Anda di halaman 1dari 19

WAQAF , WASHAL , GHUNNAH AL-QAMARIYAH, AL SYAMSIYAH

(Mad Thabi’i, Mad Waajib Muttashil)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Al-Quran Hadist MI”
Dosen pengampu: Dr. Siti Masyithoh, SHI, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 4 :
Murni Rachmania 11180183000003
Indira Salamah
Safta

PROGRAM STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat illahi rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah,
dan inayahnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
sesuai waktu yang telah diberikan. Sholawat dan salam juga tetap kami haturkan ke
pangkuan Nabi agung, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. Karena dengan
kuasa Allah lah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dan disusun berdasarkan
tugas perkuliahan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
tugas makalah ini yang berjudul “ Waqaf, Washal, Ghunnah, Al-Qamariyyah, Al
Syamsiyah”. Khususnya kepada Ibu Dr. Siti Masyithoh, SHI, M.Pd selaku pengampu
mata kuliah Al-Qur’an Hadits

Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-
Qur’an Hadist MI pada semester 6 di FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
dalam memahami hukum bacaan Waqaf, Washal, Ghunnah, Al-Qamariyyah, Al
Syamsiyah.

Merupakan suatu harapan pula, semoga dengan terselesaikannya makalah ini,


pembaca bisa bersemangat dan termotivasi lagi untuk mengenal lebih jauh tentang ilmu
kejiwaan. Penulis juga berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat tercatat dan
bisa menjadi motivator bagi penulis untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan
bermanfaat. Aamiin.

Jakarta, 28 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waqaf

Waqaf menurut bahasa artinya menahan sedangkan menurut istilah adalah


memutuskan suara di akhir kalimat ketika membaca Alquran pada waktu tertentu untuk
mengambil nafas dan melanjutkan kembali bacaannya.1 (Muhammad Amri Amir, 2019)

Waqaf menurut bahasa adalah Al Habs Yang artinya menahan sedangkan


menurut istilah wakaf adalah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu
tertentu tidak begitu lama kemudian mengambil nafas 1 kali dengan niat memulai
kembali bacaan Alquran 2 (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-Kautsar, 2010)

Al waqfu Wal ibtida adalah proses menguraikan bacaan Alquran dan


memulainya atau melanjutkannya lagi. Penghentian bacaan ini dipengaruhi oleh
keterbatasan seorang pembaca Alquran untuk menyelesaikan satu ayat yang panjang
atau satu qishash dengan hanya satu kali nafas. Karena pada dasarnya tidak
diperbolehkan bernafas atau menarik nafas di tengah-tengah bacaan Alquran.
Pembelajaran atau mempelajari waqaf ini dilakukan setelah mengerti atau memahami
tajwidnya (memperbaiki) bacaan huruf terlebih dahulu.

Hal ini Senada dengan perkataan Sayyidina Ali karamallahu wajhah : 


“ Tartil adalah memperbaiki bacaan huruf huruf dan mengetahui perihal waqaf “
Kata ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh pengarang nadzom Al jazariyyah :
“ Dan setelah engkau memperbaiki huruf (bacaan )maka wajib untuk mengetahui
wakaf (dan memulainya).”3

B. Macam-Macam Waqaf
Secara umum wakaf terbagi menjadi empat berikut pembagian jenis wakaf :

1. Waqaf Ikhtibari, yaitu berhenti pada kata yang bukan tempat waqaf atau Pada ayat
yang belum sempurna yang dilakukan oleh seorang Qori biasanya ini diberlakukan
pada seorang penguji atau guru yang sedang menguji muridnya dan melengkapi
hukumnya boleh. (Muhammad Amri Amir, 2019)

Waqaf ikhtibari adalah waqaf yang dilakukan dalam proses diberi atau memberi
penjelasan tentang hukum bacaan suatu ayat. (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-
Kautsar, 2010)

Adalah waqaf yang digunakan untuk melatih untuk menguji oleh seorang guru kepada
muridnya hal ini untuk mengetahui kemampuan murid Bagaimana mewakafkan bacaan
jika suatu saat diharuskan untuk berhenti secara mendadak. (Zaki Zamani)

1
Muhammad Amri Amir. Ilmu Tajwid Praktis. Batam : Pustaka Baitul Hikmah Harun ar-Rasyid. 2019. hal 40
2
Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-Kautsar. 5 Langkah Lancar Membaca Al-Qur’an.Jakarta Selatan :
Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka. 2010. hal 58.
3
Zaki Zamani. Belajar Tajwid untuk Pemula. Yogyakarta : Media Pressindo. hal 80
Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan oleh seorang Ustaz
dalam proses menguji muridnya hal ini hukumnya boleh (Rois Mahfud, 2017)

2. Waqaf Intizhari, Berhenti pada ayat yang belum sempurna dan dilakukan dalam
proses belajar mengajar Alquran, Hal ini dilakukan dalam rangka menguasai cara
membacanya dan hukumnya boleh. (Muhammad Amri Amir, 2019)

Waqaf Intidzaari adalah waqaf yang dilakukan ketika menggabungkan bacaan Alquran
dalam berbagai riwayat bacaan yang berbeda. (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah
Al-Kautsar, 2010)

Adalah waqaf yang digunakan saat membaca ayat secara murah atau mengumpulkan
bacaan dari beberapa macam bacaan yang Mutawatir. Hal ini berlaku untuk pembacaan
ayat pada wajah-wajah Qiroah Sab'ah. (Zaki Zamani)

Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan khusus dalam proses
belajar mengajar Alquran Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menguasai cara
belajarnya dan hukumnya boleh. (Rois Mahfud, 2017)

3. Waqaf Idhtirari, Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan
dalam keadaan darurat atau terpaksa disebabkan karena nafas pendek, bersin, lupa,
batuk, menguap dan lain-lain dan hukumnya boleh. (Muhammad Amri Amir, 2019)

Waqaf Idhtirari adalah waqaf dalam keadaan darurat seperti kehabisan nafas ketika
bersin menjawab salam, dsb. (Amirullah Syarbini dan Abu Mudifah Al-Kautsar, 2010)

Adalah waqaf yang dilakukan secara terpaksa. Keterpaksaan ini bisa disebabkan
olehketerbatasan nafas Qori ataupun lupa dan tidak bisa meneruskan bacaan Alquran.
Hal yang terakhir tersebut berlaku bagi mereka yang menghafal Alquran. (Zaki
Zamani)

Yaitu berhenti pada ayat yang belum sempurna yang dilakukan dalam keadaan darurat
atau terpaksa atau tidak sengaja karena kehabisan napas, lupa, bersin, batuk, menguap,,
menjawab salam dan sebagainya Hal ini hukumnya boleh. (Rois Mahfud, 2017)

4. Waqaf Ikhtiyari, Yaitu berhentinya seorang Qori pada lafaz Alquran dengan
pilihannya sendiri, bukan karena terpaksa atau darurat dan bukan karena proses
pengajaran atau menjawab soal. (Muhammad Amri Amir, 2019)

Berikut pembagian pada waqaf ikhtiari :

a. Waqaf Tam, yaitu waqaf pada kalimat yang tidak ada hubungannya dengan ayat
sesudahnya, baik Secara lafaz maupun makna. (Muhammad Amri Amir, 2019)

Adalah waqaf yang sempurna (tam). Maksud sempurna di sini adalah berhentinya
bacaan tepat pada penghabisan kalam, tidak berkaitan dengan kalam Berikutnya, baik
dari segi lafadz maupun maknanya. Tempat-tempat waqaf, yaitu :

 Pada akhir semua surat


 pada akhir setiap kisah (qishah) cerita
 banyak yang bertempat pada akhir ayat
 bisa juga di pertengahan ayat. Belum sampai pada akhir ayat akan tetapi kalamnya
sempurna.
 Pada pengujung ayat-ayat yang ditambah dengan 1 kalimat kata lanjutan,
 berada sebelum yaa’nida, fi’il amr, qasam, lam maa kaanalaahu, dzalika, dan
laulaa. Secara umum semua ini berlaku untuk Tam dengan cara tidak didahului
oleh qasam atau qaul au maa fii ma’naahu. (Zaki Zamani)

Waqaf Tam dibagi menjadi dua bagian yaitu :


 Waqaf Tam lazim, yaitu wajib berhenti pada waqaf ini dan wajib memulai bacaan
pada lafal setelahnya karena jika 20 dengan lafadz setelahnya akan merusak
makna.
 Waqaf Tam Mutlaq, Ya itu waqaf yang dianjurkan untuk berhenti dan dianjurkan
untuk memulai dengan kalimat setelahnya. Namun hukum bacaan ini waqaf lebih
utama dari washal

b. Waqaf Kafi, Yaitu aku pada kalimat yang sudah sempurna, akan tetapi masih
berhubungan dengan kalimat setelahnya dari sisi makna bukan lafadz. Setelahnya.
(Muhammad Amri Amir, 2019)

Adalah Waqaf pada kalam yang sempurna, akan tetapi masih ada keterkaitan makna
dengan tahap selanjutnya. Tempat Waqaf Kaf antara lain :
 Banyak yang berada pada akhir ayat,
 bisa juga di tengah ayat,
pada akhir setiap ayat yang setelahnya berupa lam kai, illa bima’na laakin, inna al-
musyaddadah al-masykurah (inna dengan nun bertasydid dan hamzah berkasrah).
Begitu ayat dengan akhir ayat yang suaranya berupa istifham. (Zaki Zamani)

c. Waqaf Hasan, yaitu waqaf pada kalimat yang telah sempurna, Akan tetapi masih
memiliki hubungan dengan kalimat setelahnya dari sisi lafadz maupun makna.
Hukumnya ketika berhenti di waqaf akan, maka dianjurkan untuk memulai pada
kalimat sebelumnya.

d. Waqaf Qabih, yaitu waqaf pada kalimat yang tidak sempurna dan tidak menunjukkan
makna yang sah iqomah karena masih ada keterikatan yang erat dari sisi lafaz dan
makna, bahkan wakaf adanya memberikan makna yang kurang keliru atau rusak tidak
diterima.  Hukum wakaf kopi tidak boleh, kecuali jika keadaan terpaksa, seperti
kehabisan nafas Komar bersin atau yang lainnya. Maka harus diulang dari kalimat
sebelumnya untuk memulai kembali bacaan titik. (Muhammad Amri Amir, 2019)

C. Tanda Baca Waqaf


Tanda Waqaf Jenis Waqaf Penjelasan

Tanda harus berhenti


‫م‬  Waqaf Lazim (waqaf) pada lafadz
yang bertanda ini.

Merupakan singkatan
dari al-waṣal awlā yang
bermakna "wasal atau
meneruskan bacaan
‫قلى‬  Waqaf Aula
lebih baik". Maka dari
itu, meneruskan bacaan
tanpa mewakafkannya
lebih dianjurkan.

Adalah tanda wakaf


mutlak sehingga
‫ط‬ Waqaf Muthlaq
diwajibkan untuk
berhenti.

Tanda boleh waqaf atau


washal dan boleh
‫ج‬  Waqaf Jaiz
memilih diantara
keduanya.

Tanda tidak boleh waqaf


‫ال‬   La Waqta Fihi pada lafadz yang
bertanda ini.

Merupakan singkatan
dari qīla alayhil
waqaf yang bermakna
"boleh berhenti pada
 ‫ﻕ‬ Qila Alayhil Waqaf wakaf sebelumnya".
Maka dari itu, lebih baik
meneruskan bacaan
walaupun boleh
diwakafkan.
Menunjukkan bahwa
lebih baik tidak
mengentikan bacaan,
tetapi diperbolehkan
berhenti saat dkeadaan
darurat dan tanpa
Waqaf
‫ﺹ‬ mengubah makna.
Mukharannas
Perbedaan antara hukum
tanda ẓa dan ṣad terletak
pada fungsinya; dalam
kata lain, lebih
diperbolehkan berhenti
pada wakaf ṣad.

Boleh untuk berhenti,


‫ز‬ Waqaf Mujawwaz tapi lebih baik untuk
diteruskan (washal)
Tanda boleh waqaf atau
‫صلى‬  Washal Aula washal, namun washal
adalah leih utama.

 Kadang kala boleh


diwasalkan". Maka dari
( ‫) صل‬ Qad Yusalu itu, lebih baik berhenti
walau kadang kala boleh
diwasalkan.

Disebut sebagai
wakaf muraqabah atau
wakaf ta'anuq, yang
berarti "terikat". Wakaf
ini bisa muncul
sebanyak dua kali di
mana saja, dan dibaca
 ... ... Waqaf Muroqabah
dengan berhenti di salah
satu tanda tersebut. Jika
sudah berhenti pada
tanda pertama, tidak
perlu berhenti pada
tanda kedua, dan
sebaliknya.

( ‫)س‬ Saktah Menandakan


pemberhentian sejenak
tanpa mengambil napas,
‫‪baru untuk meneruskan‬‬
‫‪bacaan.‬‬

‫قف‬ ‫‪Waqaf Mustahab‬‬ ‫‪Di sini boleh berhenti‬‬

‫‪D. Contoh Bacaan Waqaf‬‬

‫‪Jenis Waqaf‬‬ ‫‪Contoh Bacaan‬‬

‫ين َخ ِسُر ٓو ۟ا‬ ‫َّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬


‫‪Waqaf Lazim‬‬ ‫ب َي ْع ِرفُونَهُۥ َك َما َي ْع ِرفُو َن أ َْبنَٓاءَ ُه ُم ۘ ٱلذ َ‬
‫ين ءَاَتْيٰنَ ُه ُم ٱلْك ٰتَ َ‬
‫ٱ لذ َ‬
‫أَن ُف َس ُه ْم َف ُه ْم اَل يُ ْؤ ِمنُو َن‬
‫‪QS. Al-An’am Ayat 20‬‬

‫ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫ون َس اَل ٌم َع لَ ْي ُك مُ‬
‫ني ۙ‪َ H‬ي ُق ولُ َ‬ ‫اه ُم الْ َم اَل ئ َك ةُ طَ يِّ بِ َ‬ ‫ين َت َت َو فَّ ُ‬
‫ال ذ َ‬
‫‪Waqaf Laa Washal‬‬
‫ْاد ُخ لُ وا ا جْلَ نَّ ةَ مِب َ ا ُك ْن تُ ْم َت ْع َم لُ َ‬
‫ون‬
‫‪QS. An-Nahl Ayat 32‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪Washal Aula‬‬
‫ون‬
‫ف تُ ْس أَلُ َ‬ ‫ك َو ل َق ْو ِم َ‬
‫ك ۖ‪َ H‬و َس ْو َ‬ ‫َو إِ نَّهُ لَ ذ ْك ٌر لَ َ‬
‫‪QS. Az-Zukhruf Ayat 44‬‬

‫ض ٰى َع لَ ْي ِه ْم‬ ‫َّ ِ‬
‫ار َج َه نَّ َم اَل يُ ْق َ‬ ‫ين َك َف ُر وا هَلُ ْم نَ ُ‬‫َو ال ذ َ‬
‫ِ‬
‫‪Waqaf Muthlaq‬‬
‫ك جَنْ ِز ي‬ ‫ف َع ْن ُه ْم ِم ْن َع َذ ا هِبَ ا ۚ‪َ H‬ك َٰذ ل َ‬‫َف يَ ُم وتُ وا َو اَل خُيَ َّف ُ‬
‫ُك َّل َك ُف ورٍ‬
‫‪QS. Al-Fathir Ayat 36‬‬

‫فَ اقْ طَ عُ وا أَيْ ِد َي ُه َم ا َج َز اءً مِب َ ا َك َس بَ ا‬ ‫الس ِ‬


‫ار قَ ةُ‬ ‫الس ِ‬
‫ار ُق َو َّ‬ ‫َو َّ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫نَ َك ا اًل ِم َن‬
‫اللَّ ه ۗ‪َ H‬و اللَّ هُ َع ِز ٌيز َح ك يمٌ‬
‫‪Waqaf Waqfu Aula‬‬
‫‪QS. Al-Maidah Ayat 38‬‬

‫ك لَ َّم ا َم تَ اعُ ا حْلَ يَ اةِ ُّ‬ ‫ِ‬


‫الد ْن يَ ا ۚ‪H‬‬ ‫َو ُز ْخ ُر فً ا ۚ‪َ H‬و إِ ْن ُك ُّل ٰذَ ل َ‬
‫و ا آْل ِخ ر ةُ ِع ْن َد ر بِّ ِ ِ‬
‫ك ل ْل ُم تَّ ق نيَ‬
‫‪Waqaf Jaiz‬‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪QS. Az-Zukhruf Ayat 35‬‬

‫ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫َٰذ لِ َ ِ‬
‫‪Waqaf Muroqabah‬‬ ‫ب ۛ‪ H‬ف يه ۛ‪ُ H‬ه ًد ى ل ْل ُم تَّ ق نيَ‬
‫اب اَل َر يْ َ‬
‫ك الْ ك تَ ُ‬
‫‪QS. Al-Baqarah Ayat 2‬‬

‫‪Saktah‬‬ ‫و قِ يل م ن ۜ‪ H‬ر ٍ‬
‫اق‬ ‫َ َ َْ َ‬
QS. Al-Qiyamah Ayat 27

Waqaf Mujawwaz ٢٥ -   ‫ فَلِ ٰلّ ِه ااْل ٰ ِخَرةُ َوااْل ُْوىٰل‬٢٤– ۖ‫ان َما مَتَىّٰن ى‬
ِ ‫اَم لِاْلِ نْس‬
َ ْ
QS. An-Najm 24 -25

E. Pengertian Washal

Washal secara bahasa berasal dari kata arab WaShoLa yang artinya bersambung. Secara
istilah ulama, Washal berarti menggabungkan dua ayat yang semestinya boleh berhenti.
Karena nafas masih kuat dan kedua ayat tersebut boleh secara makna untuk disambung dan
tidak menyalahi secara lafaz dan makna.

E. Letak Hamzah Washal


Lalu dimana saja hamzah wasal berada? Sebagaimana dalam ilmu nahwu, hamzah wasal bisa
terletak pada isim, fiil, dan huruf. Isim adalah kata benda dan fiil adalah kata kerja. Belajar
hamzah washal juga termasuk belajar nahwu. Maka, ketiga pembahasan hamzah wasal yang
juga berkaitan dengan nahwu akan dijelaskan berikut ini :

1. Hamzah Wasal di Isim

Hamzah Wasal dalam kata benda semuanya dibaca kasrah jika memulainya. Hamzah wasal
dalam isim terbagi menjadi 2 yaitu isim qiyasi dan isim sima'i. Isim Qiyasi adalah kata benda
yang sudah terdapat kaidah sharaf atau wazan nya dan bisa di qiyaskan.

Hamzah Wasal yang terdapat dalam Isim Qiyasi hanya ada di 2 jenis yaitu mashdar khumasi
(5 huruf) dan sudasi (6 huruf).

Contoh hamzah wasal dalam Isim Qiyasi Khumasi adalah

Contoh hamzah washal dalam Isim Qiyasi Sudasi adalah

Adapun Isim Sima'i adalah kata benda yang tidak bisa di-qiyas-kan dan hanya didengar
langsung dari orang Arab. Isim Sima'i yang ada hamzah washal dan yang ada dalam al-Quran
terdapat 7 kata yaitu :
2. Hamzah Wasal di Fiil

Selanjutnya hamzah wasal yang terdapat dalam kata kerja atau fiil. Secara ringkas, kata kerja
atau fiil yang memiliki hamzah washal sebagai berikut :

1) Fiil Madhi dan Amar dari Khumasi (kata 5 huruf)

2) Fiil Madhi dan Amar dari Sudasi (kata 5 huruf)

3) Fiil Amar dari Tsulatsi (kata 3 huruf)

3. Hamzah Wasal di Huruf

Terakhir, hamzah wasal yang terdapat dalam huruf hanya ada pada huruf AL atau lam ta'rif.
Hamzah washal pada AL dibaca fathah jika ibtida (memulai bacaan). Contohnya

Cara melakukan Washal

Ada beberapa ketentuan washal yang perlu diperhatikan, missal dengan mealkukan washal
dengan ayat selanjutnya yang diawali “al”, atau kata yang awalnya hamzah washal, baik pada
kata mashdar yang awalnya mati/disukun, pada kata yang merupakan fi’il madhi (kata kerja
lampau), maupun fiil amar (kata kerja perintah), atau juga mewashalkan ayat yang akhirnya
berupa kata bertanwin dan ayat selanjutnya diawali “al” kata yang awalnya hamzahwashal,
baik pada kata mashdar yang awalnya mati/ disukun, pada kata yang merupakan fi’il madhi
(kata kerja lampau) maupun fi’il amr (kata kerja perintah), maka pembaca harus berhati-hati
dan melakukan washal dengan benar, marilah kita perhatikan contoh cara melakukan washal
table berikut ini:
4

F. Sebab dan Kaidah Hamzah Washal

Sebab Washal adalah:

Kalimat pertama memiliki kedudukan dalam I’rab, yang sama dengan kalimat yang kedua

Kedua kalimat sama-sama dalam kalam Kabar yang berkesesuaian maknanya. Lafadz
Kalimat pertama memiliki kedudukan yang sama dalam khabar dengan kalimat yang
kedua.

Kedua kalimat sama-sama dalam kalam Insya yang berkesesuaian maknanya. Lafadz
Kalimat pertama memiliki kedudukan yang sama dalam insya dengan kalimat yang kedua.

Kaidah hamzah washal

Hamzah washal ditulis dengan huruf alif pada awal kalimat, hamzah washal ditulis dan
dibaca apabila terdapat pada awal kalimat, tetapi tidak ditulis dan dibaca apabila berada di
tengah-tengah. Kecuali apabila dimasuki hamzah istifhamiyah. Hamzah washal ditulis dan
dibaca pada awal kalimat yang diawali dengan huruf mati agar huruf mati sesudahnya bisa
dibaca, sebab apabila hamzahnya juga tidak dibaca maka kita kesulitan membacanya.
Sebagian diberi tanda (‫ )ص‬kecil di atas alif. 5

G. Ghunnah
Tasydid adalah melambangkan penekanan pada suatu konsonan yang ditulis
dengan simbol ganda. Dalam tasydid, biasanya ditulis berbentuk huruf ‘w’ atau huruf
‘‫ ’س‬yang diletakkan diatas huruf hijaiyah. Ghunnah ialah apabila terdapat huruf Nun
ّ
di-Tasydid ( ‫ن‬ )  atau Mim di-Tasydid     ( ‫) ّم‬ adalah disebut ghunnah    ( ُ‫) ْال ُغنَّة‬oleh

4
Marzuki, Dasar-Dasar Ilmu Tajwid, (Yogyakarta, Diva Press,2020) hlm 205-206
5
Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Quran, (Yogyakarta, Deepublish, 2016) hlm. 58-59
karenanya ia harus dibaca dengan ghunnah (dengung) yang sempurna dengan tempo
2 harakat, serta ada sentuhan janur hidung/induk hidung (Al-Khaisyum).6
Contoh:

N ّ
Nun di Tasydid (‫ن‬ ) Mim di Tasydid (‫) ّم‬
O

ِ ِ‫مل‬
1

ِ ‫ك الن‬
‫َّاس‬ َ ‫َع َّم َي َتسآ َءلُ ْو َن‬
2

‫َج َه َّن َم‬ ‫َف َت َيم ُّْوا‬

ُ‫ث َّم‬
3

‫ِا‬
6
Fathoni Ahmad,  Metode Maisura (Jakarta: Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ Jakarta, 2014), hlm 48
‫َّن‬
H. Alif Lam Qomariyah
Alif Lam Qomariyah adalah alif lam sukun yang bertemu dengan huruf
qomariyah dan dibaca jelas. Cara membaca alif lam qomariyah adalah ketika alif lam
bertemu dengan salah satu huruf qomariyah, Lam nya harus dibaca dengan jelas.7
Berikit adalah huruf qomariyah itu ada 14 beserta contohnya:

No Tertulis Dibaca Alif lam bertemu

1 ِ ْ‫فِي اأْل َر‬


‫ض‬ Fil Ard   ‫ا‬
2 ُّ‫ۡال ِبر‬ Al-birr  ‫ب‬
3
َ ‫ۡال َج َم‬
‫اع ُة‬ Al-jamaa’ah  ‫ج‬
4 ‫ۡالح ِۡل ُم‬ Al-hilm  ‫ح‬
5 ‫ۡال َخ ۡي ُر‬ Al-khair  ‫خ‬
6 ‫ۡال َك ۡو َث ُر‬ Al-kautsar ‫ك‬
7 ‫ۡال َو ُد ۡو ُد‬ Al-waduud ‫و‬
8 ُ‫ۡال َع ۡين‬ Al-‘ain ‫ع‬
9 ‫ۡال َغ ۡي ُر‬ Al-ghair ‫غ‬

7
Ani Istiani dan Bakrun, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VII, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2011), hlm. 3-4
10 ‫ۡال َفا ِك َه ُة‬ Al-faakihah ‫ف‬
‫ار َع ُة‬ ۡ
ِ ‫ال َق‬
11 Al-qaari’ah ‫ق‬
12 ‫ۡال ُمن ِۡي ُر‬ Al-muniir ‫م‬
13 Al-Huda  ‫هـ‬
‫الهدى‬

14 ‫ۡال َي ۡو ُم‬ Al-yaum ‫ي‬

I. Alif Lam Syamsiyah


Alif lam syamsiyah adalah bacaan dalam al-Qur’an yang didalmnya terdapat
alif lam bertemu dengan huruf syamsiyah. Cara membaca huruf alif lam syamsiyah
ini adalah melebur kedalam huruf syamsiyah didepannya.8 Berikut adalah huruf alif
lam syamsiyah beserta contoh pelafalannya:

No Tertulis Dibaca Alif Lam Bertemu

1 ‫ال َّت ۡو َب ُة‬ At-taubah  ‫ت‬


2 َّ
ُ‫الث ۡوب‬ Ats-tsaub  ‫ث‬
3 ‫ال ُّد َعا ُء‬ Ad-du’aa  ‫د‬
4 ُّ
ُ‫الذ َباب‬ Adz-dzubaab  ‫ذ‬
5 ‫الرَّ س ُۡو ُل‬ Ar-rasuul ‫ر‬
6 َّ
ُ‫الز َكاة‬ Az-zakaah  ‫ز‬
7 ‫ال ُّس َف َٓها ُء‬ As-sufahaa’  ‫س‬
8 ‫ال َّش ۡه ُر‬ Asy-syahr  ‫ش‬
9 ‫الص َّۡب ُر‬ Ash-shabr  ‫ص‬
10 ‫ضالِّ ۡي َن‬
َّٓ ‫ال‬ Adh-dhaalliin  ‫ض‬
11 َّ
ُ‫الطالِب‬ Ath-thaalib  ‫ط‬
12 َّ
‫الظالِم ِۡي َن‬ Adz-dzaalimiin  ‫ظ‬

8
Ibid, hlm. 2
13 ُ‫اللَّ َهب‬ Al-lahab  ‫ل‬
14 ‫ال َّن ۡو ُم‬ An-nauum   ‫ن‬

J. Mad Thabi’i
Apabila ada alif ( ‫ا‬ ) terletak sesudah fathah atau ya
ۡ
sukun  ( ‫ي‬ ) sesudah       kasrah ۡ
atau wawu sukun  ( ‫و‬  ) sesudah dhammah, maka
dihukumi mad thabi’i. Mad artinya panjang, thabi’i artinya : biasa. Cara membacanya
harus sepanjang dua harakat.9
Contoh Mad Thabi’i
1. Alif terletak sesudah fathah: ٌ‫ِكتَاب‬
2. Ya Sukun sesudah kasroh: ‫َس ِم ْي ٌع‬
3. Wawu sukun sesudah dhomah: ‫يَقُوْ ُل‬

K. Mad Wajib Muttasil


Secara bahasa, mad artinya panjang. Wajib artinya harus (dipanjangkan), dan
Muttasil artinya bersambung (dengan hamzah). Jadi syarat mad wajib muttasil adalah
harus ada hamzah setelah mad asli dan hamzah itu pun berada dalam satu kata. Jika
tidak demikian, tidak terjadi hukum mad wajib muttasil. Cara membaca mad wajib
adalah dengan memanjangkan bacaan lima harakat.
Contoh dalam al-Qur’an:

‫ص ُر هّٰللا ِ َو ۡالفَ ۡت ۙ ُح‬


ۡ َ‫اِ َذا َجٓا َء ن‬

َّ ‫ِين ا ْش َت َروُ ا ال‬


‫ضاَل َل َة‬ َ ‫أُو ٰ َل ِئ‬
َ ‫الَّذ‬ ‫ك‬
L. Mad Jaiz Munfasil
Mad Jaiz Munfashil terdiri dari 3 kata yakni Mad, Jaiz, dan Munfashil. Mad
artinya panjang, Jaiz artinya boleh, dan Munfashil artinya terpisah. Secara istilah,
Mad Jaiz Munfashil adalah apabila Mad bertemu dengan huruf hamzah di lain kata
(terpisah).
Cara membaca mad jaiz munfashil boleh dipanjangkan, 2 harakat, 4 harakat,
atau 5 harakat. Dengan demikian, ada 3 wajah dalam pembacaannya :
1. Hadr : cepat, dibaca 2 harokat.
2. Tadwir : sedang, dibaca 4 harokat.

9
Ahmadi, Al-Qur’an Hadits Untuk Mts Semester Genap Kelas VIII, (Diponegoro: Putra Kertonatan), hlm. 36
3. Tartil : lambat, dibaca 5 harokat.
Contoh:

َ‫اَل ۤ اَ ْع ُب ُد َما َت ْع ُبد ُْون‬


ُ‫َو َم ۤا اَ ۡد ٰرٮكَ َما ۡال ُحطَ َمة‬

BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Amir, Muhammad Amri dan Al-Kautsar Abu Mudifah, Ilmu Tajwid Praktis, Batam,
Pustaka Baitul Hikmah Harun ar-Rasyid, 2019.

Mahfud Rois, Pelajaran Ilmu Tajwid, Depok, RajaGrafindo Persada, 2017.

Syarbani Amirullah dan Al-Kautsar Abu Mudifah, 5 Langkah Lancar Membaca Al-
Qur’an, Jakarta Selatan, Ruang Kata Imprint Kawan Pustaka, 2010.

Zamani Zaki, Belajar Tajwid untuk Pemula, Yogyakarta, Media Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai