Askep Vaskuler Perifer
Askep Vaskuler Perifer
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Penyakit Vaskular Peripheral merupakan penyakit pembuluh darah perifer mempengaruhi sirkulasi
darah ke bagian tubuh yang ekstrimitas. Penyakit vaskular termasuk segala kondisi yang
mempengaruhi sistim peredaran darah anda. Ini mencakup dari penyakit-penyakit arteri-arteri, vena-
vena dan pembuluh-pembuluh limfa anda sampai ke kekacauan-kekacauan darah yang mempengaruhi
sirkulasi. (Suzanne C Smeltzer, 2001)
B. Etiologi
1. Gagal jantung
2. Infeksi
3. Perubahan pembuluh darah dan pembuluh limfe
4. Proses penuaan
(Suzanne C Smeltzer, 2001)
D. Patofisiologi
Penurunan aliran darah melalui pembuluh darah perifer merupakan tanda pada semua
penyakit vaskuler perifer. Efek fisiologis berybahnya aliran darah tergantung pada besarnya kebutuhan
jaringan yang melebihi suplai oksigen dan nutrisi yang tersedia. Bila kebutuhan jaringan tinggi, maka
bila terjadi sedikit penurunan aliran darah dapat mengganggu pemeliharaan integritas jaringan
sehingga jaringan menjadi iskemi (kekurangan suplai darah), malnutrisi dan kematian apabila
kekurangan aliran darah tersebut tidak diperbaiki.
Gagal jantung, aliran darah perifer yang tidak memadai terjadi bila kerja pemompaan jantung
tidak efisien. Gagal jantung kiri menyebabkan penimbunan darah diparu dan penurunan aliran kedepan
atau curah jantung. Gagal jantung kanan menyebabkan kengesti vena sistemik dan penurunan aliran
darah.
Perubahan pembuluh darah dan pembuluh limfa. Pembuluh darah yang utuh, paten dan
responsive diperlukan untuk menyalurkan oksigen yang cukup ke jaringan dan mengangkat sampah
metabolisme. Arteri dapat mengalami obstruksi akibat plak aterosklerosis, thrombus atau embolus.
Arteri dapat rusak atau mengalami obstruksi akibat trauma kimia atau mekanis, infeksi atau proses
radang, gangguan vasospastik dan malformasi congenital. Oklusi arteri yang mendadak menyebabkan
iskemia berat pada jaringan, sering irreversible dan berakir dengan kematian jaringan. Bila oklusi arteri
berlangsung secara bertahap, resiko kematian jaringan mendadak lebih rendah karena sirkulasi
kolateral mempunyai kesempatan untuk berkembang.
Aliran darah vena menurun akibat trobus yang menyumbat vena, katup vena yang
inkompeten, atau oleh menurunya efktifitas kerja pemompaan otot disekitarnya. Penurunan aliran
darah vena mengakibatkan peningkatan tekanan vena, diikuti peningkatan tekanan hidrostatik perifer,
filtrasi bersih cairan keluar dari kapiler ke rongga intertisial, dan selanjutnya terjadi edema. Jaringan
edema tidak mampu menerima nutrisi yang memadai dari darah dan sebagai konsekuensinya jaringan
tersebut lebih peka terhadap kematian dan infeksi.
Sumbatan pembuluh limfe juga dapat mengakibatkan edema. Pembuluh limfe dapat
mengalami penyumbatan oleh tumor atau kerusakan akibat trauma mekanis atau proses radang.
Proses penuaan menghasilkan dinding pembuluh darah yang mempengaruhi transportasi
oksigen dan nutrisi kejaringan. Lapisan intima menebal sebagai akibat proliferasi seluler dan fibrosis.
Serabut elastic di lapisan media mengalami klaisifikasi, tipis dan terpotong dan kolagen tertimbun di
lapisan intima maupun media. Perubahan tersebut mengakibatkan kekakuan pembuluh darah, yang
meningkatkan tekanan perifer gangguan aliran dara, dan peningkatan kerja ventrikel kiri.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang : tanda dan gejala klinis gangguan vaskuler perifer, gejala yang mudah
diamati adalah nyeri sperti krrem yang hilang saat istirahat.
c. Riwayat penyakit dahulu : untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau faktor yang
membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya. Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat
menjadi pertimbangan dalam penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun
penyakit kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan
vaskuler.
d. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi-metabolik.
Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah (adanya peningkatan intra
kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan dan gangguan menelan.
b. Pola eliminasi
Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen, tidak ada bising usus
( illeus paralitik ).
c. Pola aktifitas-latihan
Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis atau
hemiplegi, mudah lelah.
d. Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan gangguan penglihatan.
e. Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau kekaburan pandangan,
gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan menurun terutama pada daerah luka dan
ekstremitas, status mental, koma, ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat menggenggam,
paralisis wajah, tidak dapat bicara, berkomunikasi secara verbal, kehilangan pendengaran,
penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
4. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk mengetahui tanda awal
dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda vital yang tidak stabil merupakan indikasi
dari peningkatan atau penurunan kondisi perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
a. Keluhan atau adanya nyeri: Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri
muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat
diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya nyeri yang terkaji dapat menjadi
patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami penyumbatan dan setelah itu perlu di
identifikasi kembali dengan beberapa pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas
kondisi pasien.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting dilakukan karena adanya
perubahan tanda-tanda vital menunjukkan kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan
asumsi penurunan kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan menurun dan juga tekanan
darah naik lama kelamaan akan menurun karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian
terhadap tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan sistemik
tubuh.
c. Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik tubuh, karena adanya
perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang, demikian juga cairan dan
keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
d. Pemamtauan perubahan penampakan dan temperature kulit
Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung dan merupakan petunjuk
adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi.
Sianosis
Rambut hilang
Kuku rapuh
Kulit kering
Atropi dan ulserasi
Edema bilateral atau unilateral
5. Pemeriksaan penunjang
a. ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam kondisi istirahat. Adanya
gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak
patognomonik iskemia kardium. Gambaran lain dari adanya kelainan ECG mencakup perubahan
gelombang ST-T nonspesifik, kelambatan hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta aritmia
bersifat non spesifik untuk penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b. Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu faktor penting dalam
perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian juga peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-
rata, hal ini menunjukkan adanaya risk factor lain yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
Elektrolit : ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi kontraktilitas,
contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
Sel darah Putih (SDP) : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak sehubungan dengan proses
inflamasi.
Kecepatan sedimentasi : apabila meningkat maka menunjukkan adanya inflamasi.
Kimia : mungkinnormal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis.
Kolesterol atau trigeliserida serum : meningkat, menunjukkan arteriosclerosis.
c. Pemeriksaan dengan Echokardiografi
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari pemeriksaan ini dapta dilihat
lokasi penyumbatan dan berapa besar tingkat aliran darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan
dilihat juga seberapa besar adanya penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil echo yang dapat memotret
dari 3 dimensi memungkinkan diagnosa dan tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.
d. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya dilakukan sehubungan
dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi).
e. Pemeriksaan Photo thorak
Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung didug gagal jantung koroner atau
aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping untuk mengetahui seberapa besar adanya
pembesaran jantung, juga untuk mengetahui dan mengidentifikasi gangguan sistem respirasi terutama
paru. Dengan adanya photo thorak dapat diketahui secara dini adanya pneumonia atau infeksi lain
sehingga faktor penyulit tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen.
Tujuan : menghilangkan nyeri.
Kriteria hasil :
Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi :
a. Memperbaiki sirkulasi.
Rasional : perbaikan sirkulasi perifer meningkatkan oksigen yang disuplai ke otak dan megurangi
akumulasi metabolit yang menyebabkan spasme otot.
b. Memberikan nalgetik sesuai dengan resep dengan pendekatan keperawatan yang sesuai.
Rasional : analgetik mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien berpartisispasi dalam aktifitas dan
latihan memperbaiki sirkulasi.
C. Evaluasi
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
a. Memperlihatkan peningkatan suplai darah arteri ke ekstremitas
Ekstremitas terasa hangat bila disentuh
Warna kulit membaik (bebas dari rubor dan sianosis)
Nadi peifer teraba
b. Penurunan kongesti vena
Meninggikan ekstremitas bawah sesuai yang dianjurkan
Menghindari berdiri diam atau duduk terlalu lama
Edema berkurang
c. Memperbaiki vasodilatasi, mencegah kompresi vaskuler
Melindungu ekstremitas dari pajanan dingin
Tidak merokok
Menjalankan program penatalaksaan stress
Memakai pakaian yang tidak ketat
Tidak melipat tungkai
Minum obat sesuai resep
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai oksigen.
Bebas dari rasa nyeri
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Integritas jaringan terpelihara
Menghindari trauma dan iritasi kulit
Mengenakan sepatu pelindung
Mematuhi aturan kebersihan
Makan diet seimbang yang cukup mengandung protein, vitamin B dan C
4. Deficit pengetahuan mengenai aktifitas perawatan diri.
Melakukan aktifitas perawatan diri
KATA PENGANTAR
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta:
ECG.
Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta:
ECG