GEOMORFOLOGI GLASIAL
A. Lingkungan Glasial
B. Bentuklahan Erosional oleh Proses Glasial
C. Bentuklahan Deposisional oleh Proses Glasial
A. Lingkungan Glasial
Keseluruhan air yang membeku di bumi disebut kriosfer. Kriosfer hanya 2 % dari
keselurahan air di bumi. Pada saat ini gletsyer menutupi sekitar 10 % permukaan bumi
dan es yang terdapat di samudra sekitar 7 %.
Gletsyer adalah massa yang terdiri dari es yang rapat dan bergerak perlahan,
terbentuk dari penebalan secara gradual, pemadatan, dan rekristalisasi salju dan air
dalam kurun waktu lama.
Gletsyer terbentuk pada Wilayah dimana terdapat hujan salju yang banyak pada musim
dingin dan kemudian tidak melebur secara keseluruhan setelah musim panas.
Proses transformasi dari salju menjadi es yang bergerak kurang lebih sama dengan
proses pembentukan batuan metamorf yaitu akibat tekanan yang tinggi oleh sedimen di
atasnya. Metamorfosis dari salju menjadi es membutuhkan waktu sangat lama,
umumnya ratusan bahkan ribuan tahun.
Ketika salju pertama kali jatuh kurang lebih 80% diantaranya adalah udara, sepanjang
waktu salju tersebut terus terkubur oleh lapisan salju yang baru di atasnya. Hasil dari
peristiwa tersebut salju mengalami pemadatan dan rekristalisasi oleh karena beratnya
lapisan salju yang berada di atasnya.
Penambahan tekanan salju 1 bulan berubah menjadi butiran salju, selanjutnya
penambahan tekanan terus berubah menjadi Firn. Firn adalah bahan bersifat padu
dan granular yang merupakan transisi antara salju dengan es glasial, selanjutnya
menjadi es glasial.
Terdapat tiga bagian dalam sistem glasial yaitu zona akumulasi (zone of
aceumulation), zona ablasi (zone of ablation) dan garis keseimbangan (equilibrium
line).
Zona akumulasi merupakan wilayah dimana salju terkumpul dan berkembang
menjadi gletsyer. Di wilayah ini, penambahan salju lebih besar dari kehilangannya
akibat peleburan, evaporasi, dan sublimasi. Input dari gletsyer adalah salju yang
terakumulasi pada batas atas gletsyer, jadi sedikit di atas zona akumulasi,
kemudian terkumpul dalam jumlah banyak.
Zona ablasi merupakan tempat dimana peleburan dan evaporasi es lebih tinggi
daripada akumulasi salju. Ketika gletsyer menuruni lereng, bagian paling depan
mencapai daerah temperatur tinggi sehingga mengalami peleburan.
Garis keseimbangan adalah tempat dimana input dan output gletsyer berada
dalam kondisi seimbang (Arbogast, 2011). Zonasi sistem glasial Gambar 10.2
Dalam geomorfologi glasial yang penting adalah kesimbangan massa
glasial, yaitu input dan output gletsyer dalam satu tahun.
Gletsyer dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu warm (temperate) dan
cold (polar).
Warm glaciers (gletsyer hangat) memiliki es yang mendekati titik leleh,
kecuali pada bagian dekat permukaan.
Cold glaciers (gletsyer dingin) memiliki bagian es yang luas di bawah
tekanan titik leleh.
Selain itu terdapat pula klasifikasi es aktif (active ice) dan es stagnan
(stagnan ice).
Es aktif bergerak menuruni lereng dan senantiasa mendapatkan tambahan
dari akumulasi salju di wilayah sumbernya. Es stagnan tidak bergerak dan
tidak mendapatkan tambahan dari wilayah sumbernya.
Terdapat dua jenis gletsyer yaitu gletsyer pegunungan (lembah) dan
gletsyer continental (gambar 10.3).
Terdapat dua jenis gletsyer di permukaan bumi yaitu gletsyer
lembah atau pegunungan tinggi dan gletsyer continental. Pada
gletsyer lembah atau pegunungan tinggi, semula salju
mengumpul di ujung bagian atas suatu lembah yang berdinding
curam kemudian bergerak menuruni lereng. Pada gletsyer
kontinental, massa es bergerak melintasi sebagian atau seluruh
benua. Menurut Dahlman dkk (2011) pergerakan es sangat
lambat, biasanya berada pada rentang antara beberapa meter
hingga beberapa ratus meter per tahun. Ukuran gletsyer sendiri
terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun tergantung
pada variasi cuaca dan iklim. Pertumbuhan gletsyer terjadi
apabila pada bagian kepalanya menerima banyak hujan salju.
Gambar 10.3
Menurut Strahler (1969), pada kala Pleistosen (kira-kira 1.000.000
sampai 10.000 tahun yang lalu terdapat massa es yang sangat besar
menutupi Amerika Utara dan Eropa serta bagian dari Asia bagian utara
dan Amerika Selatan bagian selatan.
Banyak teori yang telah dikemukakan mengenai sebab terjadinya peng-
es-an (glasiasi) pada kala pleistosen tersebut, meskipun semuanya
masih merupakan hipotesa sebab yang sesungguhnya masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa teori tersebut antara lain:
1. Karena terjadi pengurangan jumlah pemancaran sinar matahari yang
dapat diterima oleh bumi pada permulaan kala Pleistosen. Gejala ini ada
hubungannya dengan bintik-bintik hitam pada Matahari.
2. Pertambahan ketinggian pada bagian-bagian luas benua selama
Pliosen dan awal Pleistosen karena pembentukan pegunungan yang
meluas ke berbagai tempat serta pelengkungan luas pada sentral
benua. Hal ini mengakibatkan temperatur sangat menurun dan curah
hujan atau presipitasi sangat banyak.
3. Akibat kombinasi dari pengurangan tenaga matahari di satu pihak dan
penambahan ketinggian benua di lain pihak, maka kondisi iklim menjadi lebih
dingin dan hujan salju meningkat pada bagian benua yang memungkinkan.
Teori kombinasi ini disebut solar-topographic theory.
4. Karena pengurangan karbon dioksida atau C02 yang dikandung oleh
atmosfer. Pada saat ini kandungan karbon dioksida adalah 0,03% dari seluruh
volue atmosfer. Apabila terjadi pengurangan setengahnya maka diperkirakan
akan terjadi penurunan temperatur permukaan bumi kira-kira 4°C.
5. Terjadi pertambahan banyak dalam jumlah debu vulkanik yang dikandung
atmosfer, sehingga banyak sinar Matahari yang dipantulkan kembali ke
angkasa.
6. Terjadi perubahan orbit Bumi sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan jumlah panas Matahari yang dapat diterima Bumi.
Banyaknya hujan salju pada kala Pleistosen mengakibatkan banyak
berkembang gletsyer yang kemudian mempengaruhi perkembangan
bentuklahan glasial. Proses glasial Gambar 10.4
B. Bentuklahan Erosional Oleh Proses Glasial
Bentuklahan erosional oleh proses glasial menurut Huggett (2007) dapat
berupa bentukan pada saat proses glasiasi ataupun bentukan residual
pasca glasiasi (post glasial).
Pada saat peristiwa glasiasi antara lain dijumpai arete, morena medial, dan
cirque.
Sementara pasca glasiasi terdapat arete dan horn, cirque, morena lateral,
hanging valley, truncated spur, dan lain sebagainya.
Christopherson (2012) membedakan bentukan erosional oleh poses glasial
berdasarkan kenampakan hasil alpine glaciation (pada daerah pegunungan),
dan continental glaciation (pada benua es di daerah kutub).
Proses erosional oleh glasial gambar 6.12 dan 10.5
1. Cirque juga dikenal sebagai corries, coves, combes atau cwms,
merupakan cekungan yang terbentuk pada wilayah sumber
gletsyer di pegunungan dan sebagian tertutup oleh lereng yang
curam atau cekung. Cirque mengalami pendalaman di bagian
dasarnya oleh abrasi dan pencungkilan glasial ditambah
keluaran batuan yang tercungkil. Bentuk cirque gambar 10.6
2. Arete dan Nunatak Arete berasal dari Bahasa Perancis “arete”
yang berarti sisi tajam pisau. Arete merupakan kenampakan
yang terbentuk apabila dinding Cirque terus tererosi sehingga
menghasilkan pematang dengan punggung yang tajam
(Christopherson, 2012). Bentuk arete gambar 10.7
3. Col dan Horn. Col terbentuk karena erosi glasial masih
terus berlangsung pada arete. Arete sebagai pematang
tajam apabila terus mengalami erosi glasial, beberapa
bagiannya akan terpisah oleh celah-celah atau lembah kecil
menjadi beberapa puncak. Christopherson (2012)
menyebutkan, dua Cirque yang tererosi akan menyebabkan
reduksi pada arete dengan terbentuknya depresi atau celah
seperti sadel. Sadel yang memisahkan dua puncak inilah
yang disebut sebagai col. Bentuk col gambar 10.7
Horn merupakan puncak dari sebuah pegunungan yang
memiliki tiga atau lebih arete pada sisi-sisinya. Horn sering
disebut juga sebagai puncak pyramidal (pyramidal peak).
Bentuk horn gambar 10.7
4. Hanging valley
Hanging valley merupakan bentukan hasil abrasi es dengan
ukuran mencapai 1000 km, berupa suatu lembah yang
kedudukan dasar lembahnya berada menggantung di atas
dasar lembah utama. Lembah ini dapat terbentuk karena
gletsyer yang lebih sedikit yang menggerus dasar lembah
sehingga menghasilkan pola lembah berbentuk U, sementara
itu pada lembah utama terdapat gletsyer besar yang
mengerosi lembah dalam skala luas sehingga dasar lembah
utama menjadi lebih rendah. Oleh sebab itu maka terdapat
lembah kecil yang terpisah dari lembah utama dengan
kedudukan menggantung. Dalam beberapa kasus terbentuk
pula air terjun dari lip ke lembah utama (Goudie, 2004; Huggett,
2007; Arbogast; 2011).
5. Roche Moutonnée
Roche moutonnée merupakan bentuklahan hasil abrasi
glasial dan pemetikan batuan yang menghasilkan
kenampakan batuan dengan lereng dangkal pada satu
sisi dan lereng terjal pada sisi yang lain. Roche
moutonnee berupa bukit batuan dasarnya yang
membulat dengan lereng landai pada salah satu sisinya
disebut stoss side, dan lereng curam disebut lee side.
Bentuk roche moutonnee gambar 10.8 dan 10.9
C. Bentuklahan Deposisional Oleh Proses Glasial