Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Al-Quran Hadist MI”
Dosen pengampu: Dr. Siti Masyithoh, SHI, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 4 :
Murni Rachmania 11180183000003
Indira Salamah
Safta
Puji syukur kehadirat illahi rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah,
dan inayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
sesuai waktu yang telah diberikan. Sholawat dan salam juga tetap kami haturkan ke
pangkuan Nabi agung, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Karena dengan
kuasa Allah lah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dan disusun berdasarkan
tugas perkuliahan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
tugas makalah ini yang berjudul “ Waqaf, Washal, Ghunnah, Al-Qamariyyah, Al
Syamsiyah”. Khususnya kepada Ibu Dr. Siti Masyithoh, SHI, M.Pd selaku pengampu
mata kuliah Al-Qur’an Hadits
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-
Qur’an Hadist MI pada semester 6 di FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
dalam memahami hukum bacaan Waqaf, Washal, Ghunnah, Al-Qamariyyah, Al
Syamsiyah.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Waqaf
B. Macam-Macam Waqaf
Secara umum wakaf terbagi menjadi empat berikut pembagian jenis wakaf :
1. Waqaf Ikhtibari, yaitu berhenti pada kata yang bukan tempat waqaf atau Pada ayat
yang belum sempurna yang dilakukan oleh seorang Qori biasanya ini diberlakukan
pada seorang penguji atau guru yang sedang menguji muridnya dan melengkapi
hukumnya boleh. (Muhammad Amri Amir, 2019)
Waqaf ikhtibari adalah waqaf yang dilakukan dalam proses diberi atau memberi
penjelasan tentang hukum bacaan suatu ayat. (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-
Kautsar, 2010)
Adalah waqaf yang digunakan untuk melatih untuk menguji oleh seorang guru kepada
muridnya hal ini untuk mengetahui kemampuan murid Bagaimana mewakafkan bacaan
jika suatu saat diharuskan untuk berhenti secara mendadak. (Zaki Zamani)
1
Muhammad Amri Amir. Ilmu Tajwid Praktis. Batam : Pustaka Baitul Hikmah Harun ar-Rasyid. 2019. hal 40
2
Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-Kautsar. 5 Langkah Lancar Membaca Al-Qur’an.Jakarta Selatan :
Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka. 2010. hal 58.
3
Zaki Zamani. Belajar Tajwid untuk Pemula. Yogyakarta : Media Pressindo. hal 80
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan oleh seorang Ustaz
dalam proses menguji muridnya hal ini hukumnya boleh (Rois Mahfud, 2017)
2. Waqaf Intizhari, Berhenti pada ayat yang belum sempurna dan dilakukan dalam
proses belajar mengajar Alquran, Hal ini dilakukan dalam rangka menguasai cara
membacanya dan hukumnya boleh. (Muhammad Amri Amir, 2019)
Waqaf Intidzaari adalah waqaf yang dilakukan ketika menggabungkan bacaan Alquran
dalam berbagai riwayat bacaan yang berbeda. (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah
Al-Kautsar, 2010)
Adalah waqaf yang digunakan saat membaca ayat secara murah atau mengumpulkan
bacaan dari beberapa macam bacaan yang Mutawatir. Hal ini berlaku untuk pembacaan
ayat pada wajah-wajah Qiroah Sab'ah. (Zaki Zamani)
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan khusus dalam proses
belajar mengajar Alquran Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menguasai cara
belajarnya dan hukumnya boleh. (Rois Mahfud, 2017)
3. Waqaf Idhtirari, Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan
dalam keadaan darurat atau terpaksa disebabkan karena nafas pendek, bersin, lupa,
batuk, menguap dan lain-lain dan hukumnya boleh. (Muhammad Amri Amir, 2019)
Waqaf Idhtirari adalah waqaf dalam keadaan darurat seperti kehabisan nafas ketika
bersin menjawab salam, dsb. (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-Kautsar, 2010)
Adalah waqaf yang dilakukan secara terpaksa. Keterpaksaan ini bisa disebabkan
olehketerbatasan nafas Qori ataupun lupa dan tidak bisa meneruskan bacaan Alquran.
Hal yang terakhir tersebut berlaku bagi mereka yang menghafal Alquran. (Zaki
Zamani)
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan dalam keadaan darurat
atau terpaksa atau tidak sengaja karena kehabisan napas, lupa, bersin, batuk, menguap,,
menjawab salam dan sebagainya Hal ini hukumnya boleh. (Rois Mahfud, 2017)
4. Waqaf Ikhtiyari, Yaitu berhentinya seorang Qori pada lafaz Alquran dengan
pilihannya sendiri, bukan karena terpaksa atau darurat dan bukan karena proses
pengajaran atau menjawab soal. (Muhammad Amri Amir, 2019)
a. Waqaf Tam, yaitu waqaf pada kalimat yang tidak ada hubungannya dengan ayat
sesudahnya, baik Secara lafaz maupun makna. (Muhammad Amri Amir, 2019)
Adalah waqaf yang sempurna (tam). Maksud sempurna di sini adalah berhentinya
bacaan tepat pada penghabisan kalam, tidak berkaitan dengan kalam Berikutnya, baik
dari segi lafadz maupun maknanya. Tempat-tempat waqaf, yaitu :
b. Waqaf Kafi, Yaitu aku pada kalimat yang sudah sempurna, akan tetapi masih
berhubungan dengan kalimat setelahnya dari sisi makna bukan lafadz. Setelahnya.
(Muhammad Amri Amir, 2019)
Adalah Waqaf pada kalam yang sempurna, akan tetapi masih ada keterkaitan makna
dengan tahap selanjutnya. Tempat Waqaf Kaf antara lain :
Banyak yang berada pada akhir ayat,
bisa juga di tengah ayat,
pada akhir setiap ayat yang setelahnya berupa lam kai, illa bima’na laakin, inna al-
musyaddadah al-masykurah (inna dengan nun bertasydid dan hamzah berkasrah).
Begitu ayat dengan akhir ayat yang suaranya berupa istifham. (Zaki Zamani)
c. Waqaf Hasan, yaitu waqaf pada kalimat yang telah sempurna, Akan tetapi masih
memiliki hubungan dengan kalimat setelahnya dari sisi lafadz maupun makna.
Hukumnya ketika berhenti di waqaf akan, maka dianjurkan untuk memulai pada
kalimat sebelumnya.
d. Waqaf Qabih, yaitu waqaf pada kalimat yang tidak sempurna dan tidak menunjukkan
makna yang sah iqomah karena masih ada keterikatan yang erat dari sisi lafaz dan
makna, bahkan wakaf adanya memberikan makna yang kurang keliru atau rusak tidak
diterima. Hukum wakaf kopi tidak boleh, kecuali jika keadaan terpaksa, seperti
kehabisan nafas Komar bersin atau yang lainnya. Maka harus diulang dari kalimat
sebelumnya untuk memulai kembali bacaan titik. (Muhammad Amri Amir, 2019)
Merupakan singkatan
dari al-waṣal awlā yang
bermakna "wasal atau
meneruskan bacaan
قلى Waqaf Aula
lebih baik". Maka dari
itu, meneruskan bacaan
tanpa mewakafkannya
lebih dianjurkan.
Merupakan singkatan
dari qīla alayhil
waqaf yang bermakna
"boleh berhenti pada
ﻕ Qila Alayhil Waqaf wakaf sebelumnya".
Maka dari itu, lebih baik
meneruskan bacaan
walaupun boleh
diwakafkan.
Menunjukkan bahwa
lebih baik tidak
mengentikan bacaan,
tetapi diperbolehkan
berhenti saat dkeadaan
darurat dan tanpa
Waqaf
ﺹ mengubah makna.
Mukharannas
Perbedaan antara hukum
tanda ẓa dan ṣad terletak
pada fungsinya; dalam
kata lain, lebih
diperbolehkan berhenti
pada wakaf ṣad.
Disebut sebagai
wakaf muraqabah atau
wakaf ta'anuq, yang
berarti "terikat". Wakaf
ini bisa muncul
sebanyak dua kali di
mana saja, dan dibaca
... ... Waqaf Muroqabah
dengan berhenti di salah
satu tanda tersebut. Jika
sudah berhenti pada
tanda pertama, tidak
perlu berhenti pada
tanda kedua, dan
sebaliknya.
ِ َّ ِ
ون َس اَل ٌم َع لَ ْي ُك مُ
ني َۙ Hي ُق ولُ َ اه ُم الْ َم اَل ئ َك ةُ طَ يِّ بِ َ ين َت َت َو فَّ ُ
ال ذ َ
Waqaf Laa Washal
ْاد ُخ لُ وا ا جْلَ نَّ ةَ مِب َ ا ُك ْن تُ ْم َت ْع َم لُ َ
ون
QS. An-Nahl Ayat 32
ِ ِ
Washal Aula
ون
ف تُ ْس أَلُ َ ك َو ل َق ْو ِم َ
ك َۖ Hو َس ْو َ َو إِ نَّهُ لَ ذ ْك ٌر لَ َ
QS. Az-Zukhruf Ayat 44
ض ٰى َع لَ ْي ِه ْم َّ ِ
ار َج َه نَّ َم اَل يُ ْق َ ين َك َف ُر وا هَلُ ْم نَ َُو ال ذ َ
ِ
Waqaf Muthlaq
ك جَنْ ِز ي ف َع ْن ُه ْم ِم ْن َع َذ ا هِبَ ا َۚ Hك َٰذ ل ََف يَ ُم وتُ وا َو اَل خُيَ َّف ُ
ُك َّل َك ُف ورٍ
QS. Al-Fathir Ayat 36
ِ ِ ِِ َٰذ لِ َ ِ
Waqaf Muroqabah ب ۛ Hف يه ُۛ Hه ًد ى ل ْل ُم تَّ ق نيَ
اب اَل َر يْ َ
ك الْ ك تَ ُ
QS. Al-Baqarah Ayat 2
Saktah و قِ يل م ن ۜ Hر ٍ
اق َ َ َْ َ
QS. Al-Qiyamah Ayat 27
Waqaf Mujawwaz ٢٥ - فَلِ ٰلّ ِه ااْل ٰ ِخَرةُ َوااْل ُْوىٰل٢٤– ۖان َما مَتَىّٰن ى
ِ اَم لِاْلِ نْس
َ ْ
QS. An-Najm 24 -25
E. Pengertian Washal
Washal secara bahasa berasal dari kata arab WaShoLa yang artinya bersambung. Secara
istilah ulama, Washal berarti menggabungkan dua ayat yang semestinya boleh berhenti.
Karena nafas masih kuat dan kedua ayat tersebut boleh secara makna untuk disambung dan
tidak menyalahi secara lafaz dan makna.
Hamzah Wasal dalam kata benda semuanya dibaca kasrah jika memulainya. Hamzah wasal
dalam isim terbagi menjadi 2 yaitu isim qiyasi dan isim sima'i. Isim Qiyasi adalah kata benda
yang sudah terdapat kaidah sharaf atau wazan nya dan bisa di qiyaskan.
Hamzah Wasal yang terdapat dalam Isim Qiyasi hanya ada di 2 jenis yaitu mashdar khumasi
(5 huruf) dan sudasi (6 huruf).
Adapun Isim Sima'i adalah kata benda yang tidak bisa di-qiyas-kan dan hanya didengar
langsung dari orang Arab. Isim Sima'i yang ada hamzah washal dan yang ada dalam al-Quran
terdapat 7 kata yaitu :
2. Hamzah Wasal di Fiil
Selanjutnya hamzah wasal yang terdapat dalam kata kerja atau fiil. Secara ringkas, kata kerja
atau fiil yang memiliki hamzah washal sebagai berikut :
Terakhir, hamzah wasal yang terdapat dalam huruf hanya ada pada huruf AL atau lam ta'rif.
Hamzah washal pada AL dibaca fathah jika ibtida (memulai bacaan). Contohnya
Ada beberapa ketentuan washal yang perlu diperhatikan, missal dengan mealkukan washal
dengan ayat selanjutnya yang diawali “al”, atau kata yang awalnya hamzah washal, baik pada
kata mashdar yang awalnya mati/disukun, pada kata yang merupakan fi’il madhi (kata kerja
lampau), maupun fiil amar (kata kerja perintah), atau juga mewashalkan ayat yang akhirnya
berupa kata bertanwin dan ayat selanjutnya diawali “al” kata yang awalnya hamzahwashal,
baik pada kata mashdar yang awalnya mati/ disukun, pada kata yang merupakan fi’il madhi
(kata kerja lampau) maupun fi’il amr (kata kerja perintah), maka pembaca harus berhati-hati
dan melakukan washal dengan benar, marilah kita perhatikan contoh cara melakukan washal
table berikut ini:
4
Kalimat pertama memiliki kedudukan dalam I’rab, yang sama dengan kalimat yang kedua
Kedua kalimat sama-sama dalam kalam Kabar yang berkesesuaian maknanya. Lafadz
Kalimat pertama memiliki kedudukan yang sama dalam khabar dengan kalimat yang
kedua.
Kedua kalimat sama-sama dalam kalam Insya yang berkesesuaian maknanya. Lafadz
Kalimat pertama memiliki kedudukan yang sama dalam insya dengan kalimat yang kedua.
Hamzah washal ditulis dengan huruf alif pada awal kalimat, hamzah washal ditulis dan
dibaca apabila terdapat pada awal kalimat, tetapi tidak ditulis dan dibaca apabila berada di
tengah-tengah. Kecuali apabila dimasuki hamzah istifhamiyah. Hamzah washal ditulis dan
dibaca pada awal kalimat yang diawali dengan huruf mati agar huruf mati sesudahnya bisa
dibaca, sebab apabila hamzahnya juga tidak dibaca maka kita kesulitan membacanya.
Sebagian diberi tanda ( )صkecil di atas alif. 5
G. Ghunnah
Tasydid adalah melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang ditulis
dengan simbol ganda. Dalam tasydid, biasanya ditulis berbentuk huruf ‘w’ atau huruf
‘ ’سyang diletakkan diatas huruf hijaiyah. Ghunnah ialah apabila terdapat huruf Nun
ّ
di-Tasydid ( ن ) atau Mim di-Tasydid ( ) ّم adalah disebut ghunnah ( ُ) ْال ُغنَّةoleh
4
Marzuki, Dasar-Dasar Ilmu Tajwid, (Yogyakarta, Diva Press,2020) hlm 205-206
5
Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Quran, (Yogyakarta, Deepublish, 2016) hlm. 58-59
karenanya ia harus dibaca dengan ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo
2 harakat, serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).6
Contoh:
N ّ
Nun di Tasydid (ن ) Mim di Tasydid () ّم
O
ِ ِمل
1
ِ ك الن
َّاس َ َع َّم َي َتسآ َءلُ ْو َن
2
ُث َّم
3
ِا
6
Fathoni Ahmad, Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hlm 48
َّن
H. Alif Lam Qomariyah
Alif Lam Qomariyah adalah alif lam sukun yang bertemu dengan huruf
qomariyah dan dibaca jelas. Cara membaca alif lam qomariyah adalah ketika alif lam
bertemu dengan salah satu huruf qomariyah, Lam nya harus dibaca dengan jelas.7
Berikit adalah huruf qomariyah itu ada 14 beserta contohnya:
7
Ani Istiani dan Bakrun, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VII, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), hlm. 3-4
10 ۡال َفا ِك َه ُة Al-faakihah ف
ار َع ُة ۡ
ِ ال َق
11 Al-qaari’ah ق
12 ۡال ُمن ِۡي ُر Al-muniir م
13 Al-Huda هـ
الهدى
8
Ibid, hlm. 2
13 ُاللَّ َهب Al-lahab ل
14 ال َّن ۡو ُم An-nauum ن
J. Mad Thabi’i
Apabila ada alif ( ا ) terletak sesudah fathah atau ya
ۡ
sukun ( ي ) sesudah kasrah ۡ
atau wawu sukun ( و ) sesudah dhammah, maka
dihukumi mad thabi’i. Mad artinya panjang, thabi’i artinya : biasa. Cara membacanya
harus sepanjang dua harakat.9
Contoh Mad Thabi’i
1. Alif terletak sesudah fathah: ٌِكتَاب
2. Ya Sukun sesudah kasroh: َس ِم ْي ٌع
3. Wawu sukun sesudah dhomah: يَقُوْ ُل
9
Ahmadi, Al-Qur’an Hadits Untuk Mts Semester Genap Kelas VIII, (Diponegoro: Putra Kertonatan), hlm. 36
3. Tartil : lambat, dibaca 5 harokat.
Contoh:
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Muhammad Amri dan Al-Kautsar Abu Mudifah, Ilmu Tajwid Praktis, Batam,
Pustaka Baitul Hikmah Harun ar-Rasyid, 2019.
Syarbani Amirullah dan Al-Kautsar Abu Mudifah, 5 Langkah Lancar Membaca Al-
Qur’an, Jakarta Selatan, Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2010.