Anda di halaman 1dari 26

The Mechanics For Mastering

15 Juli 2015
Lecturer : FAS

Mekanisme yang terjadi sebenarnya pada proses mastering adalah dapat


dipecah atau dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu adalah memaksimalkan level
(maximizing the level) dari berbagai unsur pada program. Menjaga frequency
balance, dan menggunakan beberapa fungsi utama pada DAW seperti
melakukan editing, fades, dan melakukan spreads / penyebaran suara, serta
menyisipkan PQ dan ISRC.

Mastering, dari proses kinerjanya dibagi menjadi dua jenis, yaitu mastering in
the box dan mastering on hardware.

Mastering in the box adalah proses mastering yang dilakukan dengan cara
menggunakan peralatan yang berbasis perangkat lunak yang terjangkau untuk
siapa saja dalam satu komputer atau dalam bentuk plug – ins. (LALI)

Mastering on hardware (LALI)


Lalilailalilalilalallilalilalilalilailailaialaialaialalilailalilalilalallilalilalilalilailailaialai
alaialLalilailalilalilalallilalilalilalilailailaialaialaialalilailalilalilalallilalilalilalilailail
aialaialaialLalilailalilalilalallilalilalilalilailailaialaialaialalilailalilalilalallilalilalilalil
ailailaialaialaial

Secara teknis, pengertian dari mastering itu cukup sederhana yaitu adalah
langkah atau tahapan yang dilakukan untuk mengambil data audio dari hasil
mixing yang telah di mixdown dan dipersiapkan untuk direplikasi atau
didistribusikan (Ex: CD, DVD, Vinynl, dll). Jadi kesimpulan dari proses mastering
adalah mengubah koleksi dari sebuah lagu ke dalam track record dengan
membuat mereka terdengar menjadi saling memiliki satu kesatuan dalam nada,
volume , dan timing / waktu (jarak antar lagu).
Sebuah bagian penting pada saat kita melakukan mastering adalah kita harus
banyak berlatih untuk melakukan proses mastering pada pekerjaan atau hasil
karya orang lain (Pekerjaan dari Mixing Engineer). Ini akan memberikan kita
latihan yang baik untuk mendengarkan berbagai macam variasi balancing, note,
dan dynamics range.

Karena setiap engineer dan produser akan memiliki cara mereka sendiri –
sendiri untuk melakukan proses mixing maupun mastering. Pekerjaan dari
seorang Mastering Engineer adalah untuk mencoba dan mendapatkan
visualisasi atau representasi dari seorang produser dan artis agar dapat
berbicara sejelas mungkin tentang apa yang mereka inginkan.

Setelah anda memiliki banyak pengalaman dan bereksperimen dengan


bermacam – macam jenis perubahan yang mungkin bekerja atau tidak bekerja.
Dan anda dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan cara melangkah
mundur dan mengevaluasi proyek yang sedang kita kerjakan sendiri dengan
telinga yang sedikit lebih objektif.

Bahkan seorang engineer yang berpengalaman sekalipun untuk memilih


memilki seorang mastering engineer yang lain untuk melakukan mastering dari
pekerjaan mereka, karena mereka menghargai perspektif baru yang segar. Serta
berprofesi sebagai seorang mastering engineer setidaknya malah tidak perlu
untuk mengerjakan setiap project yang diterima dari seorang client.
Dikarenakan semua client sendiri pasti memiliki perspektif yang berbeda - beda
serta menginginkan hasil musik yang bermacam – macam sesuai keinginan
mereka.

Maka dari itu, jika seorang mastering engineer tidak dapat melakukan atau
memenuhi permintaan yang diinginkan dari seorang client, sebaiknya dialihkan
atau diberikan kepada mastering engineer yang lain. Dikarenakan hal itu sendiri
yang nantinya akan menjadi efek boomerang pada kita jika pekerjaan yang kita
hasilkan buruk dikarenakan tidak dapat mengerti dan memenuhi kebutuhan
client. Dan hal itu akan dapat memberikan efek nama buruk kita sebagai seorang
mastering engineer.
Chains Of Mastering

Gambar 1 : Contoh proses melakukan mastering

Saat kita akan melakukan proses mastering, kita biasanya akan bekerja dengan
satu set peralatan hardware ataupun software tertentu. Berikut adalah contoh
tool atau peralatan yang sering digunakan pada saat proses mastering.

Equalizers digunakan untuk membentuk keseimbangan tonal.

Compressors, limiters, and expanders adalah peralatan yang sering


digunakan untuk menyesuaikan dinamika yang terjadi pada proses mixing.
Untuk menyesuaikan dinamika frekuensi atau beberapa peralatan instrument
tertentu (Seperti mengontrol bass atau deesing pada vocal) dengan
menggunakan multiband processor yang mungkin diperlukan. Atau penggunaan
dari single – band compressor yang hanya berlaku pada perubahan apapun yang
terjadi pada semua rentang frekuensi dalam campuran. Dalam hal ini,
penggunaan equalizer akan digunakan untuk membentuk keseimbangan tonal.

Harmonic Exciters digunakan untuk memunculkan kembali harmonik dari lagu


yang hilang akibat proses noise reduction, menghilangkan bunyi klik, dropout, hum
dan hiss pada sebuah track pada lagu yang dilakukan pada fase equalizing.

Limiters/Maximizers digunakan untuk menambah atau meningkatkan keseluruhan


level suara dengan melakukan limiting atau membatasi suara untuk mencegah
clipping.
Dither menyediakan kemampuan untuk mengkonversi hasil rekaman yang
mempunyai nilai bit yang tinggi (misalnya 24 bit atau 32 bit) untuk menurunkan bit
depth (16 bit untuk cd) dengan tetap menjaga dynamic range untuk meminimalkan
quantization distortion.

Penjelasan diatas tadi adalah merupakan contoh beberapa fitur yang akan kita
gunakan untuk melakukan proses mastering. Selanjutnya kita dapat bebas melakukan
eksperiment dengan cara menyesuaikan dengan lagu atau data audio yang akan kita
olah tersebut.

Berikut adalah contoh urutan atau chains yang sering biasanya digunakan Mas Ami /
FAS selaku pengajar adalah memiliki urutan sebagai berikut :

1. Equalizer

Gambar 2 : Contoh Penggunaan Equalizer


2. Multiband Compression

Gambar 3 : LinMB Multiband Compressor

3. Harmonic Exciter

Gambar 4 : Harmonic Exiter


4. Stereo Imaging

Gambar 5 : Stereo Imaging

5. Post Equalizer

Gambar 6 : Post Equalizer


6. Loudness Maximizer

Gambar 7 : Harmonic Exiter

Setelah Kita mengetahui tiap rute dari chains yang akan digunakan untuk proses
mastering, maka kali ini kita akan menjelaskan tentang tata cara dan kinerja masing –
masing tiap tools atau plugin satu persatu.

EQUALIZER
Salah satu langkah awal yang wajar dan biasa digunakan saat melakukan proses
mastering adalah memulai dari equalization. Ketika kita mencoba untuk
mendapatkan hasil mixing yang terdengar baik, satu hal yang harus kita sunting
selanjutnya dalam proses equalizer adalah melihat tonal balance dari musik
tersebut.

Principles of EQ
Ada berbagai macam dan jenis equalizers, Tetapi prinsip dasar dari semua EQ
yang telah diciptakan mereka semua dimaksudkan untuk fasilitas penggunaan
boosting atau cutting pada rentang frekuensi tertentu. Persamaan dari semua
jenis EQ setidaknya adalah mereka semua memiliki terdiri dari banyak
bandwidth, yang mana sebuah band dari EQ tersebut adalah filter tunggal.
Dengan menggabungkan setiap bandwidth pada EQ tersebut maka kita telah
membuat jumlah yang hampir tidak terbatas untuk melakukan berbagai bentuk
equalizer. Contoh hal yang paling mungkin dan pertama kali dilakukan pada saat
melakukan proses mastering adalah melakukan noise reduction, klick,
droupouts, hum dan hiss.

Hal ini kita lakukan karena, hasil dari data


audio mixing yang telah kita terima biasanya ada terjadinya suara instrument
yang saling bertabrakan atau penggunaan efek yang kurang baik sehingga
menimbulkan suatu noise. Maka hal yang harus kita lakukan adalah
mengeliminasi dan mengatenuasi frekuensi – frekuensi yang rusak atau
mengganggu diantara tiap bandwitdth dari data audio mixing yang telah kita
terima.

Atenuasi
Noise Reduction

Gambar 8 : Melakukan Noise reduction / Proses atenuasi

Cara untuk mengetahui frekuensi mana yang terdapat noise, klick, dropouts,
hum atau hiss pada data audio yang kita olah, gunakan tipe bell pada band
control, setelah itu angkat gain sekitar + 3dB atau 5 dB.

Setelah itu atur Q – Knob pada fabfilter untuk mengatur lebar bandwidth yang
akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan selera masing – masing pada data
lagu yang akan diolah. Setelah anda mendapatkan satu bentuk band bell, maka
lakukan solo dengan cara meng – klick gambar microphone pada tampilan
bandwidth yang telah kita ambil tadi.
Gambar 9 : Proses menemukan noise, klick, droupouts, hum dan hiss pada lagu.

Setelah kita menemukan frekuensi yang rusak, noise, hum dll, maka langkah
selanjutnya adalah ubah gain pada knob menjadi minus atau kebalikan dari yang
kita gunakan tadi sebelumnya. Maka yang terjadi adalah frekuensi tersebut telah
di cutting atau diatenuasi agar tidak terdengar lagi. Kita juga dapat memilih
channel mode apa yang akan kita gunakan untuk melakukan EQ pada Mid/Side
atau Left / Right sesuai dengan frekuensi mana yang tengah terjadi gangguan.

Gambar 10 : Cutting atau atenuasi frekuensi yang rusak.


Lakukan metode tersebut sama persis di semua range bandwidth frekuensi yang
telah dipilih dan lakukan secara teliti agar kualitas mixing yang dihasilkan
menjadi lebih baik.

MULTIBAND COMPRESSION
Penggunaan dari multiband processor itu sendiri adalah tools yang dapat
memiliki lebar bandwidth yang lengkap dan dapat membagi sinyal data audio
per diskrit. Karena setiap band dari pertiap frekuensi ke dynamics processor
yang telah terbagi dan dapat diterapkan sesuai dengan yang kita inginkan dan
menyesuaikan dynamics gain atau statistic gain.

Gambar 11 : Tampilan grafis dari multiband compression LinMB.

Tampilan grafik dari multiband kurang lebih sama dengan pada tampilan grafik
pada EQ yang akan menunjukkan amplitude pada sumbu Y dan frekuensi pada
sumbu X.

LinMB Controls and Displays


Individual Band Controls
Threshold

Gambar 12 : Tampilan Control Treshold.


Pengguaan fitur threshold ini akan menentukan titik acuan energi yang
digunakan pada band. Setiap kali energi yang ada pada band tertentu melebihi
threshold maka seketika itu juga sistem kontrol pada band tersebut akan
menyesuaikan terhadap gain yang akan digunakan.

Untuk mempermudah kita, setiap band akan memiliki meter sendiri – sendiri
dan mempunyai tampilan visual untuk threshold yang digunakan.

GAIN

Gambar 13 : Tampilan Control Gain.

Fungsi dari control gain disini adalah untuk mengatur output keseluruhan pada
band dan nilai make up gain pada band tersebut. kontrol gain disini dapat
digunakan untuk mengatur gain dari band tersebut bahkan tanpa menggunakan
dynamics seperti pada EQ. Hal ini juga digunakan untuk mengatur gain pada
band yang sedang dikompresi atau diperluas untuk menembus headroom yang
diciptakan oleh compressor redaman atau membuatnya turun ke bawah untuk
mencegah clipping.

Range

Gambar 14 : Tampilan Control Range.

Fungsi range adalah menetapkan berbagai kemungkinan penyesuaian dynamics


gain dan intensitasnya untuk menggantikan ‘rasio’ control dan menetapkan
batasan untuk itu. Negative range berarti adalah bahwa ketika energi telah
melebihi threshold maka pengurangan pada jumlah gain akan ditetapkan.
Sementara positive range akan melakukan proses boosting lebih lanjut.
ATTACK

Gambar 15 : Tampilan Control attack.

RELEASE
5 – 5000ms. Defaults scaled for each band.

Gambar 16 : Tampilan Control Release.

Penggunaan attack dan release pada multiband compression kurang lebih


memiliki kinerja yang sama pada compressor yang lain pada umumnya. Untuk
memasukkan nilai satuan attack dan release untuk kebutuhan produksi musik,
kita dapat menggunakan rumus yang sama yaitu 60.000 ÷ song tempo (in beats
per minute).

SOLO

Gambar 17 : Tombol solo dan bypass pada band.

Solo adalah band output untuk processor utama untuk memantau band pass
dengan sendirinya atau bersama – sama dengan band – band soloed lainnya.
Fungsi dari tombol solo kurang lebih sama dengan yang lainnya yaitu hanyalah
memainkan band pada frekuensi tersebut.

BYPASS

Bypass tombol yang digunakan untuk menampilkan semua proses pada band dan
mengirimkannya ke output utama dengan cara yang sama pada input itu. Hal ini
memungkinkan untuk memonitor output yang diproses dengan sumber untuk setiap
band dengan sendirinya.
Crossovers – Xover

Gambar 18 : Tombol Crossover - Xover.

Ada terdapat beberapa 4 crossover liner multiband. Setiap satu set akan
memotong frekuensi untuk filter high pass dan low pass yang dalam bentuk
saling menyilang.

Masing – masing dari empat crossover tersebut memiliki berbagai frekuensi


yang unik antara lain sebagai berikut :

LOW: 40Hz – 350Hz. Default – 92Hz.


LOW MID: 150Hz – 3kHz. Default – 545Hz.
HI MID: 1kHz – 8kHz. Default – 4000Hz.
HI: 4kHz – 16kHz. Default – 11071Hz.

Output Section

Gambar 19 : Tampilan Output Gain

Set tampilan dari gain tersebut adalah merupakan gambaran bentuk


keseluruhan dari output gain. Penggunaan double precision akan menjamin
tidak adanya input atau clipping secara internal sehingga keuntungan ini
digunakan pada output untuk mencegah clipping.
TRIM

Gambar 20 : Tombol TRIM

Fungsi dari tombol auto TRIM ini adalah untuk memperbarui nilai peak dan
ketika sudah diklik maka itu semua akan menyesuaikan pada nilai gain control
pada output untuk melakukan TRIM / memangkas margin sehingga peak akan
sama dengan nilai digital yang full scale. Ketika klipping terjadi, maka lampu clip
akan menyala dan TRIM control box akan memperbarui nilai puncak / peak.
Sekarang klik tombol TRIM untuk menurunkan gain dengan menggunakan nilai
value.

DITHER

Gambar 21 : Tombol DITHER

Dither pada multiband compression disini digunakan untuk menambahkan


noise / bluring untuk "menyamarkan" jeda antara dua frame / moment tersebut,
agar terasa lebih halus & smooth. Jadi ini memang bisa dibilang semacam "usaha
untuk menipu" kuping atau mata, dengan memanipulasi data yg kita rekam.
Dithering biasanya dilakukan saat merubah bit depth suatu file digital (misalnya
dari 24 bit ke 16 bit), agar hasil pembulatan matematis-nya tidak sampai
menimbulkan "artifact" atau kejanggalan, yg biasanya terdengar kurang
sempurna dgn teknik Truncation.
HARMONIC EXCITER
Harmonic Exiter adalah alat yang digunakan untuk menambahkan energi pada
data sinyal audio dan dalam konteks penggunaan domain untuk seluruh data
yang diperoleh dalam proses mixing. Dan hal yang terpenting dari penggunaa
harmonic exiter itu sendiri adalah untuk meningkatkan volume atau
meningkatkan sinyal dari data audio tersebut dengan tujuan agar dapat
mengembalikan hasil dari dinamika lagu yang hilang akibat proses equalizing
dan compression yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

Gambar 22 : Tampilan Harmonic Exciter

Sebagai contoh, harmonic exiciter akan menyediakan banyak model pilihan yang
dibentukkan seperti Tube, Triodes, Tape saturation, dll. Saat kita mengganti
jenis – jenis mode yang digunakan pada harmonic exciter, mereka akan
menunjukkan berbagai macam tipe dari distorsi harmonik yang umumnya dapat
digambarkan dalam bentuk – bentuk yang lain (Warm, Retro, Tape, Dll) sesuai
dengan jenis lagu yang akan kita olah agar terlihat lebih musikal.

Jika kita dapat menggunakan fitur tersebut dengan baik, maka distorsi harmonik
yang ditambahkan akan memberikan kesan hidup dan berkilau pada data mixing
yang kita olah sementara tetap dapat mempertahankan karakteristik alami pada
lagu yang telah kita olah tersebut.

Setelah anda mencoba melakukan berbagai macam bentuk tipe harmonic


exciter, kita juga dapat melakukan perbandingan dengan berbagai hasil mixing
komersial. Tetapi dalam beberapa kasus, kita juga harus melihat tentang genre
atau jenis suara yang sedang kita olah.
Using the Ozone Harmonic Exciter

Untuk menggunakan Harmonic Exciter ini sangat mudah digunakan. Harmonic


exciter juga memiliki fitur multiband effect. Yang mana exciter memiliki empat
band dan tiap masing – masing band memiliki satu pasang kontrol. Pada
beberapa kasus anda akan menggunakan amount control.

Selain itu , anda mungkin juga akan menerapkan ekstisasi keatas pada satu atau
dua band, meskipun dalam beberapa kasus tube saturation di jumlah kecil pada
seluruh spektrum dapat membuat musik menjadi lebih terdengar
menyenangkan.

Gambar 22 : Penggunaan Harmonic Exciter

TIPS & TRICK

Anda dapat menklik tombol oversampling yang bergerak lebih lanjut untuk
melakukan pemrosesan power / daya. Ini akan sangat meningkatkan akurasi
dan kualitas suara dari pemodelan analog pada harmonic exciter. Tetapi jika
komputer yang kita gunakan cukup kuat, maka kita dapat menjalankan
harmonic exciter secara real – time. Jika tidak maka sebaiknya kita
menggunakan oversampling sebelum melakukan rendering / bouncing.
Gambar 23 : Penggunaan Oversampling

Atau saat anda bekerja menggunakan harmonic exciter ini, kita dapat menclik
tombol power untuk melakukan bypass pada setiap multiband yang telah
diterapkan pada tiap band pada frekuensi yang terjadi di harmonic exciter.
Dalam setiap band yang terjadi pada harmonic exciter terdapat juga tombol solo
yang berfungsi untuk melakukan bypass sinyal audio yang lain dan serta
mendengarkan tiap perbagian masing – masing band sesuai yang telah kita pilih.

Gambar 24 : Tombol Power dan Solo pada tiap band di harmonic exciter.

Dalam kebanyakan kasus extisasi pada kebanyakan band akan memberikan efek
yang diinginkan. Namun pada harmonic exciter ozone 6 ini, telah disediakan
model analog tube saturation untuk melakukan harmonic excitation, dan anda
juga dapat mencapai suara simulasi dengan jenis tabung tube emulation pada
low – mid band juga.

Anda juga dapat banyak memainkan jenis skenario yang akan dapat kita
gunakan untuk mencoba semua tipe dan variasi dari penggunaan jenis simulasi
suara yang akan kita gunakan seperti menggunakan Warm, Retro, Tape, Tube,
Triode, dan lain – lain yang dapat kita gunakan sesuai dengan kebutuhan dan
suara yang kita inginkan.

STEREO IMAGING
Stereo imaging adalah proses melakukan perekaman suara atau melakukan
reproduksi suara untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana suara
tersebut dihasilkan dengan lokasi spasial yang dapat dirasakan dari sumber
suara. Baik itu secara lateral / menyamping dan mendalam. Dalam konteks
penggunaan stereo imaging dalam proses mastering, Hal ini lebih mengacu
tentang bagaimana manipulasi suara dapat tercampur dan menciptakan imaging
untuk meningkatkan pengalaman dalam mendengarkan.

Stereo imaging akan dianggap baik jika lokasi pemain dalam lagu tersebut dapat
terlihat jelas dimana letaknya dan begitu pula sebaliknya. Kadang – kadang ini
berarti sama seperti kita membuat suara dari data hasil mixing yang kita
gunakan menjadi terdengar lebar, atau dibuat terdengar center atau menyempit
agar kita dapat menyelesaikan permasalahan – permasalahan tertentu.

Using the Ozone Stereo and Phase Meter


Setiap fitur Ozone 6 pada stereo imaging akan dilengkapi dengan phase meter
yang akan menunjukkan tingkat kesamaan, kolerasi, antara channels sebelah
kiri dan sebelah kanan.

Gambar 25 : Phase Meter

Ketika file data audio berada pada channels kiri dan kanan pada bagian yang
sama, phase meter akan menarik keatas. Pada beberapa kasus yang ekstrim,
channels pada bagian kiri dan kanan ada berada pada posisi yang persis sama,
dengan menggunakan kolerasi +1 dan meteran akan diposisikan semua keatas.

Pada saat channels bagian kiri dan kanan tidak berkolerasi, atau sangat berbeda,
meteran akan menarik ke bawah. Dalam kasus ini, channels pada bagian kiri dan
kanan akan menjadi persis keluar dari phase. Dalam hal ini sistem kolerasi
adalah -1 dan semua meter akan diposisikan ke bawah. Sebagai update pada
phase meter, fungsi history akan menunjukkan kolerasi pada channels kiri dan
kanan seiring dengan berjalannya waktu.

Brighter region akan mengindikasikan bahwa phase meters telah menghabiskan


banyak waktu pada daerah itu. Fitur ini akan menyediakan cara yang tepat
untuk memvisualisasikan bentuk ekstrem dari kolerasi phase serta pada daerah
yang paling umum. Perhatikan juga bahwa anda juga dapat mengatur ulang
daerah yang ditarik oleh jarum dengan melakukan klik pada meteran.

Perform Mono

Gambar 26 : Menggunakan Mono

Kita dapat melakukan pemeriksaan cepat pada data file audio menggunakan
mono dan phase untuk mengatur kecocokan dengan melakukan klik pada kotak
mono pada channels settings. Yang akan melakukan penjumlahan pada bagian
channels kiri dan kanan menjadi saluran / channel mono.

Jadi, ketika kita menerapkan multiband stereo yang besar dan melebar pada
data file audio yang kita gunakan, maka yang terjadi adalah korelasi phase akan
cenderung menarik ke arah bawah. Maka dari itu channels kiri dan kanan akan
menjadi lebih luas atau kurang mirip.

Secara default, phase meter diletakkan di tempat akhir pada rantai signal agar
kita dapat melihat apa yang kita dengar. Efek samping yang berguna ini adalah
bahwa pada saat kita melakukan mute pada bands, phase meter akan
menampilkan kolerasi stereo hanya untuk band yang kita dengar. Oleh karena
itu kita harus menggunakan multiband phase meters yang memungkinkan kita
untuk melakukan analisis pencitraan pada bagian pertiap – tiap band.

Vectorscope

Gambar 27 : Vectorscope

Vectorscope adalah alat yang digunakan untuk melihat pandangan stereo dalam
bentuk gambar dari sinyal yang dihasilkan dari data file audio yang kita olah
tersebut. Biasanya rekaman stereo harus mempunyai pola acak yang lebih tinggi
dan lebar.

Pola vertikal berarti bahwa berarti saluran kiri dan kanan adalah sama
(mendekati mono, karena sinyal pada vectorscope mempunyai atau membentuk
garis vertikal). Pola horizontal berarti adalah dua channels tersebut akan sangat
berbeda, yang berati akan terlihat lebih luas tetapi dapat mengakibatkan
kompatibilitas pada channels mono terjadi masalah.

Vector Display Options :


Kita dapat melakukan klik pada phase meter, untuk me-reset layar terus ke
puncak. Jika kita ingin layar peak hold, kita dapat mematikannya pada options
screen. Kita dapat memilih Multiple operation mode pada vectorscope dengan
beberapa opsi antara lain :
Lissajous: The Lissajous Vectorscope (“Liss.”) yang mana titik pada layar
osiloscop tradisional pada plot per sampel. Biasanya, pada rekaman stereo akan
menghasilkan pola acak pada vectorscope Lissajous yang lebih tinggi dari itu
sekaligus lebar. Jika dibaca dengan Pola vertikal maka berarti channel kiri dan
kanan akan memiliki pola yang sama (mendekati mono, yang merupakan garis
vertikal). Sebaliknya jika dibaca pada pola horisontal, maka sinyal tersebut akan
memiliki dua channel yang sangat berbeda, yang dapat mengakibatkan
kompatibitas mono bermasalah.

Gambar 28 : Lissajous Vectorscope

Polar Sample: Seperti pada lissajous vectorscope, Polar Sample vectorscope


juga memiliki titik plot persample, tetapi menggunakan koordinat layar pada
kutub yang lebih berguna pada saat menyoroti gambar stereo dari sinyal yang
masuk. Pola yang muncul biasanya terjadi dalam bentuk 45° yang merupakan
garis aman untuk koheren phase. Sedangkan pola yang tejadi pada luar garis
akan mewakili suara yang keluar dari phase audio.
Gambar 29 : Polar Sample Vectorscope.

Polar Level: Polar level vectorscope adalah vectorscope yang dapat


menggambarkan energi stereo yang terdapat dalam proses rekaman. Gambar
plot sinar yang terjadi pada tampilan koordinat di polar akan mewakili rata –
rata sampel yang terjadi. Panjang sinar akan mewakili amplitudo, sedangkan
sudut sinar akan mewakili posisi mereka dalam gambar stereo. Sinar dalam
sudut 45° akan mewakili garis aman dalam in – phase audio. Sementara sinyal
apapun yang keluar dari garis – garis ini merupakan audio yang keluar dari
phase.

Gambar 30 : Polar Level Vectorscope.

Jadi kesimpulan dari penggunaan stereosize dalam stereo imaging menawarkan


kemampuan untuk memperluas suara yang dibentuk bahkan dari bentuk sinyal
yang keseluruhan memiliki sinyal mono. Stereo imaging dapat digunakan untuk
membuat efek yang besar, terutama untuk memperluas dan memberikan nuansa
baru pada hasil rekaman atau data sinyal audio yang mono.
POST EQUALIZER

Gambar 31 : Contoh penggunaan Post - EQ.

Inti dari penggunaan post equalizer kurang lebih fungsi sama pada saat
menggunaan equalizer pada chains sebelumnya. Hal ini akan membuat kita
memperkaya pengolahan data audio dengan cara dari penggunaan Q, band shelf,
dan memilih resonansi yang tinggi atau rendah yang akan digunakan.

Serta kita dapat mendapatkan feedback untuk wawasan dengan tampilan penuh
pada spectrum, dan pandangan dari bandwidth yang akan kita gunakan. Kita
juga dapat menangkap karakteristik favorit dari hasil mixing yang kita gunakan
dan menerapkannya pada proses mastering dengan cara melakukan kontrol dan
matching pada eq yang digunakan.

Kita juga dapat melakukan eq yang di target / dipilih dengan channel mode
mid/side atau memproses dengan cara left/right. Manfaat lain pada saat kita
melakukan post – eq adalah kita dapat menggunakan tweak EQ yang tepat
dengan melakukan zoom – in atau zoom – out pada waktu dan frekuensi yang
kita inginkan.

Kita juga dapat menciptakan karakter analog dengan menambahkan phase delay
dengan filter digital pada variabel phase control. Setelah itu dapatkan kontrol
yang tepat untuk melakukan pemotongan filter. Pantau juga spektrum analyzer
yang kita olah pada data audio mixdown yang akan kita gunakan. Sehingga kita
dapat dengan mudah melihat bagaimana pilihan EQ yang akan anda gunakan
mempengaruhi sinyal dengan visualisasi yang unik dari penggunaan delay dan
grup oleh frekuensi yang kita olah.
Loudness Maximizer
Loudness Maximizer adalah tool atau alat yang digunakan untuk mencapai data
audio pada proses mixing dapat terdengar cukup keras dan sesuai dengan media
atau tempat data audio tersebut akan dimainkan (Ex : CD, DVD, Vinyl, dll).
Tujuan yang akan dicapai pada saat kita menggunakan maximizer adalah kita
dapat menggunakan kombinasi dari penggunaan compression, limiting dan juga
EQ.

Karena, menggunakan peralatan seperti Loudness maximizer atau sejenisnya


adalah tentang tidak hanya membuat hasil rekaman atau data audio mixing
menjadi lebih keras dan keras, meskipun itu masih menjadi sebuah
pertimbangan. Cara yang lain pada saat kita menggunakan loudness maximizer
adalah kita menggunakan RMS atau data level audio pada saat proses mastering
yaitu – 6. Kebijaksaan kita juga dalam menggunakan limiter juga dapat membuat
kehadiran yang dirasakan akan berdampak pada track yang akan kita olah
nantinya.

Karena nantinya loudness maximizer digunakan tergantung pada treatment


yang tepat pada setiap jenis lagu yang akan kita olah.

Gambar 32 : Loudness maximizer.

Pada ozone 6, terdapat 4 pilihan unik pada saat kita akan melakukan limiting
antara lain IRC I, II, III dan algoritma psychoacoustically.
Gambar 33 : Limiting pada Loudness maximizer.

Principles of Limiting

Kebanyakan sound editor memiliki fungsi normalized. Fungsi normalized


digunakan untuk menganalisis semua data hasil mixing, dan menemukan peak
tertinggi. Serta menyesuaikan gain dari seluruh hasil mixing sehingga puncak /
peak tertinggi pada hasil tertinggi tidak lebih dari 0 DbFS (Satuan Clipping) atau
menggunakan target level yang digunakan.

Contoh pada saat melakukan mastering lagu / album, semua level harus
disesuaikan dengan tingkat dan jumlah yang sama, agar lagu juga mempunyai
warna yang sama. Namun, inti dari point itu semua adalah membuat puncak
peak agar tidak terjaddi Clipping.

Prinsip kerja yang dilakukan adalah bahwa kita dapat membatasi peak dengan
cara menggunakan threshold dan memunculkan sisa dari hasil mixing tadi.
Dikarenakan sebagian besar hasil mixing dapat digunakan jika peaks yang
digunakan telah di cut down / dipangkas, sehingga tidak terjadi overloads atau
melebihi 0 dBfs.

Using Loudness Maximizer


Threshold

Fungsi penggunaan threshold pada loudness maximizer adalah digunakan untuk


menetapkan level dimana anda akan memulai melakukan limiting pada data
sinyal audio tersebut. ketika kita memulai untuk memindahkan slider threshold
ke bawah, anda akan memulai melakukan limiting pada level tersebut.

Maka hal yang terjadi adalah ketika anda melakukan hal tersebut, maka suara
yang anda dapatkan akan menjadi lebih keras lagi. Jika anda menurunkan
threshold sebanyak 2 dB, maka yang terjadi adalah output juga akan bertambah
sebesar2 dB. Hal ini akan bermanfaat ketika kita ingin meningkatkan level rata –
rata secara keseluruhan pada hasil data mixing yang akan kita gunakan. Cara
untuk mengetahui perbedaan tersebut adalah kita membandingkannya dengan
data hasil mixing yang asli ke level yang cocok dengan hasil tersebut.

Kisaran penggunaan threshold itu sendiri tergantung pada data hasil mixing
yang akan kita gunakan. Contohnya jika kita ingin melakukan limiting secara
halus, maka kita hanya perlu menarik threshold ke bawah hanya dengan
melewati puncak / peak dari sinyal yang akan masuk. Hal ini akan menjadikan
kita dapat melakukan limiting pada peak dengan garis threshold. Contohnya
adalah jika kita mendapatkan data hasil mixing dengan level yang cukup kuat,
maka cobalah menggunakan threshold sekitar 1 – 3 dB untuk melakukan
limiting.

Secara umum, pengaturan ceiling dari 0.3 – 0.8 dB akan sesuai dengan hasil level
output terakhir anda pada hasil mixing, dan tergantung juga pada berapa banyak
pengolahan yang anda lakukan pada saat proses mixing dan mastering yang
sebelumnya.

MODE
Karakteristik penggunaan masing – masing algoritma pada ozone akan
dijelaskan sebagai berikut antara lain :

Intelligent (IRC I, II, and III)

Algoritma ini akan memberikan tanda maximalisasi sinyal secara digital. Hal ini
dilakukan dengan cara menganalisis bahan sumber yang akan digunakan, dan
menerapkan proses limiting dengan cara psychoacoustic, bereaksi cepat pada
saat penggunaan transient (untuk mencegah pumping), dan bereaksi lebih
lambat pada nada bass yang stabil (untuk mencegah distorsi). IRC I, II, dan III
adalah merupakan perbedaan jumlah dari perlindungan terhadap penggunaan
distorsi, tetapi juga berbeda jumlah dari penggunaan CPU, karena semakin
angka pada IRC meningkat, semaking meningkat / berat juga penggunaan dari
CPU ( Ex : IRC II ke III) pada setiap masing – masing modenya.

Anda mungkin juga menyukai