Anda di halaman 1dari 21

Curah Hujan Maksimum dan Rata-Rata Daerah Dengan Metode Rata-Rata

Hitung, Metode Polygon Thiessen, Metode Isohyet


Disusun untuk memenuhi Tugas Besar No. 3
Mata Kuliah: Hidrologi Teknik Dasar
Dosen pengajar :
1. Prof. Dr. Ir. Lily Montarcih Limantara, M.Sc.
2. Dr.Eng. Donny Harisuseno, ST., MT.

Dikerjakan oleh:
Amirul Wafi
NIM. 205060401111007

KELAS D
TEKNIK PENGAIRAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
BAB I TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 1
1.1 Hujan Rerata DAS .................................................................... 1
1.2 Curah Hujan Maksimum .......................................................... 7
BAB II DATA……………………………………………………………... 10
2.1 Curah Hujan Harian Maksimum……………………………. . 10
BAB III HASIL ANALISA DATA ............................................................... 11
3.1 Hujan Rerata DAS…………………………………… ........... 11
3.2 Curah Hujan Maksimum.…………………………………… . 15
3.3 Kesimpulan .............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 17

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.1. Rumus Metode Rerata Aritmatik ............................................. 1
Gambar 1.1.2. Contoh Ilustrasi Metode Rerata Aritmatik ............................... 2
Gambar 1.1.3. Rumus Poligon Thiessen.......................................................... 3
Gambar 1.1.4. Contoh Ilustrasi Metode Poligon Thiessen .............................. 3
Gambar 1.1.5. Perhitungan Contoh Ilustrasi Metode Poligon Thiessen .......... 4
Gambar 1.1.6. Rumus Isohyet ......................................................................... 5
Gambar 1.1.7. Contoh Soal Metode Isohyet .................................................... 5
Gambar 1.1.8. Ilustrasi Contoh Soal Metode Isohyet ...................................... 6
Gambar 1.1.9. Perhitungan Contoh Soal Metode Isohyet ............................... 6
Gambar 2.1.1. Data Peta Kontur ...................................................................... 10
Gambar 3.1.1. Peta Kontur Poligon Thiessen .................................................. 12
Gambar 3.1.2. Peta Kontur Isohyet.................................................................. 14

iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1.1. Pemilihan Metode Penentuan Curah Hujan Berdasarkan Jumlah Pos
Penakar Hujan .............................................................................. 7
Tabel 1.1.2. Pemilihan Metode Penentuan Curah Hujan Berdasarkan Topografi
............................................................................................................. 7
Tabel 1.2.1. Contoh Soal Penentuan Hujan Harian Daerah Maksimum Tahunan
............................................................................................................. 8
Tabel 1.2.2. Perhitungan Contoh Soal Curah Hujan Maksimum .................... 8
Tabel 2.1.1. Data Hujan Harian Maksimum Stasiun A, B, C, dan D. ............. 9
Tabel 3.1.1. Hasil Perhitungan Hujan Rerata DAS Metode Rerata Hitung ..... 11
Tabel 3.1.2. Hasil Perhitungan Luas Per Stasiun Metode Poligon Thiessen ... 12
Tabel 3.1.3. Hasil Perhitungan Hujan Rerata DAS Metode Poligon Thiessen 13
Tabel 3.1.4. Rerata Hujan Harian Maksimum Per Stasiun .............................. 13
Tabel 3.1.5. Hasil Perhitungan Hujan Rerata DAS Metode Isohyet ............... 14
Tabel 3.2.1. Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Metode Rerata ....... 15
Tabel 3.2.2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Metode Thiessen ... 16

iv
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Hujan Rerata DAS


Data curah hujan dan debit merupakan data yang sangat penting dalam
perencanaan waduk. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran
curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan
suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir (Sosrodarsono &
Takeda, 1977). Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata
wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada tiga metode, yaitu metode rata-rata aritmatik
(aljabar), metode poligon Thiessen dan metode Isohyet (Loebis, 1987).
1. Metode Rerata Aritmatik (Aljabar)
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun
dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah stasiun.
Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam DAS,
tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila
stasiun hujan tersebar secara merata di DAS, distribusi hujan relatif merata pada
seluruh DAS. (Triatmodjo, 2008).

Gambar 1.1.1. Rumus Metode Rerata Aritmatik

1. Rerata Aritmatik (Aljabar)

dengan:
p = hujan rerata di suatu DAS (mm)
pi = hujan di tiap-tiap stasiun (mm)
n = jumlah stasiun
1. P
Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng. Donny
Harisuseno, ST., MT.

1
Gambar 1.1.2. Contoh Ilustrasi Metode Rerata Aritmatik

Contoh Ilustrasi

B = 28 mm C = 30 mm

A = 22 mm

Jika stasiun D di luar DAS ikut

diperhitungkan maka:
“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng. Donny
Harisuseno, ST., MT.

2. Metode Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa
hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan
yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan
apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata, pada
metode ini stasium hujan minimal yang digunakan untuk perhitungan adalah tiga
stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak digunakan
untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk
suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun
hujanseperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi poligon
yang baru. (Triatmodjo, 2008).

2
Gambar 1.1.3. Rumus Poligon Thiessen

2. Rumus Poligon Thiessen

Dimana:
= curah hujan rata-rata,
• P
• P1, ..., Pn = curah hujan pada masing-masing
stasiun hujan,
• A1, ..., An = luas daerah pengaruh staisun hujan
yang dibatasi tiap poligon.
“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng. Donny
Harisuseno, ST., MT.

Gambar 1.1.4. Contoh Ilustrasi Metode Poligon Thiessen

Contoh Ilustrasi
A = 53 km2

A = 45 km2 Garis ini membagi sisi


B = 28 mm C = 30 mm segitiga menjadi 2
bagian sama panjang
(di tengah-tengah) dan
tegak lurus

A = 22 mm

A = 50 km2
Gambar tidak berskala, luas

bagian dan tinggi hujan hanya


merupakan perumpamaan
“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng. Donny
Harisuseno, ST., MT.

3
Gambar 1.1.5. Perhitungan Contoh Ilustrasi Metode Poligon Thiessen

Hujan rerata cara Thiessen

“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng. Donny
Harisuseno, ST., MT.

3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan
yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di
antara dua garis Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua
garis Isohyet tersebut. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk
menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun
hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet membutuhkan pekerjaan
dan perhatian yang lebih banyak dibanding dua metode lainnya.
(Triatmodjo, 2008).

4
Gambar 1.1.6. Rumus Isohyet

Rumus Isohiet

Ii = garis isohiet ke i

“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng.
Donny Harisuseno, ST., MT.

Gambar 1.1.7. Contoh Soal Metode Isohyet

Contoh soal:
Daerah Isohiet (mm) Luasan antara Rerata Hujan x
2 Isohiet 2 isohiet Luas
(An) ½ (dn-1 + dn) (3) x (4)
(1) (2) (3) (4) (5)
d0 = 15
I d1 = 20 12 17,5 210
II d2 = 25 50 22,5 1125
III d3 = 30 95 27,5 2613
IV d4 = 35 111 32,5 3608
V d5 = 40 140 37,5 5250
VI d6 = 45 170 42,5 2975
Jumlah 500 16826

“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng.
Donny Harisuseno, ST., MT

5
Gambar 1.1.8. Ilustrasi Contoh Soal Metode Isohyet

Catatan: tinggi hujan dalam mm

A = 18 B = 22
30 D = 33

A = 50 km2 35

C = 36 E = 41 A = 25 km2
A = 180
40 km2 45

A = 20 km
A = 45 km2 50
F = 42
G = 65 60 I = 63
A = 15 km2
H = 49

“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng.
Donny Harisuseno, ST., MT.

Gambar 1.1.9. Perhitungan Contoh Soal Metode Isohyet

Hujan rerata DAS metode Isohiet:

“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng.
Donny Harisuseno, ST., MT.

6
Pemilihan cara perhitungan curah hujan rerata daerah umumnya menggunakan:
A. Standar luas daerah
• Daerah dengan luas < 250 ha dengan variasi topografi yang kecil dapat
diwakili oleh sebuah alat ukur hujan.
• Daerah 250-50.000 ha dengan titik pengamatan tersebar merata dapat
digunakan cara rata-rata aljabar
• Daerah 120.000-500.000 ha dengan titik pengamatan tersebar cukup
merata, dimana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi
topografi, dapat digunakan cara Poligon Thiessen.
• Daerah > dari 500.000 Ha, dapat digunakan cara Ishoyet

B. Jaring Jaring pos penakar hujan


Tabel 1.1.1. Pemilihan Metode Penentuan Curah Hujan
Berdasarkan Jumlah Pos Penakar Hujan.
Jumlah Pos Penakar Hujan Metode
Cukup Isohyet, Poligon Thiessen, dan
Rata-rata Hitung
Terbatas Rata-rata Hitung atau Poligon
Thiessen
Tunggal Hujan Titik

C. Topografi DAS
Tabel 1.1.2. Pemilihan Metode Penentuan Curah Hujan
Berdasarkan Topografi.
Topografi Metode
Pegunungan Poligon Thiessen
Dataran Rata-rata Hitung
Berbukit dan tidak beraturan Isohyet

1.2. Curah Hujan Maksimum


Pada setiap kejadian hujan dalam 1 tahun akan terjadi hujan harian maksimum
di setiap stasiun dengan besaran hujan dan tanggal kejadian masing-masing, namun
dengan adanya beberapa stasiun kita diharuskan menghitung terlebih dahulu untuk
menemukan hujan harian maksimum yang akan digunakan dalam Analisa hujan rerata
pada tahun tersebut. Contoh penentuan nya sebagai berikut:

7
Gambar 1.2.1. Contoh Soal Penentuan Hujan Harian Daerah Maksimum
Tahunan

Contoh Soal
Penentuan Hujan Harian Daerah Maksimum Tahunan
Pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat 4 stasiun
hujan A, B, C dan D, yang akan dipakai untuk menentukan Hujan
Harian Daerah Maksimum Tahunan pada tahun 1996. Pada tahun
1996, hujan harian maksimum tahunan :

⚫ di St A (Koef. Thiessen p1 = 0,6) → 21 Feb = 200 mm


⚫ di St B (Koef. Thiessen p2 = 0,2) → 2 Mar = 140 mm
⚫ di St C (Koef. Thiessen p3 = 0,1) → 16 Feb = 220 mm
⚫ di St D (Koef. Thiessen p4 = 0,1) → 14 Jan = 180 mm

Untuk mencari Hujan Harian Daerah Maksimum Tahunan pada tahun


1996 di DAS tsb ditabelkan sbb.:
“....thinks correctly n smartly...success!!”

Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng. Donny
Harisuseno, ST., MT.

Tabel 1.2.2. Perhitungan Contoh Soal Curah Hujan Maksimum

Tanggal Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D Rmaks

(p1=0,6) (p2 = 0,2) (p3 = 0,1) (p4 = 0,1) (mm)


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

21 Feb 200 120 180 150 177 *

2 Mar 100 140 120 140 114

16 Feb 180 110 220 160 168

14 Jan 140 120 150 180 141


Sumber: PPT Kuliah Hidrologi Teknik Dasar Materi: Presipitas - Dr. Eng.
Donny Harisuseno, ST., MT.

Maka hujan harian daerah maksimum tahun 1996 adalah 177 mm yang terjadi
pada 21 Feb

8
BAB II
DATA

2.1. Data Hujan Harian Maksimum Stasiun A, B, C, dan D.


Tabel 2.1.1. Data Hujan Harian Maksimum Stasiun A, B, C, dan D.
Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
A B C D
Tahun (mm) (mm) (mm) (mm)
2015 316,0 252,8 237,0 221,2
2014 334,0 267,2 250,5 233,8
2013 227,9 212,0 198,8 185,5
2012 189,0 151,2 141,8 132,3
2011 268,0 214,4 201,0 187,6
2010 306,0 244,8 229,5 214,2
2009 216,0 172,8 162,0 151,2
2008 248,0 198,4 186,0 146,9
2007 282,0 225,6 194,9 197,4
2006 329,0 263,2 246,8 230,3
2005 241,0 192,8 180,8 168,7
2004 294,0 235,2 220,5 205,8
Sumber: Data Hasil Perhitungan

9
Gambar 2.1.1. Data Peta Kontur

Sumber: Data Tugas Besar Hidrologi Teknik Dasar

10
BAB III
HASIL ANALISIS DATA

3.1. Hujan Rerata DAS


1. Metode Rerata Hitung
Dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum yang telah ada dan
melakukan perhitungan menggunakan rumus metode rerata hitung didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 3.1.1 Hasil Perhitungan Rerata Hujan DAS Metode Rerata Hitung

Metode Rerata hitung


Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D P
Tahun (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2015 316,0 252,8 237,0 221,2 256,8
2014 334,0 267,2 250,5 233,8 271,4
2013 227,9 212,0 198,8 185,5 206,1
2012 189,0 151,2 141,8 132,3 153,6
2011 268,0 214,4 201,0 187,6 217,8
2010 306,0 244,8 229,5 214,2 248,6
2009 216,0 172,8 162,0 151,2 175,5
2008 248,0 198,4 186,0 146,9 194,8
2007 282,0 225,6 194,9 197,4 225,0
2006 329,0 263,2 246,8 230,3 267,3
2005 241,0 192,8 180,8 168,7 195,8
2004 294,0 235,2 220,5 205,8 238,9
Hujan Rerata DAS dalam 12 tahun (interval tahun 2004-2015) = 221,0
Sumber: Hasil Perhitungan

Maka sesuai dengan perhitungan dengan metode rerata hitung didapatkan


hujan daerah setiap tahunnya sebagaimana tabel di atas serta didapatkan juga hujan
rerata DAS dalam kurun waktu 12 tahun (interval 2004 hingga 2015) sebesar 221
mm.

2. Metode Polygon Thiessen


Sebelum melangkah ke tahap perhitungan kita harus mendapatkan gambar
poligon, dengan menggunakan langkah-langkah peggambaran poligon maka
didapatkan hasil gambar polygon sebagai berikut:

11
Gambar 3.1.1. Peta Kontur Poligon Thiessen

Sumber: Hasil Penggambaran Poligon


Setelah mendapatkan poligon sesuai dengan langkah-langkah penggambaran,
maka dapat dilanjutkan dengan menghitung luas daerah dan didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 3.1.2. Hasil Perhitungan Luas Per Stasiun Metode Poligon Thiessen
Perhitungan Luas (A)
Stasiun Cm^2 M^2 Km^2
A 42489,4 8497880 8,50
B 57494,9 11498980 11,50
C 73341,1 14668220 14,67
D 52885,4 10577080 10,58
Jumlah 45,24
Sumber: Hasil Perhitungan
Setelah mendapatkan data luas per stasiun, maka nilai curah hujan rata-rata
daerah bisa didapatkan, sesuai dengan data dan rumus Polygon Thiessen didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 3.1.3. Hasil Perhitungan Rerata Hujan DAS Metode Poligon Thiessen
Metode Poligon Thiessen
Tahun Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D P

12
2015 316,0 252,8 237,0 221,2 252,2
2014 334,0 267,2 250,5 233,8 266,5
2013 227,9 212,0 198,8 185,5 204,5
2012 189,0 151,2 141,8 132,3 150,8
2011 268,0 214,4 201,0 187,6 213,9
2010 306,0 244,8 229,5 214,2 244,2
2009 216,0 172,8 162,0 151,2 172,4
2008 248,0 198,4 186,0 146,9 191,7
2007 282,0 225,6 194,9 197,4 219,6
2006 329,0 263,2 246,8 230,3 262,6
2005 241,0 192,8 180,8 168,7 192,3
2004 294,0 235,2 220,5 205,8 234,6
Hujan Rerata DAS dalam 12 tahun (interval tahun 2004-2015) 217,1
Sumber: Hasil Perhitungan
Maka sesuai dengan perhitungan metode polygon thiessen didapatkan hujan
daerah setiap tahunnya sebagaimana pada tabel di atas serta didapatkan juga hujan
rerata DAS dalam kurun waktu 12 tahun (interval 2004 hingga 2015) sebesar 217,1
mm.

3. Metode Isohyet

Pada metode isohyet terlebih dahulu ditentukan titik-titik dengan kedalaman


hujan yang sama lalu dihubungkan dengan garis, untuk mendapatkan titik-titik
tersebut dapat dicari dengan data rerata per stasiun hujan seperti tabel berikut:

Tabel 3.1.4. Rerata hujan Harian Maksimum Per Stasiun


Tahun Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D
2015 316,0 252,8 237,0 221,2
2014 334,0 267,2 250,5 233,8
2013 227,9 212,0 198,8 185,5
2012 189,0 151,2 141,8 132,3
2011 268,0 214,4 201,0 187,6
2010 306,0 244,8 229,5 214,2
2009 216,0 172,8 162,0 151,2
2008 248,0 198,4 186,0 146,9
2007 282,0 225,6 194,9 197,4
2006 329,0 263,2 246,8 230,3
2005 241,0 192,8 180,8 168,7
2004 294,0 235,2 220,5 205,8
rerata 270,9 219,2 204,1 189,6
Sumber: Hasil Perhitungan

13
Setelah melalui langkah-langkah mencari titik tinggi hujan yang sama dan
menghubungkannya sehingga membentuk isohyet, berdasarkan peta kontur dari data
maka didapat hasil seperti berikut:
Gambar 3.1.2. Peta Kontur Isohyet

Sumber: Hasil Penggambaran Isohyet


Berdasarkan gambar tersebut dapat ditentukan luasan antara 2 isohiet, apabila
sudah mendapatkan luasan maka hujan rerata DAS dapat diketahui. Sesuai dengan
rumus maka hasil perhitungan didapatkan sebagai berikut:
Tabel 3.1.5. Hasil Perhitungan Hujan Rerata DAS Metode Isohyet
Metode Isohyet
Rerata 2 isohiet Hujan x Luas
Daerah Luas (km^2) Isohiet (mm) (mm) (mm)
179
1 0,42 189 184 77,28
2 0,61 194 191,5 117,29
3 0,84 199 196,5 165,06
4 1,02 209 204 207,06
5 0,62 214 211,5 131,13
6 0,42 219 216,5 91,80
7 0,42 236 227,5 94,64
8 0,44 245 240,5 106,30
9 0,66 258 251,5 166,74
10 0,72 285 271,5 195,62
Total luas = 6,17 Jumlah = 1352,923
Hujan Rerata DAS dalam kurun waktu 12 tahun = 1352,92 / 6,17 = 219,17 mm

14
Sumber: Hasil perhitungan
Maka sesuai dengan perhitungan metode isohyet didapatkan hujan daerah
setiap tahunnya sebagaimana pada tabel di atas serta didapatkan juga hujan rerata
DAS dalam kurun waktu 12 tahun (interval 2004 hingga 2015) sebesar 219,17 mm.

3.2. Curah Hujan Maksimum


1. Metode Rerata Hitung
Metode rerata hitung yaitu perhitungan rerata hujan per tahunnya, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2.1. Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Metode Rerata Hitung

Metode Rata-rata hitung


Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D Rmaks
Tahun (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
2015 316,0 252,8 237,0 221,2 256,8
2014 334,0 267,2 250,5 233,8 271,4
2013 227,9 212,0 198,8 185,5 206,1
2012 189,0 151,2 141,8 132,3 153,6
2011 268,0 214,4 201,0 187,6 217,8
2010 306,0 244,8 229,5 214,2 248,6
2009 216,0 172,8 162,0 151,2 175,5
2008 248,0 198,4 186,0 146,9 194,8
2007 282,0 225,6 194,9 197,4 225,0
2006 329,0 263,2 246,8 230,3 267,3
2005 241,0 192,8 180,8 168,7 195,8
2004 294,0 235,2 220,5 205,8 238,9
Sumber: Hasil perhitungan
Berdasarkan tabel 3.2.1.1 maka curah hujan maksimum DAS dalam kurun
waktu 12 tahun interval 2004-2015 yaitu 271,4 pada tahun 2014.
2. Metode Thiessen
Pada metode thiessen harus mencari terlebih dahulu koefisien thiessen dengan
cara membagi luas wilayah per stasiun dengan luas total wilayah. Setelah itu
dikalikan dengan data curah hujan maksimum, maka dengan tahapan perhitungan
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.2.2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Maksimum Metode Thiessen
Metode Thiessen
Stasiun A Stasiun B Stasiun C Stasiun D Rmaks
Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

15
p1 = 0,19 p2 = 0,25 p3 = 0,32 p4 = 0,23
2015 316,0 252,8 237,0 221,2 252,2
2014 334,0 267,2 250,5 233,8 266,6
2013 227,9 212,0 198,8 185,5 204,6
2012 189,0 151,2 141,8 132,3 150,9
2011 268,0 214,4 201,0 187,6 213,9
2010 306,0 244,8 229,5 214,2 244,2
2009 216,0 172,8 162,0 151,2 172,4
2008 248,0 198,4 186,0 146,9 191,7
2007 282,0 225,6 194,9 197,4 219,7
2006 329,0 263,2 246,8 230,3 262,6
2005 241,0 192,8 180,8 168,7 192,4
2004 294,0 235,2 220,5 205,8 234,7
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan tabel 3.2.1.1 maka curah hujan maksimum DAS dalam kurun
waktu 12 tahun interval 2004-2015 yaitu 266,6 pada tahun 2014.
3.3. Kesimpulan
Berdasarkan data peta kontur terlihat bahwa DAS merupakan dataran rendah
karena berada pada ketinggian 100 – 237,5 mdpl serta luas wilayah yang berkisar
sekitar 6.170 Ha ditambah lagi dengan stasiun hujan yang cukup merata maka untuk
curah hujan maksimum dan hujan rerata DAS menggunakan metode rerata aritmatik,
dimana hasil untuk hujan rerata DAS sebesar 221 mm dan curah hujan maksimum
sebesar 271,4 mm.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harisuseno, Donny. 2021. Kuliah ke-5. Presipitasi 2021. Diakses melalui


https://drive.google.com/file/d/1SvpOIRI4J8JFPPRsMuSD_RMut4p1agMq/v
iew?usp=drivesdk pada 6 April 2021.
Akmal. 2010. BAB II DASAR TEORI. Diakses melalui
http://eprints.undip.ac.id/34625/5/2072_chapter_II.pdf pada 18 April 2021

17

Anda mungkin juga menyukai