Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI MANUSIA

INDERA

Oleh :

Nama : Namira Mutiara Larasati

NIM : 19304244011

Kelas : Pendidikan Biologi C

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
A. TUJUAN
1. Menentukan jarak bintik buta dari mata.
2. Menentukan titik pandang dekat.
3. Menguji ketajaman penglihatan.
4. Mengetahui berbagai macam reseptor yang terdapat di kulit.
B. ALAT DAN BAHAN
1. Penentu bintik buta
2. Penutup mata
3. Penggaris/alat ukur
4. Jarum
5. Senter atau optotip Snellen
6. Spidol
7. Air panas dan air es
8. Garpu kecil logam/stainless steel (garpu buah)
9. Pentul dengan ujung bulat
C. CARA KERJA
1. Bintik Buta

Probandus memfokuskan mata ke tanda (+) pada


kertas dengan jarak 20 cm dari mata.

Kemudian Probandus mendekatkan kertas bertanda


(+) tersebut ke mata secara perlahan-lahan sampai
tanda (+) mulai tidak terlihat atau kabur. Setelah itu
dihitung jarak dari mata ke kertas, itulah titik buta
probandus.
2. Pandang Dekat

Probandus memfokuskan mata pada bolpoint.

Kemudian Probandus mendekatkan bolpoint


tersebut ke mata secara perlahan-lahan sampai
bolpoint mulai tidak terlihat atau kabur. Setelah
itu dihitung jarak dari mata ke bolpoint tersebut,
itulah titik pandang dekat probandus.

3. Tes Ketajaman Penglihatan (Visus)


a. Cahaya
Probandus memejamkan mata dan berdiri
sekitar 1 meter di depan probandus lainnya
yang membawa senter. Kemudian probandus
yang membawa senter menggerakkan senter
dari arah atas kebawah dan samping kanan ke
kiri. Hal tersebut untuk menguji apakah
probandus yang memejamkan mata dapat
membedakan gelap terang atau tidak.
Probandus melakukan hal yang sama akan tetapi dengan jarak
yang berbeda yaitu mulai dari 2 meter, 3 meter, 4 meter, 5
meter sampai 6 meter. Jika probandus masih dapat
membedakan pada jarak maksimal 6 meter, maka kondisi
mata probandus normal.
b. Lambaian tangan
Probandus menutup sebelah mata dan berdiri
sekitar 1 meter di depan probandus lainnya
yang sedang melambaikan tangan. Hal
tersebut untuk menguji apakah probandus
dapat melihat lambaian tangan tersebut atau
tidak dengan salah satu mata tertutup.

Probandus melakukan hal yang sama akan tetapi dengan


jarak yang berbeda yaitu mulai dari 2 meter, 3 meter, 4
meter, 5 meter sampai 6 meter. Jika probandus masih
dapat membedakan pada jarak maksimal 6 meter, maka
kondisi mata probandus normal.

c. Hitungan jari
Probandus menutup sebelah mata dan
berdiri sekitar 1 meter di depan probandus
lainnya yang sedang memberikan intruksi
angka menggunakan jari. Hal tersebut
untuk menguji apakah probandus dapat
melihat berapa angka tersebut atau tidak
dengan salah satu mata tertutup.
Probandus melakukan hal yang sama akan tetapi dengan
jarak yang berbeda yaitu mulai dari 2 meter, 3 meter, 4
meter, 5 meter sampai 6 meter. Jika probandus masih
dapat membedakan pada jarak maksimal 6 meter, maka
kondisi mata probandus normal.

4. Perasaan Kulit

Praktikan membuat pemetaan rangsang dengan ukuran 4


cm x 4 cm. Didapatkan 16 kotak pemetaan rangsang.
Kemudian praktikan menguji titik tekanan dan titik nyeri
dengan menekankan setiap kotak dengan ujung sendok
teh.

Praktikan kemudian menguji titik dingin dengan


menggunakan ujung sendok teh yang sudah direndam di
air es selama beberapa menit kemudian ditekankan
perlahan disetiap kotak pemetaan rangsang.
Praktikan kemudian menguji titik panas dengan
menggunakan ujung sendok teh yang sudah direndam di
air panas selama beberapa menit kemudian ditekankan
perlahan disetiap kotak pemetaan rangsang.

D. TABEL DATA
1. Bintik Buta

Kacamata
Umur Jenis Kelamin Hobi Bintik Buta
Ya/Tidak
19 Perempuan Tidak Nonton film 13 cm
16 Laki-laki Tidak Main game 14,5 cm
10 Perempuan Tidak Membaca 8 cm

2. Pandang Dekat
Titik Dekat
Kacamata
Umur Jenis Kelamin Hobi Mata Mata
Ya/Tidak
kanan Kiri
19 Perempuan Tidak Nonton film 11,5 cm 11 cm
16 Laki-laki Tidak Main game 8 cm 7 cm
10 Perempuan Tidak Membaca 7,5 cm 8 cm

3. Tes Ketajaman Penglihatan (Visus)


a. Cahaya
Sebelum kacamata Setelah kacamata
Jenis Kacamata
Umur Mata Mata Mata Mata
Kelmin Ya/Tidak
kanan Kiri kanan kiri
19 Perempuan Tidak 6/600 6/600 - -
16 Laki-laki Tidak 6/600 6/600 - -
10 Perempuan Tidak 6/600 6/600 - -
b. Lambaian tangan
Sebelum kacamata Setelah kacamata
Jenis Kacamata
Umur Mata Mata Mata Mata
Kelmin Ya/Tidak
kanan Kiri kanan kiri
19 Perempuan Tidak 6/600 6/600 - -
16 Laki-laki Tidak 6/600 6/600 - -
10 Perempuan Tidak 6/600 6/600 - -
c. Hitungan jari
Sebelum kacamata Setelah kacamata
Jenis Kacamata
Umur Mata Mata Mata Mata
Kelmin Ya/Tidak
kanan Kiri kanan kiri
19 Perempuan Tidak 6/600 6/600 - -
16 Laki-laki Tidak 6/600 6/600 - -
10 Perempuan Tidak 6/600 6/600 - -

4. Perasaan Kulit
Titik Titik
Jenis Titik Titik
Umur Tekanan Dingin
Kelamin Nyeri (%) Panas (%)
(%) (%)
19 Perempuan 100 100 100 100
16 Laki-laki 100 100 100 100
10 Perempuan 100 100 100 93,75

E. PEMBAHASAN
Praktikum Indera dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 Februari 2021. Dikarenakan saat
ini Indonesia sedang dimasa pandemi Covid-19, praktikum ini bersifat mandiri dan
dilaksanakan di rumah masing-masing dengan alat seadanya. Praktikum kali ini terdapat 4
topik yaitu sebagai berikut :
1. Bintik Buta
Praktikum bintik buta ini bertujuan untuk menentukan jarak bintik buta dari mata.
Bintik buta adalah bagian dari retina, apabila bayangan benda jatuh ditempat ini maka
bayangan menjadi tidak jelas atau kabur. Setiap individu memiliki jarak bintik buta
yang berbeda-beda saat melihat objek. Saat mata seseorang sudah tidak dapat melihat
suatu objek pada jarak tertentu, maka itulah jarak titik butanya. Semua saraf impluas
dibangkitkan oleh batang dan kerucut yang merupakan bagian dari retina yang dapat
menerima rangsang sinar tak berwarna (sel batang) dan mampu menerima rangsang
sinar kuat dan berwarna (sel kerucut).
Dalam percobaan ini, mata probandus difokuskan pada tanda (+) di sebuah kertas.
Kemudian kertas tersebut diletakkan dalam jarak 20 cm dari mata probandus dan
didekatkan ke mata probandus secara perlahan-lahan hingga tanda tersebut mulai
hilang/kabur. Saat tanda tersebut mulai hilang/kabur, jarak dari kertas ke mata
proabndus dihitung menggunakan penggaris. Berdasarkan data yang didapat dari ketiag
probandus didapatkan hasil yang berbeda-beda. Probandus pertama berumur 19 tahun,
berjenis kelamin perempuan, memiliki hobi menonton film memiliki titik buta mata 13
cm. Kemudian probandus kedua berumur 16 tahu, berjenis kelamin laki-laki, memiliki
hobi bermain game memiliki titik buta mata kanan 14,5 cm. Probandus ketiga berumur
10 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki hobi membaca, memiliki titik buta
mata 8 cm.
Dari ketiga probandus tersebut didapatkan data titik buta yang berbeda disebabkan
oleh kecembungan lensa mata, jarak lensa ke retina yang berbeda, ukuran bola mata
yang berbeda dan besar kecil minus pada mata.

2. Pandang Dekat
Praktikum pandang dekat ini bertujuan untuk menentukan titik pandang dekat.
Diketahui bahwa jarak dekat akomodasi dimana terjadinya saraf parasimpatis sehingga
menyebabkan kontraksi otot silaris yang kemudian akan mengendur gligamen lensa
dan meningkatkan daya bias. Mata yang dapat melihat objek lebih dekat dibanding saat
daya bias rendah. Akibatnya dengan semakin mendekatnya objek kea rah mata, maka
frekuensi implus kedostilaris progresi ditingkatkan agar objek dapat tetap terlihat
dengan jelas. Menurut Wati (2018) untuk memfokuskan benda yang jaraknya dekat
dengan otot silaris maka perlu melakukan kontarksi sehingga lensa mata menjadi tebal.
Dalam percobaan ini, mata probandus difokuskan pada bolpoint yang dipegang
tegak lurus dengan mata. Kemudian bolpoint tersebut didekatkan secara perlahan-lahan
ke mata probandus. Apabila sudah dapat melihat dengan jelas atau mulai agak kabur,
segera dihitung jaraknya menggunakan penggaris. Berdasarkan data yang didapatkan,
dapat dilihat bahwa ketiga probandus memiliki titik pandang dekat yang berbeda-beda.
Probandus pertama berumur 19 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki hobi
menonton film memiliki titik pandang dekat mata kanan 11,5 cm dan mata kiri 11 cm.
Kemudian probandus kedua berumur 16 tahu, berjenis kelamin laki-laki, memiliki hobi
bermain game memiliki titik pandang dekat mata kanan 8 cm dan mata kiri 7 cm.
Probandus ketiga berumur 10 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki hobi
membaca, memiliki titik pandang dekat mata kanan 7,5 cm dan mata kiri 8 cm. Data
tersebut berbeda-beda disebabkan oleh daya akomodasi setiap mata berbeda-beda.

3. Tes Ketajaman Penglihatan (Visus)


Praktikum tes ketajaman penglihatan ini bertujuan untuk ketajaman penglihatan.
Berkas cahaya yang sejajar jatuh ke suatu lensa bikonveks akan mengalami pembiasaan
suatu titik (fokus prinsipal) di belakang warna fokus prinsipal di sebuah garis yang
berjalan melintasi pusat lengkungan lensa, sumbu prinsipal. Jarak fokus prinsipal
adalah jarak antara lensa dan fokus prinsipal. Berkas cahaya yang jatuh di lensa dari
suatu benda dengan jarak lebih dekat dari 20ft akan mengalami sejajar. Berkas cahaya
dari suatu benda yang terletak lebih dekat dari 20 ft akan mengalami divergensi
sehingga jatuh ke fokus yang lebih belakang di sumbu prinsipal daripada fokus
prinsipal.
Apabila otot siliaris dalam keadaan istirahat maka berkas cahaya paraleel yang
jatuh di mata secara optis akan difokuskan pada retina. Selama relaksasi dipertahankan,
maka berkas cahaya dari benda yang jaraknya kurang dari 6 m dari pengamat akan
berfokus dibelakang retina, mengakibatkan benda tersebut tampak kabur. Masalah
yang timbul membawa berkas divergen dari benda dekat ke suatu fokus di retina dapat
diatasi dengan meningkatkan jarak antara lensa dan retina atau dengan meningkatkan
kelengkungan (akomodasi).
Ketajaman penglihatan normal adalah 20/20 atau 6/6. Pada mata normal, bayangan
benda yang jaraknya lebih dari 6 m akan jatuh tepat di retina dan mata dalam keadaan
relaks atau tanpa akomodasi. Sehingga bila mata dalam keadaan seperti ini dapat
dikatakan mata tersebut dalam keadaan yang normal.
Dalam percobaan ini, probandus diuji dalam tiga macam keadaan yang pertama
adalah menggunakan senter dengan mata tertutup apakah probandus dapat
membedakan gelap terang dari sinar senter tersebut atau tidak dengan jarak mulai 1
meter hingga 6 meter. Yang kedua adalah dengan menutup salah satu mata probandus
kemudian dalam jarak 1-6 meter, apakah probandus dapat melihat dengan jelas
lambaian tangan seseorang atau tidak. Kemudian yang ketiga yaitu dengan menutup
salah satu mata probandus kemudian dalam jarak 1-6 meter, apakah probandus dapat
melihat dengan jelas angka berapa yang ditunjukkan oleh sesorang atau tidak.
Berdasarkan data yang didapatkan dapat disimpukan bahwa ketiga probandus
memiliki mata dalam kondisi yang normal karena ketajaman penglihatannya 6/600
dalam artian dapat melihat suatu benda pada jarak 6 meter. Dimana hal tersebut
termasuk dalam kondisi yang sangat normal. Data setiap probandus berbeda-beda, hal
ini disebabkan tingkat pencahayaan, ukuran, objek kerja, bentuk objek kerja,
kekontrasan, lama waktu untuk melihat objek kerja dan jarak melihat objek kerja.

4. Perasaan Kulit
Praktikum perasaan kulit ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam reseptor
yang terdapat pada kulit. Kulit dapat merasakan sentuhan, perubahan suhu dan tekanan
serta rasa nyeri kulit dari jaringan subkutan dan ditransmisikan melalui saraf sensoris
ke medulla spinalis atau otak. Rasa sentuhan disebabkan oleh rangsangan pada ujung
saraf di dalam kulit yang berbeda-beda berasarkan ujung saraf yang dirangsang (dingin,
panas, dll). Sedangkan rasa sakit disebabkan oleh tekanan yang dalam dan rasa yang
berat dari suatu benda misalnya mengenai tulang, sendi maupun otot.
- Korpuskula ruffini merupakan reseptor panas, ditemukan di jaringan ikat termasuk
dermis dan kapsula sendi.
- Korpuskula Krause merupakan resptor dingin, ditemukan di daerah mukokutis pada
dermis dan berhubungan dengan rambut.
- Korpuskula meissner merupakan reseptor sentuhan, terletak di papilla dermis
khususnya di ujung jari.
- Korpuskula pacini merupakan reseptor tekanan, ditemukan di jaringan subkutan
pada telapak tangan maupun telapak kaki.
- Lempeng Merkel merupakan reseptor ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan.
- Ujung saraf tanpa selaput merupakan reseptor ujung saraf perasa nyeri.
- Ujung saraf sekeliling rambut merupakan reseptor saraf perasa peraba.
Pada percobaan titik tekanan dan titik nyeri didapat data 100% semuanya. Itu
artinya keadaan saraf kulit pada semua praktikan yang diuji masih dalam kondisi yang
baik. Kemudian pada percobaan rasa panas dan dingin didapatkan data 93,75% sampai
100% yang artinya kondisi saraf kulit semua praktikan yang diuji masih baik. Hal
tersebut dikarenakan kulit sebagai thermoreseptor yang dapat mendeteksi panas dan
dingin. Tangan yang terasa dingin menunjukkan adanya pengurangan kalor dari hangat
ke netral sedangkan tangan yang terasa panas menunjukkan adanya penambahan kalor
dari dingin ke netral.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang sudah dijelaskan diatas, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Jarak bintik buta setiap orang berbeda-beda yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu
kecembungan lensa mata, jarak lensa ke retina yang berbeda, ukuran bola mata yang
berbeda dan besar kecil minus pada mata.
2. Jarak titik pandang dekat setiap orang juga berbeda-beda yang disebabkan daya
akomodasi yang berbeda pada setiap individu.
3. Ketajaman pengliatan setiap orang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh tingkat
pencahayaan, ukuran, objek kerja, bentuk objek kerja, kekontrasan, lama waktu
untuk melihat objek kerja dan jarak melihat objek kerja.
4. Macam-macam reseptor pada kulit yaitu Korpuskula Krause merupakan resptor
dingin, ditemukan di daerah mukokutis pada dermis dan berhubungan dengan rambut.
Korpuskula meissner merupakan reseptor sentuhan, terletak di papilla dermis
khususnya di ujung jari. Korpuskula pacini merupakan reseptor tekanan, ditemukan di
jaringan subkutan pada telapak tangan maupun telapak kaki. Lempeng Merkel
merupakan reseptor ujung perasa sentuhan dan tekanan ringa, Ujung saraf tanpa selaput
merupakan reseptor ujung saraf perasa nyeri dan ujung saraf sekeliling rambut
merupakan reseptor saraf perasa peraba.
G. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan bintik buta dan bintik kuning?
a. Bintik buta adalah area pada retina dimana saraf-saraf optis dan pembuluh darah
meninggalkan retina dengan demikian tidak memiliki reseptor visual. Apabila
bayangan jatuh pada bagian ini maka bayangan tampak tidak jelas atau kabur.
b. Bintik kuning adalah bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat
terbentuknya bayangan yang terlihat dengan jelas.

2. Apa yang dimaksud dengan miop, hipermetropi dan presbiop?


a. Miopi adalah suatu kelainan refraksi dengan berkas cahaya dari sebuah objek
yang jauh kemudian difokuskan di sebelah anterior retina pada kondisi mata
tidak berakomodasi (Ilyas, 2008).
b. Hipermetropi juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat
merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar
jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang macula
lutea (Ilyas, 2004). Hipermetropi juga merupakan suatu kondisi ketika
kemampuan refrakttif mata yang terlalu lemah dan menyebabkan sinar sejajar
dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina (Istiqomah,
2005).
c. Presbiop adalah suatu kelainan pada usia 40 tahun dimana seseorang dengan
penglihatan normal mengalami kesulitan memfokuskan objek dengan jarak
dekat dan terjadi penurunan daya akomodasi (Pamekar, 1992).
3. Carilah gambar proses penerimaan persepsi penglihatan pada mata hipermetropi !
(kamu boleh copy paste dengan menyebutkan sumber link gambar)

4. Sebutkan perbedaan dari hipermetropi dan presbiopi !


a. Hipermetropi : cenderung memiliki kesulitan saat melihat objek pada jarak
yang dekat. Mata lelah saat membaca. Harus terus berakomodasi untuk
mendapatkan tajam penglihatan.
b. Presbiopi : cenderung memiliki kesulitan saat melihat objek pada jarak yang
cukup jauh. Dapat melihat dengan jelas jika objek terletak pada jarak yang
dekat. Mata cepat lelah saat membaca. Cenderung terjadi juling saat melihat
pasien.

5. Apakah hal-hal yang mempengaruhi visus seseorang ?


a. Tingkat pencahayaan
b. Ukuran objek
c. Bentuk objek
d. Kekontrasan
e. Lama waktu melihat objek
f. Jarak melihat objek
g. Kecepatan sudut target
h. Factor belajar
i. Gangguan struktur retina
j. Kelelahan
k. Stress
l. Usia

6. Apakah hubungan vitamin A dengan visus seseorang ? Jelaskan !


Vitamin A merupakan vitamin yang dikenal peranannya dalam fungsi penglihatan.
Kekurangan vitamin A dapat menganggu penglihatan serta fungsi seluruh tubuh juga
akan terganggu. Pigmen ungu yang ada pada sel basilus disebut rhodopsin yaitu suatu
senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar mata hari maka rhodopsin akan
terurai menajdi protein dan vitamin A. Pembentukkan kembali pigmen terjadi dalam
keadaan gelap. Pada waktu adaptasi, mata akan sulit untuk melihat (Lesson, 1993).

7. Apakah gambaran pemetaan stiap rangsang sama?. Bagaimanakah bisa terjadi


demikian?
Tidak, karena setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda. Sama halnya dengan
pemetaan rangsang pun memiliki hasil yang tidak sama. Rasa-rasa yang ditimbulkan
dapat berbeda sensitifitasnya tergantung dari lama waktu terpaparnya dan banyaknya
reseptor yang ada pada kulit.

8. Apa sajakah yang mempengaruhi hasil pemetaan rangsang?


- Tingkat sensifitas kulit.
- Waktu terpaparnya.
- Kuat lemahnya tekanan yang diberikan.
9. Gambar semua reseptor yang ada di dalam kulit dan sebutkan kegunaannya ! (jika copy
dan paste gambar dari sumber internet sertakan link sumbernya).

- Korpuskula ruffini merupakan reseptor panas, ditemukan di jaringan ikat termasuk


dermis dan kapsula sendi.
- Korpuskula Krause merupakan resptor dingin, ditemukan di daerah mukokutis pada
dermis dan berhubungan dengan rambut.
- Korpuskula meissner merupakan reseptor sentuhan, terletak di papilla dermis
khususnya di ujung jari.
- Korpuskula paccini merupakan reseptor tekanan, ditemukan di jaringan subkutan
pada telapak tangan maupun telapak kaki.
- Lempeng Merkel merupakan reseptor ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan.
- Ujung saraf tanpa selaput (telanjang) merupakan reseptor ujung saraf perasa nyeri
atau sakit.
H. DAFTAR PUSTAKA
Eva R. (2007). General ophthalmology. USA: The Mc Graw-Hill Companies, 203-15
Ilyas, Sidarta. (2004). Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Ilyas, Sidarta. (2008). Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Istiqomah, I. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: Kedokteran
EGC.
Lesson, C Ronald. (1993). Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.
Pamekar. (1992). Pemeriksaan Refraksi Sederhana. Majalah Kedokteran Indonesia,
42(11):654-5
Pendanakusuma, David. (2007). Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka.
Surabaya: Airlangga Uniersity School Of Medicine-Dr. Soetomo General Hospital.
Wati, Rinda. (2018). Akomodasi Dalam Refraksi. Jurnal Kesehatan Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai