penyebab atau akar
korupsi sehingga dapat dicarikan metode pemberantasannya, termasuk
pencegahannya.
Sebagai bagian dari upaya pencegahan, muncullah pemikiran perlunya
pendidikan budaya antikorupsi dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan
dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi di Indonesia. Di perguruan tinggi,
mahasiswa menjadi sasaran utama pendidikan ini, apalagi jika memandang
ciri korupsi kini yang disampaikan Ketua KPK bahwa ada kecenderungan
dilakukan mereka yang berpendidikan tinggi. Artinya, mahasiswa sebagai
calon penerus kepemimpinan bangsa perlu dibekali pengetahuan
implementasi budaya antikorupsi agar mereka pun kelak berperan sebagai
subjek yang mencegah, sekaligus memberantas korupsi.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Meningkatkan pengetahuan tentang peran mahasiswa dalam memerangi
korupsi, perlibatan mahasiswa dalam dalam gerakan antikorupsi, jenis-
jenis korupsi, korupsi dalam berbagai perspektif pada mahasiswa dan
faktor-faktor penyebab korupsi
2. Tujuan
Memberikan pemahaman tentang peran mahasiswa dalam memerangi
korupsi, perlibatan mahasiswa dalam dalam gerakan antikorupsi, jenis-
jenis korupsi, korupsi dalam berbagai perspektif pada mahasiswa dan
faktor-faktor penyebab korupsi
3. Output
Adapun output yang diharapkan adalah timbulnya kesadaran mahasiswa
bahwa korupsi masih menjadi kejahatan luar biasa yang perlu dicegah
sedini mungkin melalui penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip anti
korupsi
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat : Alun-alun kidul
2. Media : Tatap muka
3. Hari, tanggal : Selasa, 06 April 2021
4. Waktu : 19.00-21.00 WIB
D. Peserta
Peserta adalah mahasiswa yang ada ditempat pelaksanaan
E. Tema
Prolog MahaSiSwa (Juga) BiSa Ber-akSi (BerantaS koruPSi)
F. Materi dan Narasumber
Narasumber adalah mahasiswi Sarjana Terapan Kebidanan kelas alih jenjang
A dengan pembagian materi sebagai berikut:
1. Astika Diana Sari yang membahas tentang peran mahasiswa dalam
memerangi korupsi
2. Ayuk Solihah yang membahas tentang perlibatan mahasiswa dalam
gerakan antikorupsi
3. Umi Amanah yang membahas tentang jenis-jenis korupsi
4. Karina yang membahas tentang korupsi dalam berbagai perspektif
5. Dewi Haningrum membahas tentang faktor-faktor penyebab korupsi
G. Dana
Dana dari swadana tim penyuluh sebesar Rp. 12.000 untuk masing-masing
orang dengan total dana sebesar Rp. 60.000

Yogyakarta, 07 April 2021


Ketua Tim Penyuluh

Astika Diana Sari


Lampiran 2. Pelaksanaan Safety Breafing

SAFETY BREAFING
PENYULUHAN
PROLOG MAHASISWA ( JUGA) BISA BER-AKSI
(BERANTAS KORUPSI)

Sebelum melakukan kegiatan webinar ini secara luring, berikut beberapa


acuan keselamatan yang diinformasikan tim penyuluh kepada peserta, meliputi:
1. Pastikan berada di tempat aman dan nyaman
2. Pastikan semua sistem kelistrikan dalam keadaan aman
3. Tetap patuhi 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan
menggunakan hand sanitizer
Lampiran 3. Susunan Panitia
SUSUNAN PANITIA
PENYULUHAN
PROLOG MAHASISWA ( JUGA) BISA BER-AKSI
(BERANTAS KORUPSI)

Susunan panitia dalam webinar gerakan antikorupsi ini adalah sebagai berikut:
1. Ketua Panitia : Astika Diana Sari
2. Wakil Ketua : Umi Amanah
3. Sekretaris : Ayuk Solihah
4. Bendahara : Karina
5. Acara : Dewi Haningrum
Lampiran 4. Susunan Acara
SUSUNAN ACARA
PENYULUHAN
PROLOG MAHASISWA ( JUGA) BISA BER-AKSI
(BERANTAS KORUPSI)

Penyuluhan dengan tema Prolog MahaSiSwa (Juga) BiSa Ber-akSi


(BerantaS koruPSi) dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Selasa 06 April 2021
Waktu : 19.00-21.00 WIB
Tempat : Alun-alun kidul
Susunan acaranya sebagai berikut:
19.00-19.10 : Membagikan masker dan menggunakan hand
sanitizer
19.10-19.20 : Pembukaan
19.20-19.30 : Sambutan dari perwakilan narasumber
19.30-19.40 : Penyampaian materi 1
19.40-19.50 : Penyampaian materi 2
19.50-20.00 : Penyampaian materi 3
20.10-20.20 : Penyampaian materi 4
20.20-20.30 : Penyampaian materi 5
20.30-20.50 : Sesi tanya jawab
20.50-21.00 : Kesimpulan dan penutup
Lampiran 5. Materi Penyuluhan

Prolog Mahasiswa (Juga) Bisa Ber-Aksi (Berantas Korupsi)

A. Peranan Mahasiswa Dalam Memerangi Korupsi


1. Mahasiswa dan sejarah perjuangannya Mahasiswa
Mahasiswa merupakan suatu elemen masyarakat yang unik.
Jumlahnya tidak banyak, namun sejarah menunjukkan bahwa dinamika
bangsa ini tidak lepas dari peran mahasiswa. Walaupun jaman terus
bergerak dan berubah, namun tetap ada yang tidak berubah dari
mahasiswa, yaitu semangat dan idealisme.
Apabila kita menengok ke belakang, ke sejarah perjuangan bangsa,
kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda
dimotori oleh para mahasiswa kedokteran STOVIA. Demikian juga
dengan Soekarno, sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh
pergerakan mahasiswa. Ketika pemerintahan bung Karno labil, karena
situasi politik yang memanas pada tahun 1966, mahasiswa tampil ke
depan memberikan semangat bagi pelaksanaan tritura yang akhirnya
melahirkan orde baru. Demikian pula, seiring dengan merebaknya
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh orde baru,
mahasiswa memelopori perubahan yang kemudian melahirkan jaman
reformasi.
Demikianlah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan
idealismenya, untuk memerangi ketidakadilan. Namun demikian,
perjuangan mahasiswa belumlah berakhir. Di masa sekarang ini,
mahasiswa dihadapkan pada tantangan yang tidak kalah besar
dibandingkan dengan kondisi masa lampau. Kondisi yang membuat
Bangsa Indonesia terpuruk, yaitu masalah korupsi yang merebak di
seluruh bangsa ini. Mahasiswa harus berpandangan bahwa korupsi
adalah musuh utama bangsa Indonesia dan harus diperangi.
2. Apa itu Korupsi
Dalam seni perang, terdapat ungkapan “untuk memenangi
peperangan harus mengenal lawan dan mengenali diri sendiri”. Untuk
itu mahasiswa harus mengetahui apa itu korupsi. Banyak sekali definisi
mengenai korupsi, namun demikian pengertian korupsi menurut hukum
positif (UU No 31 Tahun 1999 jo UU No.20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) adalah perbuatan setiap orang
baik pemerintahan maupun swasta yang melanggar hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara.
Penyebab terjadinya korupsi bermacam-macam dan banyak ahli
mengklasifiksikan penyebab terjadinya korupsi. Salah satunya Boni
Hargen, yang membagi penyebab terjadinya korupsi menjadi 3 wilayah
(media online 2003), yaitu:
a. Wilayah Individu, dikenal sebagai aspek manusia yang
menyangkut moralitas personal serta kondisi situasional seperti
peluang terjadinya korupsi termasuk di dalamnya adalah faktor
kemiskinan.
b. Wilayah Sistem, dikenal sebagai aspek institusi/administrasi.
Korupsi dianggap sebagai konsekuensi dari kerja sistem yang tidak
efektif. Mekanisme kontrol yang lemah dan kerapuhan sebuah
sistem memberi peluang terjadinya korupsi.
c. Wilayah Irisan antara Individu dan Sistem, dikenal dengan aspek
sosial budaya, yang meliputi hubungan antara politisi, unsur
pemerintah dan organisasi non pemerintah. Selain itu meliputi juga
kultur masyarakat yang cenderung permisif dan kurang perduli
dengan hal-hal yang tidak terpuji. Di samping itu terjadinya
pergeseran nilai, logika, sosial, dan ekonomi yang ada dalam
masyarakat.
Adapun dampak dari korupsi bagi bangsa Indonesia sangat besar
dan komplek. Menurut Soejono Karni, beberapa dampak korupsi, yaitu:
a. rusaknya sistem tatanan masyarakat,
b. ekonomi biaya tinggi dan sulit melakukan efisiensi,
c. munculnya berbagai masalah sosial di masyarakat,
d. penderitaan sebagian besar masyarakat di sektor ekonomi,
administrasi, politik, maupun hukum,
e. yang pada akhirnya menimbulkan sikap frustasi, ketidakpercayaan,
apatis terhadap pemerintah yang berdampak kontraproduktif
terhadap pembangunan.
3. Strategi Pemberantasan Korupsi
Upaya memerangi korupsi bukanlah hal yang mudah. Dari
pengalaman Negara- negara lain yang dinilai sukses memerangi
korupsi, segenap elemen bangsa dan masyarakat harus dilibatkan dalam
upaya memerangi korupsi melalui cara-cara yang simultan.
Upaya pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara
lain:
a. memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi,
b. upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan secara
bersamaan,
c. tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dari hulu sampai hilir
(mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan aspek
kuratifnya) dan meliputi berbagaui elemen.
Sebagaimana Hong Kong dengan ICAC-nya, maka strategi yang
perlu dikembangkan adalah strategi memerangi korupsi dengan
pendekatan tiga pilar yaitu preventif, investigative dan edukatif. Strategi
preventif adalah strategi upaya pencegahan korupsi melalui perbaikan
sistem dan prosedur dengan membangun budaya organisasi yang
mengedepankan prinsip-prinsip fairness, transparency, accountability
dan responsibility yang mampu mendorong setiap individu untuk
melaporkan segala bentuk korupsi yang terjadi.
Strategi investigatif adalah upaya memerangi korupsi melalui
deteksi, investigasi dan penegakan hukum terhadap para pelaku korupsi.
Sedangkan strategi edukatif adalah upaya pemberantasan korupsi
dengan mendorong masyarakat untuk berperan serta memerangi korupsi
dengan sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing.
Kepada masyarakat perlu ditanamkan nilai-nilai kejujuran (integrity)
serta kebencian terhadap korupsi melalui pesan-pesan moral.
4. Mahasiswa dan Potensi yang dimilikinya
Selain mengenal karakteristik korupsi, pengenalan diri diperlukan
untuk menentukan strategi yang efektif yang akan digunakan. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, mahasiswa harus menyadari siapa
dirinya, dan kekuatan dan kemampuan apa yang dimilikinya yang dapat
digunakan untuk menghadapi peperangan melawan korupsi.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk
mempengaruhi keputusan politik adalah dengan melakukan penyebaran
informasi/tanggapan atas kebijakan pemerintah dengan melakukan
membangun opini publik, jumpa pers, diskusi terbuka dengan pihak-
pihak yang berkompeten. Selain itu, mahasiswa juga menyampaikan
tuntutan dengan melakukan demonstrasi dan pengerahan massa dalam
jumlah besar. Di samping itu, mahasiswa mempunyai jaringan yang
luas, baik antar mahasiswa maupun dengan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat sehingga apabila dikoordinasikan dengan baik akan menjadi
kekuatan yang sangat besar untuk menekan pemerintah.
B. Pelibatan Mahasiswa dalam Gerakan Antikorupsi
1. Di Lingkungan Keluarga
Penanaman nilai-nilai atau internalisasi karakter antikorupsi di
dalam diri mahasiswa dimulai dari lingkungan keluarga. Di dalam
keluarga dapat terlihat ketaatan tiap-tiap anggota keluarga dalam
menjalankan hak dan kewajibannya secara penuh tanggung jawab.
Keluarga dalam hal ini harus mendukung dan memfasilitasi sistem
yang sudah ada sehingga individu tidak terbiasa untuk melakukan
pelanggaran. Sebaliknya, seringnya anggota keluarga melakukan
pelanggaran peraturan yang ada dalam keluarga, bahkan sampai
mengambil hak anggota keluarga yang lain, kondisi ini dapat menjadi
jalan tumbuhnya perilaku korup di dalam keluarga. Kegiatan sehari-
hari anggota keluarga yang dapat diamati oleh mahasiswa, contohnya:
a) menghargai kejujuran dalam kehidupan
b) penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk
dalam aktivitas ibadah; pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas
kesadaran sendiri;
c) berani mempertanggung jawabkan perilakunya.
d) mempunyai komitmen tinggi termasuk mentaati aturan
e) berani mengatakan yang benar dan jujur
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di lingkungan
kampus dapat dibagi menjadi dua wilayah, yaitu untuk wilaya
individu dan wilayah kelompok mahasiswa. Berikut ini adalah upaya-
upaya yang dapat dilakukan mahasiswa di lingkungan kampus :

a) Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi


Seseorang melakukan korupsi jika ada niat dan kesempatan.
Kampus juga menjadi tempat dapat berkembangnya niat dan
kesempatan untuk berlaku korup. Untuk itu, penciptaan
lingkungan kampus yang bebas korupsi harus dimulai dari
kesadaran seluruh civitas academica kampus serta ditegakkannya
aturan-aturan yang tegas.Kampus dapat disebut sebagai miniatur
sebuah negara.

b) Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya


melakukan korupsi
Kegiatan seperti kuliah kerja nyata (KKN) dapat dimodifikasi
menjadi kegiatan observasi tentang pelayanan publik di dalam
masyarakat dan sekaligus sosialisasi gerakan antikorupsi dan
bahaya korupsi kepada masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga
dapat menciptakan kegiatan-kegiatan lain secara kreatif yang
berhubungan dengan masyarakat secara langsung, seperti
mengadakan sayembara karya tulis antikorupsi, mengadakan
pentas seni antikorupsi, meminta pendapat masyarakat tentang
pelayanan publik, atau mendengarkan keluhan masyarakat terkait
pelayanan publik.

c) Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah


Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak
sebagai agen pengontrol dalam pemerintahan.Kebijakan
pemerintah, baik itu eksekutif, legislatif, maupun yudikatif sangat
perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut
tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya, dengan melakukan aksi damai untuk
mengkritik kebijakan pemerintah atau melakukan jajak pendapat
untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
3. Di Masyarakat Sekitar
Mahasiswa dapat melakukan gerakan antikorupsi dan menanamkan
nilainilai antikorupsi di masyarakat sekitar. Mahasiswa dapat berperan
sebagai pengamat di lingkungannya, mahasiswa juga bisa
berkontribusi dalam strategi perbaikan sistem yaitu memantau,
melakukan kajian dan penelitian terhadap layanan publik, seperti
berikut:
a) Bagaimana proses pelayanan pembuatan KTP, SIM, KK, laporan
kehilangan? Pastikan Anda mencatat lama waktu pelayanan,
biaya pelayanan, dan kemudahan pelayanan.
b) Bagaimana dengan kondisi fasilitas umum seperti angkutan kota?
Apakah semua fungsi kendaraan berjalan dengan baik? Apakah
sopir mematuhi aturan lalu lintas?
c) Bagaimana dengan pelayanan publik untuk masyarakat miskin,
contohnya kesehatan? Apakah masyarakat miskin mendapatkan
pelayanan yang layak dan ramah. Apakah mereka dikenakan
biaya atau digratiskan?
d) Bagaimana dengan transparansi dan akses publik untuk
mengetahui penggunaan dana di pemerintahan, contohnya di
pemerintahan kabupaten atau pemerintahan kota?
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi bertujuan
mencegah terjadinya perilaku korupsi dan berkembangnya budaya
korupsi di tengah masyarakat.Dalam gerakan antikorupsi ini
mahasiswa dapat menjadi pemimpin (leader), baik di tingkat lokal
maupun nasional serta memiliki kesempatan untuk memberikan
rekomendasi kepada pemerintah.
a) Mempelajari dan menerapkan nilai-nilai agama dan etika
Menerapkan nilai-nilai agama dan etika menjadi filter bagi
setiap individu. Manusia menyadari ada kehidupan setelah
kematian, dan setiap orang akan mempertanggungjawabkan
setiap perbuatan yang dilakukan. Perbuatan korupsi adalah
dosa, harta hasil korupsi adalah barang haram, yang akan
membawa akibat yang tidak baik bagi diri sendiri, keluarga,
dan masyarakat.
Akibat tersebut bisa langsung terasa di dunia, atau mungkin
nanti berupa siksa di neraka. Kesadaran akan hal ini, membuat
setiap orang lebih berhatihati, dan tidak terjebak ke dalam
perilaku korupsi.
b) Belajar dari tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi
Banyak tokoh bangsa yang memiliki integritas, seperti
Muhammad Natsir, Mohammad Hatta, Jenderal Sudirman, dan
Hoegoeng.Mahasiswa perlu membaca kisah atau biografi
tokoh tersebut untuk menjadi pelajaran dan contoh
keteladanan.
c) Berlatih dari hal-hal yang kecil
Jangan berbicara tentang korupsi jika masih suka
melanggar aturan lalu lintas, membuang sampah sembarangan,
menyontek, melanggar hal-hal lain yang dianggap “sepele”.
Bagaimana mungkin bisa memberantas korupsi yang demikian
massif jika kita tidak bisa mengatasi keinginan untuk
melakukan pelanggaran “kecil”? Integritas harus ditanamkan
secara bertahap, mulai dari yang kecil dan terdekat dengan
tangan kita.
d) Mengajak yang lain untuk melakukan hal yang sama
Gerakan berintegritas harus menjadi gerakan massal dan
menyebar. Integritas parsial tidak akan membantu banyak
perubahan. Masyarakat harus memiliki budaya malu jika
mereka mengabaikan integritas.Karena itu, mahasiswa dapat
mengajak lingkungan terkecilnya yaitu keluarga untuk
menjunjung tinggi integritas.
e) Melakukannya mulai dari sekarang, jangan ditunda
Lakukan mulai dari sekarang juga, dan tidak ditunda.Mulai
dari yang kita bisa.Korupsi sudah menggurita, tidak ada waktu
lagi untuk menunda.Selagi masih ada kesempatan, lakukan
mulai dari sekarang.
C. Jenis-jenis Korupsi
Beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di antaranya Syed
Hussein Alatas yang mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi
dikelompokkan menjadi tujuh jenis korupsi sebagai berikut:
1. Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu menunjukkan kepada
adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak
penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif
diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
2. Korupsi yang memeras (extortive corruption) adalah jenis korupsi di
mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian
yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang
dan hal-hal yang dihargainya.
3. Korupsi investif (investive corruption) adalah pemberian barang atau
jasa tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain
keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan
datang.
4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) adalah penunjukan yang
tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan
dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang
mengutamakan dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada
mereka, secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang
berlaku.
5. Korupsi defensif (defensive corruption) adalah perilaku korban
korupsi dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka
mempertahankan diri.
6. Korupsi otogenik (autogenic corruption) yaitu korupsi yang
dilaksanakan oleh seseorang seorang diri.
7. Korupsi dukungan (supportive corruption) yaitu korupsi tidak secara
langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain.
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Pidana Korupsi yang diperbarui dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 menetapkan 7 (tujuh) jenis Tindak
Pidana Korupsi yaitu korupsi terkait kerugian keuangan negara, suap-
menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Ketujuh jenis
ini penting untuk Anda ketahui sebagai upaya memahami korupsi
sebagai tindak pidana yang mengandung konsekuensi hukum.
D. Korupsi dalam Berbagai Perspektif
Permasalahan korupsi dapat dilihat dalam berbagai perspektif yang
meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, serta
pertahanan keamanan nasional. Korupsi masih terjadi secara masif dan
sistematis. Praktiknya bisa berlangsung di manapun, di lembaga negara,
lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari. Korupsi dapat terjadi
karena adanya tekanan, kesempatan, dan pembenaran. Melihat kondisi
seperti itu maka pencegahan korupsi menjadi layak dikedepankan sebagai
strategi pencegahan dini.
Mengetahui bentuk atau jenis perbuatan yang bisa dikategorikan
sebagai korupsi adalah upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak
melakukan korupsi. Karena itu, pendidikan integritas dan antikorupsi sejak
dini menjadi penting. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul
generasi yang memiliki jiwa antikorupsi serta standar perilaku sehingga
berkontribusi bagi masa depan bangsa.
1. Korupsi dalam Perspektif Budaya
Secara umum perilaku seseorang yang melakukan praktik korupsi
didorong oleh beberapa hal, antara lain perilaku serakah sebagai
potensi yang ada dalam diri setiap orang, kesempatan untuk
melakukan kecurangan, dan kebutuhan untuk memenuhi tingkat
kehidupan yang menurutnya mapan.
Dalam perspektif budaya, korupsi menjadi sesuatu yang dianggap
biasa karena telah dilakukan, baik secara sadar maupun tidak sadar
dalam sikap hidup sehari-hari. Jika dikategorikan secara berjenjang
perilaku seseorang terhadap praktik korupsi dimulai dari sangat
permisif, permisif, antikorupsi, dan sangat antikorupsi. “Budaya
korupsi” sudah sejak zaman dahulu dilakukan, contohnya terjadi pada
zaman kerajaan bagaimana seorang penguasa menerima upeti dan
hadiah dari rakyatnya agar mendapatkan perlindungan. Hal ini masih
kerap dilakukan oleh masyarakat terhadap pemimpinnya. Karena itu,
korupsi dianggap sudah menyebar secara vertikal dan horizontal.
2. Korupsi dalam Perspektif Agama
Dalam konteks perilaku korup, agama sebagai dasar dari segala
kepercayaan dan keyakinan tiap individu berperan penting. Dalam
semua ajaran agama, tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk
berlaku atau melakukan tindakan korupsi. Namun, pada kenyataannya
praktik korupsi sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan orang-orang
beragama.
Agama memang mengajarkan dan mengarahkan para penganutnya
untuk hidup jujur, lurus, dan benar. Korupsi termasuk kategori
perilaku mencuri yang diharamkan agama dan tindakan pendosa.
Logikanya seseorang yang beragama atau memegang teguh ajaran
agamanya tidak akan melakukan korupsi.
3. Korupsi dalam Perspektif Hukum
Korupsi harus dipahami sebagai tindakan melawan hukum dan ada
pandangan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime). KPK
telah mendata tindakan korupsi di Indonesia sehingga diperoleh hasil
50% adalah penyuapan (Republika, 2014). Dari data ini KPK
memandang korupsi sebagai kejahatan luar biasa. Lebih jauh KPK
mengungkap tiga sebab mengapa korupsi di Indonesia menjadi
kejahatan luar biasa.
E. Faktor-Faktor Penyebab Korupsi
1. Faktor-Faktor Umum yang Menyebabkan Korupsi
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan
beraneka ragam. Akan tetapi, penyebab korupsi secara umum
dapat dirumuskan sesuai dengan pengertian korupsi itu sendiri
yang bertujuan mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok atau
keluarga atau golongannya sendiri.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jack Boulogne atau sering
disebut GONE Theory bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya korupsi sebagai berikut.
a. Greeds (keserakahan) : berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
b. Opportunities (kesempatan) : berkaitan dengan keadaan
organisasi atau instansi atau masyarakat yang sedemikian
rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk
melakukan kecurangan.
c. Needs (kebutuhan) : berkaitan dengan faktor-faktor yang
dibutuhkan oleh individu-individu untuk menunjang hidupnya
yang wajar
d. Exposures (pengungkapan) : berkaitan dengan tindakan atau
konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila
pelaku ditemukan melakukan kecurangan
2. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Korupsi
a. Faktor Internal
1) Aspek perilaku individu
2) Aspek Sosial
b. Faktor Eksternal
a. Aspek organisasi
b. Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
c. Aspek ekonomi
d. Aspek politik atau tekanan kelompok
e. Aspek hukum
Daftar Pustaka
Risbiyantoro, M. 2015. Peranan Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi. Jurnal
Modul Sosialisasi Anti Korupsi BPKP. Diakses tanggal 03 April 2021 dari
http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/peranan_
mahasiswa.pdf

Sandri, J et al. 2014. Pendidikan dan Budaya AntiKorupsi (PBAK). Diakses


tanggal 03 April 2021 dari https://aclc.kpk.go.id/wp-
content/uploads/2018/07/Buku-Ajar-Mata-Kuliah-PBAK-Poltekkes-
Kemenkes.pdf
Lampiran 6. Leaflet
Leaflet Peran Mahasiswa dalam Memerangi Korupsi (Astika Diana Sari)
Leaflet Perlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Antikorupsi (Ayuk Solihah)
Leaflet Korupsi Dalam Berbagai Perspektif (KARINA)
Leaflet Jenis-Jenis Korupsi (Umi Amanah)
Leaflet Korupsi dalam Berbagai Perspektif (Karina)
Leaflet Faktor-Faktor Penyebab Korupsi (Dewi Haningrum)
Lampiran 7. Hasil Evaluasi
1. Sebutkan ada berapa upaya pemberantasan korupsi ?
Jawaban : (Rudi)
Upaya pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain:
a. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi,
b. Upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi dilakukan secara
bersamaan,
c. Tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya.
2. Berikan contoh pelibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di
lingkungan keluarga !
Jawaban : (Zikri)
a. Menghargai kejujuran dalam kehidupan
b. Penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk dalam
aktivitas ibadah; pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran
sendiri;
c. Berani mempertanggung jawabkan perilakunya.
d. Mempunyai komitmen tinggi termasuk mentaati aturan
e. Berani mengatakan yang benar dan jujur
3. Jelaskan pengertian dari korupsi yang memeras (extortive corruption) !
Jawaban : (Zulkarnain)
Korupsi yang memeras adalah jenis korupsi di mana pihak pemberi
dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang sedang mengancam
dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.
4. Bagaimana upaya untuk mencegah agar seseorang tidak melakukan
korupsi ?
Jawaban : (Yosi)
Mengetahui bentuk atau jenis perbuatan yang bisa dikategorikan sebagai
korupsi adalah upaya dini untuk mencegah agar seseorang tidak
melakukan korupsi. Karena itu, pendidikan integritas dan antikorupsi sejak
dini menjadi penting.
5. Sebutkan faktor eksternal penyebab korupsi !
Jawaban : (Indah)
Faktor Eksternal
a. Aspek organisasi
b. Sikap Masyarakat Terhadap Korupsi
c. Aspek ekonomi
d. Aspek politik atau tekanan kelompok
e. Aspek hukum
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan
Pembukaan dan penjelasan safety briefing

Penjelasan susunan acara


Penyampaian materi 1 (Astika Diana Sari)

Penyampaian materi 2 (Ayuk Solihah)


Penyampaian materi 3 (Umi Amanah)

Penyampaian materi 4 (Karina)


Penyampaian materi 5 (Dewi Haningrum)

Anda mungkin juga menyukai