Anda di halaman 1dari 16

membaca permulaan

Posted on May 11, 2013

BAB I

PEMBUKAAN

            Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahsa tulis yang reseptif. Semua
yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinnkan orang tersebut mampu mempertinggi
daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawsannya. Dengan demikian
maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa pun yang ingin
maju da meningkatkan diri. Pembelajaran dikelas I dan kelas II merupakan pembealajaran tahap
awal, kemamapuan membaca siswa diperoleh dikelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar
pembelajaran membaca dikelas berikutnya. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca disekolah
mempunyai peranan yang penting.

1. Rumusan Masalah

Adapun masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apakah pengertian Membaca Permulaan ?


2. Bagaimanakah tujuan Membaca Permulaan ?
3. Apa sajakah Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan ?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak mengalami kesulitan
Membaca Permulaan ?
5. Apa sajakah kesulitan yang dihadapi anak dalam Membaca Permulaan ?
6. Bimbingan apa sajakah yang dilakukan guru dalam mengatasi anak yang
megalami kesulitan Membaca permulaan ?
7. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :

1. menjelaskan pengertian Membaca Permulaan.


2. Menjelaskan tujuan Membaca Permulaan.
3. Menjelaskan Metode yang digunakan dalam pembelajaran Membaca Permulaan.
4. Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan
Membaca Permulaan.
5. Menyebutkan kesulitan yang dihadapi anak dalam Membaca Permulaan.
6. Mengetahui bimbingan yang dilakukan guru dalam mengatasi anak yang
megalami kesulitan Membaca permulaan.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas
awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan
menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran
membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan.

Empat aspek keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan (Muchlisoh, 1992: 119) :

1. Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi ketrampilan


membaca dan menyimak.
2. Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan
menulis dan berbicara.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan


siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam situasi resmi non
resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk tujuan apa. bertumpu pada kemampuan dasar
membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan


membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan
atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal
bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi
bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu
kemampuan membunyikan :

1. Lambang-lambang tulis,
2. Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
3. Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Membaca Permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan
menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif
menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami
makna suatu kata atau kalimat (Nuryati, 2007).

1. Tujuan Membaca Permulaan

Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai
dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam
(Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat”.

Pelaksanaan Membaca Permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu
membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku. Pembelajaran membaca
tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain
buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca
dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.

Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan kelas-kelas rendah belum
memberi pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih ditekankan pada usaha menyempurnakan
rasa. Yang harus dikembangkan adalah kecerdasan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan
pengendalian emosinya. Pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana
menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali hal-hal kecil di
sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut, dengan sendirinya minat dan
potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan
hidupnya semakin besar. Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi.
Seorang anak belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-
orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak diarahkan agar mampu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk berkomunikasi dalam berbagai
situasi yaitu, mampu menyapa, mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan
perasaan melalui bahasa (Thahir, 1993:2 dalam http://digilib.unnes.ac.id).

1. Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Membaca

Dalam Pembelajaran Permulaan ada beberapa metode yang digunakan antara lain:

1)      Metode Eja

Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan


mengenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut dilafalkan anak sesuai bunyinya
menurut abjad. Setelah melalui tahapan ini , para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku
kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

Misalnya : b, a – ba (dibaca be.a – ba)

d,u – du (dibaca de.u – du)

ba-du dilafalkan badu

b, u, k, u menjadi b.u – bu (dibaca be.u – bu)

k.u – ku (dibaca ka.u – ku)

Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menulis huruf-huruf lepas,
kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku kata. Proses
pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh-contoh
perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Dalam
pemilihan bahan ajar membaca dan menulis permulaan hendaknya dimulai dari hal-hal yang
konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan
anak menuju yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi anak.

2)      Metode Bunyi dan Abjad

Proses Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode bunyi hampir sama dengan metode
eja, hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf.

Misalnya : huruf b dilafalkan /beh/

d dilafalkan /deh/

c dilafalkan /ceh/

g dilafalkan /geh/

p dilafalkan /peh/ dan sebagainya.

Dengan demikian kata “nani” dieja menjadi :

En.a – na

En.i – ni – dibaca – na-ni

Metode abjad yaitu na,na-nana

Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar proses pembelajarannya
tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad. Perbedaannya hanya terletak pada cara atau sistem
pembacaan (pelafalan) abjad. Beda antara metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad,
sedangkan pada metode bunyi huruf diucapkan sebagai bunyi.

3)      Metode Suku Kata dan Metode Kata

Prose Pembelajaran Membaca Permulaan dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku
kata seperti ba, bi, be, bu, bo, ca, ci, cu, ce, co, da, di, du, de, do, dan seterusnya. Suku-suku kata
tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku
kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi pada suku kata menjadi kata-kata bermakna,
untuk bahan ajar membaca dan menulis permulaan, kata-kata tadi misalnya :

ba-bi cu-ci da-da ka-ki

ba-bu ca-ci du-da ku-ku


bi-bi ci-ca da-du ka-ku

ba-ca ka-ca du-ka ku-da

Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud seperti pada contoh dibawah ini :

ka-ki ku-da

ba-ca bu-ku

cu-ci ka-ki (dan sebagainya).

Jika kita simpulkan , langkah-langkah pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan
metode suku kata adalah:

a)      tahap pertama, pengenalan suku-suku kata

b)      tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata

c)      tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kalimat sederhana

d)     tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan (kalimat kata-kata –
suku kata – kata).

4)      Metode Global

Sebagai contoh, dibawah ini merupakan bahan ajar untuk membaca dan menulis permulaan yang
menggunakan metode global.

a)      memperkenalkan gambar dan kalimat

b)      menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi
huruf-huruf.

Misalnya : ini mimi

ini mimi

i-n-i mi-mi

i-n-i m-i-m-i

5)      Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)


SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran
membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula.  Dalam hal ini Momo (1979)
mengungkapkan beberapa cara, metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni : tanpa buku dan
menggunakan buku.

1)      Tahap tanpa buku, dengan cara :

1. Merekam bahasa siswa, bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan
mereka, direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang
digunakan sebagai bahan bacaan adalah bahasa siswa sendiri maka siswa tidak
mengalami kesulitan.
2. Menampilkan gambar sambil bercerita. Dalam hal ini guru memperlihatkan
gambar kepada siswa, sambil bercerita seperti gambar tersebut. Kalimat-kalimat
yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar bahan
bacaan.

Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang anak yang sedang menulis sambil bercerita,
misalnya : ini Adi, Adi sedang duduk dikursi.

Kalimat-kalimat guru tersebut menuliskan dipapan tulis, dan digunakan sebagai bahan bacaan.

1. Membaca gambar.

Contoh : guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil
mengucapkan kalimat “ini ibu”. Siswa melanjutkan bacaan tersebut dengan bimbingan guru.

1. Membaca gambar dengan kartu kalimat.

Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat gambar
dibawah. Untuk memudahkan pelaksanaan dapat digunakan media papan slip atau papan flanel,
kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, kartu gambar. Dengan menggunakan media seperti itu
untuk menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.

1. Membaca kalimat secara struktural (S).

Setelah siswa dapat membaca tulisan dibawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi
sehingga ahirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini yang
digunakan kartu-kartu kalimat serta papan slip atau flanel. Dengan dihilangkan gambar maka
yang dibaca siswa adalah kalimat.

Misalnya            : ini bola

ini bola Adi

1. Proses Analitik (A).


Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kat, kata
menjadi suku, suku menjadihuruf.

Misalnya : ini bola

Ini                bola

I ni               bo        la

I       n          i           b          o          l           a

1. Proses Sintetik (S).

Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang digunakan, huruf-huruf itu dirangkai
lagi menjadi suku kata dan akta menjadi kalimat.

Misalnya : Ini                 bola

I ni               bo        la

I       n          i           b          o          l           a

2)      Tahap dengan buku, dengan cara :

1. Membaca buku pelajaran


2. Membaca majalah bergambar.
3. Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan sisw
4. Membaca bacaan yang disusun oleh siswa secara berkelompok.
5. Membaca bacaan yang disusun siswa secara individual.

Kelemahan Metode SAS yaitu:

1. Kurang Praktis
2. Membutuhkan banyak waktu
3. Membutuhkan alat peraga

1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca


Permulaan

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak (Spodek dan Sacacho, 1994
dalam http://digilib.unnes.ac.id). Dalam praktek lapangan, banyak kita jumpai pada anak usia
SD, terutama di kelas rendah masih terhitung banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar
dalam hal membaca bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang
berasal dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri pembaca). Faktor
internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan kompetensi pembaca, motivasi dan
kemampuan pembacanya. Sedangkan faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang
berasal dari lingkungan baca.

1. Faktor Internal

a)      Minat baca

Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu
minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan pembiasaan- pembiasaan terus menerus. Jika
minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai.
Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca
siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.

b)      Motivasi

Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam
motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: fungsi membangkitkan (arousal
function) yaitu mengajak siswa belajar, fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus
bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, fungsi intensif (incentive function) yaitu
memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function)
yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang
(Abd. Rachman, 1993 : 115 dalam http://digilib.unnes.ac.id)

c)      Kepemilikan Kompetensi Membaca

Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan
menulis. Keterampilan dalam membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan
membaca terkait dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau
maksud dan pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak dilakukan
secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan
sendirinya.

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini
sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui
perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang
menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat
mempengaruhi tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan
akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.

1. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapi pada anak yang mengalami
kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1)      Kurang mengenali huruf

Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali dijumpai oleh guru yang
sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf kecil.

2)      Membaca kata demi kata

Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti
dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :

1. gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding).


2. gagal memahami makna kata.
3. kurang lancar membaca.

3)      Pemparafase yang salah

Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang
tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma.

4)      Miskin pelafalan

Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa (fonem).

5)      Penghilangan

Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks yang
dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang
membentuk kata.

6)      Pengulangan

Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh faktor tidak
mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.

7)      Pembalikan

Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri.
Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam membunyikan huruf-huruf,
misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal
yang memiliki kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan
menulis.

8)      Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca juga dipandang
sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah kata seorang dalam kalimat “anak
sedang bermain”.

9)      Penggantian

Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan anak membaca
suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca
kata mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.

10)  Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala

Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu
membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.

11)  Kesulitan konsonan

Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan
tersebut.

12)  Kesulitan vokal

Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf, misalnya e selain
melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam kata keras, kepala, kerang, telah dan
sebagainya) huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber
kesulitan anak dalam membaca.

13)  Kesulitan kluster, diftong dan digraf

Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih),
diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang melambangkan satu bunyi). Ketiga hal
tersebut merupakan sumber kesulitan anak yang sedang belajar membaca.

14)  Kesulitan menganalisis struktur kata

Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu kata.
Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.

15)  Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya

Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur kata dan
penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimat) (http://digilib.unnes.ac.id).

1. Bimbingan yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Megalami


kesulitan Membaca permulaan
Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan
belajar anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan mendidik
siswanya. Bimbingan yang harus dilakukan guru dalam menghadapi anak yang mengalami
kesulitan membaca antara lain :

1. Bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf

Langkah yang harus ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan kurang
mengenali huruf ini dapat berupa :

a)      Huruf dijadikan bahan nyanyian.

b)      Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya huruf-huruf


yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).

1. Bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata

Langkah yang dilakuan guru untuk mengatsi anak yang mengalami kesulitan jenis ini adalah :

a)      Gunakanlah bacaan yang tingkat kesulitannya rendah.

b)      Anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras.

c)      Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu pengayaan
kosakata.

d)     Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan anak
membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.

1. Bimbingan terhadap anak yang salah memparafrase.

Langkah yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini yaitu dengan cara :

a)      Jika kesalahan disebabkan ketidaktahuan anak terhadap makna kelompok kata (frasa),
sajikan sejumlah kelompok kata dan latihkan cara membacanya.

b)      Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang tanda baca, perkenalkan fungsi
tanda baca dan cara membacanya.

c)      Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk membacanya.

d)     Selanjutnya ajaklah anak untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.

1. Bimbingan terhadap anak yang miskin pelafalan

Untuk mengatasi kesulitan pelafalan, guru dapat menggunakan cara berikut :


a)      Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.

b)      Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan khusus
pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.

1. Bimbingan terhadap anak yang mengalami penghilangan kata

Untuk mengatasi hal ini ditempuh cara :

a)      Anak disuruh membaca ulang.

b)      Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.

c)      Berikan latihan membaca kata atau frasa.

1. Bimbingan terhadap anak yang sering mengulangi kata

Upaya yang dilakukan guru dalam hal ini antara lain :

a)      Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan kebiasaan
buruk.

b)      Kenali jenis kata yang sering diulang.

c)      Siapkan kata atau frasa jenis untuk dialatihkan.

1. Bimbingan terhadap anak yang sering melakukan pembalikan kata

Upaya mengatasi kesulitan ini dapat dikukuhkan dengan cara sebagai berikut :

a)      Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan sistem alfabetis)
menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.

b)      Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki
bentuk serupa untuk dilatihkan.

c)      Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna, misalnya : huruf p dan b
dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan bagi.

1. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menyisipkan kata

Untuk mengatasi hal ini, bimbinglah anak dengan menyuruh anak membaca dengan pelan-pelan
dan mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam membaca.

1. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan mengganti suku kata


Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara :

a)      Gunakan bahan bacaan yang teramsuk kategori mudah.

b)      Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak.

c)      Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.

1. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menggunakan gerak bibir, jari
telunjuk dan menggerakan kepala.

Untuk mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakkan bibir sewaktu membaca dalam hati,
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a)      Anak disuruh mengumumkan suatu kalimat, selanjutnya suruh anak untuk mengulangi
membaca kalimat tersebut tanpa mengunyam.

b)      Jelaskan pada anak bahwa membaca mengunyam dapat menghambat keefektifan
membaca.

Sedangkan untuk menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, dapat
dilakukan kegiatan berikut.

a)      Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata.

b)      Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas.

c)      Latihkan teknik membaca prosa.

d)     Peringkatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuk dalam membaca.

1. Bimbingan terhadap anak yang kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dapat


dilakukan bimbingan antara lain :

a)      Kembangkan anak dalam mendengarkan konsonan yang sulit misalnya tuliskan kata-kata
yang dimulai dengan konsonan (depan, adat, dapat, diri dan sebagainya).

b)      Suruh anak mencari dan mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung konsonan
tersebut.

c)      Latihkan anak mengucapkan kata-kata yang didalamnya terkandung

d)     konsonan.

1. Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan vokal, untuk mengatasi anak
yang mengalami kesulitan ini dapat dilakukan :
a)      Tanamkan pengertian pada diri anak bahwa huruf-huruf tertentu dalam

b)      melambangkan lebih dari satu bunyi misalnya : huruf e dapat melambangkan bunyi e dan
é.

c)      Berikan contoh huruf e yang melambangkan bunyi e dan é dalam kata-kata

d)     Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf tersebut.

1. Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan kluster, diftong dan digraf

Untuk mengatasi kesulitan ini lakukan :

a)      Kenalkan kluster (misalnya st, kl, gr, pr, sw), diftong (misalnya ai, oi, ui) dan digraf
(misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.

b)      Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan digraf.

c)      Mintalah anak untuk mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung kluster,
diftong, dan digraf.

d)     Perintahkan anak membacakan kata-kata yang telah dikumpulkan.

1. Bimbingan terhadap anak yang kesulitan menganalisis struktur kata

Untuk mengatasi kesulitan ini lakukanlah :

a)      Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.

b)      Perkenalkan kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.

c)      Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan memanfaatkan metode yang ada.

d)     Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.

1. Bimbingan terhadap anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan
cara mengucapkannya.

Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini lakukan :

a)      Ambil satu kata dan daftarkan kata turunannya (misalnya kata : membaca, membacakan,
dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).

b)      Bimbinglah anak untuk mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan
tersebut.
c)      Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan sebagainya)
(http://digilib.unnes.ac.id).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas
awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan
menangkap isi bacaan dengan baik.

untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan


membunyikan :

1. Lambang-lambang tulis,
2. Penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan
3. Memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah agar siswa
memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai
dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam
(Depdikbud, 1994:4) yaitu agar “Siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat”.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Asdi
Mahasatya.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hartati dkk.(2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Bandung: UPI
PRESS.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/2112.pdf / 270909/15:45.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/tmp/2251.html 270909/15:60.

http://hudaita.blogspot.com/2009/01/pembelajaran-membaca-permulaan
dengan.html/290909/16:00.

http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2009/08/pembelajaran-membaca-permulaan-
melalui.html/270909/16:30.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/tik/article/viewPDFInterstitial/16941/16927/101009/
11:00.

http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02/penerapan-metode-pembelajaran-membaca-
permulaan/290909/16:20.

http://teguhs-atu.blogspot.com/2009/11/pembelajaran-membaca-dan-membaca.html

http://gudangartikels.blogspot.com/2011/08/pengertian-dan-tujuan-membaca-permulaan.html

Anda mungkin juga menyukai