Anda di halaman 1dari 12

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

(PRURITIS) GATA-GATAL DI BALAI DESA RW 03 KELURAHAN


KEDUNG COWEK KECAMATAN BULAK
SURABAYA

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(PRURITIS) GATA-GATAL
1. Setting Tempat

Keterangan:

: Pembawa acara dan moderator : Observer


: Penyaji : Audience
: Fasilitator : Dokumentasi

2. Pengorganisasian dan jobdisk


Penyaji : Selvi Karunia Delita
Moderator : Yogi Yussanto
Observer : Yulia Masruroh, Hanifatur Rohmah
Fasilitator : Yuniara Dwi P, Ruri Kartikawati, Yurita Ajeng L
Dokumentator : Farikhatur Rosyidah

8. Penyaji : Bertugas menyampaikan materi penyuluhan


Moderator :
Observer :
Fasilitator :
Dokumentator :

3. Rencana Kegiatan
No Tahap
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Audience Waktu
. kegiatan
1. Pembukaan: 1. Mengucapkan salam. 3 Menit
2. Memperkenalkan diri. 1. Menjawab
3. Menjelaskan tujuan salam
kegiatan. 2. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi 3. Memperhatikan
yang akan 4. Memperhatikan
disampaikan.
2. Pelaksanaan: 1. Menjelaskan definisi 10 Menit
gatal-gatal. 1. Memperhatikan
2. Menjelaskan 2. Memperhatikan
klasifikasi gatal- 3. Memperhatikan
gatal. 4. Memperhatikan
3. Menjelaskan 5. Memperhatikan
penyebab gatal- 6. Memperhatikan
gatal.
4. Menjelaskan tanda
dan gejala gatal-
gatal.
5. Menjelaskan
penanganan gatal-
gatal.
6. Menjelaskan
pencegahan gatal-
gatal.
3. Evaluasi: 1. Memberikan 10 Menit
kesempatan audience 1. Bertanya
untuk bertanya. 2. Menjawab
2. Mengajukan beberapa
pertanyaan ke
audience.
4. Terminasi: 1. Mengucapkan 2 Menit
terimakasih atas 1. Tersenyum.
waktu yang telah 2. Membalas
diberikan. salam
2. Mengucapkan salam
penutup.

4. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek dapat hadir, minimal 5
orang.
2) Kegiatan dilakukan di Balai RW 03 Kelurahan Kedung Cowek
Surabaya.
3) Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelum dan saat kegiatan
berlangsung.
b. Kriteria Proses
1) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek antusias terhadap materi
yang diberikan.
2) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek konsentrasi dan fokus
mendengarkan materi.
3) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek dapat mengajukan beberapa
pertanyaan.

c. Kriteria Hasil
1) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek hadir minimal 15 orang.
2) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek kooperatif dalam acara
penyuluhan.
3) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek bertanya dan mampu
menjawab pertanyaan dari penyaji.
4) Warga RW 03 Kelurahan Kedung Cowek mampu memahami materi
penyuluhan yang telah disampaikan.
MATERI

1. Pengertian
Pruritus adalah gejala dari berbagai penyakit kulit, baik lesi primer
maupun lesi sekunder, meskipun ada pruritus yang ditimbulkan akibat faktor
sistemik non-lesi kulit. Pruritus yang tidak disertai kelainan kulit disebut
pruritus esensial (pruritus sine materi). Gatal-gatal (pruritus) didefinisikan
sebagai sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk
menggaruk. Pruritus (gatal) merupakan gejala utama dari penyakit kulit yang
menimbulkan sensasi atau keinginan untuk menggaruk (Djuanda.A, 2007).
Pruritus merupakan sensasi tidak menyenangkan pada kulit yang
menyebabkan keinginan untuk menggaruk. Pruritus dapat merupakan
manifestasi umum dari kelainan dermatologi (Brunner & Suddarth, 2010).

2. Klasifikasi
a. Pruritus primer
Pruritus tanpa adanya penyakit dermatologi atau alat dalam dan dapat
bersifat lokalisata atau generalisata, dapat bersifat psikogenik yang dapat
disebabkan oleh komponen psikogenik yang memberikan stimulasi pada
itch centre.
b. Pruritus sekunder
Pruritus yang timbul sebagai akibat penyakit sistemik. Pruritus juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan patofisiologi yang mendasarinya yaitu sebagai
berikut:
1) Pruritoceptive
Ujung-ujung nervus cutaneus oleh pruritogen. Terjadi di kulit dan dapat
diakibatkan karena proses inflamasi atau proses patolgik yang tampak.
Sebagai contoh urtikaria dan scabies.
2) Neuropathic
Disebabkan oleh lesi yang terletak pada serabut aferen penghantaran
impuls. Sangat mungkin untuk mencari penyebab pruritus di daerah
terdapat gejala pruritus, namun lesi penyabab mungkin dapat terletak
jauh saraf, tulang belakang atau otak. Pruritus neuropathic dikaitkan
dengan kelainan yang menyebabkan kerusakan pada saraf seperti
stroke, tumor, malformasi pembuluh darah.
3) Neurogenic
Berasal dari sistem pusat yang tidak disertai dengan kerusakan atau
kondisi patologis pada saraf, misalnya pruritus yang berkaitan dengan
excoriations neurotic.
4) Phsycogenic
Pruritus phycogenic dapat didiagnosis ketika pruritus terjadi tanpa
adanya kelainan pada kulit atau penyakit medis lainnya. Pruritus
pshycogenic dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Tipe kompulsive
Garukan kulit dilakukan untuk mencegah peningkatan kecemasan
atau untuk mencegah terjadinya peristiwa atau situasi yang ditakuti
dan/ditimbulkan karena obsesi (contoh: obsesi yang berkaitan
dengan kontaminasi kulit). Pada pruritus phsycogenic tipe
compulsive garukan pada kulit dilakukan dengan kesadaran penuh.
b) Tipe impulsive
Tipe impulsive berkaitan dengan gairah, kesenangan atau untuk
mengurangi ketegangan. Pada tipe ini garukan dilakukan secara
otomatis atau saat kesadaran minimal.
c) Tipe campuran
Merupakan gabungan antara pruritus phsycogenic tipe compulsive
dan pruritus phycogenic tipe impulsive (Djuanda.A, 2007).
3. Penyebab
Pruritus dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor eksogen
Dermatitis kontak (pakaian, logam, benda asing), rangsangan oleh
ektoparasit (serangga, tungau, scabies, pedikulus, larva migrans), atau
faktor lingkungan yang dapat membuat kulit lembab atau kering.

b. Faktor endogen
Reaksi obat atau penyakit, sebagai contoh adalah limfoma, kelainan hepar
atau ginjal. Namun sering karena penyebab klinis pada permulaan belum
diketahui (Djuanda.A, 2007).

4. Tanda dan Gejala


Menurut Brunner & Suddarth (2010), manifestasi klinis pruritus adalah
1. Garukan, sering lebih hebat pada malam hari
Pruritus secara khas akan menyebabkan pasien menggaruk yang biasanya
dilakukan semakin intensif pada malam hari. Pruritus tidak sering
dilaporkan pada saat terjaga karena perhatian pasien terlatih pada aktivitas
sehari-hari. Pada malam hari dimana hal- hal yang bisa mengalihkan
perhatian hanyalah sedikit, keadaan pruritus yang ringan sekalipun tidak
mudah diabaikan.
2. Eskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit
Pada garukan akut dapat menimbulkan urtikaria, sedangkan pada garukan
kronik dapat menimbulkan perdarahan kutan dan likenifikasi (hasil dari
aktivitas menggaruk yang dilakukan secara terus menerus dengan plak
yang menebal). Apabila garukan dilakukan dengan menggunakan kuku
dapat menyebabkan eskoriasi linear pada kulit dan laserasi pada kukunya
sendiri.
3. Rasa gatal yang hebat dapat menyebabkan ketidakmampuan pada individu
dan mengganggu penampilan pasien. Dalam beberapa kasus, gatal yang
terjadi biasanya disertai dengan nyeri dan sensasi terbakar.
5. Penanganan
Penatalaksanaan pruritus dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan penatalaksanaan sesuai dengan
penyebab serta penatalaksanaan simtomatik. Penatalaksanaan terhadap
penyebabnya harus menemukan kelainan yang mendasarinya dan kemudian
melakukan penatalaksanaan sesuai penyebab tersebut sehingga dapat
menghilangkan keluhan gatal.
Upaya lain yang berguna untuk menghindari pruritus, diantaranya
mencegah faktor pengendap, seperti pakaian yang kasar, terlalu panas, dan
yang menyebabkan vasodilatasi jika dapat menimbulkan rasa gatal (misalnya
kafein, alkohol, makanan pedas). Jika kebutuhan untuk menggaruk tidak
tertahankan, maka gosok atau garuk area yang bersangkutan dengan telapak
tangan.
Mulyati (2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah:
1. Membasuh tangan dengan sabun tangan sebelum dan sesudah memegang
daerah kewanitaan
2. Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih
3. Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air
besar untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus
4. Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
5. Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi
Untuk gatal ringan dengan penyebab yang tidak membahayakan seperti
kulit kering, dapat dilakukan penanganan sendiri berupa:
a. Mengoleskan pelembab kulit berulang kali sepanjang haridan segera
setelah mandi.
b. Mandi rendam dengan air hangat suam-suam kuku
c. Tidak mandi terlalu sering dengan air berkadar kaporit tinggi
d. Kamar tidur harus bersih, sejuk dan lembab
e. Mengenakan pakaian yang tidak mengiritasi kulit seperti katun dan sutra,
menghindai bahan wol serta bahan sintesis yang tidak menyerap keringat.
f. Menghindari konsumsi kafein, alkohol, rempah-rempah, air panas dan
keringat berlebihan.
g. Mengindari hal-hal yang telah diketahui merupakan penyebab gatal
h. Menjaga higiene pribadi dan lingkungan
i. Mencegah komplikasi akibat garukan dengan jalan memotong kuku
(Roswati, E. 2010).

6. Pencegahan
Pencegahan pruritus dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahan
atau pakaian yang tidak menyebabkan iritasi kulit. Hindari penggunaan pakaian
yang terlalu ketat dan deterjen yang terlalu keras untuk kulit. Dapat juga
dilakukan dengan mengompres area yang gatal dengan air dingin. Jika
memungkinkan, kurangi juga frekuensi mandi selama gatal masih berlangsung
atau kurangi waktu mandi. Memotong kuku agar tidak melukai kulit jika tanpa
sengaja menggaruk area yang terkena pruritus (Roswati, E. 2010).
LEMBAR EVALUASI KEGIATAN PENYULUHAN

EVALUASI
NO. ASPEK YANG DINILAI
PRE POST
1. Pengertian priruritus (gatal-gatal)
2. Klasifikasi priruritus (gatal-gatal)
3. Penyebab priruritus (gatal-gatal)
4. Tanda dan gejala priruritus (gatal-gatal)
5. Penatalaksanaan priruritus (gatal-gatal)
6. Pencegahan priruritus (gatal-gatal)
Jumlah

LEMBAR EVALUASI KEGIATAN PENYULUHAN

EVALUASI
NO. ASPEK YANG DINILAI
PRE POST
1. Pengertian priruritus (gatal-gatal)
2. Klasifikasi priruritus (gatal-gatal)
3. Penyebab priruritus (gatal-gatal)
4. Tanda dan gejala priruritus (gatal-gatal)
5. Penatalaksanaan priruritus (gatal-gatal)
6. Pencegahan priruritus (gatal-gatal)
Jumlah
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Djuanda Adhi, Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edis 5.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI
Mulyati. 2007. Hubungan pengetahuan Mengenai Menstruasi Terhadap Kesiapan
Remaja Putri Usia Pubertas Di SMP Negri 3 Medan Dalam
Menghadapi Menarche. Skripsi FKM UI
Roswati, E. 2010. Pruritus pada Pasien Hemodialisis. Medan: Divisi Neurologi
dan Hipertensi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

Anda mungkin juga menyukai