OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan paper yang berjudul “Pencemaran Visual” tepat waktu. Paper “Pencemaran
Visual” disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pencemaran dan Proteksi Lingkungan.
Penulis juga berharap agar paper ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
“Pencemaran Visual”.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan paper ini.
DEFENISI PENCEMARAN VISUAL
Selain pencemaran udara yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, masalah besar
yang kini mengancam manusia adalah pencemaran visual. Menurut Kliping Humas Unpad tahun
2010, polusi visual dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sesuatu yang mengganggu
pemandangan dan keindahan sebuah kawasan.. Pencemaran visual ialah isu estetika dan merujuk
kepada kesan pencemaran yang menjejaskan keupayaan seseorang untuk menikmati vista atau
pemandangan. Namun sebagai metafora polusi visual diartikan sebagi sampah estetik yang
mempengaruhi pengalaman visual kita secara emosional, yang secara langsung menggangu mata
kita menikmati alam semesta ini. Polusi visual adalah sama halnya “sampah mata”. Polusi visual
adalah ketika seseorang menganggap suatu lanskap pemandangan tidak lagi memiliki nilai
estetika, dan penyebabnya bisa saja karena alam atau karna ulah manusia. Polusi visual bisa dalam
bentuk apa saja, dan kebanyakan disebabkan karena ulah manusia. Beberapa contoh sumber
pencemaran visual antara lain pemandangan, sampah, coretan atau ukiran dipohon, bangunan
terbengkalai, kabel listrik yang tidak tertata, baliho dan iklan. Polusi visual mengganggu area
visual orang dengan menciptakan perubahan berbahaya di lingkungan alam. Area yang terlalu
padat menyebabkan polusi visual. Polusi visual dapat diartikan jugaa keseluruhan dari formasi tak
beraturan, yang sebagian besar terdapat di alam. Sementara itu, segala macam bentuk penurunan
kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh keliatan pembangunan dan tidak dicirikan berfungsinya
secara baik komponen-komponen lingkungan (Stern et al,1996).
PROSES PENCEMARAN
Masyarakat industri khususnya yang bersangkut paut dalam dunia periklanan secara sembarangan
2 memasang iklan outdoor di berbagai sudut ruang publik. Selain ilegal, sembarangnya
pemasangan iklan ini mengakibatkan tercemarnya visual dari tata kota atau lingkungan (polusi
visual). Sama dengan jenis polusi lainnya polusi visual ini merupakan rusaknya keinndahan alam
yang disebabkan oleh manusia dengan menerapkan visual-visual yang jumlahnya berlebih-lebihan
dan tidak ramah lingkungan (sampah visual). Secara umum, pemandangan lanskap perkotaan saat
ini sudah sangat dipengaruhi oleh polusi visual dengan pemakaian iklan-iklan outdoor yang jauh
dari nilai estetik dari segi visual ataupun penempatannya. Perkara ini muncul dikarenakan
banyaknya masyarakat yang kurang peka terhadap dampak negatif dari polusi visual akibat iklan
outdoor yang mereka pasang, kurang menghargai keindahan ruang publik, dan menyepelekan atau
ketidak tahuan terhadap peraturan yang ada. Lepas dari hal tersebut, banyak masyarakat yang
merasa berhak atas wilayah wilayah sekitarnya untuk di pasangkan iklan-iklan outdoor sesuai
keinginan mereka. Sebagai contohnya, banyak dari usaha kecil seperti rumah makan, laundry
pakaian, wc umum, dan penyewaan kost yang memasang berbagai spanduk dan poster di sekeliling
wilayah usahanya berada. Contoh lainnya yang paling marak menyebabkan polusi visual adalah
iklan calon legislatif (caleg) ketika menjelang pemilihan umum (pemilu). Menjelang pemilu, para
caleg diberikan kesempatan untuk memperkenalkan dirinya pada masyarakat, terutama dengan
menggunakan iklan outdoor. Namun banyak sekali caleg yang salah memanfaat kesempatan
tersebut sehingga menyalahi peraturan. Berbeda dari contoh polusi visual oleh usaha-usaha kecil
sebelumnya yang wilayah pemasangannya hanya mencakup daerah rumah yang kira-kira seluas
tiga atau dua blok saja dari tempatnya, iklan dari caleg cakupannya adalah menyeluruh di satu kota
atau bahkan di provinsi. Sehingga tentunya dampak polusi visual dari iklan caleg sudah dapat
dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Selain iklan yang dipamerkan bersifat ilegal karena
tidak sesuai dengan perijinan yang ada, iklan-iklan tersebut sangat mengganggu masyarakat
sekitar. Mulai dari segi visual yang sangat apa adanya dan mengandalkan pemakaian huruf-huruf
tebal sangatlah tidak pantas untuk dipamerkan ke publik. Lalu pemasangannya juga banyak yang
merugikan masyarakat, lingkungan, dan pemerintah. Fasilitas-fasilitas seperti tembok rumah,
pepohonan, dan tiang lalu-lintas rusak akibat pemasangan iklan outdoor yang tidak mementingkan
keindahan dan fungsi fasilitas tersebut. Kurangnya tindakan tegas dari pemerintah menanggapi hal
tersebut, membuat masalah polusi visual akibat iklan outdoor ini tidak kunjung tuntas dan selalu
terulang kembali. Penyebabnya antara lain kurangnya sosialisasi mengenai aturan-aturan yang
tersedia seperti PERDA dan EPI kepada masyarakat dan pemerintah yang masih kurang tegas dan
kurang optimal menindak iklan yang terpasang dan pelakunya.
Sama seperti kasus polusi lainnya, tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi
keindahan lingkungan atau ruang publik dari polusi visual akibat iklan outdoor tidak bisa hanya
diberikan kepada pemerintah saja, masyarakat yang dari industri periklanan outdoor perlu ikut
campur didalamnya. Segala bentuk tindakan pemerintah akan sia-sia bila mereka masih tidak
peduli dan peka terhadap dampak buruk yang ditimbulkan dari tindakan yang mereka lakukan.
Coretan dinding dengan cat semprot maupun cat biasa. Biasanya tertera nama inisial
dari gank serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Warna yang dipilih biasanya adalah warna-
warna yang menampar mata hingga selalu nampak sekalipun dari kejauhan. Ini adalah sebentuk
polusi visual khas daerah perkotaan, meski tak tertutup kemungkinan di desa pun telah terjangkiti
wabah coretan dinding seperti ini. Terutama di dekat tempat wisata. Tak ada catatan khusus sejak
kapan Indonesia mengalami wabah polusi visual yang berupa coretan grafiti di dinding kota ini,
hanya saja kalo kita melongok poto-poto tua masa perang kemerdekaan mengusir penjajahan
Belanda, kita pun melihat grafiti di tembok-tembok serta bahkan tak jarang di kereta api. Yang
membedakan, kalau grafiti saat itu dipakai sebagai sarana menggelorakan semangat perjuangan
sementara grafiti sekarang cenderung untuk memanjakan nafsu narsistik yang akut di kalangan
remaja dan mereka yang beranjak dewasa
5. Mata Lelah
Tergantung dari level polusi visual, semakin parah polusi visual semakin cepat mat akita
merasa lelah. Mata yang kelelahan karena gangguan visual bisa berakibat pada masalah
kesehatan mata yang serius yang mengganggu aktivitas harianmu nantinya.
Saat kita menyusuri jalan-jalan utama di Kota Medan, hampir dipastikan mata kita tidak akan
pernah sama sekali bisa bebas dari terpaan aneka jenis billboard, papan nama toko/perusahaan,
baliho, spanduk hingga poster yang bertebaran di sepanjang jalan yang kita lewati. Sepertinya
semakin sulit saja menemukan jalan-jalan utama di Kota Medan ini yang betul-betul bersih,
terbebas dari benda-benda tersebut. Sesungguhnya, di balik billboard, papan nama
kantor/perusahaan, baliho, spanduk maupun poster yang bertebaran ini tersimpan sejumlah
masalah besar bagi keberadaan sebuah kota. Para ahli lingkungan menilai, makin banyaknya
billboard, spanduk, papan nama toko/perusahaan, baliho serta poster yang menghiasi berbagai
jalan di sebuah kota telah menyebabkan apa yang diistilahkan sebagai pencemaran visual (visual
pollution). Secara umum, pencemaran visual merujuk kepada segala sesuatu yang mengganggu
pemandangan dan keindahan sebuah kawasan. Billboard, papan nama kantor/perusahaan, baliho,
spanduk serta poster hanyalah sebagian dari benda-benda yang bisa mengganggu pemandangan
dan keindahan sebuah kawasan kota. Benda-benda atau hal lainnya yang bisa mengakibatkan
terjadinya pencemaran visual antara lain adalah kabel listrik dan kabel telefon yang tidak
beraturan, menara telefon seluler serta bangunan yang tidak terawat. Pertanyaannya, apa dampak
dari pencemaran visual bagi sebuah kota?
Pertama, menurunnya estetika kota. Banyaknya billboard, papan nama kantor/perusahaan, baliho,
spanduk serta poster yang bertebaran di mana-mana dapat menurunkan estetika kota. Tatkala
estetika sebuah kota menurun, maka pesona dan daya tarik kota itu bakal ikut menurun.
Kedua, hilangnya kekhasan kota. Setiap kota sudah pasti memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.
Namun, dengan menjamurnya billboard, papan nama toko/perusahaan, spanduk, baliho serta aneka
poster, kekhasan sebuah kota akhirnya malah tersembunyi di balik benda-benda tadi.
Ketiga, meningkatkan budaya konsumtif. Sebagian billboard, spanduk maupun poster-poster berisi
iklan-iklan konsumtif. Pada gilirannya ini mendorong warga kota untuk bergaya hidup lebih
konsumtif. Padahal, menurut Worldwatch Institute, gaya hidup konsumtif memberi kontribusi
berarti bagi meningkatnya pemanasan global.
Keempat, timbulnya sejumlah gangguan medis maupun psikis. Sejumlah kajian menunjukkan,
pencemaran visual, pada tingkatan tertentu, dapat memicu stres, sakit kepala serta agresifitas.
Kelima, pencemaran visual dapat pula mengganggu konsentrasi berkendaraan sehingga
membahayakan keselamatan pengendara dan pengguna jalan lainnya. Sementara, ditilik dari aspek
ekologis, pencemaran visual ternyata ikut mengakibatkan hengkangnya sejumlah spesies hewan
tertentu yang bakal mengganggu keseimbangan ekologis kawasan kota.
Mengingat sejumlah dampak negatif yang ditimbulkan oleh pencemaran visual tersebut,
sejumlah pengelola kota kini berupaya mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah
pencemaran visual.
Salah satunya adalah yang dilakukan oleh pengelola Kota Sau Paulo, Brazil. Lewat kebijakan
Clean City (Cidade Limpa), Walikota Sao Paulo, Gilberto Kassab, memerintahkan untuk
menurunkan semua billboard, spanduk dan poster-poster iklan di seluruh Sao Paulo. Tidak kurang
dari 15.000 billboard, 1.600 papan nama toko/perusahaan dan 1.300 tiang penyangga papan iklan
berhasil diturunkan.
Tidak hanya itu. Gilberto Kassab juga melarang pemasangan semua bentuk iklan luar ruangan di
seantero Sao Paulo. Langkah ini tentu saja mendapat tentangan keras dari para pengusaha. Namun,
Walikota Sao Paulo itu tetap konsisten dengan kebijakan Clean City-nya. Ia tidak terpengaruh
dengan protes para pengusaha maupun berkurangnya pendapatan kota dari pelarangan iklan luar
ruangan.
Di sisi lain, Walikota Sao Paulo itu memerintahkan penataan ulang pemasangan papan nama
toko/perusahaan di seluruh Sao Paulo. Ukuran papan nama toko/perusahaan tidak boleh lebih dari
empat meter persegi dan dipasang hanya di depan pintu masuk. Mereka yang melanggar dikenai
denda sebesar 5.000 dolar AS. Jika masih membandel, toko/perusahaan dicabut izinnya.
Di samping itu, pihaknya juga memperbaiki saluran air kotor, menata kabel listrik dan kabel
telefon, memperbaiki dan memperelok gedung-gedung yang menjadi ikon Kota Sao Paulo serta
memperbanyak taman kota.
Hasilnya, penerapan kebijakan Clean City tersebut membuat Sao Paulo menjadi lebih bersih, lebih
indah, lebih menarik dan kekhasan kotanya kembali menonjol.
Apa yang dilakukan oleh Sao Paulo juga dilakukan oleh pengelola Kota Beijing, China. Meskipun
belum seradikal Sao Paulo, pengelola kota Beijing kini sudah mulai memperketat pemasangan
billboard, spanduk maupun poster di seluruh ibukota China itu. Pengelola Kota Beijing belum
lama ini, misalnya, telah melakukan pelarangan bagi semua iklan luar ruangan yang dianggap bisa
memicu gaya hidup konsumtif warga.
Bagaimana dengan Kota Medan? Makin meningkatnya pencemaran visual di Medan sudah barang
tentu bakal pula menimbulkan sejumlah dampak negatif sebagaimana dipaparkan di muka. Apa
yang telah dilakukan pengelola Kota Sao Paulo, Brazil, agaknya bisa menjadi contoh bagus dan
bahan kajian bagi pengelola Kota Medan dalam mencari solusi jitu bagi masalah pencemaran
visual yang kian marak di kota ini.
Bagaimanapun, Medan harus menjadi kota yang lebih bersih, lebih indah, lebih menarik dan
kekhasan kotanya tetap terpelihara.
REFERENSI
https://ms.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_visual
http://handuk-qu.blogspot.com/2013/12/sampah-visual-atau-polusi-visual.html#.X2IOCWgzbIU
https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/09/04/103153720/polusi-visual-sedang-viral-
ketahui-dulu-pengertiannya
https://analisadaily.com/berita/arsip/2014/4/29/25714/medan-dan-masalah-pencemaran-visual/
http://repository.petra.ac.id/15522/1/REVISI_Desain_Signage_sebagai_Solusi_Pencemaran_Vis
ual.pdf
hhtps://www.researchgate.net/publication/332093569_Analisis_Degradasi_Lingkungan_Akibat_
Polusi_Visual_di_Wilayah_Urban_Yogyakarta_Melalui_Kerangka_DPSIR/link/5c9f363f458515
06d7344593/download
https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/files/98623/bab1/perancangan-public-service-
announcement-psa-sebagai-media-kampanye-anti-polusi-visual-akibat-iklan-outdoor.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/60494-ID-kajian-kualitas-visual-terhadap-
eksisten.pdf
https://jogja.tribunnews.com/2015/05/11/kurangi-polusi-visual-di-kota