Anda di halaman 1dari 18

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

POKOK BAHASAN 3 :

SISTEM KEWASPADAAN DINI KEJADIAN LUAR BIASA (SKD-KLB)

POKOK MATERI

1) Konsep dasar SKD-KLB


2) Konsep Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
3) Mekanisme laporan SKDR
4) Analisis data sederhana dengan Pemantauan Wilayah Setempat/PWS

URAIAN MATERI

1. Konsep dasar SKD-KLB


Salah satu upaya dalam mengurangi kerugian akibat yang ditimbulkan oleh letusan
Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit atau keracunan adalah melakukan
pengamatan yang intensif yang dikenal dengan Sistem Kewaspadaan Dini terhadap
penyakit potensial KLB (SKD-KLB), termasuk keracunan. Kegiatan SKD diarahkan
terhadap deteksi dini KLB dan pemantauan faktor-faktor yang memungkinkan
timbulnya KLB serta cara-cara pencegahan dan penanggulangannya, sehingga dapat
mengurangi kerugian.
Pelaksanaan SKD-KLB di Puskesmas akan memberikan manfaat yang besar dalam
pencegahan KLB penyakit apabila dilaksanakan dengan baik. Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) merupakan salah satu aplikasi SKD-KLB di Puskesmas. Disamping
itu, di Puskesmas juga terdapat PWS imunisasi, PWS sanitasi dan sebagainya.

Dugaan terhadap suatu KLB mungkin muncul ketika aktifitas surveilans rutin
mendeteksi adanya isolat mikroba atau kluster kasus yang tidak biasa, atau terjadinya
peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah yang biasa. Gambar dibawah
menunjukan bentuk kurva epidemi, deteksi dini KLB dapat menjelaskan kemungkinan
adanya peningkatan sejak ditemukan kasus pertama bahkan sebelum kasus pertama
di temukan dengan melihat faktor resiko atau tanda-tanda epidemiologi kasus tertentu.
Gambar :Deteksi dini KLB dan besaran masalah jika tidak dilakukan antisipasi KLB

Sampel
Kasus Kasus pertama diambil Sampel
pertama di Pkm Laporan Respon

R
dikirim dilakukan
90
80
masalah
70
60
Kasus

50
40 Kasus
30 dapat di
kontrol
20
10
0
1

9
11

13

15

17

19

21

23

25

27

29

31

33

35

37

39
Sumber : Modul Pelatihan Surveilans Puskesmas,2018

Gambar diatas menunjukan betapa pentingnya deteksi dini KLB. Semakin awal dapat
mendeteksi potensi KLB, makin besar potensi dampak negatif akibat KLB yang dapat
dicegah.
Waspada & amati Kejadian antara lain:
 Penyakit
 Gejala/tanda (AFP, bercak merah)
 Masalah Kesehatan (gizi buruk, perilaku)
 Kondisi Lingkungan (vektor, udara, air)
 Prilaku

SKD-KLB itu sendiri merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984,


PP Nomor 40 tahun 1991, Permenkes Nomor 560 tahun 1989 dan Permenkes Nomor
949 tahun 2004, sehingga perumusan SKD-KLB menggunakan pendekatan legalitas,
epidemiologi dan kesisteman.

1) Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB)

a. Adalah suatu tatanan pengamatan yang mendukung sikap tanggap terhadap


adanya suatu perubahan status kesehatan dalam masyarakat, berupa
penyimpangan persyaratan yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinya
kesakitan/ kematian atau pencemaran makanan/lingkungan sehingga dapat segera
melakukan tindakan dengan cepat dan tepat untuk mencegah/ mengurangi
terjadinya korban.
b. Dalam menerapkan SKD-KLB digunakan pendekatan deteksi dini KLB dan
pendekatan faktor risiko KLB. Pendekatan deteksi dini menekankan pada
identifikasi adanya KLB sedini mungkin, sehingga upaya penyelidikan dan
penanggulangan dapat segera dilakukan dan korban sakit atau kematian dapat
dicegah atau dikurangi. Sementara pendekatan faktor risiko menekankan pada
identifikasi faktor risiko KLB, agar upaya-upaya pencegahan dan kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan terjadinya KLB dapat dilakukan. Misalnya, identifikasi
perubahan sanitasi terhadap kemungkinan terjadinya KLB kolera.

2) Indikator
a. Adalah tanda-tanda terjadinya peningkatan kesakitan, kematian, atau perubahan
faktor risiko yang dipantau secara terus menerus dan sistematis untuk mengetahui
terjadinya perubahan atau penyimpangan terhadap kemungkinan terjadinya KLB.
Kewaspadaan berbasis indikator merupakan cara rutin pelaporan penyakit ke Dinas
Kesehatan. Data yang dilaporkan rutin oleh puskesmas merupakan indikator yang
diamati di puskesmas, merupakan data terstruktur sesuai standarisasi dalam
penyampaian laporan. Diantara sistem kewaspadaan dini yang sedang
diimplementasikan adalah SKDR.
Kewaspadaan dini berbasis kejadian dimaksud dilakukan untuk menangkap dan
memberikan informasi secara cepat tentang suatu penyakit, faktor risiko, dan
masalah kesehatan dengan menggunakan sumber data berdasarkan kejadian.
Misalnya: pada rumor ataupun kejadian KLB keracunan pangan atau penyakit.

3) Variabel SKD (variabel kasus dan variabel pra kasus)


a. Pada pendekatan deteksi dini KLB menggunakan pemantauan terhadap jumlah
kesakitan dan kematian (pemantauan kasus - PWS kasus/surveilans), sementara
pendekatan faktor risiko KLB menggunakan pemantauan terhadap perubahan
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan (pemantauan prakasus – PWS
sanitasi, PWS imunisasi, dsb). Variabel PWS kasus maupun PWS prakasus harus
sederhana, tidak komplek, baik pada saat pengumpulan, pengolahan data, analisis-
interpretasi maupun distribusi informasi epidemiologinya. Hal ini sangat penting,
karena PWS tersebut merupakan aplikasi lapangan, frekuensi kegiatan sangat
tinggi (harian atau mingguan) dan membutuhkan tindak lanjut segera.
VARIABEL INDIKATOR
PENYAKIT
PRA KASUS KASUS
1. Penyakit yang • Cakupan imunisasi • Peningkatan atau
dapat dicegah desa < 80 % adanya kasus campak,
dengan polio, pertusis, difteri,
imunisasi (PD3I) tetanus
2. Diare • Perilaku hidup sehat • Peningkatan kasus diare
• Penyediaan air • Ada kematian atau kasus
bersih diare dengan dehidrasi
• % Jamban keluarga berat
3. DHF • Angka bebas jentik • Peningkatan atau
adanya kasus demam
berdarah dengue

Pada umumnya kegiatan atau langkah-langkah SKD-KLB adalah meliputi :

1) Penetapan Daerah Rawan KLB suatu Penyakit Menular atau keracunan tertentu.
2) Penetapan bulan atau minggu rawan KLB berdasarkan kajian data KLB beberapa
tahun sebelumnya.
3) Penetapan unsur dasar penyebab terjadinya KLB suatu penyakit tertentu,
berdasarkan hasil kajian data KLB beberapa tahun sebelumnya dan kondisi saat
sekarang.
4) Mengajukan rencana kegiatan (anggaran) untuk menghadapi kemungkinan
terjadinya KLB, baik untuk pemantapan SKD-KLB dan kesiapsiagaan menghadapi
kemungkinan adanya KLB (penyelidikan dan penanggulangan yang berupa
pelayanan pengobatan dan manipulasi faktor risiko dari masing-masing program
terkait).
5) Pemantauan terhadap peningkatan kasus atau kematian. Pemantauan ini bersifat
dinamis artinya pada tahun dan atau bulan rawan KLB maka pemantauan dilakukan
lebih ketat. Misalnya pada SKD-KLB diare, dilaksanakan pemantauan mingguan
wabah (W2), dan pada musim kemarau panjang atau adanya KLB di sekitarnya,
maka pemantauan dilakukan tiap hari di Puskesmas dan Rumah Sakit dengan
pemantauan terhadap peningkatan kasus diare dan munculnya kasus diare dehidrasi
berat.
6) Pemantauan terhadap kondisi lingkungan pemukiman, kondisi masyarakat dan
kondisi pelayanan kesehatan.
7) Penyelidikan situasi rawan KLB atau ada dugaan terjadinya KLB
8) Kesiapsiagaan menghadapi KLB, pada saat ancaman adanya KLB meningkat :
a. Memperbaiki kondisi rawan dan mengingatkan petugas serta masyarakat akan
adanya kemungkinan terjadinya KLB serta tindakan pencegahan dan pengobatan
segera yang harus dilakukan.
b. Peningkatan aktivitas surveilans.
c. Tindakan cepat pada peningkatan kasus yang cenderung KLB serta pemberian
terapi untuk mempercepat penyembuhan, sehingga penderita tidak lagi menjadi
sumber penularan. Pada beberapa kasus, isolasi penderita di rumah atau rumah
sakit dapat dilakukan.

2. Konsep Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR)

Menurut Depkes RI (2012:5) EWARS adalah sebuah sistem yang berfungsi


dalam mendeteksi adanya ancaman indikasi KLB penyakit menular yang
dilaporkan secara mingguan dengan berbasis komputer, yang dapat
menampilkan sinyal alert atau sinyal peringatan dini adanya peningkatan kasus
penyakit melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah, dan Alert atau signal
peringatan dini yang muncul pada sistem, bukan berarti sudah terjadi KLB
tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan petugas untuk melakukan
respons cepat agar tidak terjadi KLB.
Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau yang biasa disebut
dengan Early Warning Alert Response and System(EWARS) adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memantau pergerakan suatu penyakit menular
tertentu dalam suatu periode dan memunculkan sinyal sebagai tanda
peringatan apabila terjadi peningkatan kasus yang melebihi nilai ambang batas
yang telah ditentukan (Depkes RI, 2008).
Sistem kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) atau dalam aplikasi yang biasa
digunakan adalah Early Warning Alert and Respon System (EWARS). EWARS.
EWARS merupakan laporan mingguan berbasis web.
Terdapat 23 jenis penyakit yang dilaporkan melalui EWARS yaitu :1) diare akut,
2) malaria konfirmasi, 3) tersangka demam berdarah dengue, 4) pneumonia, 5)
disentri,6) tersangka tifoid,7 jaundice akut, 8) tersangka chikungunya, 9)
tersangka flu burung pada manusia, 10) campak klinis, 11) tersangka difteri,
12) tersangka pertusis, 13) AFP (lumpuh layuh mendadak), 14) gigitan hewan
menular rabies, 15) tersangka antrax, 16) tersangka leptospirosis,17)
tersangka kolera, 18) kluster penyakit yang tidak lazim, 19) tersangka
meningitis, 20) tersangka tetanus neonatorum, 21) ILI (Influenza Like Illnes),22)
HFMD (Hand Foot Mouth Disease), 23) tetanus.

Dengan banyaknya penyakit yang diamati dan dilaporkan setiap minggunya


diharapkan potensi terjadinya KLB semakin kecil (Kemenkes RI, 2015).

Tujuan EWARS Menurut Kemenkes RI (2012 : 7) antara lain :


1) Menyelenggarakan deteksi dini KLB bagi penyakit menular
2) Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular
3) Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB
4) Memonitor kecenderungan penyakit menular
5) Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.

Indikator pelaksanaan EWARS berupa ketepatan dan kelengkapan pelaporan


oleh seluruh puskesmas. Ketepatan dan kelengkapan pelaporan menjadi alat
untuk mengukur kinerja puskesmas dalam melaksanakan EWARS karena
ketepatan dan kelengkapan laporan Puskesmas yang dilaporkan sangat
mempengaruhi deteksi penyakit.
Ketepatan dan kelengkapan laporan Puskesmas yang dilaporkan setiap
minggunya melalui format mingguan akan sangat berpengaruh dalam
mendeteksi penyakit yang berpotensi KLB, karena semakin tinggi ketepatan
laporan maka semakin cepat sinyal peringatan dini (alert) terhadap KLB
terdeteksi dan semakin tinggi tingkat kelengkapan laporan maka semakin luas
sinyal peringatan dini (alert) terhadap KLB terdeteksi. Dimana waktu
pengiriman data agregat di tingkat Puskemas ke Kab/Kota dan Pusat dilakukan
setiap senen pagi (Depkes RI, 2012:5).
Dengan ketepatan laporan yang tinggi akan mempercepat sinyal peringatan
dini terhadap KLB dan dengan kelengkapan yang tinggi pula maka akan
memperluas sinyal peringatan dini terhadap KLB.
Target kelengkapan pelaporan sebesar 90% dan ketepatan pelaporan sebesar
80% (Kemenkes RI,2015)

EWARS merupakan salah satu perangkat dalam surveilans untuk mengetahui secara
dini keberadaan sinyal peringatan/ ancaman penyakit menular potensial KLB.
Sebagian besar penyakit menular yang masuk dalam sistem kewaspadaan dini adalah
penyakit menular dengan rata-rata masa inkubasi selama 1 minggu.
1) SKDR Berbasis Website
Pada saat ini SKDR sudah berbasis website. SKDR Berbasis Website untuk
memudahkan dalam operasional pelaporan, analisis dan penyimpanan data.

Beberapa kemudahan tersebut diantaranya menggunakan :


 Komputer dengan Browser internet (direkomendasikan menggunakan Mozilla
FireFox)
 Komputer Tablet/ Smartphone :
o Android dengan Browser Mozilla Fireox for Android.
o iOS dengan Browser Safari
 Internet

Akses Aplikasi SKDR Berbasis website melalui alamat : http://skdr.surveilans.org/


Tampilan halaman utama SKDR Berbasis Website

Sumber : Modul Pelatihan Surveilans Puskesmas,2018

2) Analisa Data – Alert


Analisa data alert untuk mengetahui ada tidaknya potensi KLB. Sebelum dianalisis,
alert harus diverifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui benar tidaknya laporan
tersebut. Setelah diverifikasi, kemudian dilakukan analisis alert.

Sumber : Modul Pelatihan Surveilans Puskesmas,2018

Data Verifikasi untuk mengetahui:


 Temuan Dilapangan
 Rencana Tindak Lanjut
 Status Verifikasi (Ya/Tidak)
 KLB (Ya/Tidak)
 Respon kurang dari 24 jam (Ya/Tidak)

Tampilan setelah verifikasi

Sumber : Modul Pelatihan Surveilans Puskesmas,2018


Analisis data dilakukan dengan melihat menu analisis data. Menu analisis data
menampilkan analisa berupa tabel, grafik, dan peta.

Tampilan Grafik

Sumber : Modul Pelatihan Surveilans Puskesmas,2018

Tampilan Trend Penyakit

Sumber : Modul Pelatihan Surveilans Puskesmas,2018


3. Mekanisme laporan SKDR
Mekanisme pelaporan SKDR dapat digambarkan seperti alur pelaporan berikut:

KETEPATAN LAPORAN

Ketepatan pelaporan dikatakan lengkap apabila pengiriman data mingguan


dilakukan tepat pada hari senin oleh petugas puskesmas ke pusat melalui
SMS. Apabila pengiriman dilakukan setelah hari senin maka dikatakan
bahwa Pelaporan tidak tepat waktu. Indikator ketepatan pelaporan
puskesmas memiliki target 80%.

KELENGKAPAN PELAPORAN DATA


Kelengkapan pelaporan adalah rerata presentase kelengkapan data kasus
yang dilaporkan oleh petugas secara mingguan ke pusat . Kelengkapan
pelaporan dikatakan lengkap apabila data yang dilaporkan seluruh penyakit
yang masuk dalam EWARS. Indikator kelengkapan pelaporan puskesmas
memiliki target 90%.
Prosedur Pengolahan Data EWARS

Menurut Kemenkes RI (2012 :7-9) prosedur pengolahan data sebagai


bentuk pengawasan terhadap penyakit yang berpotensial KLB dapat
dijelaskan sebagai berikut :

1) Unit Pelapor

Unit pelapor dari pelaksanaan EWARS adalah Puskesmas dan


kelengkapan dan ketepatan laporan dari unit pelapor dihitung berdasarkan
jumlah Puskesmas di setiap kabupaten dan provinsi dan secara otomatis
dihitung oleh aplikasi sofware.

2) Alur Data
Alur data berupa periode mingguan (minggu-sabtu), yang dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Proses pengiriman data pelaksanaan SKDR dapat di gambarkan pada bagan berikut :

Peran Unit Pelaksana SKDR (EWARS )

Menurut Kemenkes RI (2012 : 14-15) peran setiap unit pelaksana SKDR (EWARS)
dapat dijelaskan sbb :
a. Pustu, Bidan Desa :
1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan
mengisi format mingguan berdasarkan buku registrasi harian
2) Setiap Sabtu mengirim format mingguan yang telah diisi kepada petugas
surveilans di puskesmas melalui SMS

b. Puskesmas :
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, Pustu, Polindes, dan lain-lain ) dan
dibuat transkrip setiap SMS ke dalam format mingguan.
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agresi data dari Puskesmas
tersebut dan semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/pustu)
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan
5) Puskesmas mengirim laporan mingguan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan juga mengirim format mingguan melalui SMS ke petugas surveilans Pusat.

c. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS dari semua Puskesmas
2) Membuat transkrip ke dalam format mingguan
3) Mengirim format atau file ke petugas surveilans propinsi melalui email
4) Kabupaten/Kota jangan menunda mengirim laporan ke Dinkes Kesehatan
Prvovinsi
5) Membuat output laporan mingguan melalui aplikaasi EWARS dan cek indikator
kelengkapan dan ketepatan laporan
6) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sesuai dengan SOP
7) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan
sesuai SOP
8) Diskusikan dengan laboratorium hasil dari spesimen
9) Membuat buletin mingguan dan mengirimkan ke puskesmas.

d. Provinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh
kabupaten/kota
2) Cek data yang telah diimport
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirirmkan file tepat waktu atau
kala ada pertanyaan tentang data
4) Membantu kabupaten/kota ketika terjadi KLB
5) Mengumpulkan semua file elektronik dari setiap kabupaten/kota dan krim ke
pusat Subdit Surveilans dan Respon KLB
6) Membuat bulletin mingguan dan mengirimnya ke kabupaten/kota
e. Laboratorium Provinsi
1) Melakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB
atau adanya sinyal/alert.
2) Cek label dan semua informasi yang diminta unutk masing-masing spesimen
sesuai petunjuk
3) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium provinsi dan 1 set sampel
dikirim ke laboratorium pusat (rujukan)
4) Memberikan informasi segera kepada Dinas Kabupaten/Kota dan Provinsi
tentang hasil pemeriksaan laboratorium.

b. Analisis data sederhana dengan Pemantauan Wilayah Setempat/PWS

Apa yang dimaksud dengan PWS ?

PWS pertama kali di gunakan di Indonesia pada tahun 1985 yang di kenal
dengan nama Local Area Monitoring (LAM). LAM telah terbukti efektif dan
kemudian diakui oleh WHO untuk diperkenalkan di negara lain. Grafik LAM
kemudian disempurnakan menjadi Pemantauan Wilayah Setempat seperti
yang saat ini digunakan.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) selama ini digunakan oleh program
Imunisasi dan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai alat
pemantauan hasil program Imunisasi berupa grafik atau gambar pencapaian
hasil Imunisasi di masing-masing wilayah (Desa,Posyandu atau lainnya).
Dengan PWS akan dapat menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan,
sehingga hasil imunisasi dapat di perbaiki dan akhirnya secara kumulatif dapat
mencapai target yang diharapkan. Begitu pula PWS yang digunakan untuk
program KIA atau program lainnya.

Prinsip dalam PWS dapat di uraikan sbb:

1) Memanfaat data yang ada (cakupan)


2) Menggunakan indikator sederhana
3) Efektifitas/manajemen program
4) Dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan setempat
5) Dimanfaatkan untuk feed back
6) Teratur dan setiap waktu (setiap bulan)
7) Memudahkan dalam menganalisis

Bagaimana langkah dan cara membuat PWS ?

- Untuk lebih jelasnya bagaimana membuat PWS ,mari kita ikuti langkah-
langkahnya sbb:

Contoh : data cakupan imunisasi


- Pengumpulan dan pengolahan data yang diperlukan.
- Diperlukan data data cakupan imunisasi dari tiap-tiap desa
- Data sudah dikumpulkan dan diolah dalam buku rekapitulasi Puskesmas
- Data dikelompokkan dalam format pengolahan data Puskesmas
berdasarkan wilayah operasional (desa /kelurahan).
- Untuk mengetahui perkembangan cakupan imunisasi tiap desa,
pengolahan data perlu dilakukan untuk semua pelayanan imunisasi.
- Untuk membuat grafik PWS perlu diperhatikan :
a. Judul Grafik,Waktu dan Tempat
b. Kolom vertikal : Target bulanan dan target satu tahun sesuai dengan
antigen
c. Baris horisontal berisi informasi –informasi sbb:
(1) % kumulatif cakupan tiap desa ,merupakan cakupan mulai bulan
Januari sampai dengan bulan pada waktu PWS dibuat.
(2) Cakupan bulan ini adalah cakupan waktu dibuat PWS
(3) Cakupan bulan lalu adalah cakupan satu bulan yang lalu.
(4) Trend meningkat : bila cakupan bulan ini lebih tinggi dari bulan
lalu
(5) Trend sama : bila cakupan bulan ini sama dengan bulan lalu
(6) Trend menurun : bila cakupan bulan ini lebih rendah dari bulan
lalu
(7) Ranking desa, diurut dari desa yang paling tinggi cakupannya ke
desa dengan cakupan paling rendah
Contoh : Grafik Grafik PWS Imunisasi DPT-1 Puskesmas x tahun Y

Sumber : KepmenkesRI no 1059/MENKES/SK/IX/2004

Contoh : Program Diare

PWS dapat digunakan juga untuk memantau perkembangan penyakit di suatu


wilayah seperti program Diare atau program lainnya. PWS merupakan bagian
dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakan oleh Petugas kesehatan.
Melalui PWS akan terlihat kecenderungan peningkatan suatu penyakit.
Contoh PWS Penyakit Diare dari data mingguan :

Distribusi Penderita Diare di Desa Jambu Hilir


Kec. Kandangan Kab.HSS Minggu 1 s/d 12 Tahun 2006

20 20
18 17
16 16
15
14
12

Kasus
10 10
8 8 8
7 7
6 6 6
4 4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu

Sumber : Modul Dasar-dasar Surveilans Pjj PAEL 2014

Contoh PWS KLB Tifus perut per minggu ,RS Islam Jakarta

Sumber : Permenkes no 949/2004

Jadi sekarang kita tahu bahwa PWS yang digunakan untuk :


1. Program imunisasi :
Merupakan salah satu sistem surveilans kesehatan masyarakat yang
berfungsi untuk memantau kegiatan program imunisasi secara terus
menerus yang meliputi pengumpulan data,pengolahan data , analisa data,
intepretasi data dan penyebar luasan informasi hasil kegiatan melalui
pembuatan grafik PWS program Imunisasi.
2.Program Diare

Pada program Diare (atau program penanggulangan penyakit lainnya) dapat


digunakan untuk memantau perkembangan penyakit di suatu wilayah.
PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang
dilaksanakan oleh Petugas kesehatan. Melalui PWS akan terlihat
kecenderungan peningkatan suatu penyakit.

Anda mungkin juga menyukai