The Mechanics For Mastering
The Mechanics For Mastering
15 Juli 2015
Lecturer : FAS
Mastering, dari proses kinerjanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu mastering in
the box dan mastering on hardware.
Mastering in the box adalah proses mastering yang dilakukan dengan cara
menggunakan peralatan yang berbasis perangkat lunak yang terjangkau untuk
siapa saja dalam satu komputer atau dalam bentuk plug – ins. (LALI)
Secara teknis, pengertian dari mastering itu cukup sederhana yaitu adalah
langkah atau tahapan yang dilakukan untuk mengambil data audio dari hasil
mixing yang telah di mixdown dan dipersiapkan untuk direplikasi atau
didistribusikan (Ex: CD, DVD, Vinynl, dll). Jadi kesimpulan dari proses mastering
adalah mengubah koleksi dari sebuah lagu ke dalam track record dengan
membuat mereka terdengar menjadi saling memiliki satu kesatuan dalam nada,
volume , dan timing / waktu (jarak antar lagu).
Sebuah bagian penting pada saat kita melakukan mastering adalah kita harus
banyak berlatih untuk melakukan proses mastering pada pekerjaan atau hasil
karya orang lain (Pekerjaan dari Mixing Engineer). Ini akan memberikan kita
latihan yang baik untuk mendengarkan berbagai macam variasi balancing, note,
dan dynamics range.
Karena setiap engineer dan produser akan memiliki cara mereka sendiri –
sendiri untuk melakukan proses mixing maupun mastering. Pekerjaan dari
seorang Mastering Engineer adalah untuk mencoba dan mendapatkan
visualisasi atau representasi dari seorang produser dan artis agar dapat
berbicara sejelas mungkin tentang apa yang mereka inginkan.
Maka dari itu, jika seorang mastering engineer tidak dapat melakukan atau
memenuhi permintaan yang diinginkan dari seorang client, sebaiknya dialihkan
atau diberikan kepada mastering engineer yang lain. Dikarenakan hal itu sendiri
yang nantinya akan menjadi efek boomerang pada kita jika pekerjaan yang kita
hasilkan buruk dikarenakan tidak dapat mengerti dan memenuhi kebutuhan
client. Dan hal itu akan dapat memberikan efek nama buruk kita sebagai seorang
mastering engineer.
Chains Of Mastering
Saat kita akan melakukan proses mastering, kita biasanya akan bekerja dengan
satu set peralatan hardware ataupun software tertentu. Berikut adalah contoh
tool atau peralatan yang sering digunakan pada saat proses mastering.
Penjelasan diatas tadi adalah merupakan contoh beberapa fitur yang akan kita
gunakan untuk melakukan proses mastering. Selanjutnya kita dapat bebas melakukan
eksperiment dengan cara menyesuaikan dengan lagu atau data audio yang akan kita
olah tersebut.
Berikut adalah contoh urutan atau chains yang sering biasanya digunakan Mas Ami /
FAS selaku pengajar adalah memiliki urutan sebagai berikut :
1. Equalizer
3. Harmonic Exciter
5. Post Equalizer
Setelah Kita mengetahui tiap rute dari chains yang akan digunakan untuk proses
mastering, maka kali ini kita akan menjelaskan tentang tata cara dan kinerja masing –
masing tiap tools atau plugin satu persatu.
EQUALIZER
Salah satu langkah awal yang wajar dan biasa digunakan saat melakukan proses
mastering adalah memulai dari equalization. Ketika kita mencoba untuk
mendapatkan hasil mixing yang terdengar baik, satu hal yang harus kita sunting
selanjutnya dalam proses equalizer adalah melihat tonal balance dari musik
tersebut.
Principles of EQ
Ada berbagai macam dan jenis equalizers, Tetapi prinsip dasar dari semua EQ
yang telah diciptakan mereka semua dimaksudkan untuk fasilitas penggunaan
boosting atau cutting pada rentang frekuensi tertentu. Persamaan dari semua
jenis EQ setidaknya adalah mereka semua memiliki terdiri dari banyak
bandwidth, yang mana sebuah band dari EQ tersebut adalah filter tunggal.
Dengan menggabungkan setiap bandwidth pada EQ tersebut maka kita telah
membuat jumlah yang hampir tidak terbatas untuk melakukan berbagai bentuk
equalizer. Contoh hal yang paling mungkin dan pertama kali dilakukan pada saat
melakukan proses mastering adalah melakukan noise reduction, klick,
droupouts, hum dan hiss.
Atenuasi
Noise Reduction
Cara untuk mengetahui frekuensi mana yang terdapat noise, klick, dropouts,
hum atau hiss pada data audio yang kita olah, gunakan tipe bell pada band
control, setelah itu angkat gain sekitar + 3dB atau 5 dB.
Setelah itu atur Q – Knob pada fabfilter untuk mengatur lebar bandwidth yang
akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan selera masing – masing pada data
lagu yang akan diolah. Setelah anda mendapatkan satu bentuk band bell, maka
lakukan solo dengan cara meng – klick gambar microphone pada tampilan
bandwidth yang telah kita ambil tadi.
Gambar 9 : Proses menemukan noise, klick, droupouts, hum dan hiss pada lagu.
Setelah kita menemukan frekuensi yang rusak, noise, hum dll, maka langkah
selanjutnya adalah ubah gain pada knob menjadi minus atau kebalikan dari yang
kita gunakan tadi sebelumnya. Maka yang terjadi adalah frekuensi tersebut telah
di cutting atau diatenuasi agar tidak terdengar lagi. Kita juga dapat memilih
channel mode apa yang akan kita gunakan untuk melakukan EQ pada Mid/Side
atau Left / Right sesuai dengan frekuensi mana yang tengah terjadi gangguan.
MULTIBAND COMPRESSION
Penggunaan dari multiband processor itu sendiri adalah tools yang dapat
memiliki lebar bandwidth yang lengkap dan dapat membagi sinyal data audio
per diskrit. Karena setiap band dari pertiap frekuensi ke dynamics processor
yang telah terbagi dan dapat diterapkan sesuai dengan yang kita inginkan dan
menyesuaikan dynamics gain atau statistic gain.
Tampilan grafik dari multiband kurang lebih sama dengan pada tampilan grafik
pada EQ yang akan menunjukkan amplitude pada sumbu Y dan frekuensi pada
sumbu X.
Untuk mempermudah kita, setiap band akan memiliki meter sendiri – sendiri
dan mempunyai tampilan visual untuk threshold yang digunakan.
GAIN
Fungsi dari control gain disini adalah untuk mengatur output keseluruhan pada
band dan nilai make up gain pada band tersebut. kontrol gain disini dapat
digunakan untuk mengatur gain dari band tersebut bahkan tanpa menggunakan
dynamics seperti pada EQ. Hal ini juga digunakan untuk mengatur gain pada
band yang sedang dikompresi atau diperluas untuk menembus headroom yang
diciptakan oleh compressor redaman atau membuatnya turun ke bawah untuk
mencegah clipping.
Range
RELEASE
5 – 5000ms. Defaults scaled for each band.
SOLO
Solo adalah band output untuk processor utama untuk memantau band pass
dengan sendirinya atau bersama – sama dengan band – band soloed lainnya.
Fungsi dari tombol solo kurang lebih sama dengan yang lainnya yaitu hanyalah
memainkan band pada frekuensi tersebut.
BYPASS
Bypass tombol yang digunakan untuk menampilkan semua proses pada band dan
mengirimkannya ke output utama dengan cara yang sama pada input itu. Hal ini
memungkinkan untuk memonitor output yang diproses dengan sumber untuk setiap
band dengan sendirinya.
Crossovers – Xover
Ada terdapat beberapa 4 crossover liner multiband. Setiap satu set akan
memotong frekuensi untuk filter high pass dan low pass yang dalam bentuk
saling menyilang.
Output Section
Fungsi dari tombol auto TRIM ini adalah untuk memperbarui nilai peak dan
ketika sudah diklik maka itu semua akan menyesuaikan pada nilai gain control
pada output untuk melakukan TRIM / memangkas margin sehingga peak akan
sama dengan nilai digital yang full scale. Ketika klipping terjadi, maka lampu clip
akan menyala dan TRIM control box akan memperbarui nilai puncak / peak.
Sekarang klik tombol TRIM untuk menurunkan gain dengan menggunakan nilai
value.
DITHER
Sebagai contoh, harmonic exiciter akan menyediakan banyak model pilihan yang
dibentukkan seperti Tube, Triodes, Tape saturation, dll. Saat kita mengganti
jenis – jenis mode yang digunakan pada harmonic exciter, mereka akan
menunjukkan berbagai macam tipe dari distorsi harmonik yang umumnya dapat
digambarkan dalam bentuk – bentuk yang lain (Warm, Retro, Tape, Dll) sesuai
dengan jenis lagu yang akan kita olah agar terlihat lebih musikal.
Jika kita dapat menggunakan fitur tersebut dengan baik, maka distorsi harmonik
yang ditambahkan akan memberikan kesan hidup dan berkilau pada data mixing
yang kita olah sementara tetap dapat mempertahankan karakteristik alami pada
lagu yang telah kita olah tersebut.
Selain itu , anda mungkin juga akan menerapkan ekstisasi keatas pada satu atau
dua band, meskipun dalam beberapa kasus tube saturation di jumlah kecil pada
seluruh spektrum dapat membuat musik menjadi lebih terdengar
menyenangkan.
Anda dapat menklik tombol oversampling yang bergerak lebih lanjut untuk
melakukan pemrosesan power / daya. Ini akan sangat meningkatkan akurasi
dan kualitas suara dari pemodelan analog pada harmonic exciter. Tetapi jika
komputer yang kita gunakan cukup kuat, maka kita dapat menjalankan
harmonic exciter secara real – time. Jika tidak maka sebaiknya kita
menggunakan oversampling sebelum melakukan rendering / bouncing.
Gambar 23 : Penggunaan Oversampling
Atau saat anda bekerja menggunakan harmonic exciter ini, kita dapat menclik
tombol power untuk melakukan bypass pada setiap multiband yang telah
diterapkan pada tiap band pada frekuensi yang terjadi di harmonic exciter.
Dalam setiap band yang terjadi pada harmonic exciter terdapat juga tombol solo
yang berfungsi untuk melakukan bypass sinyal audio yang lain dan serta
mendengarkan tiap perbagian masing – masing band sesuai yang telah kita pilih.
Gambar 24 : Tombol Power dan Solo pada tiap band di harmonic exciter.
Dalam kebanyakan kasus extisasi pada kebanyakan band akan memberikan efek
yang diinginkan. Namun pada harmonic exciter ozone 6 ini, telah disediakan
model analog tube saturation untuk melakukan harmonic excitation, dan anda
juga dapat mencapai suara simulasi dengan jenis tabung tube emulation pada
low – mid band juga.
Anda juga dapat banyak memainkan jenis skenario yang akan dapat kita
gunakan untuk mencoba semua tipe dan variasi dari penggunaan jenis simulasi
suara yang akan kita gunakan seperti menggunakan Warm, Retro, Tape, Tube,
Triode, dan lain – lain yang dapat kita gunakan sesuai dengan kebutuhan dan
suara yang kita inginkan.
STEREO IMAGING
Stereo imaging adalah proses melakukan perekaman suara atau melakukan
reproduksi suara untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana suara
tersebut dihasilkan dengan lokasi spasial yang dapat dirasakan dari sumber
suara. Baik itu secara lateral / menyamping dan mendalam. Dalam konteks
penggunaan stereo imaging dalam proses mastering, Hal ini lebih mengacu
tentang bagaimana manipulasi suara dapat tercampur dan menciptakan imaging
untuk meningkatkan pengalaman dalam mendengarkan.
Stereo imaging akan dianggap baik jika lokasi pemain dalam lagu tersebut dapat
terlihat jelas dimana letaknya dan begitu pula sebaliknya. Kadang – kadang ini
berarti sama seperti kita membuat suara dari data hasil mixing yang kita
gunakan menjadi terdengar lebar, atau dibuat terdengar center atau menyempit
agar kita dapat menyelesaikan permasalahan – permasalahan tertentu.
Ketika file data audio berada pada channels kiri dan kanan pada bagian yang
sama, phase meter akan menarik keatas. Pada beberapa kasus yang ekstrim,
channels pada bagian kiri dan kanan ada berada pada posisi yang persis sama,
dengan menggunakan kolerasi +1 dan meteran akan diposisikan semua keatas.
Pada saat channels bagian kiri dan kanan tidak berkolerasi, atau sangat berbeda,
meteran akan menarik ke bawah. Dalam kasus ini, channels pada bagian kiri dan
kanan akan menjadi persis keluar dari phase. Dalam hal ini sistem kolerasi
adalah -1 dan semua meter akan diposisikan ke bawah. Sebagai update pada
phase meter, fungsi history akan menunjukkan kolerasi pada channels kiri dan
kanan seiring dengan berjalannya waktu.
Perform Mono
Kita dapat melakukan pemeriksaan cepat pada data file audio menggunakan
mono dan phase untuk mengatur kecocokan dengan melakukan klik pada kotak
mono pada channels settings. Yang akan melakukan penjumlahan pada bagian
channels kiri dan kanan menjadi saluran / channel mono.
Jadi, ketika kita menerapkan multiband stereo yang besar dan melebar pada
data file audio yang kita gunakan, maka yang terjadi adalah korelasi phase akan
cenderung menarik ke arah bawah. Maka dari itu channels kiri dan kanan akan
menjadi lebih luas atau kurang mirip.
Secara default, phase meter diletakkan di tempat akhir pada rantai signal agar
kita dapat melihat apa yang kita dengar. Efek samping yang berguna ini adalah
bahwa pada saat kita melakukan mute pada bands, phase meter akan
menampilkan kolerasi stereo hanya untuk band yang kita dengar. Oleh karena
itu kita harus menggunakan multiband phase meters yang memungkinkan kita
untuk melakukan analisis pencitraan pada bagian pertiap – tiap band.
Vectorscope
Gambar 27 : Vectorscope
Vectorscope adalah alat yang digunakan untuk melihat pandangan stereo dalam
bentuk gambar dari sinyal yang dihasilkan dari data file audio yang kita olah
tersebut. Biasanya rekaman stereo harus mempunyai pola acak yang lebih tinggi
dan lebar.
Pola vertikal berarti bahwa berarti saluran kiri dan kanan adalah sama
(mendekati mono, karena sinyal pada vectorscope mempunyai atau membentuk
garis vertikal). Pola horizontal berarti adalah dua channels tersebut akan sangat
berbeda, yang berati akan terlihat lebih luas tetapi dapat mengakibatkan
kompatibilitas pada channels mono terjadi masalah.
Inti dari penggunaan post equalizer kurang lebih fungsi sama pada saat
menggunaan equalizer pada chains sebelumnya. Hal ini akan membuat kita
memperkaya pengolahan data audio dengan cara dari penggunaan Q, band shelf,
dan memilih resonansi yang tinggi atau rendah yang akan digunakan.
Serta kita dapat mendapatkan feedback untuk wawasan dengan tampilan penuh
pada spectrum, dan pandangan dari bandwidth yang akan kita gunakan. Kita
juga dapat menangkap karakteristik favorit dari hasil mixing yang kita gunakan
dan menerapkannya pada proses mastering dengan cara melakukan kontrol dan
matching pada eq yang digunakan.
Kita juga dapat melakukan eq yang di target / dipilih dengan channel mode
mid/side atau memproses dengan cara left/right. Manfaat lain pada saat kita
melakukan post – eq adalah kita dapat menggunakan tweak EQ yang tepat
dengan melakukan zoom – in atau zoom – out pada waktu dan frekuensi yang
kita inginkan.
Kita juga dapat menciptakan karakter analog dengan menambahkan phase delay
dengan filter digital pada variabel phase control. Setelah itu dapatkan kontrol
yang tepat untuk melakukan pemotongan filter. Pantau juga spektrum analyzer
yang kita olah pada data audio mixdown yang akan kita gunakan. Sehingga kita
dapat dengan mudah melihat bagaimana pilihan EQ yang akan anda gunakan
mempengaruhi sinyal dengan visualisasi yang unik dari penggunaan delay dan
grup oleh frekuensi yang kita olah.
Loudness Maximizer
Loudness Maximizer adalah tool atau alat yang digunakan untuk mencapai data
audio pada proses mixing dapat terdengar cukup keras dan sesuai dengan media
atau tempat data audio tersebut akan dimainkan (Ex : CD, DVD, Vinyl, dll).
Tujuan yang akan dicapai pada saat kita menggunakan maximizer adalah kita
dapat menggunakan kombinasi dari penggunaan compression, limiting dan juga
EQ.
Pada ozone 6, terdapat 4 pilihan unik pada saat kita akan melakukan limiting
antara lain IRC I, II, III dan algoritma psychoacoustically.
Gambar 33 : Limiting pada Loudness maximizer.
Principles of Limiting
Contoh pada saat melakukan mastering lagu / album, semua level harus
disesuaikan dengan tingkat dan jumlah yang sama, agar lagu juga mempunyai
warna yang sama. Namun, inti dari point itu semua adalah membuat puncak
peak agar tidak terjaddi Clipping.
Prinsip kerja yang dilakukan adalah bahwa kita dapat membatasi peak dengan
cara menggunakan threshold dan memunculkan sisa dari hasil mixing tadi.
Dikarenakan sebagian besar hasil mixing dapat digunakan jika peaks yang
digunakan telah di cut down / dipangkas, sehingga tidak terjadi overloads atau
melebihi 0 dBfs.
Maka hal yang terjadi adalah ketika anda melakukan hal tersebut, maka suara
yang anda dapatkan akan menjadi lebih keras lagi. Jika anda menurunkan
threshold sebanyak 2 dB, maka yang terjadi adalah output juga akan bertambah
sebesar2 dB. Hal ini akan bermanfaat ketika kita ingin meningkatkan level rata –
rata secara keseluruhan pada hasil data mixing yang akan kita gunakan. Cara
untuk mengetahui perbedaan tersebut adalah kita membandingkannya dengan
data hasil mixing yang asli ke level yang cocok dengan hasil tersebut.
Kisaran penggunaan threshold itu sendiri tergantung pada data hasil mixing
yang akan kita gunakan. Contohnya jika kita ingin melakukan limiting secara
halus, maka kita hanya perlu menarik threshold ke bawah hanya dengan
melewati puncak / peak dari sinyal yang akan masuk. Hal ini akan menjadikan
kita dapat melakukan limiting pada peak dengan garis threshold. Contohnya
adalah jika kita mendapatkan data hasil mixing dengan level yang cukup kuat,
maka cobalah menggunakan threshold sekitar 1 – 3 dB untuk melakukan
limiting.
Secara umum, pengaturan ceiling dari 0.3 – 0.8 dB akan sesuai dengan hasil level
output terakhir anda pada hasil mixing, dan tergantung juga pada berapa banyak
pengolahan yang anda lakukan pada saat proses mixing dan mastering yang
sebelumnya.
MODE
Karakteristik penggunaan masing – masing algoritma pada ozone akan
dijelaskan sebagai berikut antara lain :
Algoritma ini akan memberikan tanda maximalisasi sinyal secara digital. Hal ini
dilakukan dengan cara menganalisis bahan sumber yang akan digunakan, dan
menerapkan proses limiting dengan cara psychoacoustic, bereaksi cepat pada
saat penggunaan transient (untuk mencegah pumping), dan bereaksi lebih
lambat pada nada bass yang stabil (untuk mencegah distorsi). IRC I, II, dan III
adalah merupakan perbedaan jumlah dari perlindungan terhadap penggunaan
distorsi, tetapi juga berbeda jumlah dari penggunaan CPU, karena semakin
angka pada IRC meningkat, semaking meningkat / berat juga penggunaan dari
CPU ( Ex : IRC II ke III) pada setiap masing – masing modenya.