Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Evaluasi
2.1.1 Definisi Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan
informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya (Widoyoko, 2012:6). Sedangkan menurut pengertian istilah
“evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan” (Yunanda, 2009).
Evaluasi juga merupakan suatu riset untuk mengumpulkan, menganalisis,
dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,
selanjutnya menilainya dan membandingkannya dengan indikator evaluasi
dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai
objek evaluasi tersebut (Wirawan, 2012:7).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah proses sistematis yang bertujuan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat yang memiliki
tolak ukur, dan hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk
membuat kebijakan.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Menurut Wirawan (2012: 22-23) ada beberapa tujuan evaluasi di
antaranya adalah:
1. Menilai apakah objek evaluasi telah dilaksanakan sesuai rencana.
2. Mengukur apakah pelaksanaan objek evaluasi sesuai dengan standar.
3. Evaluasi objek dapat mengidentifikasi dan menentukan kekurangan
dari objek evaluasi.
4. Pengembangan pengguna dari objek yang dievaluasi.
5. Mengambil keputusan mengenai objek yang dievaluasi.

11
12

6. Akuntabilias.
7. Memberikan saran kepada user.
8. Mengembangkan teori evaluasi dan riset evaluasi.

2.2 Sistem Informasi


Sistem informasi merupakan sistem yang saat ini berkembang dengan pesat
bersamaan dengan pengembangan teknologi informasi. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai definisi sistem, informasi dan definisi sistem informasi sebagai satu
kesatuan.
2.2.1 Definisi Sistem
Pengertian sistem menurut Susanto (2013:22) adalah kumpulan/grup
dari subsistem/bagian/komponen apapun baik fisik atau pun non fisik yang
saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis
untuk mencapai satu tujuan tertentu. Al-Bahra (2013:3), mengemukakan
mengenai karakteristik sistem yang menyatakan bahwa suatu sistem
mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu mempunyai
komponen-komponen, batas sistem, lingkungan luar sistem, penghubung,
masukan, keluaran, pengolah, dan sasaran atau tujuan.
Menurut Romney dan Steinbart (2015:3), sistem adalah suatu
rangkaian yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang saling
berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lin untuk mencapai tujuan
dimana sistem biasanya terbagi dalam subsistem yang lebih kecil yang
mendukung sistem yang lebih besar. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem adalah kumpulan dari komponen-komponen yang
saling terkait dan saling berinteraksi dalam sebuah rangkaian untuk mencapai
suatu tujuan dan sasaran.
2.2.2 Definisi Informasi
Informasi merupakan salah satu sumber daya terpenting yang dimiliki
oleh suatu organisasi. Informasi diartikan sebagai data yang telah diolah
menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya/penggunanya. Alat
pengolahan informasi dapat meliputi elemen komputer, elemen non komputer
atau kombinasinya (Al-Bahra, 2013:9). Definisi informasi menurut Susanto
(2013:8) adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.
Menurut Gellinas dan Dull (2012:12), informasi merupakan data yang
13

disajikan dalam suatu bentuk yang berguna terhadap aktivitas pengambilan


keputusan.
Karakteristik informasi yang berkualitas menurut Gellinas dan Dull
(2012:19) adalah sebagai berikut:
a. Effectiveness: berkaitan dengan informasi yang relevan dan berkaitan
dengan proses bisnis yang disampaikan dengan tepat waktu, benar,
konsisten dan dapat digunakan.
b. Efficiency: informasi yang berkaitan melalui penyediaan informasi secara
optimal terhadap penggunaan sumber daya.
c. Confidentiality: karakteristik informasi yang berkaitan dengan keakuratan
dan kelengkapan informasi serta validitasnya sesuai dengan nilai-nilai
bisnis dan harapan.
d. Integrity: karakteristik informasi yang berkaitan dengan perlindungan
terhadap informasi yang sensitif dari pengungkapan yang tidak sah atau
tidak diizinkan.
e. Availability: suatu karakteristik dari informasi yang berkaitan dengan
informasi yang tersedia pada saat diperlukanoleh proses bisnis baik pada
saat ini, maupun di masa mendatang, hal ini juga menyangkut
perlindungan sumber daya yang diperlukan dan kemampuan yang terkait.
f. Compliance: yaitu karakteristik informasi yang berkaitan dengan
mematuhi peraturan dan perjanjian kontrak dimana proses bisnis
merupakan subjeknya, berupa kriteria bisnis secara internal maupun
eksternal.
g. Reliability: karakteristik informasi yang berkaitan dengan penyediaan
informasi yang tepat bagi manajemen untuk mengoperasikan entitas dan
menjalankan tanggung jawab serta tata kelola pemerintahan.
Berdasarkan definisi dan karakteristik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang memiliki bentuk dan
makna yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan yang
berkualitas bagi penggunanya. Informasi memiliki karakteristik seperti
efektif, efisien, kerahasiaan, integritas, ketersediaan, kepatuhan, dan
reliabilitas atau keterpercayaan.
14

2.2.3 Definisi Sistem Informasi


Pengertian sistem informasi menurut O’Brian dikutip oleh Yakub
(2012:17) pada buku Pengantar Sistem Informasi, sistem informasi
(Information system) merupakan kombinasi teratur dari orang-orang,
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya
data yang mengumpulkan, mengubah, menyebarkan informasi dalam
sebuah organisasi. Menurut Laudon (2012:16) sistem informasi adalah
komponen-komponen yang saling berkaitan yang bekerja bersama-sama
untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan menampilkan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, pengaturan, analisa
dan visualisasi pada sebuah organisasi.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi merupakan sistem yang memiliki
komponen-komponen yang saling berkaitan yang digunakan untuk
menjalankan siklus input, process dan output, yang bertujuan untuk
mengelola data menjadi informasi dan menggunakan informasi tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi.
2.2.4 Komponen-Komponen Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen penting yang
saling bekerja sama untuk melakukan proses tertentu. Komponen sistem
informasi menurut Jogiyanto (2005) adalah sebagai berikut:
a. Input, menggambarkan bagaimana suatu kegiatan menyediakan data
untuk di proses lebih lanjut.
b. Process, menggambarkan bagaimana suatu data di proses untuk
menghasilakan suatu informasi yang bernilai tambah.
c. Output, komponen yang dihasilkan dari proses yang dilakukan yang
berupa laporan proses diatas.
d. Penyimpanan, merupakan suatu kegiatan untuk memelihara dan
menyimpan data.
e. Pengendalian, suatu aktivitas untuk menjamin bahwa sistem informasi
tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan merupakan
komponen terpenting dalam sistem informasi.
15

2.3 Sistem Informasi Akuntansi


2.3.1 Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Gelinas dan Dull (2012:13), Sistem informasi akuntansi
merupakan sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan
melaporkan informasi terkait dengan aspek keuangan akan kegiatan bisnis.
Menurut Romney dan Steinbart (2015:10), Sistem informasi akuntansi adalah
sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan
mengolah data untuk menghasilkan suatu informasi untuk pengambilan
keputusan. Sistem ini meliputi orang, prosedur dan instruksi data perangkat
lunak, infrastruktur teknologi informasi serta pengendalian internal dan
ukuran keamanan. Selain kedua teori diatas, Dwi Martani (2012:4)
mengemukakan bahwa akuntansi terdiri dari empat hal penting yaitu sebagai
berikut:
a. Input (masukan) akuntansi adalah transaksi yaitu peristiwa bisnis yang
bersifat keuangan. Suatu transaksi dapat dicatat dan dibukukan ketika
ada bukti yang menyertainya.
b. Proses, merupakan serangkaian kegiatan untuk merangkum transaksi
menjadi laporan. Kegiatan itu terdiri dari proses identifikasi apakah
kejadian merupakan transaksi, pencatatan transaksi, penggolongan
transaksi, dan pengikhtisaran transaksi menjadi laporan keuangan.
c. Output (keluaran) akuntansi adalah informasi keuangan dalam bentuk
laporan keuangan. Pengguna informasi keuangan adalah pihak yang
memakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Pengguna
informasi akuntansi terdiri dari dua yaitu pihak internal dan eksternal.
Sistem Informasi Akuntansi menurut Susanto (2013:72) diartikan sebagai
kumpulan (integrasi) dari subsistem/komponen baik fisik maupun non-fisik
yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara harmonis
untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan
menjadi informasi keuangan.
2.3.2 Komponen Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi terdiri dari beberapa komponen seperti
yang diungkapkan oleh Romney & Steinbart (2015) dalam buku berjudul
Accounting for Information System sebagai berikut:
1. People, merupakan orang-orang yang menggunakan sistem.
16

2. Procedures, merupakan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan,


memproses, dan menyimpan data.
3. Data, data mengenai aktivitas bisnis perusahaan.
4. Software, perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data.
5. Information technology, terdiri dari komputer dan perangkat komunikasi
yang mendukung sistem informasi akuntansi.
6. Internal controls, merupakan pengamanan data pada sistem informasi
akuntansi.
2.3.3 Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Romney & Steinbart (2015) dalam buku berjudul Accounting for
Information System menjelaskan bahwa dengan menerapkan sistem informasi
akuntansi yang baik maka akan memberikan beberapa manfaat bagi
perusahaan seperti:
1. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa
2. Meningkatkan efisiensi
3. Memberikan manfaat sharing knowledge
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pada supply chain
5. Meningkatkan struktur pengendalian internal
6. Memperbaiki proses pengambilan keputusan

2.4 Laporan Keuangan Commented [Ma1]: Tambahkan jenis laporan


keuangan, tapi singkat saja!
2.4.1 Definisi Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2012:5) mengemukakan pengertian
laporan keuangan yaitu merupakan struktur yang menyajikan posisi
keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari
laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi
mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial
performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna
untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat
mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan
pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas.
Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna
memprediksi arus kas masa depan. Laporan keuangan juga merupakan
17

laporan tahunan yang harus disediakan perusahaan kepada publik, berisi


ringkasan dan dokumentasi keuangan perusahaan selama periode tertentu.
(Gitman, 2012:44).
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan laporan yang disediakan oleh perusahaan yang bersifat
terstruktur, yang bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai kinerja
perusahaan dan posisi keuangan perusahaan pada periode pencatatan yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan dari laporan keuangan berdasarkan IFRS (2010) adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan laporan keuangan secara umum adalah menyediakan informasi
bagi investor-investor potensial, peminjam dan kreditor lainnya, yang
menggunakan informasi pada laporan keuangan untuk membuat
keputusan mengenai pembelian, penjualan atau mempertahankan ekuitas
atau debt instruments.
2. Menyediakan informasi mengenai sumber daya entitas agar dapat
digunakan untuk menilai prospek entitas kedepannya terkait arus kas
positif dan menyediakan informasi tentang efektivitas dan efisiensi
manajemen terkait tanggungjawabnya dalam menggunakan sumber daya
entitas.
2.4.3 Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan komponen laporan
keuangan lengkap menurut PSAK 1 (2015) terdiri dari:
a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
b. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
c. Laporan perubahan ekuitas selama periode
d. Laporan arus kas selama periode
e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lain
f. Laporan posisi keuangan pada awal periode
18

2.5 Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai


tujuan perusahaan. Pengendalian internal juga memiliki peran penting pada sistem
yang diterapkan oleh perusahaan. Melalui pengendalian internal, perusahaan dapat
mengendalikan dan mengukur keefektivan dan keefisienan dari penerapan sistem
pada perusahaan.
Teru, Susan dan Hla, Daw (2015) dalam jurnal yang berjudul Evaluation of
the Usefulness of efficiency of the accounting information system, hasil dari
penelitian ini adalah organisasi harus mengembangkan sistem informasi akuntansi
serta membutuhkan pemahaman menyeluruh mengenai teknologi informasi,
kemampuan, dan risiko dalam penggunaan teknologi informasi. Penelitian ini
dilakukan karena menyadari pentingnya pengendalian internal sistem untuk
meningkatkan efisiensi sistem informasi akuntansi mengingat bahwa sistem
informasi akuntansi telah digunakan secara luas di dunia usaha. Untuk itu sistem
informasi akuntansi harus mampu membuat pekerjaan menjadi lebih efisien,
menekankan efektivitas biaya, membuat dokumentasi yang baik, menyediakan
keamanan, independen terhadap audit internal maupun eksternal, pemisahan operasi
lainnya serta memungkinkan pengendalian internal yang efektif.

2.5.1 Definisi Pengendalian Internal


COSO (2013) menjelaskan mengenai definisi pengendalian internal
dan menyatakan bahwa pengendalian internal merupakan proses yang
diterapkan secara luas, yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen dan
personel lain, yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang wajar terkait
pencapaian tujuan berdasarkan kategori berikut:
1. Efektivitas dan efisiensi operasional,
2. Keterpercayaan laporan keuangan, dan
3. Kepatuhan terhadap hukum dan kebijakan yang berlaku
Sedangkan menurut Hartadi yang mengutip pengendalian internal
menurut AICPA menjelaskan bahwa pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkordinasi yang
dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa
ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan
efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah
19

diterapkan. Menurut Mulyadi (2014:163), sistem pengendalian internal


meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong terjadinya
kebijakan manajemen.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan definisi
pengendalian internal adalah proses yang meliputi struktur organisasi, metode
dan ketentuan-ketentuan yang terkordinasi yang dipengaruhi oleh dewan
direksi, manajemen, dan personel lain yang dirancang untuk menyediakan
jaminan yang wajar terkait pencapaian tujuan seperti efektivitas dan efisiensi
operasional, keterpercayaan laporan keuangan, kesesuaian terhadap aturan
dan regulasi serta untuk melindungi harta kekayaan.
2.5.2 Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal adalah membantu manajemen agar
tujuan suatu organisasi dapat tercapai, COSO (2013) dalam kerangka kerja
terbarunya menyatakan mengenai tujuan-tujuan pengendalian internal adalah
sebagai berikut:
"The framework provides for three categories of objectives, which allow
organization to focus on differing aspects of internal control:
1. Operations Objectives - These pertain to effectiveness and efficiency
of the entity's operations, including opertional and financial
performance goals, and safeguarding assets against loss.
2. Reporting Objectives - These pertain to internal and external financial
and non-financial reporting and may encompass reliability, timeliness,
transparancy, or other terms as set forth by regulators, recognized
standard setters, or the entity's policies.
3. Compliance Objectives - These pertain to adherence to laws and
regulations to which the entity is subject."
Berdasarkan konsep COSO diatas, dapat dipahami bahwa tujuan dari
penerapan pengendalian internal adalah untuk mencapai tiga kategori tujuan
yaitu untuk mencapai tujuan operasi, pelaporan, dan kepatuhan.
2.5.3 Tipe – Tipe Pengendalian Internal
Berikut ini merupakan tipe-tipe pengendalian internal menurut Romney &
Steinbart (2015:227):
20

1. Pengendalian preventif (preventive control)


Pengendalian preventif bertujuan untuk mencegah timbulnya
permasalahan. Contohnya, memisahkan tugas dan tanggung jawab,
merekrut personel berkualifikasi, serta mengendalikan akses fisik atas
aset dan informasi.
2. Pengendalian detektif (detective control)
Pengendalian detektif bertujuan untuk menemukan masalah yang tidak
dapat dicegah. Contohnya, menyiapkan rekonsiliasi bank serta neraca
saldo bulanan, dan menduplikasi pengecekan kalkulasi.
3. Pengendalian korektif (corrective control)
Pengendalian korektif bertujuan untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah serta memulihkan kesalahan yang telah terjadi.
Contohnya, menjaga backup file, perbaikan kesalahan entri data, dan
mengumpulkan ulang transaksi-transaksi untuk pemrosesan selanjutnya.

2.5.4 Komponen - Komponen Pengendalian Internal berdasarkan The


Committee of Sponsoring Organization (COSO)
Framework Committee of Sponsoring Organization (COSO)
merupakan framework yang dikeluarkan untuk menjadi dasar dari
pengendalian internal. Framework ini pertama kali dikeluarkan pada tahun
1992 yaitu COSO internal control, kemudian diperbarui pada tahun 2013
menjadi COSO internal control-integrated framework. Komponen-komponen
pengendalian internal berdasarkan COSO 2013 dibagi menjadi lima
komponen utama, yaitu:
1. Lingkungan pengendalian (Control environment)
Definisi lingkungan pengendalian berdasarkan The Committee of
Sponsoring Organization (COSO) merupakan seperangkat standard-standard,
proses-proses dan struktur yang menyediakan panduan dasar untuk
menghasilkan pengendalian internal di seluruh organisasi. Board of Directors
(BOD) dan senior management menetapkan tujuan dari pengendalian internal
dan standard perilaku yang diharapkan.
Komponen – komponen utama dalam lingkungan pengendalian adalah
sebagai berikut:
a. Integritas dan nilai etik
21

b. Komitmen terhadap kompetensi


c. Dewan komisaris dan komite audit
d. Filosofi manajemen dan tipe operasional
e. Struktur organisasi
f. Pemberian otoritas dan tanggungjawab
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Gambar 2.1 The COSO Cube


Sumber: https://www.coso.org

2. Penilaian resiko (Risk assessment)


Penilaian resiko meliputi proses-proses dinamis dan berulang untuk
mengidentifikasi dan menganalisa resiko untuk mencapai tujuan entitas,
membentuk dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
Manajemen mempertimbangkan kemungkinan terjadinya perubahan pada
lingkungan eksternal dan pada model bisnis yang digunakan yang dapat
menghambat pencapaian tujuan entitas. Beberapa proses yang harus
dipertimbangkan dalam penilaian resiko adalah:
a. Hubungan antara resiko dengan asersi laporan keuangan yang spesifik
dan aktivitas-aktivitas terkait pencatatan, proses, menyimpulkan dan
melaporkan data keuangan.
b. Kejadian-kejadian internal dan eksternal dan sirkumtansi tertentu.
c. Pertimbangan atas perubahan kondisi tertentu.
22

d. Resiko bawaan (Inherent risks).

3. Pengendalian Aktivitas (Control activity)


Pengendalian aktivitas merupakan tindakan-tindakan yang ditetapkan
berdasarkan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur untuk membantu
memastikan bahwa perintah manajemen untuk memitigasi resiko dilakukan
dan untuk memastikan tercapainya tujuan entitas. Pengendalian aktivitas
dilakukan pada seluruh tingkatan entitas, pada berbagai tingkatan proses
bisnis dan pada lingkungan teknologi. Pengendalian aktivitas dapat berupa
pencegahan (Preventive) atau deteksi (Detective) dan mencakup aktivitas
manual dan otomatis seperti otorisasi dan persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi
dan ulasan kinerja bisnis. Pengendalian aktivitas diklasifikasi kedalam
beberapa kategori sebagai berikut:
a. Pengendalian otorisasi (Authorization Controls)
Pengendalian otorisasi merupakan salah satu bentuk pengendalian
aktivitas yang memiliki tujuan untuk memberikan kebijakan-kebijakan
terkait otorisasi pada siklus transaksi dan untuk memastikan setiap
transaksi diotorisasi oleh personel yang memiliki kewenangan. Tujuan
utama dari pengendalian otorisasi adalah untuk memastikan bahwa
setiap transaksi yang terjadi telah disetujui oleh personel manajemen
yang berperan sesuai dengan cakupan dan otoritasnya.
b. Pemisahan tugas (Segregation of Duties)
Pemisahan tugas atau Segregation of Duties merupakan suatu prinsip
dasar pengendalian internal yang mencegah individu-individu untuk
memiliki tanggung jawab pada semua tahap dari suatu proses pekerjaan.
Pemisahan tugas sangat penting dalam sistem pengendalian internal
untuk mencegah penyalahgunaan kewenangan atau penyalahgunaan aset
perusahaan. Pemisahan pada sistem meliputi pemisahan atas system
development, operation, data controls, dan security administration.
Pemisahan pada bagian ini diperlukan untuk memastikan keakuratan
data yang disubmit oleh pengguna departemen dan harus bersifat
independen. Pemisahan tugas secara umum meliputi pemisahan antara
persetujuan transaksi, pengelolaan aset dan pengelolaan pencatatan pada
23

pencatatan akuntansi. Pemisahan tugas dapat dilihat pada gambar


berikut. (Gambar 2.1).

Authorized the
transaction

Maintain recorded Maintain custody


accountability of assets
Periodic comparison of
recorded accountability
with assets

Gambar 2.2 Pemisahan tugas (Segregation of Duties)


Sumber: Modern Auditing 8th edition Commented [RW2]: Cantumkan nama pengarangnya

c. Pengendalian proses informasi (Information Processing Controls)


Pengendalian proses informasi atau Information Processing Controls
pada sistem informasi merupakan salah satu bentuk pengendalian yang
bertujuan untuk memberikan pengamanan akses pada program dan data,
operasi komputer dan mengendalikan transaksi pada setiap siklus
transaksi. Pengendalian ini membahas resiko-resiko yang berkaitan
dengan otorisasi, kelengkapan dan keakuratan dari transaksi-transaksi
yang terjadi. Pengendalian proses informasi dikatergorikan kedalam tiga
bagian, yaitu:
1. Pengendalian umum (General Controls)
Pengendalian umum merupakan pengendalian yang bertujuan untuk
memberikan pengendalian pada program development, program
changed, operasi komputer, pengendalian terhadap hardware dan system
software, pengendalian pada operasional, pengendalian akses dan
memberikan keaman akses pada program dan data. Tujuan dari
pengendalian ini adalah untuk memastikan bahwa aplikasi berjalan
dengan seharusnya.
2. Pengendalian aplikasi komputer (Computer Application Controls) Commented [Ma3]: Dijelaskan cara pengujiannya..
Misalnya untuk uji input, proses, output control gimana?
Pake apa aja?
24

Merupakan pengendalian yang menggunakan dukungan dari teknologi


informasi untuk mengendalikan transaksi pada siklus transaksi
individual, misalnya pada siklus penjualan dan penerimaan kas.
Pengendalian aplikasi komputer terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
2.1 Input controls
Merupakan program pengendalian yang dirancang untuk mendeteksi
dan melaporkan error pada data yang dimasukkan untuk diproses.
Peringatan terhadap error yang terjadi adalah dalam bentuk
notifikasi. Notifikasi tidak hanya fokus pada efek negatif pada
sistem tetapi juga memberikan manfaat bagi pengguna (Celeste Lyn
Paul et.al., 2015). Bentuk pengendalian input ini merupakan bagian
yang penting karena jika terjadi kesalahan pemasukan data maka
akan mempengaruhi hasil akhir secara keseluruhan. Pengendalian
spesifik pada kelompok ini meliputi pengendalian verifikasi
(Verification controls) dan computer editing.
2.2 Processing controls
Merupakan pengendalian yang dirancang untuk menyediakan
jaminan yang layak mengenai kesesuaian proses yang dilakukan
oleh komputer pada aplikasi tertentu. Pengendalian ini bertujuan
untuk mencegah duplikasi data, kehilangan data dan perpindahan
data yang tidak diinginkan ketika data tersebut diproses.
2.3 Output controls
Pengendalian yang dirancang untuk memastikan kebenaran atas
hasil dari proses yang dilakukan dan memastikan hanya personel
yang memiliki otoritas yang dapat mengakses hasil tersebut.
3. Control over the Financial Reporting Process
Pengendalian terhadap laporan keuangan (Control over Financial
Reporting) merupakan pengendalian terhadap aplikasi komputer dan
informasi yang terdapat didalamnya yang digunakan untuk menghasilkan
laporan keuangan. Merupakan pengendalian yang diterapkan pada proses
laporan keuangan perusahaan untuk memastikan reliabilitas dan
kelengkapan pengelolaan dan pelaporan.
d. Pengendalian fisik (Physical Controls)
25

Merupakan pengendalian yang berfokus pada akses terhadap aset dan data
yang penting. Berdasarkan Jason Andress (2014:p. 131-149) pada buku The
Basic of Information Security yang salah satunya membahas mengenai
physical security, pada perusahaan dalam skala global, direkomendasikan
untuk menerapkan Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery
Plan (DRP) untuk melindungi people, data dan equipment. BCP dan DRP
merupakan salah satu bentuk pengendalian fisik yang dapat diterapkan.
Pengendalian fisik menggunakan perangkat keamanan untuk mengukur
keamanan dari aset, dokumen-dokumen, dan program serta file komputer.
4. Informasi dan komunikasi (Information and communication)
Informasi diperlukan agar entitas dapat menjalankan tanggungjawab
untuk melakukan pengendalian internal sebagai bentuk dukungan untuk
mencapai tujuan-tujuan entitas. Komunikasi terjadi secara internal dan
eksternal dan menyediakan informasi yang dibutuhkan organisasi untuk
menjalankan pengendalian aktivitas rutin. Komunikasi memungkinkan
personel untuk memahami tanggungjawab pengendalian internal dan
pentingnya pencapaian tujuan entitas.
Sistem informasi meliputi sistem akuntansi dan terdiri dari metode-
metode yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menggabungkan,
menganalisa, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi
entitas, dan mengelola akuntabilitas untuk aset dan liabilitas terkait.
Sedangkan komunikasi meliputi tersedianya pemahaman terhadap peran
individu dan tanggungjawab terkait pengendalian internal terhadap laporan
keuangan. Fokus dari sistem akuntansi adalah pada transaksi berikut:
a. Sistem akuntansi yang efektif harus menghasilkan penanganan transaksi-
transaksi yang bebas dari salah saji pada asersi manajemen terhadap
laporan keuangan.
b. Sistem menyediakan audit yang lengkap atau transaction trail.
Meliputi kebijakan manual, kumpulan akun-akun dan memoranda.
5. Pengamatan (Monitoring)
Proses yang dilakukan oleh personel yang layak untuk menilai kualitas
dari pengendalian internal pada periode waktu tertentu, termasuk penilaian
dan perancangan, operasional sesuai dengan yang diharapkan dan adanya
26

modifikasi yang layak untuk kondisi-kondisi yang berubah. Proses


pengamatan dapat terjadi melalui:
a. Aktivitas yang sedang berlangsung
b. Periode evaluasi yang terpisah
c. Meliputi masukan dari:
1. Sumber internal seperti manajemen dan auditor internal
2. Sumber eksternal seperti pelanggan, pemasok, regulator, dan auditor
independen.
2.5.5 Prinsip-prinsip pengendalian internal
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) menyatakan 17 prinsip
yang merepresentasikan konsep-konsep fundamental yang terkait dengan
setiap komponen pengendalian internal. Prinsip-prinsip pengendalian internal
dirumuskan langsung dari komponen pengendalian internal, sehingga entitas
akan mencapai pengendalian internal secara efektif dengan menerapkan
semua prinsip. Semua prinsip pengendalian internal terkait dengan tujuan-
tujuan entitas, baik dalam kategori operasi, pelaporan keuangan, maupun
kepatuhan. Berikut ini adalah gambaran 17 prinsip pengendalian internal
pada masing-masing komponen pengendalian internal berdasarkan COSO
2013.
Berdasarkan rujukan COSO 2013 pada Gambar 2.3 yang ditampilkan
diatas, maka dapat dipahami penjelasan mengenai 17 prinsip-prinsip
pengendalian internal untuk setiap komponen dikelompokan sebagai berikut:
a. Lingkungan pengendalian
1. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai
etika.
2. Dewan komisaris (atau dewan pengawas) menunjukkan independensi
dari manajemen dan melaksanakan pengawasan atas pengembangan
dan pelaksanaan pengendalian internal.
3. Di bawah pengawasan dewan komisaris (atau dewan pengawas),
manajemen menetapkan struktur organisasi, garis pelaporan, serta
wewenang dan tanggung jawab yang tepat sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
27

Gambar 2.3 Prinsip-prinsip pengendalian internal


Sumber: https://www.coso.org

4. Organisasi menunjukkan komitmen dalam merekrut,


mengembangkan, dan mempertahankan individu-individu yang
kompeten sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
5. Organisasi memberikan dukungan bagi individu-individu yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengendalian internal sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan.
28

b. Penilaian risiko
6. Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar identifikasi dan
penilaian risiko terkait tujuan-tujuan itu bisa dilakukan.
7. Organisasi melakukan identifikasi risiko atas pencapaian tujuan
entitas secara menyeluruh dan dan melaksanakan analisis risiko
sebagai landasan untuk menetapkan manajemen risiko.
8. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam
melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
9. Organisasi melakukan identifikasi dan penilaian atas perubahan-
perubahan yang mungkin berdampak signifikan terhadap sistem
pengendalian internal.
c. Aktivitas pengendalian
10. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas
pengendalian yang yang akan memberikan kontribusi dalam
meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan hingga mencapai
tingkat toleransi risiko yang bisa diterima.
11. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas
pengendalian umum atas teknologi pendukung pencapaian tujuan.
12. Organisasi memberlakukan aktivitas-aktivitas pengendalian melalui
kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan melalui
prosedur yang menjabarkan kebijkan menjadi tindakan.
d. Informasi dan komunikasi
13. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan
informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung komponen-
komponen pengendalian internal lain berfungsi sebagaimana
mestinya.
14. Organisasi melakukan komunikasi informasi secara internal,
termasuk tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal, yang
diperlukan untuk mendukung the pengendalian internal berfungsi
sebagaimana mestinya.
15. Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait
hal-hal yang mempengaruhi berfungsinya komponen-komponen
pengendalian internal lainnya.
29

e. Monitoring Activities
16. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi,
baik yang dilakukan secara terus-menerus (berkelanjuatan) maupun
yang dilakukan secara terpisah untuk memastikan apakah komponen-
komponen pengendalian internal ada dan berfungsi.
17. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan-
kelemahan pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-
pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan koretif,
termasuk manajemen puncak dan dewan komisaris (atau dewan
pengawas serupa), sebagaimana mestinya.

2.6 Pengendalian Aktivitas pada Sistem Penjualan dan Penerimaan


Kas/Bank
2.6.1 Definisi Sistem Penjualan
Transaksi penjualan merupakan aktivitas utama pada suatu
perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan. Menurut Sujarweni
(2015:79), penjualan didefinisikan sebagai suatu sistem kegiatan pokok
perusahaan untuk memperjual-belikan barang dan jasa yang perusahaan
hasilkan. Menurut Romney & Steinbart (2015:366), transaksi penjualan
merupakan bagian dari siklus pendapatan yang merupakan aktivitas-aktivitas
bisnis dan operasi pemrosesan informasi yang berkaitan dalam menyediakan
barang dan jasa kepada pelanggan dan menerima pembayaran atas transaksi
penjualan tersebut.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penjualan
merupakan aktivitas bisnis utama suatu perusahaan yang mengelola informasi
untuk menyediakan barang dan jasa bagi pelanggan dan mendapatkan
pembayaran atas transaksi pertukaran yang dilakukan.
2.6.2 Pengendalian Aktivitas terhadap Sistem Penjualan
Menurut Romney & Steinbart (2015:366), sistem penjualan dalam
siklus pendapatan terdiri dari 4 (empat) aktivitas utama, yaitu:
1. Sales Order Entry
Transaksi penjualan dimulai ketika menerima pesanan dari pelanggan.
Bagian penjualan kemudian akan melakukan proses entri sales order pada
sistem penjualan perusahaan atau pelanggan dapat secara langsung
30

melakukan entri pada website perusahaan. Pada proses entri sales order,
terdapat 3 (tiga) langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu: menerima
pesanan dari pelanggan, mengecek limit kredit pelanggan dan mengecek
ketersediaan inventori digudang.
Pengendalian aktivitas terkait dengan proses sales order entry berfokus
pada 3 (tiga) bagian utama diatas, yaitu: pengendalian terhadap penerimaan
pesanan dari pelanggan, mengecek keberadaan kredit limit dan memastikan
adanya pemisahan tugas antara pihak yang memberikan persetujuan kredit
dan pihak yang memproses pesanan serta pengendalian aktivitas pada
ketersediaan inventori digudang.
2. Shipping
Aktivitas kedua dalam sistem penjualan adalah pengiriman. Proses
pengiriman ini melibatkan bagian gudang dalam mengelola inventori untuk
dikirimkan ke pelanggan. Proses pengiriman terdiri dari beberapa langkah
utama, yaitu:
a. Pengambilan dan pengemasan barang pesanan
Pengambilan dan pengemasan barang pesanan merupakan
tanggungjawab bagian gudang. Pesanan akan dipilih dan dikemas sesuai
dengan sales order yang berasal dari bagian penjualan. Pekerja gudang
akan mencatat kuantitas dari item yang dikemas dan dikirim ke
pelanggan kedalam form elektronik. Setelah dikemas, barang akan
dikirimkan ke bagian pengiriman untuk diantarkan ke pelanggan.
b. Proses pengiriman pesanan ke pelanggan
Bagian pengiriman akan melakukan pengecekan terhadap barang yang
akan dikirim dengan membandingkannya dengan slip pengiriman. Jika
sudah sesuai, maka pesanan akan dikirimkan ke pelanggan.
Pengendalian aktivitas terkait proses pengiriman berfokus untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam mengirimkan pesanan kepada pelanggan,
meminimalkan terjadinya pencurian aset dan ketidak akuratan dalam
pencatatan inventori.
3. Billing
Setelah barang pesanan dikirim ke pelanggan, aktivitas berikutnya adalah
penagihan ke pelanggan. Pengendalian aktivitas pada bagian ini berfokus
pada:
31

a. Keakuratan dan ketepatan penagihan terhadap barang yang telah dikirim


b. Kebenaran data yang tertera dalam penagihan yang dikirimkan ke
pelanggan
c. Pengelolaan terhadap akun pelanggan
d. Terdapat pemisahan tugas antar pihak yang mengelola piutang, mencatat
penjualan dan mengelola akun pelanggan.
4. Cash Collections
Aktivitas terakhir pada sistem penjualan adalah mendapatkan dan memproses
pembayaran yang berasal dari pelanggan. Pengendalian aktivitas yang
diterapkan berfokus pada pemisahan tugas antara pihak yang menerima
pembayaran, mengelola piutang pelanggan, mengotorisasi credit memo dan
pihak yang melakukan rekonsiliasi.
Berdasarkan keempat aktivitas utama dari sistem penjualan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengendalian aktivitas pada sistem penjualan adalah
sebagai berikut.
1. Authorization Controls
Aktivitas sistem penjualan terkait pengendalian otorisasi adalah sebagai
berikut:
a. Otorisasi pada pengentrian sales order
b. Keberadaan pengecekan limit kredit
c. Keberadaan pengecekan ketersediaan inventori
d. Kelengkapan dokumen pengiriman
e. Kelengkapan dokumen penagihan dan pembayaran
2. Segregation of Duties
Aktivitas sistem penjualan terkait pemisahan tugas adalah sebagai berikut:
a. Pemisahan tugas pada pemrosesan pesanan dan menerima pembayaran
b. Terdapat pemisahan tugas antar pihak yang mengelola piutang, mencatat
penjualan dan mengelola akun pelanggan.
c. Pemisahan tugas antara pihak yang menerima pembayaran, mengelola
piutang pelanggan, mengotorisasi credit memo dan pihak yang
melakukan rekonsiliasi
3. Information Processing Controls
Aktivitas sistem penjualan terkait pengendalian pada pemrosesan informasi
adalah sebagai berikut:
32

a. Dokumen yang bernomor urut tercetak terkait dengan penjualan,


pengiriman barang dan penerimaan kas.
b. Validasi data yang dientri kedalam aplikasi penjualan.
c. Koreksi kesalahan pada saat input data, sebelum data diproses lebih
lanjut.
4. Physical Controls
Aktivitas sistem penjualan terkait pengendalian pada pemrosesan informasi
adalah sebagai berikut:
a. Sistem keamanan pada tempat penyimpanan inventori
b. Kemanan pada akses ke aplikasi yang menyimpan data inventori,
supplier dan pelanggan

2.7 Pengendalian Aktivitas pada Sistem Pembelian Persediaan Barang


Dagang dan Pengeluaran Kas/Bank
2.7.1 Definisi Pembelian Persediaan Barang Dagang
Menurut Romney & Steinbart (2015:366), aktivitas pembelian
persediaan barang dagang menjadi salah satu bagian dari siklus pengeluaran
yang merupakan aktivitas bisnis dan tindakan memproses informasi yang
berhubungan dengan pembelian dan pembayaran atas barang dan jasa.
Sedangkan menurut Mulyadi (2008:306), pembelian adalah serangkaian
tindakan untuk mendapatkan barang atau jasa melalui pertukaran dengan
maksud untuk digunakan sendiri atau dijual.
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pembelian persediaan barang dagang merupakan serangkaian aktivitas bisnis
yang merupakan bagian dari siklus pengeluaran yang dilakukan untuk
mendapatkan barang atau jasa melalui pertukaran dengan maksud untuk
digunakan sendiri atau dijual.
2.7.2 Pengendalian Aktivitas terhadap Sistem Pembelian Persediaan
Barang Dagang
Menurut Romney & Steinbart (2015:366), sistem pembelian
persediaan barang dagang dalam siklus pengeluaran terdiri dari 4 (empat)
aktivitas utama, yaitu:
33

1. Pemesanan material, persediaan dan jasa


Proses pemesanan terhadap material, persediaan dan jasa dimulai ketika
ketersediaannya telah mencapai batas pemesanan kembali. Pada aktivitas
pemesanan terdapat 2 (dua) langkah utama, yaitu: membuat surat permintaan
pembelian dan memilih supplier.
Pengendalian aktivitas yang berkaitan dengan aktivitas pemesanan ini
berfokus untuk memastikan keberadaan dokumentasi atas pembelian,
ketersediaan informasi mengenai inventori, dan proses pemilihan supplier.
2. Menerima material, persediaan dan jasa
Aktivitas utama kedua adalah menerima material, persediaan dan jasa.
Aktivitas ini melibatkan bagian penerimaan barang dan bagian gudang.
Bagian penerimaan berperan untuk melakukan pemeriksaan terhadap barang
yang diterima terhadap purchase order dan kemudian membuat laporan
penerimaan barang. Sedangkan bagian gudang bertanggungjawab untuk
menyimpan persediaan yang diterima dan mencatat jumlah persediaan
kedalam sistem pencatatan.
Pengendalian aktivitas pada proses ini berfokus pada prosedur atau
kebijakan dalam penerimaan barang pesanan, pemeriksaan terhadap pesanan
yang diterima, penyimpanan dan pencatatan terhadap pesanan yang diterima.
3. Menerima faktur dari supplier
Aktivitas ini meliputi penerimaan faktur tagihan dari supplier dan untuk
diproses lebih lanjut ke proses pembayaran. Pengendalian aktivitas pada
proses ini meliputi keberadaan prosedur dalam mengecek kebenaran tagihan
dan proses pencatatan dan posting atas pembayaran yang dilakukan kepada
supplier.
4. Pengeluaran kas
Aktivitas terakhir dalam sistem pembelian persediaan barang dagang adalah
pengeluaran kas yang ditujukan kepada supplier atas transaksi pembelian
yang dilakukan. Pengendalian aktivitas pada proses ini meliputi pemisahan
tugas antara pihak yang mengelola hutang dan yang melakukan pembayaran
kas.
Berdasarkan keempat aktivitas utama dari sistem penjualan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengendalian aktivitas pada sistem pembelian persediaan
barang dagang adalah sebagai berikut.
34

1. Authorization Controls
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pengendalian
otorisasi adalah sebagai berikut:
a. Otorisasi pada transaksi pembelian
b. Keberadaan dokumen pendukung transaksi pembelian
c. Keberadaan kebijakan pemilihan supplier
d. Kelengkapan dokumen penerimaan dan pencatatan barang pesanan
e. Kelengkapan dokumen pembayaran yang ditujukan kepada supplier
2. Segregation of Duties
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pemisahan tugas
adalah sebagai berikut:
a. Pemisahan tugas antara pihak yang menyetujui pembelian dan
memproses pembelian
b. Terdapat pemisahan tugas antar pihak yang menerima pesanan dengan
pihak yang melakukan pencatatan atas pesanan yang diterima.
c. Pemisahan tugas antara pihak yang mengelola hutang dan yang
melakukan pembayaran kas.
3. Information Processing Controls
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pengendalian
pada pemrosesan informasi adalah sebagai berikut:
a. Dokumen yang bernomor urut tercetak terkait dengan pembelian
persediaan barang dagang, penerimaan pesanan dan pengeluaran kas.
b. Validasi data yang dientri kedalam aplikasi pembelian.
c. Koreksi kesalahan pada saat input data, sebelum data diproses lebih
lanjut.
4. Physical Controls
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pengendalian
pada pemrosesan informasi adalah sebagai berikut:
a. Sistem keamanan pada tempat penyimpanan inventori
b. Kemanan pada akses ke aplikasi yang menyimpan data inventori,
supplier dan pelanggan
35

2.8 Teknik – Teknik Pengumpulan Data


2.8.1 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2012), kuesioner merupakan alat atau teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kuesioner terbuka (tidak terstruktur)
Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang disajikan dalam bentuk
pertanyaan terbuka sehingga responden dapat memberikan isian jawaban
sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Responden dapat memberikan
jawaban yang lebih luas terhadap pertanyaan yang diajukan.
2. Kuesioner tertutup (terstruktur)
Kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang disajikan dalam bentuk
pertanyaan dimana responden diminta untuk memilih jawaban dengan
memilih salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Pada kuesioner
tertutup, responden tidak dapat memberikan penjelasan atas jawaban
yang dipilihnya.
Sugiyono (2005) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan kuesioner
sebagai teknik pengumpulan data yaitu:
1. Isi dan tujuan pertanyaan 6. Pertanyaan tidak menggiring
2. Bahasa yang digunakan 7. Panjang pertanyaan
3. Tipe dan bentuk pertanyaan 8. Urutan pertanyaan
4. Pertanyaan tidak mendua 9. Prinsip pengukuran
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa 10. Penampilan fisik angket
2.8.2 Wawancara
Moleong (2010) mengemukakan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak
yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Menurut Sugiyono (2011:317),
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan
data dengan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
36

terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan


menggunakan telepon.
Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang narasumber dalam mengintepretasikan situasi dan
fenomena yang tidak memungkinkan untuk ditemukan melalui observasi
(Sugiyono, 2005).
Estenberg dalam Sugiyono (2010: 233) mengemukakan tiga jenis
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur.

1. Wawancara terstruktur (structured interview)


Digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan
wawancara pewawancara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini, setiap responden diberi
pertanyaan yang sama dan pewawancara mencatatnya.
2. Wawancara semistruktur (semistructure interview)
Termasuk dalam kategori in-depth interview yang pelaksanaanya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan
mendapatkan informasi dari pihak yang diwawancarai. Menurut Sugiyono
(2012:73-74), wawancara semi terstruktur di dalam pelaksanaannya lebih
bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka.
3. Wawancara tidak berstruktur (unstructured interview)
Merupakan wawancara yang bebas dimana tidak ada pedoman wawancara
yang digunakan yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Sugiyono (2010) mengemukakan tujuh langkah dalam melakukan


wawancara, yaitu:

1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan


2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
37

3. Mengawali atau membuka alur wawancara


4. Melangsungkan alur wawancara
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasl wawancara yang diperoleh

2.8.3 Observasi
Menurut Sugiyono (2012:145), observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis yang dapat diamati. Moleong (2006), menyebutkan bahwa
observasi dengan istilah pengamatan berperanserta. Pengamatan atau
observasi merupakan kegiatan dimana peneliti terlibat secara langsung pada
obyek yang dikajinya.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa observasi
merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti terlibat secara langsung
terhadap objek yang diteliti yang digunakan untuk mencari pola perilaku,
proses, dan gejala-gejala dimana jumlah responden tidak terlalu besar.
Keuntungan melakukan observasi adalah data yang diperoleh merupakan data
terbaru dan data lebih objektif karena responden tidak dapat mempengaruhi
pengumpulan data.

2.9 Diagram Aktivitas (Activity Diagram)


Untuk memahami aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah sistem, alur
yang terjadi didalam sebuah sistem dapat digambarkan menggunakan diagram, salah
satunya dengan menggunakan activity diagram.
2.9.1 Definisi Activity Diagram
Berdasarkan Satzinger, et al (2012:57) mendeskripsikan activity
diagram sebagai:
"the various user (or system) activities, the person who does each
activity, and the sequential flow of these activities".
Dapat diartikan bahwa activity diagram merupakan diagram yang
menggambarkan berbagai kegiatan user atau sistem, orang yang melakukan
setiap aktivitas-aktivitas, dan alur kegiatan secara beruntun. Menurut Rosa &
Shalahuddin (2013, p. 161), activity diagram menggambarkan aliran kerja
38

atau aktivitas dari sebuah sistem atau proses bisnis atau menu yang ada pada
perangkat lunak.
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa activity
diagram merupakan diagram yang menggambarkan aliran kerja dan aktivitas-
aktivitas sebuah sistem yang alur kegiatannya digambarkan secara beruntun.
2.9.2 Notasi pada Activity Diagram
Berdasarkan Satzinger, Jackson, dan Burd (2012) , alir aktivitas dan
proses-proses yang dideskripsikan pada Activity Diagram digambarkan
berdasarkan notasi-notasi berikut:

Table 2.1
Notasi Activity Diagram

Notasi Keterangan

Starting Activity (Pseudo), merupakan


notasi yang menunjukkan awal
dimulainya suatu aktivitas.
Activity, merupakan notasi yang
Activity
mendeskripsikan aktivitas-aktivitas.
Synchronization Bar, meruakan notasi
yang berfungsi memisahkan (split) atau
menyatukan (join) urutan alur aktivitas.
Decision Activity, merupakan notasi yang
mendeskripsikan kondisi dari suatu
aktivitas.

Notasi Keterangan

Swimlane
Swimlane, merupakan suatu bentuk
persegi yang merepresentasikan aktivitas-
aktivitas yang diselesaikan setiap agen.
39

Ending Activity (Pseudo), merupakan


notasi yang menunjukkan diakhirinya
suatu aktivitas.
Transition Arrow, merupakan notasi yang
berupa anak panah yang mendeskripsikan
arah perpindahan suatu aktivitas.

Penjelasan rinci mengenai notasi-notasi yang digunakan pada activity


diagram dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan notasi diatas maka contoh
Activity Diagram yang dapat menggambarkan alur aktivitas dan proses pada sistem
adalah sebagai berikut.

Gambar 2.4 Activity Diagram

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu rujukkan dalam penelitian ini


sehingga dapat memperkaya teori yang digunakan dalam membuat penulisan ini.
Dari penelitian terdahulu, dapat diangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
membuat tulisan ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penulisan ini.
40

Table 2.2
Penelitian Terdahulu

Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
Berdasarkan studi terhadap metode
kuantitatif pada pengendalian internal
berbasis resiko akan dihasilkan model
matriks kuantitatif pada pengendalian
internal berbasis resiko. Model ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi tingkat
efektivitas pengendalian internal secara
kuantitatif dan komprehensif sehingga dapat
mengembangkan evaluasi pengendalian
internal perusahaan. Terdapat beberapa
komponen pada model matriks yang dibuat,
Research on
seperti:
Comprehensive
- Target set, mengevaluasi kelebihan dan
Chunlan, Quantitative
kelemahan dari tujuan pengendalian
Huoyan, & Method of Internal
internal dan merupakan indeks lapisan
Quan, 2010 Control
pertama.
Evaluation Based
- Factor set, terdiri indeks-indeks dari
on Risk
faktor lapisan kedua yang dirincikan.
- Weight set, memberikan bobot nilai pada
masing-masing indeks tingkat pertama.
Bobot diberikan berdasrkan metode
estimasi para ahli.
- Review set, indikasi tingkatan indeks dari
baik hingga buruk.
Berdasarkan komponen diatas, akan
diformulakan model evaluasi matrix
komprehensif yang merupakan gabungan
dari target set hingga reviews set.
41

Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
Penelitian menjelaskan mengenai hubungan
antara Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
terhadap pengendalian internal. Hasil dari
penelitian adalah perusahaan pada
umumnya melakukan pengendalian internal
terhadap input, proses, dan output dari
kegiatan proses bisnisnya, pengendalian
manual yang digunakan antara lain adalah
otorisasi transaksi, supervisi, pemisahan
tugas, record akuntansi, kontrol akses, dan
verifikasi independen. Pengendalian
komputerisasi dikelompokkan menjadi
Penerapan dua yaitu pengendalian umum dan
pengendalian pengendalin aplikasi. Pengendalian umum
Sudarmadji, internal dalam berkaitan dengan keseluruhan entitas,
2012 sistem informasi seperti pengendalian atas pusat data
akuntansi berbasis sedangkan pengendalian aplikasi
komputer memastikan integritas sistem spesifik
seperti pemrosesan pesanan penjualan,
utang dagang, dan aplikasi gaji.
Dibutuhkannya pengendalian internal bagi
perusahaan adalah besar biaya yang
dikeluarkan untuk kerugian yang terjadi
apabila data-data penting yang terdapat di
komputer hilang, potensi kerugian apabila
terjadi kesalahan atau penyalahgunaan
komputer terhadap orang yang tidak
berkepentingan, biaya yang tinggi apabila
komputer mengalami error karena virus dan
sebagainya.
Penelitian ini membahas mengenai model
Kobelsky, A conceptual
42

Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
2014 model for yang digunakan pada Segregation of Duties
segregation of (SoD) dan membuat model baru yang dapat
duties: menyatukan ketiga model terdahulu. Hasil
dari penelitian ini adalah model SoD baru
Integrating theory
yang meliputi pemisahan tugas pada proses
and practice for
manual dan komputerisasi, serta
manual and
meningkatkan kualitas dan mengurangi
IT-supported biaya untuk pengendalian internal.
processes
43

2.11 Kerangka Pikir


Kerangka pikir yang disusun pada penelitian ini digambarkan dalam skema
berikut ini.

EVALUASI PENGENDALIAN AKTIVITAS


DALAM APLIKASI PENDUKUNG TRANSAKSI
PENJUALAN DAN PEMBELIAN PADA
PT STARCO ELECTRINDO

Melakukan evaluasi terhadap aplikasi SMS terkait


pengendalian aktivitas yang sedang berjalan pada
PT Starco Electrindo

Metode Pengumpulan Data Metode Analisis: COSO

Studi Studi Pengendalian Aktivitas


Lapangan Pustaka
Authorization Controls
Observasi
Segregation of Duties

Wawancara
Physical Controls

Kuesioner
Information
Processing Controls

Kesimpulan pengendalian aktivitas yang diterapkan


pada aplikasi SMS pada PT Starco Electrindo

Rekomendasi dan Saran atas temuan pada


pengendalian aktivitas aplikasi SMS

Gambar 2.5 Kerangka Pikir


44

Anda mungkin juga menyukai