LANDASAN TEORI
2.1 Evaluasi
2.1.1 Definisi Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyajikan
informasi tentang suatu program untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun menyusun program
selanjutnya (Widoyoko, 2012:6). Sedangkan menurut pengertian istilah
“evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan” (Yunanda, 2009).
Evaluasi juga merupakan suatu riset untuk mengumpulkan, menganalisis,
dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,
selanjutnya menilainya dan membandingkannya dengan indikator evaluasi
dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai
objek evaluasi tersebut (Wirawan, 2012:7).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah proses sistematis yang bertujuan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat yang memiliki
tolak ukur, dan hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan untuk
membuat kebijakan.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Menurut Wirawan (2012: 22-23) ada beberapa tujuan evaluasi di
antaranya adalah:
1. Menilai apakah objek evaluasi telah dilaksanakan sesuai rencana.
2. Mengukur apakah pelaksanaan objek evaluasi sesuai dengan standar.
3. Evaluasi objek dapat mengidentifikasi dan menentukan kekurangan
dari objek evaluasi.
4. Pengembangan pengguna dari objek yang dievaluasi.
5. Mengambil keputusan mengenai objek yang dievaluasi.
11
12
6. Akuntabilias.
7. Memberikan saran kepada user.
8. Mengembangkan teori evaluasi dan riset evaluasi.
Authorized the
transaction
Merupakan pengendalian yang berfokus pada akses terhadap aset dan data
yang penting. Berdasarkan Jason Andress (2014:p. 131-149) pada buku The
Basic of Information Security yang salah satunya membahas mengenai
physical security, pada perusahaan dalam skala global, direkomendasikan
untuk menerapkan Business Continuity Plan (BCP) dan Disaster Recovery
Plan (DRP) untuk melindungi people, data dan equipment. BCP dan DRP
merupakan salah satu bentuk pengendalian fisik yang dapat diterapkan.
Pengendalian fisik menggunakan perangkat keamanan untuk mengukur
keamanan dari aset, dokumen-dokumen, dan program serta file komputer.
4. Informasi dan komunikasi (Information and communication)
Informasi diperlukan agar entitas dapat menjalankan tanggungjawab
untuk melakukan pengendalian internal sebagai bentuk dukungan untuk
mencapai tujuan-tujuan entitas. Komunikasi terjadi secara internal dan
eksternal dan menyediakan informasi yang dibutuhkan organisasi untuk
menjalankan pengendalian aktivitas rutin. Komunikasi memungkinkan
personel untuk memahami tanggungjawab pengendalian internal dan
pentingnya pencapaian tujuan entitas.
Sistem informasi meliputi sistem akuntansi dan terdiri dari metode-
metode yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, menggabungkan,
menganalisa, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi
entitas, dan mengelola akuntabilitas untuk aset dan liabilitas terkait.
Sedangkan komunikasi meliputi tersedianya pemahaman terhadap peran
individu dan tanggungjawab terkait pengendalian internal terhadap laporan
keuangan. Fokus dari sistem akuntansi adalah pada transaksi berikut:
a. Sistem akuntansi yang efektif harus menghasilkan penanganan transaksi-
transaksi yang bebas dari salah saji pada asersi manajemen terhadap
laporan keuangan.
b. Sistem menyediakan audit yang lengkap atau transaction trail.
Meliputi kebijakan manual, kumpulan akun-akun dan memoranda.
5. Pengamatan (Monitoring)
Proses yang dilakukan oleh personel yang layak untuk menilai kualitas
dari pengendalian internal pada periode waktu tertentu, termasuk penilaian
dan perancangan, operasional sesuai dengan yang diharapkan dan adanya
26
b. Penilaian risiko
6. Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar identifikasi dan
penilaian risiko terkait tujuan-tujuan itu bisa dilakukan.
7. Organisasi melakukan identifikasi risiko atas pencapaian tujuan
entitas secara menyeluruh dan dan melaksanakan analisis risiko
sebagai landasan untuk menetapkan manajemen risiko.
8. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam
melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
9. Organisasi melakukan identifikasi dan penilaian atas perubahan-
perubahan yang mungkin berdampak signifikan terhadap sistem
pengendalian internal.
c. Aktivitas pengendalian
10. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas
pengendalian yang yang akan memberikan kontribusi dalam
meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan hingga mencapai
tingkat toleransi risiko yang bisa diterima.
11. Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas-aktivitas
pengendalian umum atas teknologi pendukung pencapaian tujuan.
12. Organisasi memberlakukan aktivitas-aktivitas pengendalian melalui
kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan melalui
prosedur yang menjabarkan kebijkan menjadi tindakan.
d. Informasi dan komunikasi
13. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan
informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung komponen-
komponen pengendalian internal lain berfungsi sebagaimana
mestinya.
14. Organisasi melakukan komunikasi informasi secara internal,
termasuk tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal, yang
diperlukan untuk mendukung the pengendalian internal berfungsi
sebagaimana mestinya.
15. Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait
hal-hal yang mempengaruhi berfungsinya komponen-komponen
pengendalian internal lainnya.
29
e. Monitoring Activities
16. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi,
baik yang dilakukan secara terus-menerus (berkelanjuatan) maupun
yang dilakukan secara terpisah untuk memastikan apakah komponen-
komponen pengendalian internal ada dan berfungsi.
17. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan-
kelemahan pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak-
pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan koretif,
termasuk manajemen puncak dan dewan komisaris (atau dewan
pengawas serupa), sebagaimana mestinya.
melakukan entri pada website perusahaan. Pada proses entri sales order,
terdapat 3 (tiga) langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu: menerima
pesanan dari pelanggan, mengecek limit kredit pelanggan dan mengecek
ketersediaan inventori digudang.
Pengendalian aktivitas terkait dengan proses sales order entry berfokus
pada 3 (tiga) bagian utama diatas, yaitu: pengendalian terhadap penerimaan
pesanan dari pelanggan, mengecek keberadaan kredit limit dan memastikan
adanya pemisahan tugas antara pihak yang memberikan persetujuan kredit
dan pihak yang memproses pesanan serta pengendalian aktivitas pada
ketersediaan inventori digudang.
2. Shipping
Aktivitas kedua dalam sistem penjualan adalah pengiriman. Proses
pengiriman ini melibatkan bagian gudang dalam mengelola inventori untuk
dikirimkan ke pelanggan. Proses pengiriman terdiri dari beberapa langkah
utama, yaitu:
a. Pengambilan dan pengemasan barang pesanan
Pengambilan dan pengemasan barang pesanan merupakan
tanggungjawab bagian gudang. Pesanan akan dipilih dan dikemas sesuai
dengan sales order yang berasal dari bagian penjualan. Pekerja gudang
akan mencatat kuantitas dari item yang dikemas dan dikirim ke
pelanggan kedalam form elektronik. Setelah dikemas, barang akan
dikirimkan ke bagian pengiriman untuk diantarkan ke pelanggan.
b. Proses pengiriman pesanan ke pelanggan
Bagian pengiriman akan melakukan pengecekan terhadap barang yang
akan dikirim dengan membandingkannya dengan slip pengiriman. Jika
sudah sesuai, maka pesanan akan dikirimkan ke pelanggan.
Pengendalian aktivitas terkait proses pengiriman berfokus untuk mencegah
terjadinya kesalahan dalam mengirimkan pesanan kepada pelanggan,
meminimalkan terjadinya pencurian aset dan ketidak akuratan dalam
pencatatan inventori.
3. Billing
Setelah barang pesanan dikirim ke pelanggan, aktivitas berikutnya adalah
penagihan ke pelanggan. Pengendalian aktivitas pada bagian ini berfokus
pada:
31
1. Authorization Controls
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pengendalian
otorisasi adalah sebagai berikut:
a. Otorisasi pada transaksi pembelian
b. Keberadaan dokumen pendukung transaksi pembelian
c. Keberadaan kebijakan pemilihan supplier
d. Kelengkapan dokumen penerimaan dan pencatatan barang pesanan
e. Kelengkapan dokumen pembayaran yang ditujukan kepada supplier
2. Segregation of Duties
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pemisahan tugas
adalah sebagai berikut:
a. Pemisahan tugas antara pihak yang menyetujui pembelian dan
memproses pembelian
b. Terdapat pemisahan tugas antar pihak yang menerima pesanan dengan
pihak yang melakukan pencatatan atas pesanan yang diterima.
c. Pemisahan tugas antara pihak yang mengelola hutang dan yang
melakukan pembayaran kas.
3. Information Processing Controls
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pengendalian
pada pemrosesan informasi adalah sebagai berikut:
a. Dokumen yang bernomor urut tercetak terkait dengan pembelian
persediaan barang dagang, penerimaan pesanan dan pengeluaran kas.
b. Validasi data yang dientri kedalam aplikasi pembelian.
c. Koreksi kesalahan pada saat input data, sebelum data diproses lebih
lanjut.
4. Physical Controls
Aktivitas sistem pembelian persediaan barang dagang terkait pengendalian
pada pemrosesan informasi adalah sebagai berikut:
a. Sistem keamanan pada tempat penyimpanan inventori
b. Kemanan pada akses ke aplikasi yang menyimpan data inventori,
supplier dan pelanggan
35
2.8.3 Observasi
Menurut Sugiyono (2012:145), observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis yang dapat diamati. Moleong (2006), menyebutkan bahwa
observasi dengan istilah pengamatan berperanserta. Pengamatan atau
observasi merupakan kegiatan dimana peneliti terlibat secara langsung pada
obyek yang dikajinya.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa observasi
merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti terlibat secara langsung
terhadap objek yang diteliti yang digunakan untuk mencari pola perilaku,
proses, dan gejala-gejala dimana jumlah responden tidak terlalu besar.
Keuntungan melakukan observasi adalah data yang diperoleh merupakan data
terbaru dan data lebih objektif karena responden tidak dapat mempengaruhi
pengumpulan data.
atau aktivitas dari sebuah sistem atau proses bisnis atau menu yang ada pada
perangkat lunak.
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa activity
diagram merupakan diagram yang menggambarkan aliran kerja dan aktivitas-
aktivitas sebuah sistem yang alur kegiatannya digambarkan secara beruntun.
2.9.2 Notasi pada Activity Diagram
Berdasarkan Satzinger, Jackson, dan Burd (2012) , alir aktivitas dan
proses-proses yang dideskripsikan pada Activity Diagram digambarkan
berdasarkan notasi-notasi berikut:
Table 2.1
Notasi Activity Diagram
Notasi Keterangan
Notasi Keterangan
Swimlane
Swimlane, merupakan suatu bentuk
persegi yang merepresentasikan aktivitas-
aktivitas yang diselesaikan setiap agen.
39
Table 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
Berdasarkan studi terhadap metode
kuantitatif pada pengendalian internal
berbasis resiko akan dihasilkan model
matriks kuantitatif pada pengendalian
internal berbasis resiko. Model ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi tingkat
efektivitas pengendalian internal secara
kuantitatif dan komprehensif sehingga dapat
mengembangkan evaluasi pengendalian
internal perusahaan. Terdapat beberapa
komponen pada model matriks yang dibuat,
Research on
seperti:
Comprehensive
- Target set, mengevaluasi kelebihan dan
Chunlan, Quantitative
kelemahan dari tujuan pengendalian
Huoyan, & Method of Internal
internal dan merupakan indeks lapisan
Quan, 2010 Control
pertama.
Evaluation Based
- Factor set, terdiri indeks-indeks dari
on Risk
faktor lapisan kedua yang dirincikan.
- Weight set, memberikan bobot nilai pada
masing-masing indeks tingkat pertama.
Bobot diberikan berdasrkan metode
estimasi para ahli.
- Review set, indikasi tingkatan indeks dari
baik hingga buruk.
Berdasarkan komponen diatas, akan
diformulakan model evaluasi matrix
komprehensif yang merupakan gabungan
dari target set hingga reviews set.
41
Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
Penelitian menjelaskan mengenai hubungan
antara Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
terhadap pengendalian internal. Hasil dari
penelitian adalah perusahaan pada
umumnya melakukan pengendalian internal
terhadap input, proses, dan output dari
kegiatan proses bisnisnya, pengendalian
manual yang digunakan antara lain adalah
otorisasi transaksi, supervisi, pemisahan
tugas, record akuntansi, kontrol akses, dan
verifikasi independen. Pengendalian
komputerisasi dikelompokkan menjadi
Penerapan dua yaitu pengendalian umum dan
pengendalian pengendalin aplikasi. Pengendalian umum
Sudarmadji, internal dalam berkaitan dengan keseluruhan entitas,
2012 sistem informasi seperti pengendalian atas pusat data
akuntansi berbasis sedangkan pengendalian aplikasi
komputer memastikan integritas sistem spesifik
seperti pemrosesan pesanan penjualan,
utang dagang, dan aplikasi gaji.
Dibutuhkannya pengendalian internal bagi
perusahaan adalah besar biaya yang
dikeluarkan untuk kerugian yang terjadi
apabila data-data penting yang terdapat di
komputer hilang, potensi kerugian apabila
terjadi kesalahan atau penyalahgunaan
komputer terhadap orang yang tidak
berkepentingan, biaya yang tinggi apabila
komputer mengalami error karena virus dan
sebagainya.
Penelitian ini membahas mengenai model
Kobelsky, A conceptual
42
Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
2014 model for yang digunakan pada Segregation of Duties
segregation of (SoD) dan membuat model baru yang dapat
duties: menyatukan ketiga model terdahulu. Hasil
dari penelitian ini adalah model SoD baru
Integrating theory
yang meliputi pemisahan tugas pada proses
and practice for
manual dan komputerisasi, serta
manual and
meningkatkan kualitas dan mengurangi
IT-supported biaya untuk pengendalian internal.
processes
43
Wawancara
Physical Controls
Kuesioner
Information
Processing Controls