Anda di halaman 1dari 2

Nama : Semadera Solichin Putri

Kelas : D
NPM : 18.4301.402

Rangkuman Lembaga Pembiayaan Factoring

A. Jangka waktu berlakunya Factoring


Jangka waktu ajak piutang (factoring) yaitu sesuai dengan piutang jangka
pendek. Piutang perdagangan jangka pendek umumnya berkisar antara 30
(tiga puluh) sampai 90 (sembilan puluh) hari.

B. Prosedur dan Mekanisme


Mekanisme factoring atau anjak piutang yang dimaksudkan disini adalah
proses atau tata cara penawaran piutang sampai dengan beralihnya piutang
tersebut dengan pelunasannya. Mekanisme tersebut, jika dibuat dalam bentuk
bagan akan tergambar sebagai berikut :

PENJUAL BARANG A PEMBERI BARANG

Untuk selanjutnya dalam


B Untuk selanjutnya dalam
factoring disebut dengan factoring disebut dengan
KLIEN
C CUSTOMER

D
PERUSAHAAN LEMBAGA
E PEMBIAYAAN G
Untuk selanjutnya dalam
F factoring disebut dengan
FACTOR

Keterangan :
A. Penjual (Klien) menjual barang kepada pembeli (customer) secara kredit
dengan jangka waktu pendek
B. Untuk kepentingan dana segar (cash flow), Penjual (klien) meminta
persetujuan kepada pembeli (customer) untuk menjual piutang tersebut
kepada perusahaan pembiayaan (yang dalam hal ini perusahaan factoring)
kepada factor.
C. Pembeli (customer) menyetujui perpindahan hak menagih dari penjual
(klien) kepada factor.
D. Data mengenai piutang yang berasal dari jual beli tersebut oleh penjual
(klien) diteruskan/dipindahkan kepada factor.
E. Atas dasar itu, maka dibuatlah perjanjian factoring antara penjual (klien)
dan factor.
F. Factor membayar kepada klien penjualan piutangnya denga harga diskon
tertentu.
G. Pembeli (customer) setelah jangka waktu jatuh temponya perjanjian jual
beli kredit membayar utangnya kepada factor.

C. Factoring dilihat dari Hukum Perdata dan Hukum Publik


Anjak Piutang (Factoring) dalam BW (KUH Perdata) tidak dikenal. Namun
keberadaannya dimungkinkan dalam sisterm Hukum Indonesia, karena hukum
perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak sebagaimana
tercantum didalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya” artinya hukum perjanjian (berdasarkan asas
kebebasan berkontrak) memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
para pihak untuk membuat perjanjian apa saja, termasuk pernjanjian Anjak
Piutang, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan
ketertiban umum.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perjanjian Anjak Piutang merupakan
“perjanjian tidak bernama” yang berdasarkan asas kebebasan berkontrak
diperkenakan untuk dibuat para pihak yang berkehendak membuatnya dan
mengikat sebagai undang-undang diantara mereka dan harus memenuhi syarat
sahnya perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata.
Sedangkan jika dilihat dari segi hukum publik, sebagai usaha yang bergerak di
bidang Jasa Pembiayaan, Anjak Piutang banyak menyangkut kepentingan
publik terutama yang bersifat administratif yang meliputi Undang-undang di
Bidang Hukum Publik dan Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan, secara
khusus, Berdasarkan Keputusan Presiden No 61 Tahun 1988 Tanggal 20
Desember 1988 (Kepres/61/1988) jo. SK. Menkeu No. 1251/1988 yang
mendefinisikan Anjak Piutang sebagai “Usaha Pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar neger”.

Anda mungkin juga menyukai