Anda di halaman 1dari 3

Nama : Cahyani Rahmawati

NIM : 2111420042
Prodi/Rombel : Sastra Indonesia/2

Analisis Faktor Kebahasaan dan Non Kebahasaan dalam Wawancara

1. Analisis wawancara Deddy Corbuzier dan Najwa Shihab dalam acara Hitam Putih.
Pada wawancara kali ini Deddy Corbuzier mewawancarai Najwa Shihab berbagai hal
terkait kehidupannya dan pekerjaannya. Hasil analisis berdasarkan faktor
kebahasaaan dan non kebahasaan.
Faktor Kebahasaan:
 Ketepatan ucapan
Ketepatan ucapan pewawancara dan narasumber cukup tepat. Bahasa yang
digunakan jelas dan mudah dipahami.
 Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai
Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi pewawancara dan narasumber sangat
tepat. Nada bicara narasumber yang tenang dalam menjawab pertanyaan dari
pewawancara membuat pewawancara tertarik untuk berbicara lebih lama dengan
narasumber. Begitu pula dengan pewawancara, dalam menyampaikan setiap
pertanyaannya, nada bicara yang santai dan penekanan pada kata-katanya
membuat narasumber nyaman dalam menjawab setiap pertanyaan pewawancara.
 Pemilihan diksi
Pemilihan diksi dari pewawancara mudah dipahami oleh narasumber. Kata-kata
yang dipilih pun jelas dan mudah dimengerti.
 Ketepatan sasaran
Dalam melakukan wawancaranya, pewawancara memilih topik yang sesuai
dengan narasumbernya. Pewawancara memberikan berbagai pertanyaan yang
menarik perhatian narasumbernya, seperti hal nya memberi pertanyaan yang
terkait dengan kehidupan narasumber tersebut.

Faktor Non Kebahasaan:


 Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
Selama wawancara, baik pewawancara dan narasumber terlihat tenang dan
nyaman. Hal itu terlihat jelas bahwa keduanya memang sudah terbiasa dengan hal
tersebut.
 Pandangan diarahkan ke lawan bicara
Baik pewawancara maupun narasumber sama-sama fokus pada lawan bicaranya.
Pewawancara fokus melontarkan pertanyaan kepada narasumber sambil
memperhatikan narasumbernya dan narasumber juga fokus terhadap setiap
pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.
 Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Dalam wawancara tersebut pewawancara sempat beradu argumen dengan
narasumber. Ketika narasumber diminta untuk memilih satu dari dua pilihan
jawaban, namun narasumber mengatakan bahwa kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan dengan menyertai dengan argumen yang kuat, hingga akhirnya
pewawancara menyetujui jawaban dari narasumber.
 Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Pewawancara dan narasumber menggunakan gerak-gerik dan mimik wajah yang
tepat, tidak berlebihan, dan sesuai dengan isi topik yang disampaikan. Bahkan
sesekali pewawancara melontarkan candaan dan ditanggapi baik oleh
narasumber.
 Kenyaringan suara
Suara pewawancara nyaring dan jelas sehingga narasumber dapat dengan jelas
mendengar apa yang disampaikan pewawancara. Begitu pula dengan narasumber,
suaranya jelas dan nyaring sehigga pewawancara dapat mengangkap apa yang
dikatakan oleh narasumber.
 Kelancaran
Kalimat-kalimat yang dilontarkan pewawancara dan narasumber tersusun dengan
runtut dan teratur. Penyampaikan kalimat demi kalimat pun tidak terbelit-belit
sehingga baik pewawancara maupun narasumber dapat memahami maksud satu
sama lain.
 Relevansi/penalaran
Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan pewawancara sangat berhubungan
dengan topik pembicaraan sehingga narasumber pun tampak nyaman dalam
menjawab pertanyaan pewawancara.
 Penguasaan topik
Pewawancara terlihat jelas menguasai topik yang dibicarakan. Pewawancara
mampu menanyakan detail setiap pertanyaan yang diajukan dan narasumber pun
dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan baik.

2. Analisis wawancara Deddy Corbuzier dan Jerome Polin di acara Hitam Putih. Pada
kesempatan kali ini Deddy Corbuzier mewawancarai Jerome Polin yang merupakan
mahasiswa sekaligus youtuber. Ia mewawancarai seputar bagaimana kehidupannya
menjadi mahasiswa di Jepang dan kegiatannya sebagai seorang youtuber. Berikut
hasil analisis berdasarkan faktor kebahasaan dan non kebahasaan.
Faktor Kebahasaan:
 Ketepatan ucapan
Ketepan ucapan pewawancara dan narasumber tepat. Setiap kata diucapkan
dengan jelas dan mudah dipahami.
 Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai
Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi pewawancara dan narasumber cukup
tepat. nada bicara pewawancara yang tenang dan santai dalam melontarkan setiap
pertanyaan membuat narasumber lebih nyaman dan tenang dalam menjawab
setiap pertanyaan. Walaupun narasumber tampak grogi, namun ia dapat
mengontrol nada bicaranya agar terlihat tidak grogi.
 Pemilihan diksi
Pemilihan diksi dari pewawancara jelas dan mudah dipahami oleh narasumber.
Kata-kata yang dipakai juga disesuaikan dengan narasumber yang masih muda.
 Ketepatan sasaran
Dalam melakukan wawancaranya, pewawancara memilih topik yang sesuai
dengan narasumbernya. Pewawancara memberikan berbagai pertanyaan yang
menarik perhatian narasumbernya, mulai dari pembahasan mengenai kehidupan
sebagai mahasiswa sekaligus youtuber hingga cita-cita dari narasumber untuk
menjadi Menteri Pendidikan.
Faktor Non Kebahasaan:
 Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
Selama wawancara, baik narasumber maupun pewawancara terlihat tenang dan
santai. Pewawancara terlihat membuat suasana menjadi nyaman bagi narasumber
yang tampak sedikit grogi dengan sesekali melontarkan candaan. Walaupun
narasumber tampak sedikit grogi, ia cukup tenang dan tidak kaku dalam
menjawab pertanyaan pewawancara.
 Pandangan diarahkan ke lawan bicara
Pewawancara fokus melontarkan pertanyaan pada narasumber dan narasumber
fokus mendengarkan setiap pertanyaan dari pewawancara. Mata keduanya pun
bertemu dan saling memperhatikan satu sama lain.
 Kesediaan menghargai pendapat orang lain
Selama wawancara, pewawancara mendengarkan jawaban dari narasumber
dengan antusias dan tidak memotong pembicaraan dari narasumber.
 Gerak-gerik dan mimik yang tepat
Pewawancara dan narasumber menggunakan gerak-gerik dan mimik wajah yang
tepat, tidak berlebihan, dan sesuai dengan isi topik yang disampaikan. Bahkan
sesekali pewawancara melontarkan candaan dan disambut dengan tawa dari
narasumber.
 Kenyaringan suara
Suara pewawancara nyaring dan jelas sehingga narasumber dapat dengan jelas
mendengar apa yang disampaikan pewawancara. Begitu pula dengan narasumber,
suaranya jelas dan nyaring sehigga pewawancara dapat dengan mudah mengerti
maksud dari narasumber.
 Kelancaran
Kalimat-kalimat yang dilontarkan pewawancara tersusun runtut dan teratur.
Pewawancara tampak menguasai hal tersebut. Sementara itu, narasumber tampak
sedikit belibet pada beberapa kalimat yang dilontarkan mungkin karena efek
grogi, namun selebihnya narasumber melakukannya dengan baik.
 Relevansi/penalaran
Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan pewawancara sangat berhubungan
dengan topik pembicaraan sehingga narasumber pun tampak nyaman dan tertarik
dalam menjawab pertanyaan pewawancara.
 Penguasaan topik
Pewawancara terlihat jelas menguasai topik yang dibicarakan. Pewawancara
mampu menanyakan detail setiap pertanyaan yang diajukan dan narasumber pun
dapat menjawab pertanyaan secara detail dan jelas.

Anda mungkin juga menyukai